commit to user
PT BPTN telah membuat kebijakan dalam mengenali dan menerima calon nasabahnya. Bisnis utama PT BTPN adalah pemberian kredit, dalam
menjalankan bisnisnya dibuatlah Standard Operating Procedur (SOP)
pemberian kredit yang tentunya telah dirancang semedemikian rupa untuk mengurangi risiko kredit. Prinsip mengenal nasabah dalam hal ini diterapkan dalam SOP untuk transaksi pemberian kredit, olehkarena itu dapat dibuktikan
dengan penerapan prinsip-prinsip pemberian kredit yang ada pada Standard
Operating Procedur. Pelaksanaan standar operasional prinsip mengenal
nasabah (KYC) terkait transaksi pemberian kredit adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi Calon Nasabah
a) Lakukan pertemuan (tatap muka) dengan calon nasabah.
Credit Acceptance Officer telah melakukan face to face dalam
penerimaan calon nasabah atau dalam hal transaksi pemberian kredit adalah calon debitur.
b) Pastikan form pembukaan rekening diisi lengkap oleh nasabah.
Credit Acceptance Officer membantu calon nasabah dalam pengisiian
formulir dan memeriksa dokumen persyaratan kredit.
c) Lakukan rekonfirmasi seluruh data yang diisi pada form pembukaan
rekening.
Credit Acceptance supervisor telah memeriksa data yang telah diinput
Customer Service Operation, dan melakukan wawancara terkait data
commit to user
d) Lakukan identifikasi dan verifikasi atas dokumen yang diberikan
nasabah (kebenaran / keaslian dokumen).
Credit Acceptance Supervisor telah memeriksa keabsahan dokumen
yang diberikan calon nasabah.
e) Pastikan nasabah tidak termasuk dalam Daftar Hitam Bank Indonesia
(DHBI).
Credit Acceptance Supervisor memastikan calon nasabah tidak terdapat
dalam daftar internal bank maupun DHBI.
f) Lakukan identifikasi dan verifikasi lebih ketat antara Customer Due
Dilligence (CDD) dan (Extensive Due Dilligence).
Credit Acceptance Officer mengidentifikasi calon debitur sesuai tingkat
risiko calon nasabah berdasarkan profil yang diberikan calon nasabah. Nasabah yang tergolong tinggi dan Politically Exposed Persons (PEP) dilakukan CDD yang lebih mendalam atau EDD.
g) Untuk Extensive Due Dilligence (EDD), catat hasil EDD pada form
EDD dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di cabang.
h) Pastikan kewajaran perilaku nasabah saat melakukan pembukaan
rekening.
i) Pastikan field mandatory KYC telah diisi baik pada formulir dan
sistem.
j) Untuk EDD pembukaan rekening high risk ditandatangani oleh pejabat
yang setingkat lebih tinggi dari pejabat yang berwenang menyetujui pembukaan rekening non high risk. Terkait transaksi pemberian kredit
commit to user
pejabat yang berwenang dalam penandatanganan rekening high risk
adalah Cash Operating Head.
2. Monitoring
a) Monitoring dilakukan pada transaksi keuangan yang dilakukan atau
batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana, transaksi nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghidari pelaporan transaksi, transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi nasabah.
Pelaksanaan terkait transaksi pemberian kredit, monitoring dilakukan
oleh Credit Acceptance Officerdengan mengevaluasi adanya indikasi
ketidaklaziman merupakan hal yang wajar atau bahkan mencurigakan sehingga termasuk dalam kategori yang wajib dilaporkan.
b) Deteksi terjadinya transaksi keuangan tunai yang dilakukan dengan cara
memantau aliran uang tunai masuk atau uang tunai keluar yang terjadi pada masing-masing bank.
Frontliner umumnya tidak melakukan upaya klarifikasi karena takut
menyinggung nasabah, namun dengan menghubungi nasabah dengan cara untuk mengenal dengan baik, bukan untuk interogasi.
c) Proses pengkinian data
Terkait pelaksanaan proses pengkinian data nasabah, PT BTPN cabang Surakarta melakukan pengkinian data dengan cara: pada saat nasabah
commit to user
datang ke kantor cabang, berdasarkan analisa dan pemantauan sistem,
Customer Service menghubungi nasabah melalui telepon terkait tujuan
pengkiniiandata nasabah, dan selanjutnya Customer Service melakukan
verifikasi data yang diperoleh.
3. Pelaporan ke Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPATK).Setiap bulan, PT. BTPN Kantor Cabang Surakarta telah menyusun laporan rekap penerimaan nasabah dan transaksi High Risk ke Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPATK).
Standar Operating Prosedur pemberian kredit PT BTPN dibuat dengan menggabungkan ketiga prinsip pemberian kredit untuk lebih mengenal baik kepada nasabahnya, yang dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Pada prinsip 5C PT BTPN lebih menekankan pemberian kredit dalam
aspek Character, Capital dan Colateral. Dalam pemeberian kredit, dilihat
dari besarnya penghasilan pensiunan dan melihat keaslian SKEP. Dengan
menekankan pada prinsip Character, Capacity dan Collateral ini PT
BTPN memiliki kemungkinan tingkat pengembalian yang tinggi dan kesemua itu untuk meminimalisir risiko gagal tertagihnya angsuran pinjaman. Penerapan prinsip ini dapat dilihat dari:
1) Adanya permintaan informasi data nasabah seperti nama lengkap
termasuk alias, nomor dokumen identitas calon nasabah, alamat terkini, pekerjaan, pendidikan, kewarganegaraan. Adanya pengecekan dokumen identitas calon nasabah dan permintaan informasi lain terkait
commit to user
Debitur) untuk mengetahui kejujuran calon debitur serta masih adanya tanggungan calon debitur terhadap pihak lain.
2) Dokumen Aplikasi Permohonan Kredit dengan adanya permintaan
pengisian nomor SKEP dan nomor SKEP ini harus dipastikan keasliannya tidak adanya nomor SKEP ganda atau palsu.
3) Memorandum Persetujuan Kredit adanya pengisian jumlah
penghasilan dan nomor SKEP yang melihat ke aspek capacity dan
collateral.
4) Pada test wawancara calon nasabah juga menunjukkan adanya prinsip
capacity, informasi yang diambil adalah nama, tempat tinggal, status
kepemilikan, golongan atau pangkat terakhir serta jumlah tanggungan. PT BTPN dalam melaksanakan prinsip mengenal nasabah untuk menjalankan
bisnis kreditnya selain lebih mengacu pada prinsip caracther, capacity dan
collateral juga tetap mempertimbangkan capital dan condition of economi.
b. Prinsip 7P
Penerimaan nasabah untuk pemberian kredit, PT BTPN lebih mengacu
pada personality,purposedan protection. Penerapan prinsip tersebut dapat
dilihat dari:
Dokumen Aplikasi Permohonan Kredit terdapat beberapa data yang harus diketahui untuk mengenali calon nasabah, antara lain: Nama sesuai KTP, alamat sesui KTP, alamat tempat tinggal, no telp rumah, tempat tanggal lahir, pendidikan, nama gadis ibu kandung, status perkawinan, agama, pekerjaan, nama suami atau istri pemohon, alamat suami atau istri
commit to user
pemohon yang menunjukkan PT BTPN melihat dari prinsip personality.
Plafond dan tujuan penggunaan menunjukkan prinsip purpose. Nomor
SKEP, kode pensiun, sumber dana, pengelola pensiun, dan kepesertaan
asuransi menunjukakan prinsip protection.
c. Prinsip 3R
PT BTPN lebih menerapkan prinsip Return dalam pemberian kredit dilihat
dari jumlah kredit yang diberikannya mengacu pada berapa besar penghasilan pensiunan per bulan dikurangi pengeluaran. Pertimbangan besarnya angsuran yang dibebankan kepada calon debitur tidak lebih dari setengah penghasilan bersih yang diterima oleh calon debitur. Hal ini untuk mengantisipasi apabila adanya pengeluaran tak terduga yang diperlukan oleh calon debitur. Sehingga PT BTPN dapat menentukan besarnya angsuran dan memastikan tingkat pengembalian pinjaman.
Pemberian fasilitas kredit PT BTPN yang lebih mengarah ke kredit konsumtif menjadikan kebijakan yang disusun tidak menekankan pada
prinsip Repayment dan Risk Bearing Ability. Namun demikian untuk
pemberian kredit mikro kecil tetap harus mempertimbangkan prinsip keduanya.
BAB III
commit to user
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui standard operating
procedur(SOP) dalam pemberian kredit pensiun dan menganalisis prinsip
mengenal nasabah yang telah diatur dan diharuskan bank indonesia dalam PBI (Peraturan Bank Indonesia). Setelah mekakukan penelitian langsung terhadap standard operating prosedur pemberian kredit dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dalam standar operating prosedur terkait prinsip mengenal nasabah, adapun kelebihan dan kelemahan SOP yang telah dibuat PT BTPN antaralain:
A. Kelebihan
PT BTPN telah menyusun kebijakan terkait pemberian kredit dengan membuat SOP. Kebijakan yang telah disusun mempunyai beberapa kelebihan terkait prinsip mengenal nasabah dalam pemberian kredit untuk mengurangi risiko-risiko kredit dan untuk melindungi bank, antaralain:
1. Sudah mematuhi PBI untuk meminta informasi identitas calon nasabah
dan memiliki kriteria utama dalam pemberian kredit dengan meminta kelengkapan dokumen pokok nasabah terkait identitas calon nasbah. Keaslian atau keabsahan dokumen menjadi prioritas utama untuk persetujuan kredit. Syarat-syarat yang digunakan atas kelengkapan dokumen untuk mengikat nasabah sudah baik.
2. PT BTPN dalam melaksanakan prosedur operasional prinsip mengenal
nasabah (KYC) sudah cukup konsisten sesuai Prosedur yang telah dibuat.
commit to user
3. Pada formulir dan dokumen-dokumen pemberian kredit telah diformat
dengan baik sesuai prinsip mengenal nasabah untuk mengurangi risiko kredit.
4. Memiliki tingkat kepastian yang tinggi atas pengembalian pinjaman
dengan mengacu prinsip collateral meminta syarat memberikan jaminan
SKEP pada fasilitas kredit. Jika keaslian dan keabsahan SKEP telah dipastikan maka dengan pasti pinjaman akan kembali, karena dengan pengurangan secara langsung gaji pensiun yang dikeluarkan penerbit SKEP.
5. Telah adanya pembuatan dokumen yang lengkap seperti: Aplikasi
Permohonan kredit, Surat Perjanjian Kredit yang ditandatangani kedua belah pihak, bukti penyerahan jaminan dan adanya surat pernyataan yang ditandatangani debitur dengan diberi materai Rp 6.000,00. Semua dokumen tersebut dibuat untuk saling mengikat kedua belah pihak dan menghindari risiko yang tidak diinginkan kedua belah pihak.
6. Sebelum pencetakan SPK (Surat Perjanjian Kredit) adanya wawancara dan
analisa pinjaman untuk lebih mengenal calon nasabah.
7. Dokumen SPK sudah dilakukan dengan nomor urut tercetak yaitu No CIF
yang sebelumnya telah diinput dalam komputer dan telah dibuat rangkap 5 untuk arsip bagian akuntansi, bagian perkreditan dan nasabah dan untuk
commit to user
8. Dokumen SPK telah diotorisasi dengan baik dan dilakukan berlapis oleh
Sub Branch Manager dan Credit Acceptance Supervisor untuk pengecekan
dan penganalisisan data.
B. Kelemahan
Kebijakan yang telah disusun sebaik apapun pasti ada kelemahan di beberapa sisi. Adapun kelemahan standard operating prosedur yang telah dibuat PT BTPN terkait prinsip mengenal nasabah adalah:
1. Belum adanya bukti penyerahan jaminan ke bagian penyimpanan
dokumen, ini dapat disalahgunakan oleh pihak intern PT BTPN cabang Surakarta.
2. Kurang adanya peran kontrol Operational Supervisor terkait kinerja
karyawan dalam pelaksanaan standar operasional prinsip mengenal nasabah (KYC).
3. Masih manualnya sistem pencatatan penyaluran kredit membutuhkan
waktu yang lebih panjang daripada sistem komputer dan mempunyai kemungkinan kesalahan pencatatan yang lebih besar baik tertukar data ataupun belum dimasukkannya data.
4. Kurangnya penjelasan kepada nasabah, dalam persetujuan pemberian
kredit diperlukannya NPWP bagi pensiun yang dana pensiunnya Rp 1.320.000 per bulan dan bukti pembayaran uang pensiun bulan sebelumnya., berakibat kredit menjadi lambat diberikan jika mengingat kebutuhan nasabah yang mendesak.
commit to user BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
PT BTPN cabang Surakarta merupakan lembaga keuangan bank yang kegiatan pokok usahanya adalah membantu para pensiunan dengan memberikan fasilitas kredit. Dalam menjalankan usahanya tidak jarang terjadinya masalah macetnya angsuran kredit. Dengan satandar operating prosedur yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik dalam pemberian kredit maka akan mengurangi risiko kredit yang akan mematikan bisnis usaha bank.
PT BTPN cabang Surakarta telah menerapkan posedur prinsip mengenal nasabah terkait pemberian kredit di dalam standar operating prosedur. Dalam pemberian keputusan atau persetujuan kredit untuk menerima nasabah atau debitur PT BTPN cabang Surakarta telah melaksanakan identifikasi, verifikasi, monitoring dan pelaporan ke Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPATK) dan dengan menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit diantaranya prinsip 5C, 7P dan 3R. Prinsip mengenal nasabah yang paling ditekankan dalam
pemberian kredit atau penerimaan calon debitur adalah prinsip character,
capacity, collateral, personality, perpose, protection, dan return. PT
BTPN cabang Surakarta memiliki tingkat pengembalian kredit yang tinggi
commit to user
dan resiko kredit yang rendah karena menggunakan beberapa prinsip tersebut.
Penekanan pada identitas nasabah, penghasilan dan jaminan membuat PT BTPN cabang Surakarta lebih bisa mengenal dan mempercayai nasabahnya. Pemberian kredit disetujui dengan menilai sebanding atau tidaknya jaminan dengan kredit yang diajukan. Nilai jaminan berdasarkan
penghasilan calon debitur dikurangi potongan-potongan yang
menghasilkan penghasilan bersih calon debitur.
B. Saran
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang telah ditemukan setelah terjun langsung melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan standar operating prosedur yang dibuat PT BTPN cabang Surakarta terkait prinsip mengenal nasabah, penulis memiliki saran untuk lebih maju dan baiknya perusahaan. Adapun beberapa saran antaralain:
1. Perlu membuat bukti penyerahan dokumen ke fungsi penyimpanan
karena belum adanya bukti penyerahan dokumen ke fungsi penyimpanan yang dapat disalahgunakan oleh intern bank.
2. Mengarahkan atau menyalurkan kredit ke sektor produktif tidak
konsumtif saja sehingga dapat lebih berperan dalam pembangunan perekonomian daerah.
3. Penyediaan informasi yang lengkap dan jelas bagi calon nasabah agar
commit to user
4. Sebagai tambahan dan tinjauan, kredit yang disalurkan sebuah bank
harus dicatat. Tidak hanya di level staf, namun juga hingga ke level kepala seksi, kepala bagian hingga direksi.
5. Keprofesionalan dan keramahan terhadap calon debitur lebih