• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba

HASIL PENELITIAN

C. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba

Sebelum dilakukan analisis, maka perlu dijelaskan bahwa dalam perhitungan rasio keuangan ini, menggunakan satuan miliaran rupiah. Berikut ini akan digunakan masing-masing rasio keuangan yang dibahas untuk memprediksi pertumbuhan laba. Rasio hutang

Rasio hutang dapat digunakan untuk mengukur persentase total dana yang disediakan para kreditor, seperti membayar kewajiban lancar, dan semua obligasi (hutang jangka panjang). Perhitungan rasio hutang perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Total Hutang Total Aktiva Rp. 38.880 Rp. 75.136 Rasio Hutang = 0.5 (50%)

Perhitungan rasio hutang perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut: Total Hutang Total Aktiva Rp. 39.005 Rp. 82.059 Rasio Hutang = 0.5 (50%)

Total hutang diperoleh dari jumlah kewajiban perusahaan. Rasio hutang perusahaan pada akhir tahun 2006, dan 2007 adalah 50%, yang berarti bahwa para kreditor telah menyediakan setengah dari jumlah pembiayaan perusahaan. Oleh karena rasio hutang rata-rata untuk industri adalah 33%, maka perusahaan bisa mengalami kesulitan memperoleh dana pinjaman tambahan, sebelum meningkatnya modal sendiri.

Rasio perputaran total aset

Rasio perputaran total aset dapat digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aset perusahaan. Perhitungan rasio perputaran total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Penjualan Total Aktiva Rp. 51.294 = Rasio Hutang = = = Rasio Hutang = = Rasio Perputaran Total Aset

Rasio Hutang Rasio Hutang

Rp. 75.136 Rasio Perputaran Total Aset = 0.7 kali

Perhitungan rasio perputaran total aset perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Penjualan Total Aktiva Rp. 59.440 Rp. 82.059 Rasio Perputaran Total Aset = 0.7 kali

Hal ini dapat dilihat dari nilai penjualan dalam laporan keuangan perusahaan. Total aktiva diambil dari jumlah aktiva di neraca perusahaan. Perputaran total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, dan 2007 adalah sama, yaitu sebesar 0.7 kali, sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 2 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu menciptakan volume bisnis yang cukup, untuk ukuran investasi aktiva yang dimilikinya. Penjualan sebaiknya ditingkatkan, atau beberapa aktiva yang tidak berguna dijual, atau perusahaan harus menjalankan keduanya.

Rasio laba terhadap beban bunga

Rasio laba terhadap beban bunga (rasio penutupan) dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana laba perusahaan boleh menurun, tanpa mempengaruhi keuangan perusahaan, karena tidak mampu membayar beban bunga tahunan.

= = Rasio Perputaran Total Aset

Perhitungan rasio laba terhadap beban bunga perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Laba Sebelum Bunga dan Pajak Beban Bunga

Rp. 20.707 Rp. 1.286 Rasio Laba Terhadap Beban Bunga = 16 kali

Oleh karena di laporan laba rugi perusahaan, laba sebelum pajak sudah meliputi pengurangan beban bunga, maka laba sebelum pajak pada akhir tahun 2006 sebesar Rp. 21.933, harus dikurangi dengan beban bunga sebesar Rp. 1.286, sehingga diperoleh laba sebelum bunga dan pajak sebesar Rp. 20.707. Laba sebelum bunga dan pajak perusahaan yang tersedia untuk memenuhi beban bunga adalah 16 kali, lebih tinggi dari nilai rata-rata industri, yaitu 8 kali, berarti perusahaan memiliki kemampuan menutup bunga dengan marjin pengaman yang maksimal.

Perhitungan rasio laba terhadap beban bunga perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Laba Sebelum Bunga dan Pajak Beban Bunga

Rp. 24.160 Rp. 1.436 Rasio Laba Terhadap Beban Bunga = 17 kali

Oleh karena di laporan laba rugi perusahaan, laba sebelum pajak sudah meliputi pengurangan beban bunga, maka laba sebelum pajak pada akhir tahun 2007 sebesar Rp. 25.596, harus dikurangi dengan beban bunga sebesar Rp. 1.436, sehingga

=

= = Rasio Laba Terhadap Beban Bunga

= Rasio Laba Terhadap Beban Bunga

Rasio Laba Terhadap Beban Bunga Rasio Laba Terhadap Beban Bunga

diperoleh laba sebelum bunga dan pajak sebesar Rp. 24.160. Laba sebelum bunga dan pajak perusahaan yang tersedia untuk memenuhi beban bunga adalah 17 kali, lebih tinggi dari laba sebelum bunga dan pajak akhir tahun 2006, dan nilai rata-rata industri, yaitu 8 kali, yang berarti lebih membaiknya kemampuan perusahaan dalam menutup bunga dengan marjin pengaman yang lebih maksimal.

Rasio marjin laba atas penjualan

Rasio marjin laba atas penjualan dapat digunakan untuk mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh perusahaan dari penjualan. Oleh karena penjualan perusahaan tergolong penjualan jasa, maka nilai penjualan diambil dari jumlah pendapatan usaha di neraca perusahaan.

Perhitungan rasio marjin laba atas penjualan perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Penjualan

Rp. 11.005 Rp. 51.294 Rasio Marjin Laba Atas Penjualan = 20%

Perhitungan rasio marjin laba atas penjualan perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Penjualan

Rp. 12.857

Rp. 59.440

Rasio Marjin Laba Atas Penjualan = 20% =

= = Rasio Marjin Laba Atas Penjualan

= Rasio Marjin Laba Atas Penjualan

Rasio Marjin Laba Atas Penjualan Rasio Marjin Laba Atas Penjualan

Marjin laba perusahaan pada akhir tahun 2006, dan 2007 adalah 20%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 5%. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan perusahaan telah baik.

Rasio hasil pengembalian atas total aset

Rasio hasil pengembalian atas total aset dapat digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya. Perhitungan rasio hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva

Rp. 11.005

Rp. 75.136

Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset = 15%

Hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah 15%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 11.4%. Hasil yang tinggi ini, berasal dari tingginya marjin laba terhadap penjualan (20% dibandingkan dengan rata-rata industri 5%).

Perhitungan rasio hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva Rp. 12.857 Rp. 82.059 = = = Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset

= Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset

Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset

Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset = 16%

Hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah 16%, lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pengembalian atas total aset perusahaan pada akhir tahun 2006, dan rata-rata industri. Dari hasil pengembalian atas total aset tersebut, mencerminkan bahwa semakin tinggi pengembalian atas total aktiva yang dimiliki perusahaan.

Rasio hasil pengembalian atas ekuitas

Rasio hasil pengembalian atas ekuitas dapat digunakan untuk mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham. Perhitungan rasio cakupan perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Modal

Rp. 11.005

Rp. 5.040

Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas = 2.2%

Hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan pada akhir tahun 2006, adalah 2.2%, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 15%.

Perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Modal

Rp. 12.857

Rp. 5.040

Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas = 2.6% =

= Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas

Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas

= = Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas

Hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan pada akhir tahun 2007, adalah 2.6%, lebih tinggi dibandingkan dengan pengembalian atas ekuitas perusahaan pada akhir tahun 2006, tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri, yaitu 15%.

Berikut ini, akan ditampilkan perbandingan antara hasil perolehan nilai rasio perusahaan, dengan nilai rata-rata industri, seperti pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1.

Perbandingan Perolehan Nilai Rasio Perusahaan dengan Rata-Rata Industri

Jenis-Jenis Rasio 2006 2007 Rata-Rata Industri

Rasio Hutang 50% 50% 33%

Rasio Perputaran Total Aset 0.7 kali 0.7 kali 1.5 kali

Rasio Laba terhadap Beban Bunga 16 kali 17 kali 8 kali

Rasio Marjin Laba Atas Penjualan 20% 20% 5%

Rasio Hasil Pengembalian Atas Total Aset 15% 16% 11.4%

Rasio Hasil Pengembalian Atas Ekuitas 2.2% 2.6% 15%

Sumber: Olahan penulis

Dari perbandingan perolehan nilai rasio perusahaan dari tahun 2006-2007, dengan nilai rata-rata industri, maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan rasio hutang.

Dari hasil perhitungan rasio hutang, diperoleh bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan dalam pinjaman dana tambahan, jika sewaktu-waktu diperlukan. Hal ini

didasari oleh hasil perhitungan rasio hutang pada tahun 2006, dan 2007, dimana nilai rasio hutang perusahaan adalah sebesar 50%, yang dapat diartikan bahwa para kreditor telah menyediakan setengah dari jumlah pembiayaan perusahaan. Hal ini mendukung pernyataan, bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan dalam pinjaman dana tambahan. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio hutang, dapat diprediksikan bahwa perolehan laba pada tahun yang akan datang, hampir sama dengan perolehan laba pada tahun 2007, dalam arti tidak terjadi pertumbuhan laba yang signifikan.

2. Hasil perhitungan rasio perputaran total aset.

Dari hasil perhitungan rasio perputaran total aset, diperoleh bahwa perusahaan tidak menciptakan volume bisnis yang cukup baik, untuk ukuran investasi aktivanya. Hal ini dapat disebabkan adanya sebagian aktiva perusahaan yang digunakan saat ini, tidak produktif/tidak berguna, sehingga perlu dijual, agar tidak menambah beban perusahaan. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio perputaran total aset, dapat diprediksikan bahwa perolehan laba pada tahun yang akan datang, hampir sama dengan perolehan laba pada tahun 2007, dalam arti tidak terjadi pertumbuhan laba yang signifikan.

3. Hasil perhitungan rasio laba terhadap beban bunga.

Dari hasil perhitungan rasio laba terhadap beban bunga, diperoleh bahwa perusahaan mampu menutup beban bunga yang terjadi dengan marjin pengaman

yang maksimal. Dari hasil perhitungan ini, diketahui bahwa beban bunga bukan merupakan masalah yang perlu dikuatirkan oleh perusahaan, karena perolehan laba sebelum bunga dan pajak, jauh di atas beban bunga yang terjadi. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio laba terhadap beban bunga, dapat diprediksikan bahwa pada tahun yang akan datang, pertumbuhan laba tidak dipengaruhi oleh beban bunga.

4. Hasil perhitungan rasio marjin laba atas penjualan.

Dari hasil perhitungan rasio marjin laba atas penjualan, diperoleh bahwa penjualan perusahaan dapat menghasilkan jumlah laba bersih yang tinggi, dimana dapat diketahui dari hasil rasio marjin laba atas penjualan yang diperoleh perusahaan, yaitu 20%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri, yaitu 5%. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio marjin laba atas penjualan, dapat diprediksikan bahwa pada tahun yang akan datang, salah satu faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan laba adalah penjualan yang semakin meningkat.

5. Perhitungan rasio hasil pengembalian atas total aset.

Dari perhitungan rasio hasil pengembalian atas total aset, diperoleh bahwa aset yang diinvestasikan perusahaan untuk dijual, dapat menghasilkan nilai pengembalian yang tinggi untuk perusahaan. Hal ini didasari oleh tingginya nilai rasio marjin laba terhadap penjualan. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio hasil pengembalian atas total aset, dapat diprediksikan bahwa pada tahun

yang akan datang, faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan laba adalah penjualan aktivanya.

6. Perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan.

Dari perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan, diperoleh bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan sangat kecil, yaitu hanya 2.2% di akhir tahun 2006, dan 2.6% di akhir tahun 2007. Rasio yang diperoleh jauh lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata industri, yaitu 15%. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan rasio hasil pengembalian atas ekuitas perusahaan, dapat diprediksikan bahwa perolehan laba perusahaan pada tahun yang akan datang, belum dapat mengembalikan modal perusahaan, dan laba yang diperoleh hampir sama dengan perolehan laba pada tahun 2007, dalam arti tidak terjadi pertumbuhan laba yang signifikan.

Dari hasil analisis keseluruhan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun yang akan datang, diprediksikan pertumbuhan laba perusahaan tidak signifikan, atau hampir sama dengan pertumbuhan laba pada tahun 2007. Hal ini didasari bahwa sulitnya perusahaan dalam memperoleh pinjaman dana tambahan untuk mengembangkan perusahaan, adanya sebagian aktiva perusahaan yang digunakan saat ini tidak produktif/tidak berguna, yang dapat menambah beban perusahaan, dan tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan yang kecil.

Walaupun perusahaan mampu menutup beban bunga yang terjadi dengan marjin pengaman yang maksimal, penjualan perusahaan dapat menghasilkan jumlah laba bersih yang tinggi, dan aktiva yang diinvestasikan perusahaan untuk dijual dapat

menghasilkan nilai pengembalian yang tinggi, tidak mampu membuat pertumbuhan laba pada perusahaan signifikan, jika dilihat dari segi kesulitan perusahaan memperoleh pinjaman dana tambahan untuk mengembangkan perusahaan, dan pengembalian atas ekuitas yang belum mendukung pertumbuhan laba perusahaan.

Dari analisis ini, dapat diketahui bahwa rasio keuangan mempunyai peranan dalam memprediksi pertumbuhan laba, apakah terjadi peningkatan laba, atau sebaliknya, dimana perusahaan dapat:

1. Menggunakannya sebagai acuan untuk meningkatkan prestasi kerja, sehingga pertumbuhan laba dapat optimal.

2. Mengambil strategi, dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang diperkirakan akan terjadi, seperti dalam hal kesulitan dalam memperoleh pinjaman dana tambahan, rendahnya pengembalian atas ekuitas perusahaan, adanya aktiva yang tidak produktif, dan lainnya.

BAB V

Dokumen terkait