• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya.Artinya seberapa mampu perusahaan untuk membayar kewajiban atau utangnya yang sudah jatuh tempo.Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang likuid.Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang illikuid.Pada saat jatuh tempo, perusahaan harus membayar kewajiban kepada pihak luar perusahaan atau likuiditas badan usaha ataupun di dalam perushaan atau likuiditas perusahaan.Untuk dapat memenuhi kewajibannya perusahaan harus memiliki jumlahkas

atau investasi atau aktiva lancar lainnya yang dapat segera dikonversi atau diubah menjadi kas untuk memenuhi kewajibanya seperti membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.

Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid dan sebaliknya.Apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable.Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.

Menurut Sutrisno (2009:215), likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera dipenuhi. Menurut Munawir (2007:31) likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaanuntuk memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan dikatakan likuid apabila memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan jika tidak mampu disebut likuid. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang segera harus dipenuhi.Menurut Munawir (2001:15) rasio likuiditas adalah rasio yang

mengukurkemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Likuiditas terbagi atas dua jenis yaitu:

1. Likuiditas atas badan usaha, yaitu likuiditas yang berhubungan dengan kemampuan manajemen perusahaan untuk membayar kewajiban keuangan kepada pihak luar dan kreditur pada saat ditagih.

2. Likuiditas perusahaan, yaitu likuiditas yang berhubungan dengan kemampuan manajemen perusahaan untuk melancarkan kewajiban keuangan yang dibutuhkan dalam bidang-bidang fungsional lainnya pada saat ditagih.

Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.Rasio-rasio ini dapat dihitung melaui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut:

1. Current Ratio (Rasio Lancar)

Yaitu rasio yang membandingkan antara aktiva lancar dan hutang lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 100% yang artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang lancar.Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban-kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi,

sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi laba perusahaan.Kelemahan dari current ratio adalah bahwa rasio ini tidak membedakan antara jenis aktiva lancar yang berbeda dimana sebagian dari aktiva ini jauh lebih likuid daripada lainnya.

Current Ratio = ������������

������������

���%

Current Ratio untuk PT. PGN (Persero) Tbk dapat dihitung sebagai berikut: Tahun 2013 = ��. 231,154 ,626 ,028,09 ��. 5,110 ,608,149,43

× 100%

= 0,45230356 = 0,45% Tahun 2014 =��. 217 ,601 ,518 ,443,57 ��. 27,785 ,071,353,00

× 100%

= 7,83159832 = 7,84%

Current ratio tahun 2013 adalah 0,45% artinya setiap Rp. 1, hutang lancar diperoleh dengan Rp. 45 aktiva lancar. Sedangkan current ratio tahun 2014 adalah 7,84% artinya setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan Rp. 7,84 aktiva lancar.

Current ratio PT. PGN (Persero) Tbk pada tahun 2013 adalah 0,45% sedangkan pada tahun 2014 adalah sbesar 7,84%. Ini berarti bahwa current ratio mengalami peningkatan sebesar 7,39 atau 739%.

2. Cash Ratio

Yaitu kemampuan perusahaan untuk dapat membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek segera harus dilunaskan.Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat

menutupi hutanglancar dengan kata laincash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.Beberapa komponen dalam aktiva lancar seperti inventori, piutang, atau surat berharga tidak dengan mudah segera diuangkan dan digunakan untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo.

Rasio ini adalah rasio yang paling likuid. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan namun dalam prakteknya akan mempengaruhi profitabilitasnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang tampak pada posisi aliran kas yang merupakan alat penyaluran kegiatan-kegiatan keuangan yang direncanakan untuk perusahaan pada masa yang akan datang agar menunjukkan suatu kekayaan yang meyakinkan apabila kewajiban-kewajiban keuangan yang jatuh tempo dibutuhkan maka uang kas akan tersedia.Semakin besar nilai rasio kas, maka semakin mudah perusahaan dalam membayar utang-utanngnya. Dengan demikian, rasio kas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Cash Ratio = ��� + ����

������������

���%

Cash Ratio untuk PT. PGN (Persero) Tbk dapat dihitung sebagai berikut: Tahun 2013 = ��. 113 ,038,400 ,00 ��. 5,110,608 ,149,43

× 100%

= 0,022118385 = 0,022% Tahun 2014 = ��. 98,793,900,00 ��. 27,785 ,071,353 ,00

× 100%

= 0,355564679 = 0,35%

Cash ratio tahun 2013 adalah sebesar 0,022% artinya setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,22 kas dan efek. Sedangkan cash ratio pada tahun 2014 adalah sebesar 0,35% artinya setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin Rp. 0,35 kas dan efek.

Cash ratio PT. PGN (Persero) Tbk pada tahun 2013 adalah 0,022% dan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 0,35%. Ini berarti telah terjadi peningkatan sebesar 0,328 atau 328%.

3.

Quick Ratio

Yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid.Rasio ini disebut juga acid test ratio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.

Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas.Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.Sawir (2009:10) menyatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.Walaupun persediaan termasuk dalam aktiva lancar namun persediaan tidak dengan lancar dapat segera digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan.Mengkonversi nilai persediaan menjadi uang kas membutuhkan waktu relative lebih lama jika dibanding aktiva lainnya. Semakin besar nilai quick ratio, maka semakin cepat perusahaan dapat memenuhi segala kewajibannya.

Quick Ratio = ������������−����������

������������

���%

Quick Ratio untuk PT. PGN (Persero) Tbk dapat dihitung sebagai berikut: Tahun 2013 =��. 231 ,154 ,629,028 ,09 −��. 3,962,817 ,063 ,99 ��. 5,110 ,608 ,149,43

× 100%

= 2311546263 = 23% Tahun 2014 =��. 217 ,601 ,518 ,443,57−��. 5,735 ,004 ,074,77 ��. 27,785 ,071 ,353,00 x 100% = 2176015163 = 21,7%

Quick ratio tahun 2013 adalah sebesar 23% artinya setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan Rp. 2,3 aktiva lancar yang lebih likuid. Sedangkan quick ratio pada tahun 2014 adalah sebesar 21,7% artinya setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin Rp. 2,17 aktiva yang lebih likuid.

Quick ratio PT. PGN (Persero) Tbk pada tahun 2013 adalah 23% dan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 21,7%. Ini berarti telah terjadi penurunan sebesar Rp. 1,03 atau 1,3%.Yang berarti bahwa quick ratio pada tahun 2013 lebih baik dibandingkan dengan keadaan quick ratio pada tahun 2014.

4. Working Capital to Total Assets Ratio

Working capital to total assets ratio dipergunakan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto). Working capital to total assets ratio dapat juga diartikan sebagai rasio modal kerja yang membandingkan antara modal kerja dengan keseluruhan aktiva.Aktiva lancar adalah aktiva yang oleh perusahaan diharapkan dapat berubah menjadi kas dalam jangka pendek, sedangkan hutang lancar adalah semua kewajiban perusahaan yang dalam jangka pendek harus dipenuhi.Net

working capital merupakan ukuran kasar sumber kas yang potensial dari perusahaan. Rasio ini menunjukkan likuiditas dari aktiva total perusahaan dan bagaimana posisi dari modal kerja.

Working Capital to Total Assets Ratio =������������−������������

�����������

���%

Working Capital to Total Assets Ratio untuk PT. PGN (Persero) Tbk dapat dihitung sebagai berikut: Tahun 2013 =��. 231,154 ,626 ,028 ,09 −��. 5,110 ,608 ,149,43 ��. 434 ,488,580 ,075 ,78

× 100%

= 2311546262 = 23% Tahun 2014 =��. 217,601 ,518 ,443 ,57 −��. 27,785 ,071,353 ,00 ��. 562 ,796,312 ,650 ,89 × 100% = 217601518 = 21,7%

Working capital to total assetstahun 2013 adalah sebesar 23% artinya likuiditas dari total asset dan komposisi modal kerja (neto) adalah sebesar 23% dan pada tahun 2014 working capital to total assets ratio adalah 21,7%. Ini menunjukkan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto (potensi cadangan kas pada perusahaan).

Working capital to total assets ratio perusahaan pada tahun 2013 adalah sebesar 23% dan pada tahun 2014 21,7%.Jika dibandingkan antara tahun 2013 dengan tahun 2014 terjadi penurunan sebesar 1,3%. Hal ini berarti perusahaan gagal dalam melakukan peningkatan terhadapworking to total assets ratio.

Dokumen terkait