• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bungkil biji jarak pagar (BBJP) merupakan hasil samping industri pengolahan biji jarak menjadi minyak yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan teknologi menggunakan metode kombinasi fisik (pemanasan) dan biologis (fermentasi). Menurut Aderibigbe et al. (1997) dan Aregheore et al. (2003), BBJP tanpa cangkang mengandung protein kasar sebesar 53-58% dari bungkil kedelai (46% protein), sehingga potensial sebagai sumber protein, Disamping kandungan antinutrisinya terutama seratkasar dan asam fitat yang tinggi dansenyawatoksinsebagai kendala pemanfaatanbungkil biji jarak pagar sebagai pakan unggas juga secara fisik dipengaruhi keberadaancangkang.BBJP mengandung toksik yang tinggi bagi banyak spesies ternak karena adanya beberapa komponen racun dan anti nutrisi seperti phorbolester, asam fitat, tripsin inhibitor, dan saponin dengan jumlah yang tinggi (Makkar et al, 2008) dan tanin (Makkar, 2003). Keadaan ini bila tidak ditangani dengan baik akanmengganggu performa dan kesehatan ayam kampung yang mengkonsumsinya. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa pada umumnya tarafpemakaian BBJP dalam pakan masih sangat kecil bahkan ada yang masih enggan menggunakan bahan tersebut.BBJP tidak dapat diberikan kepada ayam kampung apabila tidak dilakukan proses detoksifikasi terlebih dahulu.Pemberian bungkil biji jarak pagar tanpa pengolahan menyebabkan kematian ternak pada waktu singkat (Areghore et al, 2003).

Ada beberapa cara detoksifikasi yang telah di lakukan peneliti di berbagai negara. Proses detoksifikasi dengan pemanasan dapat menurunkan aktivitas curcin dan antitripsin (Makkar dan Becker, 1997; Aderibigbe et al, 1997; Aregheore et al, 1998). Pengolahan dengan ekstraksi alkohol 92 % yang diikuti dengan pemanasan dapat menurunkan kadar phorbolester ke taraf yang dapat di toleransi ternak (0,09 mg/g) ( Aregheore et al, 2003). Upaya detoksifikasi BBJP yang dilakukan Despal et al. (2009) dengan pemanasan, pengolahan kimia mengunakan NaOH dan NaOCl dan penambahan anti tumor menggunakan kunyit berhasil mempertahankan kandungan nutrisi bungkil biji jarak dan menurunkan kandungan curcin.

Detoksifikasi dapat juga dilakukan secara biologis diantaranya fermentasi. Proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan nutrisi suatu bahan melalui biosintesis vitamin, asam amino esensial, dan protein, serta meningkatkan kualitas protein dan kecernaan serat yaitu dengan menurunkan kandungan serat kasar (Oboh, 2006).Pengolahan secara biologis dengan cara menggunakan Rhizopus oligosporus dapat meningkatkan nilai nutrisi BBJP fermentasi, diharapkan dapat menurunkan racun curcin dan phorbolester (Sumiati et al, 2008). Dalam upaya

meningkatkannilainutrisi BBJP fermentasi,

dilakukansuplementasienzimselulasedanfitase. Kandungan asam fitat dan serat

kasar dalam BBJP fermentasiyang masih

cukuptinggidiharapkandapatdipecaholehkeduaenzimini.

Hasil penelitian menunjukkan proses detoksifikasi BBJP dengan autoklafdanfermentasi dapat menurunkan lemaksebesar93,3% danaktivitassenyawa anti tripsindarisebesar67,5%. Aderibigbe et al. (1997) melaporkan bahwa pemanasan dengan cara autoklaf dapat menurunkan antitripsin dan lektin.Antitripsin merupakan antinutrisi yang bersifat tidak stabil terhadap pemanasan. Penurunan aktivitas antitripsin terjadi karena selain faktor pemanasan dan adanya enzim protease yang dihasilkan oleh R. oligosporus dapat memutus ikatan komplek trypsin inhibitor. Oetari (2006), melaporkan bahwa enzim yang dihasilkan kapang dapat memecah senyawa komplek termasuk senyawa toksik. Fermentasi dengan menggunakan R. oligosporus, dapat menurunkan kandungan lemak yaitu dari 5,8% menjadi 0,39% dan aktivitas antitripsin dari 23,75% menjadi 7,61%. Diharapkan dengan menurunnya kandungan lemak dan antitripsin BBJP fermentasi dapat dijadikan sebagai bahan pakan yang ditambahkan ke dalam ramsum.

Mengingat pemanasan melalui autoklaf akan memakan biaya yang mahal maka untuk proses selanjutnya perlu dicari solusi untuk proses pengolahan yang lebihmurah sehingga bisa diaplikasikan kepada petani peternak. Sebagai solusiuntukmengganti proses autoklaf, dilakukan pengukusan dengan waktu yang berbeda yaitu 30, 45 dan 60 menit. Setelah proses pemanasandenganpengukusan, dilanjutkandengan proses fermentasimenggunakanRhizopusoligosporus. Proses fermentasi yang didahului oleh pengukusan selama 60 menit dapat meningkatkan

kandungan protein sebesar 15,1% ( 24,71 menjadi 25,09%) dan menurunkan lemak kasar sebesar 65,89% ( 5,16 menjadi 1,76%). Menurut Aisjah (1998), fermentasi bungkil biji jarak oleh Rhizophus oligosporus dapat meningkatkan kandungan protein kasar, asam amino. Selain itu kandungan asam amino BBJP yang dikukus selama 60 menit sebelum fermentasi mengalami peningkatan dibandingkan dengan kandungan asam amino BBJP kontrol (tanpa diolah), maupun dibandingkan dengan BBJP fermentasi yang dikukus selama 30 menit dan 45 menit. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan tersebut dapat meningkatkan nilai nutrisi BBJP. Menurut Makkar dan Becker ( 2009), kandungan asam amino (kecuali lisin) pada bungkil biji jarak lebih tinggi dibandingkan pada bungkil kedelai. Fermentasi yang didahului pengukusan selama 30, 45, dan 60 menit dapat menurunkan racun utama BBJP, yaitu phorbolester 30 menit sebesar 20,5% , 45 menit sebesar 0,2% , dan 60 menit sebesar 32,2% dan dapat menurunkan kadar tanin, saponin dan antitripsin cukup besar. Kandungan asam fitat BBJP juga menurun, walaupun penurunannya hanya sedikit. Belewu dan Sam (2010) melaporkan bahwa, fermentasi BBJP menggunakan Rhizopus oligosporus dapat menurunkan berbagai anti nutrisi, yaitu inhibitor tripsin, curcin, saponin, asam fitat dan phorbolester.Dilihat dari hasil penelitian yang didapatkan, dapat dilaporkan bahwa proses pengukusanselama 60 menit mempunyai prospek yang sangat baik, tepat guna, mudah diaplikasikan di tingkat petani/peternak seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan Antinutrisi BBJP Kontrol dan yang diolah melalui Proses Pengukusan Komponen Perlakuan Kontrol 30 45 60 Phorbolester (ug/g) 43,63 34,67 43,54 29,59 Tanin (%) 0,13 0,07 0,04 0,007 Saponin (%) 1,04 0,49 0,26 0,39 Asam fitat (%) 4,13 4,10 3,46 3,10 Antitripsin (TIU) 12,09 9,98 7,79 4,06

Penambahan enzim selulase dan fitase diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan energi maupun mineral terutama P dan Ca. Pada penelitian sebelumnya, Sumiati et al. (2008) sudah membandingkan antara penambahan BBJP fermentasi dengan penambahan BBJP diolah tanpa penambahan enzim.

Oleh sebab itu, penelitian ini dirancang untuk tidak lagi membandingkan antara fermentasi dengan tanpa fermentasi tetapi melihat pengaruh kombinasi bungkil jarak fermentasi ditambah suplementasi enzim terhadap ayam kampung. Dapat disimpulkan bahwa BBJP fermentasi yang disuplementasi enzim fitase atau campuran selulase + fitase memberikan efek yang lebih baik dalam meningkatkan energi termetabolis.

Hasil yang didapatkan bahwa performa dan kualitas ayam kampung yang diberi enzim selulase dan fitase hampir menyamai

kontroldanlebihbaikdibandingkanperlakuan BBJP

tanpadiolahwalaupunpeningkataninitidaknyata.Besarnyavariasi yang terjadiantarindividukemungkinanmenyebabkanperbedaan yang tidaknyatadalambobotbadanakhir.Persentaseberat organ dalamterutamahati, ginjal, gizzarddanpankreasumur 10 minggusignifikanlebihbesarpadaperlakuanpemberian BBJP tanpadiolahdibandingkandenganperlakuan BBJP fermentasi dan suplementasi enzim.Hal inimengindikasikanbahwaracundansenyawa anti nutrisidari BBJP tanpadiolahmemberikanefeknegatif, dalamjangkawaktu yang lama kemungkinanakanmenekanperformaternak. BBJP fermentasitidak memberikan efek negatif terhadap bobot organ dalam, gambaran darah maupun histopatologi hati dan ginjal. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan BBJP fermentasi yang disuplementasi selulase dan fitase menghasilkan performa, gambaran darah dan histopatologi hati dan ginjal yang sama dengan perlakuan BBJP tanpa diolah dan kontrol.

Tahap penelitian selanjutnya adalah penggunaan berbagai taraf BBJP fermentasi (7,5; 10; 12,5%) yang suplementasi selulasedanfitasepada ayam kampung.Penelitian ini menghasilkan BBJP fermentasi dan suplementasi masih lebih baik dibandingkan BBJP tanpa diolah. Pemberian BBJP fermentasi sampai 10% dan suplementasi enzim tidak memberikan efek negatif terhadap penampilan ayam kampung secara keseluruhan. Performa dan kualitas karkas ayam kampung masih memberikan hasil yang significan tapi belum bisa menyamai kontrol. Pemberian BBJP fermentasi sampai 10% disertaidengan suplementasi enzim tidak memberikan efek negatif terhadap bobot organ dalam, gambaran darah maupun histopatologi hati, ginjal dan usus.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan

pertambahanbobotbadanayamyaituperlakuan BBJP fermentasi (7,5; 10 dan 12.5%) dansuplementasi enzimmenjadilebihtinggiyaituberturut-turut23,10%, 41,52% dan 23,83% dibandingkandenganperlakuantanpa diolah. Pemberian BBJP fermentasi sampai 10 % tidak menunjukkan efek negatif terhadap organ dalam, gambaran darah dan histopatologi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa BBJP fermentasi yang suplementasi enzim dapat digunakan sampai taraf 10% dalam ransum. Protein BBJP bisa menggantikan protein bungkil kedelai sampai 32.17%.

Penelitian ini berhasil menurunkan senyawa antinutrisi dan racun pada BBJP tapi belum berhasil mengeliminasi senyawa tersebut. Pada umur 10 minggu belum menganggu performa dan kualitas karkas tapi penelitian jangka panjang terhadap produksi ternak dan mengevaluasi kandungan BBJP terhadap Salmonella typhimurium masih perlu penelitian lebih lanjut.

Dokumen terkait