• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Rasio CAR ( Capital Adequacy Ratio )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Kinerja Keuangan dan Pengujian Hipotesis

4.2.2 Analisis Rasio CAR ( Capital Adequacy Ratio )

Aspek permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank dan penilaian tersebut salah satunya didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan BI. Setiap Bank wajib memenuhi kecukupan modalnya. Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum CAR sebesar 8% (Darmawi, 2012). Semakin tinggi rasio CAR suatu bank menunjukan bahwa bank tersebut semakin sehat serta kuat permodalannya. Rasio CAR sendiri dibentuk oleh total modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Apabila terjadi peningkatan ATMR dan pembelian aktiva tetap, maka produktivitas dapat berkurang. Hal ini mempengaruhi laba bank yang merupakan komponen dari modal itu sendiri. Apabila ketentuan rasio kecukupan modal tidak terpenuhi, akan mengurangi kemampuan ekspansi kredit dan mempengaruhi tingkat kesehatan bank (Darmawi, 2012).

Pada Tabel 6 terlihat selama 5 tahun rata-rata rasio CAR terbesar dimiliki oleh Bank Panin dengan CAR 19,56%. Nilai persentase tersebut mencerminkan bahwa modal bank yang dimiliki oleh Bank Panin jauh lebih besar daripada total ATMR. Hal ini dikarenakan pada tahun 2007-2009 Rasio CAR Bank Panin berada di atas angka 20% serta di tahun 2009 dengan jumlah total modal 10.071.718 juta rupiah dan ATMR berjumlah 45.922.418 juta rupiah. Hal tersebut menunjukan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011

mengalami penurunan hingga mencapai 17,45% karena adanya kenaikan ATMR menjadi 83.138.538 juta rupiah pada tahun 2011.

Tabel 6. Rasio CAR

Rasio CAR (%)

Nama Bank 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata Mandiri 20,75 15,70 15,66 14,70 15,13 16,39 BRI 15,84 13,18 13,20 13,76 14,96 14,19 BTN 22,13 16,14 21,54 16,74 15,03 18,32 BNI 15,70 13,50 13,80 18,60 17,60 15,84 Rata-Rata Bank BUMN 18,61 14,63 16,05 15,95 15,68 16,18 BCA 19,22 15,78 15,33 13,50 12,75 15,32 CIMB Niaga 17,06 15,60 13,88 13,47 13,16 14,63 Danamon 20,30 15,40 17,55 13,25 16,62 16,62 Panin 21,58 20,31 21,79 16,65 17,45 19,56 Permata 13,30 10,80 12,20 14,10 14,10 12,90 BII 19,81 19,52 14,71 12,74 12,03 15,76 Bank Mega 11,84 16,09 18,01 15,03 11,86 14,57 NISP 17,75 18,95 20,45 17,63 13,75 17,71 Rata-rata Bank Non-BUMN 17,61 16,56 16,74 14,55 13,97 15,88 Rata-Rata 15,98

Sumber: Data diolah (2013)

CAR pada Bank Panin terbilang sangat baik dikarenakan memiliki CAR paling tinggi diantara semua Bank. Pada Tabel 6 rasio CAR Bank Panin tetap di atas rata-rata rasio CAR jika dilihat dengan nilai rata-rata CAR Bank non-BUMN sebesar 15,88%. Kekuatan permodalan Bank Panin masih terbilang sangat baik dan rasio kecukupan modal (CAR) mengalami sedikit kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2010 sebesar 16,65% menjadi 17,45% pada tahun 2011. Hal ini terutama karena peningkatan pada modal pelengkap, yakni dari hasil penerbitan Obligasi

Subordinasi Bank Panin III Tahun 2010 yang diperhitungkan untuk menjadi komponen modal, disertai juga oleh kenaikan dari aktiva produktif, yakni fasilitas kredit yang diberikan yang mengalami kenaikan 24% (Laporan Tahunan Panin, 2011). Bank Panin perlu menjaga rasio CAR-nya pada kondisi seperti ini agar kondisi permodalan tetap terjaga kuat dan sehat.

Pada Bank BUMN, CAR terbesar dimiliki oleh BTN dengan nilai CAR rata-rata 5 tahun sebesar 18,32% dan masih di atas rata-rata CAR Bank BUMN sebesar 16,18%. Rata-rata CAR BTN termasuk besar karena pada tahun 2007 sampai dengan 2009 angka CAR mencapai di atas kisaran 20% dengan nilai CAR 2007 sebesar 22,13 dan tahun 2009 sebesar 21.54. Total modal BTN pada tahun 2007 mencapai 2.990.130 juta rupiah dengan ATMR sebesar 13.509.283 juta rupiah yang kemudian total modal tersebut meningkat menjadi 5.576.488 juta rupiah dengan ATMR sebesar 25.634.825 juta rupiah pada tahun 2009. Dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 BTN mengalami hal yang serupa dengan Bank Panin yaitu penurunan nilai CAR. Nilai CAR BTN turun hingga mencapai 15,03% pada tahun 2011 yang merupakan CAR terendah untuk BTN selama kurun waktu 5 tahun terakhir karena pada tahun 2011 terjadi peningkatan peningkatan signifikan atas aktiva produktif, khususnya peningkatan fasilitas kredit sehingga ATMR naik menjadi 46.373.034 juta rupiah di tahun 2011 dari tahun 2010 sebesar 36.265.214 juta rupiah.

Dilihat dari kelompok Bank BUMN CAR terendah adalah Bank BRI dengan nilai rasio 14,19%, di bawah rata-rata CAR Bank BUMN sebesar 16,18%. Hal itu menunjukan CAR tersebut masih di atas batas minimal CAR dari ketentuan Bank Indonesia sebesar 8% dan terbilang baik dan sehat tetapi harus terus ditingkatkan mengingat permodalan merupakan hal yang penting untuk melakukan ekspansi kredit. Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 CAR BRI berada dikisaran 13-14% dan 14,96% di tahun 2011 dengan total modal bertambah dari 31.711 miliar rupiah di tahun 2010 menjadi 41.816

miliar rupiah di tahun 2011 serta total ATMR meningkat dari 230.447 miliar rupiah di tahun 2010 menjadi 279.603 miliar rupiah di tahun 2011. Secara historis dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, CAR BRI mengalami tren yang meningkat. Hal ini menunjukan komitmen bank dalam kekuatan permodalan yang semakin baik dan sehat.

Sedangkan Bank Permata merupakan bank terendah pada kelompok Bank Non-BUMN sebesar 12,90% di bawah rata-rata Bank Non-BUMN sebesar 15,88% dengan jumlah modal pada tahun 2011 sebesar 11.419.858 juta rupiah dan ATMR sebesar 76.394.336 juta rupiah. Rasio kecukupan modal CAR Bank Permata tetap diatas ketentuan minimum CAR sebesar 8% serta stabil pada akhir tahun 2010 dan 2011. Bank Permata selalu memonitor kecukupan modalnya dengan berpedoman pada peraturan BI yang berlaku. Untuk mendukung pertumbuhan aset produktif dan sekaligus menjaga struktur permodalan yang sehat, Bank Permata melakukan penerbitan obligasi subordinasi pada bulan Juni 2011 (Laporan Tahunan Permata, 2011). Bank Permata kedepannya perlu melakukan peningkatan kekuatan modal agar dapat melakukan antisipasi fungsi dasar kegunaan modal bank itu sendiri. Hal ini berlaku untuk semua bank yang ada. Fungsi dasar modal itu sendiri adalah membiayai organisasi dan operasi sebuah bank, memberikan rasa perlindungan pada penabung dan kreditur, memberikan rasa percaya pada para penabung dan pihak berwenang (Darmawi, 2012).

Rata-rata total CAR Bank Non-BUMN sebesar 15,98% di bawah rata-rata CAR industri sebesar 15,98%. Sedangkan untuk CAR Bank BUMN sebesar 16,18% berada di atas CAR industri maupun CAR Bank Non-BUMN menunjukan kondisi CAR Bank BUMN lebih baik dari CAR Bank non-BUMN. Hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan rata-rata CAR Bank BUMN memiliki tingkat permodalan yang lebih baik dan lebih sehat diantara Bank Non-BUMN.

Dokumen terkait