ayam kampung. Penelitian menggunakan ayam berumur 3 minggu sebanyak 270
ekor. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
dan 6 ulangan. Penelitian menggunakan ayam berumur 3 minggu sebanyak 270 ekor.
Ransum perlakuan yaitu : R0 = ransum tanpa BBJP + selulase 3200 U/kg + fitase
1000 FTU/kg; R1= ransum + BBJP 7,5 % tanpa diolah ; R2 = ransum + BBJP
fermentasi 7,5% + selulase 3200 U/kg + fitase 1000 FTU/kg; R3 = ransum + BBJP
fermentasi 10 % + selulase 3200 U/kg + fitase 1000 FTU/kg ; R4 = ransum + BBJP
fermentasi 12,5% + selulase 3200 U/kg + fitase 1000 FTU/kg. Pakan perlakuan
diberikan mulai ayam berumur 3 sampai 10 minggu. Peubah yang diamati meliputi
konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi, mortalitas, bobot dan persentase
karkas, organ dalam, gambaran darah, histopatologi hati, ginjal dan usus. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pertambahan bobot badan ayam yaitu
perlakuan BBJP fermentasi (7.5; 10 dan 12.5%) dan suplementasi enzim menjadi
lebih tinggi yaitu berturut-turut 23.10%, 41.52% dan 23.83% dibandingkan dengan
perlakuan tanpa diolah. Pemberian BBJP fermentasi sampai 10 % tidak menunjukkan
efek negatif terhadap organ dalam, gambaran darah dan histopatologi. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa BBJP fermentasi yang suplementasi enzim
dapat digunakan sampai taraf 10% dalam ransum. Protein BBJP bisa menggantikan
protein bungkil kedelai sampai 32.17%.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sub sektor peternakan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan perbaikan gizi masyarakat dan meningkatkan pendapatan peternak. Salah satu usaha peternakan yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah peternakan ayam kampung. Peningkatan produksi peternakan harus didukung dengan pengadaan pakan ternak yang berkualitas tinggi, tersedia dalam jumlah yang cukup, memiliki kontinuitas dan harga yang relative murah serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
Penyediaan pakan ternak unggas di Indonesia saat ini masih mengalami kendala, salah satunya adalah masih tingginya komponen bahan pakan import sebagai penyusun pakan.Hal ini secara langsung berimplikasi terhadap tingginya harga pakan pada peternak. Beberapa bahan baku pakan dapat dipenuhi dari dalam negeri, namun beberapa bahan lainnya terpaksa masih harus diimpor. Pada tahun 2010 impor kedelai sebanyak 4,61 juta ton, naik sekitar 970.000 ton dibanding 2009. Dari total impor itu, impor kedelai dalam bentuk bungkil kedelai 62,25persen (BPS, 2011).
Bungkil biji jarak merupakan salah satu sumber pakan alternatif yang bias digunakan, yang merupakan hasil sampingan pengolahan biji jarak pagar menjadi minyak jarak. Menurut Aderibigbe et al. (1997) dan Aregheore et al. (2003), BBJP tanpa cangkang mengandung protein kasar sebesar 53-58% dari bungkil kedelai (46% protein), sehingga potensial sebagai sumber protein, tetapi penggunaan bungkil biji jarak masih sangat terbatas dikarenakan kandungan racun dan antinutrisi. Racun dalam pakan dapat mematikan ternak dan zat anti nutrisi dapat menghambat pertumbuhan ternak. Racun yang terkandung dalam bungkil biji jarak pagar adalah curcin dan phorbolester dan anti nutrisinya diantaranya adalah tanin, saponin, asam fitat dan anti tripsin. Pemberian bungkil biji jarak pagar tanpa pengolahan menyebabkan kematian ternak pada waktu singkat (Areghoreet al. 2003). Permana et al. (2007), melaporkan bahwa BBJP yang
berasal dari wilayah di Indonesia memiliki potensi yang setara dengan bungkil kedelai dan tidak ada kendala penggunaan secara in vitro.
Masalah pemanfaatan bungkil biji jarak pagar (BBJP) untuk pakan adalah penghilangan senyawa antinutrisi melalui detoksifikasi, biayanya cukup mahal dan belum tentu dapat diaplikasikan oleh petani/peternak di pedesaan. Diperlukan suatu cara untuk mengatasi efek racun dari BBJP agar aman dikonsumsi oleh ternak.
Proses detoksifikasi dengan pemanasan dapat menurunkan aktivitas curcin dan antitripsin (Makkar dan Becker, 1997;Aderibigbe et al. 1997; Aregheore et al 1998). Pengolahan dengan ekstraksi alkohol 92 % yang diikuti dengan pemanasan dapat menurunkan kadar phorbolester ke taraf yang dapat di toleransi ternak (0,09 mg/g) ( Aregheore et al, 2003). Upaya detoksifikasi BBJP yang dilakukan Despal et al. (2009) dengan pemanasan, pengolahan kimia mengunakan NaOH dan NaOCl dan penambahan anti tumor menggunakan kunyit berhasil mempertahankan kandungan nutrisi bungkil biji jarak dan menurunkan kandungan curcin. Detoksifikasi dapat juga dilakukan secara biologis diantaranya fermentasi yang merupakan kegiatan pengolahan bahan dengan menggunakan mikroorganisme sebagai pemeran utama dalam suatu proses (Fardiaz, 1988). Proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan nutrisi suatu bahan melalui biosintesis vitamin, asam amino esensial dan protein serta meningkatkan kualitas protein dan kecernaan serat yaitu dengan menurunkan kandungan serat kasar (Oboh, 2006).
Pengolahan secara biologis dengan cara menggunakan Rhizopus oligosporus dapat meningkatkan nilai nutrisi BBJP fermentasi, diharapkan dapat menurunkan racun curcin dan phorbolester (Sumiati et al. 2008).Rhizopus oligosporus mampu menghasilkan enzim protease yaitu enzim yang mampu merombak protein menjadi asam amino, sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi bungkil biji jarak pagar dan menjadi bahan baku yang bernilai tinggi
Perlakuan dengan fermentasi diharapkan mampu menyumbangkan enzim yang dapat memecah ikatan antar fraksi serat dalam BBJP, sehingga ternak monogastrik dapat lebih mudah dalam mencernanya. Proses fermentasi tidak dapat menghilangkan serat kasar dan asam fitat, oleh sebab itu suplementasi
enzim selulase dan fitase diharapkan bisa menurunkan senyawa tersebut. Dengan demikian diperlukan teknologi tepat guna sehingga nilai nutrisinya yang ada dalam BBJP fermentasi akan meningkat.
Disamping mengandung racun, terdapat senyawa aktif yang terkandung dalam bungkil biji jarak yang potensial sebagai anti Salmonella, diantaranya saponin. Dalam jumlah tertentu, saponin tidak menjadi anti nutrisi bagi ternak, tetapi sebaliknya akan menjadi anti mikroba seperti Salmonella. Bakteri Salmonella ini sangat sering menyerang ternak unggas dan menyebabkan penyakit Salmonellosis, sehingga akan merugikan peternak. Di samping itu perlu pemanfaatan senyawa yang terkandung dalam bungkil biji jarak. Harapannya adalah, produktivitas ternak unggas meningkat dan terbebas dari bakteri Salmonella tanpa menggunakan antibiotic sintetis dalam pakannya, sehingga akan dihasilkan daging unggas yang sehat tanpa residu antibiotika dan aman dikonsumsi manusia.
Dengan ditemukannya metode detoksifikasi BBJP yang tepat, akan meningkatkan nilai guna dari BBJP, sehingga hasil ikutan yang awalnya sangat murah menjadi bahan pakan sumber protein bernilai tinggi. Disamping itu permasalahan penyakit Salmonella typhimurium yang sering terjadi sekaligus teratasi dengan pemberian BBJP dalam pakan.
Tujuan Penelitian
1.Menguji pakan perlakuan yang mengandung BBJP hasil detoksifikasi sebagai sumber protein
2. Mendapatkan metode detoksifikasi BBJP terbaik yang dapat diaplikasikan di tingkat peternak
3. Mengetahui taraf optimum dalam pakan yang disuplementasi enzim terhadap performa ayam kampung
4. Menguji senyawa aktif yang terkandung dalam BBJP sebagai anti bakteri Salmonella typhimurium
Gambar 1 Lingkup dan Rencana Penelitian
HASIL/KESIMPULAN
ANTI Salmonella typhimurium
SUMBER PROTEIN
Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP)
Tujuan : Mengujisenyawa aktif yang terkandung dalam BBJP sebagai anti bakteri Salmonella typhimurium
Kombinasi perlakuan penggunaan BBJPfermentasidan penambahan energi termetabolis, Retensi N, P, Cadan SeratKasarTercerna
Pengaruh Pemberian Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi Yang Disuplementasi Enzim Terhadap Performa, Gambaran Darah Serta Histopatologi Hati Dan Ginjal
Ayam Kampung KandunganNutrisidan
Antinutrisi Serta Sifat Anti Bakteri BBJP
yangMendapatPerlakuanPeman asanSebelumFermentasi
Tujuan : meningkatkan nilai nutrisi pakan yang mengandung BBJP fermentasi Tujuan : Mendapatkan metode detoksifikasi BBJP terbaik yang dapat diaplikasikan di tingkat peternak
Tujuan: Mengetahui taraf optimum BBJP fermentasi dalam
pakan yang disuplementasi enzim terhadap performa ayam kampung
Penggunaan Berbagai Level Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi Yang Disuplementasi Selulase Dan Fitase Terhadap Performa, Gambaran Darah Serta Histopalogi Hati, Ginjal Dan Usus
Ayam Kampung
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Jarak Pagar
Jarak pagar (Jatropha curcas) telah lama dikenal masyarakat berbagai daerah di Indonesia.Tanaman ini mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5,0 – 6,5. Untuk tumbuh optimal, tanaman jarak memerlukan suhu berkisar antara 18°C - 30°C, ketinggian 0 - 2000 m diatas permukaan laut (dpl), curah hujan antara 300 mm - 1200 mm (Hariyadi, 2005).
Jatropha curcas Linn(jarak pagar) adalah tanaman multiguna yang berasaldari Meksiko dan Amerika Tengah, dan telah ditanam di daerah tropis Amerika,Afrika, dan Asia. Madagaskar, Dahomey (Benini) dan Kepulauan Tanjung Verde(Cape Verde Island) merupakan negara pengekspor produk tanaman jarak pagar.Tanaman ini dapat ditanam di daerah tropis, terutama di daerah lahan kritis.Tanaman ini membutuhkan curah hujan hingga 900-1.200 mm/tahun. Tanaman inidapat tumbuh hingga mencapai tinggi 8 m, dengan biji sebagai produk utamanyamengandung 55-60% minyak (Becker dan Makkar 2000).
Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar (Ricinus communis), jarak ulung (Jatropha gossypifolia) dan jarak pagar (Jatrophacurcas). Klasifikasi jarak pagar menurut Hambali et al. (2006) adalah :
kingdom : Plantae subkingdom : Tracheobionta super division : Spermatophyta division : Magnoliophyta class : Magnoliopsida subclass : Rosidae orde : Euphorbiales famili : Euphorbiaceae genus : Jatropha species : curcas
Potensi Bungkil Biji Jarak untuk Pakan
Potensi terbesar jarak pagar ada pada buah yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji terdapat inti biji dan kulit biji. Inti inilah yang menjadi bahan pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar. Hasil ekstraksi dari inti biji akan dihasilkan minyak jarak pagar dan bungkil sisa ekstraksi. Bungkil sisa ekstraksi bisa menghasilkan pupuk dan sebagai bahan pembangkit biogas yang produk akhirnya berupa biogas pengganti minyak tanah. Bungkil sisa ekstraksi ini juga setelah didetoksifikasi dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Berdasarkan catatan Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati (Timnas BBN), tanaman jarak pagar dikembangkan di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, Irian Jaya Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Produksi jarak pagar beberapa daerah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1Potensijarak pagar beberapa daerah di Indonesia
Daerah Penghasil Utama Luas tanam (ha) Produksi (pohon) (ribu) Produksi Biji(kg/poho n/ tahun) Bungkil Jarak/tahun* Jawa Barat 3.374 8.435 29.522,5 19.189,63 Jawa Timur 3.465,5 8.663,75 30.323,13 19.710,03 Nusa Tenggara 2.677 6.692,5 23.423,75 15.225,44 Sumbawa 15.000 37.500 131.250 85.312,5 Kalimantan Tengah 10.025 25.062,5 87.718,75 57.017,19 Sulawesi Tengah 3.000 7.500 26.250 17.062,5 Total 37.541,5 93.853,75 328.488,1 213.517,3
Sumber: Kementerian Pertanian (2008), sudah diolah
Secara ekonomi, tanaman jarak pagar bisa dimanfaatkan seluruh bagiannya, mulai dari daun, batang, getah dan batangnya. Menurut Guibitz et al. (1998), kegunaan pohon jarak diilustrasikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Manfaat tanaman jarak pagar (Guibitz et al.1998) Biji jarak mengandung protein dan minyak yangtinggi, cangkang pada umumnya terdiri dariserat dan lignin yang cukup tinggi. Oleh sebab itu,bungkil yang tercampur cangkang akan mempunyai nilai nutrisi yang lebih rendah karenakandungan lignin dan serat di dalam bungkil menjaditinggi. Bila cangkang dipisahkan dan minyakdikeluarkan, bungkil biji yang tersisa akan mengandung
Jarak pagar (Jatropha curcas Linn)
- Pengendalian erosi - Tanaman pagar
Kayu bakar
Pelindung tanaman
Daun
- Pengembangan ulat sutra - Obat obatan
- Zat anti radang
Lateks
- Protease penyembuh luka (Kurkina) - Obat - obatan Buah Biji - Insektisida - Pakan ternak Kulit buah - Material bakaran - Pupuk hijau - Produksi biogas Cangkang biji - Material bakaran - Biogas - Pupuk Bungkil biji - Pakan ternak (varietas non toksik) Minyak biji - Produksi sabun - Bahan bakar - Insektisida - Obat - obatan
protein yang tinggi (hingga 54%), sehingga memungkinkan bungkil biji digunakansebagai sumber protein (Makkaret al.1997).
Produktivitas tanaman jarak berkisar antara 3,5- 4,5 kg biji/pohon/tahun. Pada tingkat populasi tanaman antara 2500-3300 pohon/ha,tingkat produktivitasnya antara 8-15 ton biji/ha.Apabila rendemen minyak sebesar 35% maka tiap hektar lahan dapat dihasilkan 2,5 ton/minyak/ha/tahun (Hariyadi 2005) dan bungkil biji jarak sekitar 5,2 – 9,75 ton/ha/tahun.Persentase dari buah jarak dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Persentase buah jarak pagar Sumber : aMakkar dan Becker, 1997
b.Hariyadi, 2005
c. Becker dan Makkar, 2000
Ada beberapa senyawa anti nutrisi dalam bungkil biji yaitulektin, anti tripsin (trypsin inhibitor), saponin, fitat,phorbolester dan sebagainya (Makkaret al., 1998;Makkar dan Becker, 1998). Selain itu, ditemukan senyawa tanin yang dapat mengikat protein pakan atauenzim-enzim pencernaan sehingga kecernaan proteinpakan dan sistem pencernaan terganggu (Makkar 2003). Senyawa lektin adalah senyawa glikoproteinyang memiliki kemampuan untuk mengikat molekulyang mengandung karbohidrat pada lapisan epiteliumdari mukosa usus sehingga, lektin akan merusak viliusus, menghambat absorpsi nutrien, meningkatkankehilangan nitrogen endogenous (Fasinaet al. 2004).
Kulit luar (Husk) 28.9%a
Cangkang(Shell) 28.44 %a
Inti buah (Kernel) 42.66 %a
Minyak 23.43 %b Bungkil tanpacangkang 19.17c%b
- Minyak 24.85 %c
- Bungkil dengan cangkang
Senyawa anti tripsin atau trypsin inhibitor dapatmenghambat kerja tripsin sehinggaakan mempengaruhi pencernaan protein di dalamternak. Senyawa lektin yang sudah diisolasi dari bungkil jaraksalah satunya disebut kursin (curcin) yang termasukkelompok toksalbumin. Saponin dapatmembentuk busa sehingga menyebabkan kembung.Saponin juga bersifat menghemolisis darah sehinggamerusak darah apabila terserap ke dalam peredarandarah (Winaet al.2005).
Selleet al. (2000) melaporkan ada senyawalain yaitu fitat yang dapat mengikat fosfor (unsur P)sehingga mengurangi ketersediaan mineral P.Menurut Ravindran et al. (1999), asam fitat adalah bentuk simpan utama dari fosfor dalam biji-bijian tanaman, terhitung sekitar 60-80% dari total fosfor. Molekul asam fitat mengandung mineral P yang tinggi, yaitu sekitar 28,8%. Karena pakan unggas sebagian besar terdiri atas bahan pakan nabati (terutama serealia), maka asam fitat sangat penting ditinjau dari segi nutrisi. Ravindran (1999) melaporkan bahwa di bawah kondisi pakan normal, P-asam fitat tidak tersedia untuk unggas, karena unggas miskin dengan enzim fitase untuk menghidrolisis asam fitat. Asam fitat juga mempunyai kemampuan untuk mengikat kation multivalen, termasuk Ca, Zn, Fe, Mg, Mn dan Cu. Kornegay et al. (1999) melaporkan bahwa asam fitat berpotensi untuk membentuk komplek dengan berbagai kation seperti Ca, Mg, Zn dan Cu. Struktur asam fitat disajikan pada Gambar 4.
Senyawa lainnya adalah phorbolester, yaitu senyawa dalamkelompok diterpenoid yang mempunyai ikatan esterdengan asam-asam lemak. Menurut Aregheore et al. (1998), phorbolester sebagai racun utama yang tidak mudah rusak oleh pemanasan, sehingga diduga penggunaannya dalam pakan ternak dapat menyebabkan kematian. Pemanasan sampai 160˚C selama 30 menit tidak dapat merusak phorbolester karena phorbolester merupakan racun yang stabil, akan tetapi phorbolester dapat dihilangkan dengan pengolahan secara kimiawi (Makkar dan Becker, 1997 b).Phorbolesterjuga mempunyai sifat sebagai pencahar, dan mengakibatkan iritasi kulit, mabuk, muntah serta diare yang dapat menyebabkan kematian pada tikus, ayam dan domba (Goel et al.2007). Struktur kimia phorbolester dapat dilihat pada Gambar 5. Phorbol ester merupakan ester dari tigliane diterpen. Komponen penting dari kelompoksenyawa ini adalah tiglian, suatu diterpen tetrasiklik yang memiliki gugus alkohol. Hidroksilasisenyawa ini dengan berbagai posisi dan jenis asam melalui ikatan ester menghasilkan sejumlah besar senyawa yang disebut phorbol ester (Goel et al. 2007). Terdapat dua kelompok phorbolyaitu α dan β yang dibedakan berdasarkan gugus OH pada cincin C. Yang termasuk β phorbolaktif yaitu TPA (4ß-12-O -tetradecanoylphorbol-13-acetate) dan PDBU (4ß-phorbol-12,13-dibutyrate).
Tabel 2 Komposisi senyawa anti nutrisi/racun pada bungkil
Senyawa anti nutrisi/racun
Jatropha curcas beracun (Nicaragua)
Jatropha curcas tidak beracun (Mexico) Bungkil (minyak diekstrak) Cangkang Bungkil (minyak diekstrak) Cangkang Total fenol (%)a 0,29 2,8 0,22 4,4 Tanin (%)a 0,03 2,0 0,02 2,9 Tripsin inhibitor (mg/g bungkil) 21,1 - 26,5 - Lektin (dalam bungkil)b 102 - 51 - Saponin (% dalam bungkil) c 2,0 - 3,4 - Fitat (% dalam bungkil ) 10,1 - 8,9 - Forbolester (mg/g biji) 2,17 - 0,11 -
Sumber: Makkar et al. (1998)
a = ekuivalen dengan asam tanat sebagai standar
b = jumlah minimum bungkil yang dibutuhkan untuk mengaglutinasi butir darah merah, semakin tinggi nilai artinya semakinrendah aktivitas lektin
c = ekuivalen dengan diosgenin sebagai standar - = tidak ada data
Nilai kosong berarti senyawa tersebut tidak ditemukan dalam bungkil atau cangkang
Upaya Penurunan Racun dan Antinutrisi Bungkil Biji Jarak Pagar Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar
Bungkil biji jarak pagar tanpa adanya pengolahan tidak dapat diberikan pada ternak. Oleh karena itu diperlukan pengolahan bungkil biji jarak terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak ( Aregheore et al. 2003). Ada beberapa cara detoksifikasi yang telah di lakukan peneliti di berbagai negara.
Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar Secara Fisik
Pengolahan dengan pemanasan dilaporkan antara lain oleh Wink (1993);Makkar dan Becker (1997b); Aderibigbe et al. (1997); Aregheore et al. (2003).Pemanasan 1000 C selama 30 menit belum mampu menurunkan aktifitas lectin,namun pemasakan (disertai penguapan panas) selama 5 menit mampu mendeaktivasilectin (Wink, 1993). Secara radiasi telah dilakukan untuk
menghilangkan racun bungkil, tetapi tidak berhasil menurunkan kandungan senyawa antinutrisi dan racun bungkil biji jarak pagar (Martinez-Herrera et al,. 2006)
Phorbolester stabil terhadap pemanasan, dapat bertahan pada pemanasan diatas suhu 1600C selama 30 menit (Makkar dan Becker, 1997b). Phorbolesterdengan protein 68% dapat direduksi dari level 1,78 menjadi 0,09 mg/g dengan pemanasan 1210C selama 30 menit diikuti dengan pencucian 4 kali dengan metanol 92% (Aregheore et al., 2003). Curcin dapat dinonaktifkan dengan pemanasan basah pada suhu 1210C selama 30 menit dengan kadar air 66% (Aderibigbe et al, 1997; Aregheore et al, 1997). Lebih lanjut Aderibigbe et al, (1997) melaporkan, perlakuan pemanasan selain dapat mengurangi antinutrisi labil dapat pula meningkatkan kecernaan protein
Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar Secara Kimiawi
Proses detoksifikasi bungkil biji jarak secara kimiawi dapat digunakan larutan basa seperti natrium hidroksida (NaOH), kalsium hidroksida (Ca(OH)
2) atau kombinasi larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan natrium hipoklorit (NaOCl). Penggunaan larutan NaOH 4% atau kombinasi dengan larutan natrium hipoklorit 10-25% dapat menghilangkan aktivitas lektin tetapi tidak mampu menurunkan kadar phorbolester(Aregheore et al, 2003). Ekstraksi lanjutan dengan metanol atau etanol dapat mengurangi kadar phorbolester dari 3,85 menjadi 0,08 mg/gram sampel ( Martinez – Herrera et al., 2006)
Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar Secara Biologis
Hasil penelitian Sumiati dan Sudarman (2006) menunjukkan bahwa pemberian bungkil biji jarak pagar yang difermentasi dengan R. oligosporus pada ayam broiler menghasilkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian bungkil biji jarak tanpa diolah, akan tetapi belum menyamai performa perlakuan kontrol (tanpa pemberian bungkil biji jarak). Sumiati et al. (2008) menunjukan bahwa fermentasi bungkil biji jarak dengan R. oligosporus sangat efektif menurunkan kadar lemak dan antitripsin. Rendahnya kadar lemak diharapkan sejalan dengan rendahnya kadaphorbolester dalam bungkil biji jarak,
karena menurut Wink (1993),phorbolester terdapat pada lemak yang masih berada dalam bungkil biji jarak. Wina et al. (2009) melaporkan detoksifikasiBBJP dengan cara fermentasi menggunakan A. oryzae, mampu menguraikan lemak dan mengurangi senyawa antinutrisi asam fitat.
Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar Kombinasi Secara Fisik dan Kimiawi
Proses detoksifikasi secara fisik dan kimiawi tidak mampu menghilangkan senyawa antinutrisi bungkil biji jarak pagar, sehingga di perlukan kombinasi fisik dan kimiawi agar proses detoksifikasi menjadi efektif.Menurut Wina et al. (2009), detoksifikasi bungkil biji jarak dengan cara fisik dan kimiawi, hasilnya adalah perlakuan gabungan ekstrak heksan-metanol dan autoklaf merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lain terhadap performan ayam dan tidak menyebabkan kematian.
Inhibitor tripsin dan lectin dalam BBJP bersifat tidak stabil dengan panas, sehingga racun tersebut dapat dihilangkan dengan perlakuan pemanasan. Sementara phorbolester tidak dapat dirusak dengan perlakuan pemanasan, karena racun ini bersifat stabil dalam panas dan tidak rusak dalam suhu pemanggangan (roasting) sekitar 160oC selama 30 menit. Racun dalam bungkil tersebut dapat dikurangi dengan perlakuan kimiawi (Makkar dan Becker, 1997).
Rangkuman perkembangan penelitian yang sudah dilakukan dengan proses detoksifikasi terhadap bungkil biji jarak pagar (BBJP) dapat dilihat pada Tabel 3, topik perkembangan penelitian bungkil biji jarak pagar (BBJP) pada Ternak disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3 Perkembangan penelitian detoksifikasi bungkil biji jarak pagar No Jenis
detoksifikasi Jenis perlakuan Hasil penelitian Peneliti 1 Proses fisik Pemanasan 1000 C
selama 30 menit; pemasakan (disertai penguapan panas) selama 5 menit Belum mampu menurunkan aktifitas lectin; namun pemasakan selama 5 menit mampu mendeaktivasi lectin Wink (1993)
2 Proses fisik Pemanasan basah pada suhu 1210C selama 30 menit dengan kadar air 66%
Curcin dapat dinonaktifkan
Aregheore
et al. (1997). 3 Proses fisik Pemanasan Dapat mengurangi Aderibigbe
antinutrisi labil dapat pula meningkatkan kecernaan protein
et al. (1997) 4 Proses fisik Pemanasan diatas
suhu 1600C selama 30 menit Phorbolesterstabil terhadap pemanasan Makkar dan Becker. (1997b). 5 Proses fisik Kombinasi tekanan
pada autoklaf 121°C dan kadar air tinggi 66% dalam waktu 30 menit
Sangat efektif menurunkan kadar lektin menjadi tidak terdeteksi
Areghore
et al. (1998). 6 Proses kimia Larutan NaOH 4%
dan 10% NaOCl disertai pemanasan
Dapat menurunkan kadar phorbolester
bungkil biji jarak pagar
Aregheore
et al. ( 2003) 7 Proses fisik Pemanasan 1210C
selama 30 menit diikuti dengan pencucian 4 kali metanol 92% Phorbolester dengan protein 68% dapat direduksi dari level 1,78 menjadi 0,09 mg/g
Aregheore
et al. (2003). 8 Proses kimia Larutan (NaOH),
(Ca(OH) 2) atau kombinasi larutan (NaOH) dengan (NaOCl). Dapat menghilangkan aktivitas lektin tetapi tidak mampu menurunkan kadar phorbolester Aregheore etal. (2003).
9 Proses kimia Ekstraksi lanjutandengan metanol atau etanol
Mengurangi kadar phorbolester dari 3,85 menjadi 0,08 mg/gram sampel Martinez – Herrera et al. (2006) 10 Proses biologis
FermentasiRhizopus sp. Menghilangkan kandungan curcin dan phorbolester BBJP Tjakradidjaja et al. (2007) 11 Proses biologis Fermentasi R. oligosporus. Efektif menurunkan kadar lemak dan antitripsin
Sumiati et al. (2008) 12 Proses
biologis
Fermentasi A. oryzae Mampu
menguraikan lemak dan mengurangi senyawa antinutrisi asam fitat. Wina et al . (2009) 13 Proses fisik dan kimiawi kimia Pemanasan dan mengunakan NaOH dan NaOCl dan penambahan anti tumor menggunakan kunyit Berhasil mempertahankan kandungan nutrisi bungkil biji jarak dan menurunkan kandungan curcin. Despal et al. (2009) 14 Proses fisik dan kimiawi Gabungan ekstrak heksan-metanol dan autoklaf; BBJP diekstrak heksan-metanol; autoklaf Perlakuan gabungan ekstrak heksan-metanol dan autoklaf merupakan perlakuan terbaik dibandingkan
Pasaribu
dengan perlakuan lain
15 Proses fisik Proses secara autoklaf Tingginya angka kematian ayam tanpa perlakuan (34,29%) atau yang diautoklaf (25,71%) Pasaribu et al. (2009)
Pemanfaatan Bungkil Biji Jarak Pagar Sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas
Makkar dan Becker (1997), melaporkan bahwa kematian anak ayam yang diberi pakan campuran yaitu 70% pakan kontrol dan 30% pakan yang mengandung l6% bungkil biji jarak beracun yang sudah dipanaskan. Menurut Sumiati (2007), pemberian bungkil biji jarak dalam pakanpada ayam broiler menyebabkan penurunan pertumbuhan dan mortalitas yang tinggi. Semakin tinggi taraf (5,10,15 %) pemberian bungkil biji jarak dalam pakan pertumbuhan semakin menurun dan kematian semakin cepat.
Uji in vitro menggunakan campuran enzim pencernaan unggas terhadap