• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Analisis

1. Analisis Proses Entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia

Proses entrepreneur diawali dengan adanya inovasi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi entrepreneur diantaranya ialah faktor internal dan eksternal. Faktor internal, meliputi hak kepemilikan, kemampuan, kompetensi dan insentif. Sedangkan faktor eksternal, meliputi lingkungan. Dalam hal ini lingkungan mempengaruhi di antaranya model peran, aktivitas, dan peluang.

Oleh karena itu, faktor eksternal sangat mempengaruhi Yayasan Kuntum Indonesia selaku model peran, untuk menggerakkan aktivitas warga desa tegal waru dalam memberikan pelatihan, dan keterampilan dalam bidang entrepreneur kepada anggota keluarga, di desa tegal waru termasuk peluang besar dalam meningkatkan ekonomi keluarga, untuk bisa mengatasi kemiskinan, dan pengangguran.

Pada saat diwawancarai, Ibu Tatiek Kancaniati selaku leader Program entrepreneur menjelaskan bahwasannya :4

“program entrepreneur sudah berjalan lansung sejak tahun 2008 hingga saat ini. Bermula dari saya menggandeng ibu-ibu pengajian sekitar 20 orang, untuk membuat kerajinan tangan. Seperti daur ulang kertas, handycraft, nata de coco dan lain-lain. Dan menjadi sebuah kelompok-kelompok kecil, ternyata dari

4

Wawancara Pribadi, Ibu Tatiek Kancaniati (Pendamping Program Entrepreneur), Bogor, 28 November 2014

kebiasaan kami ngumpul-ngumpul dipengajian menjadi sebuah wirausaha yang tak terduga, yang tadinya kecil-kecilan menjadi besar dan akhirnya saya menggerakkan para anggota keluarga di desa, untuk ikut bergabung membuat sebuah wirausaha. Ternyata jumlah entrepreneur (wirausaha) di desa Tegal Waru semakin meningkat.”

“Sebenarnya wirausaha di desa dulunya sudah ada, dan lumayan banyak. Tetapi mereka tidak bisa mengembangkan usahanya, alasannya mereka tidak bisa memasarkan produk buatan mereka sendiri, dan akhirnya banyak yang gulung tikar karna tidak bisa mengembangkan usahanya. Saya cukup prihatin melihat warga desa yang gampang menyerah dan akhirnya kembali menjadi buruh migran dan buruh pabrik di kota, padahal sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di desa tegal waru sangat berlimpah. Oleh karna itu saya, melakukan aktivitas di desa tegal waru. Seperti penyuluhan, serta pelatihan kapada masyarakat. Dan menggerakkan anggota-anggota keluarga agar mereka bisa meningkatkan ekonomi keluarga.”5

Penelusuran wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan. Bahwa sebagian warga desa tegal waru tidak melanjutkan sekolah, karena sudah nyaman dengan dunia mereka sendiri yaitu wirausaha. Warga desa tegal waru, sudah diajarkan teknik berjualan dari kecil oleh orang tua mereka masing-masing. Dan semakin majunya zaman membuat mereka semakin terbelakang. Karena kurangnya pendidikan membuat mereka sulit untuk mengembangkan usaha.

5

Oleh karena itu, Yayasan berperan aktif dalam memberikan pendampingan, pelatihan, serta ketrampilan, kepada para masyarakat desa tegal waru, dalam menambahkan income keluarga.

Bagi Johnson6, pengetahuan dan ketarampilan harus sangat dikusai oleh pekerja sosial yang terlibat dalam pengembangan masyarakat. Meliputi pengetahuan dan keterampilan tersebut tentang masyarakat, dinamika kelompok, program sosial, dan yang terakhir pemasaran sosial (social marketing). Keterampilan yang perlu dikuasai meliputi keterampilan interview, relasi sosial, studi sosial, pengumpulan dan pengorganisasian dana, pengembangan dan evaluasi program, serta identifikasi kebutuhan (needs assessment).

Dalam hal ini, Yayasan Kuntum mampu mengangkat entrepreneur dalam pemberdayaan ekonomi keluarga desa tegal waru. Dengan memberikan pendampingan usaha selama 3 tahun, seperti pembuatan tas, handycraft, brikat, herbal dan nata de coco. Saat di wawancarai Ibu Tatiek Kancaniati, Pada dasarnya entrepreneur di desa tegal waru sudah lama terbentuk, yang dibutuhkan tinggal pendampingan berupa pelatihan-pelatihan dan bantuan modal.

Pada tahun 2008 bantuan modal yang diberikan kepada kelompok entrepreneur, mulai dari Rp500.000 – Rp2.000.000 untuk mengembangkan usaha. Dan Yayasan menjalin kerjasama atau lintas pelaku dengan Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat atau Pemerintah Daerah setempat. Untuk dapat

6

Edi Suharto, Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama, 2005), h.45

memberikan pinjaman modal kepada masyarakat desa, dan membantu ekonomi keluarga berupa entrepreneur.7 Seperti yang dikatakan oleh Ibu Rara :8

“Sejak dulu wirausaha di desa tegal waru sudah banyak, tapi tidak berkembang. Setelah diberikan pengarahan atau pendampingan berupa pelatihan wirasusaha oleh Yayasan, akhirnya bisa lebih maju lagi.”

Pernyataan serupa juga diutarakan oleh Bapak Jaja :

“Proses program entrepreneur ini diharapkan dapat membantu warga, khususnya dalam pendapatan ekonomi keluarga, bukan hanya sosialnya saja. dan juga menambah wawasan buat saya dan para usaha agar bisa lebih pintar lagi dalam berbisnis”9

Untuk mendukung keberlansungan program Entrepreneur, Yayasan Kuntum Indonesia bukan sekedar menciptakan laba, tetapi bagaimana mengajak orang memberikan kontribusi pada perbaikan kehidupan masyarakat. Jadi, lebih hati-hati karena harus dijaga perimbangannya yakni, tujuan finansial dan non finansial, profit dan benefit. Dengan adanya profit program kewirausahaan akan berkelanjutan kalau hanya sosial kecenderungannya tidak berkelanjutan. Pernyataan Bu Sutiah :

“proses entrepreneur sangat membantu saya dalam segi ekonomi, karena pada dasarnya saya punya tanah lebar tapi tidak dipakai, sayang kan kalo tidak dimanfaatkan. dan akhirnya bu tatiek (ketua Yayasan Kuntum) menyarankan saya agar ditanamkan tanaman herbal dan hasil racikannya dapat dijual dipasaran dan juga memberikan saya cara-cara atau pelatihan tentang tanaman”10

Dalam hal ini hendaknya pelaku bisnis atau entrepreneur, menyesuaikan dengan latar belakang kompetensi dan minatnya dalam berwirausaha. Misalnya dimulai dari lingkup kegiatan dan lingkungan, seperti pemberdayaan ekonomi,

7

Wawancara Pribadi dengan Ibu Tatiek Kancaniati (Pendamping Program Entrepreneur) 8

Wawancara Pribadi dengan Ibu Rara, Bogor, 3 November 2014 9

Wawancara pribadi dengan Bapak Jaja, Bogor 5 November 2014

10

kesehatan, pendidikan. Dan mengetahui kebutuhan lingkungan setempat, titik masalah masyarakat tidak mengandalkan pikirannya sendiri atau merasa tau. Bisa diambil contoh desa Tegal Waru, ibu Tatiek Kancaniati sebagai ketua Yayasan Kuntum Indonesia serta pemerhati sosial, melakukan pengamatan terlebih dahulu. Desa tegal waru memiliki potensi ekonomi yang cukup menarik, masyarakatnya cekatan hingga mampu menciptakan produk unggulan yang beragam.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap program enterepenur Yayasan KUNTUM Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi keluarga, di desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya proses entrepreneur berkembang melalui tiga proses, menurut Suryana dalam buku Kewirausahaan11 yaitu :

a. Proses imitasi dan duplikasi

b. Proses duplikasi dan pengembangan

c. Proses menciptakan penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda.

Pada tahap petama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para usaha mulai meniru ide dari orang lain, misalnya menciptkan jenis produk yang sudah ada, baik dari segi teknik produksi, desain, pemprosesan, organisasi usaha, ataupun pola pemasarannya. Keterampilan pada tahap awal ini diperoleh melalui magang atau pengalaman pribadi, baik dari lingkungan keluarga ataupun orang lain.

Pada tahap kedua, yaitu duplikasi dan pengembangan, para entrepreneur mulai mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi mulai

11

Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, (Jakarta : Salemba Empat,2008) h. 71

mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan desain sendiri, begitu pula dengan kegiatan organisasi usaha dan pemasaran.

Pada tahap ketiga, yaitu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Pada tahap ini, entrepreneur biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada mulai timbul sehingga tercipta semangat dan keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul. Penciptaan produk sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan kebutuhan konsumen serta ada keinginan untuk menjadi penantang, bahkan pemimpin pasar. Produk-produk unik yang digerakkan oleh pasar mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada.

2. Analisis Hasil Entrepreneur yang diperoleh Keluarga desa Tegal

Dokumen terkait