• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Analisis Rasio Keuangan

2.6. Analisis Rasio Keuangan

1. Rasio Solvabilitas

Menurut Kasmir (151, 2009) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaaan dibubarkan (dilikuidasi). Oleh karena itu, manajer keuangan dituntut untuk mengelola rasio solvabilitas dengan baik sehingga mampu menyeimbangkan pengembalian yang tinggi dengan tingkat risiko yang dihadapi. Perlu dicermati pula bahwa besar kecilnya rasio ini sangat tergantung dari pinjaman yang dimiliki perusahaan, di samping aktiva yang dimilikinya (ekuitas).

Menurut Kasmir (155, 2009) dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain: debt to asset ratio (debt ratio), debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, tangible assets debt coverage, current liabilities to net worth, times interest earned, dan fixed charge coverage. Untuk mengukur tingkat solvabilitas yang dimiliki oleh PT Indospring Tbk. peneliti menggunakan debt ratio dan debt to equity ratio.

24

a. Rasio Utang atas Modal (debt to equity ratio)

Menurut Kasmir (157, 2009), debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk meilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut.

Debt to equity ratio = Total utang (Debt) Ekuitas (Equity)

b. Rasio Utang atas Aset (Debt to Asset Ratio / Debt Ratio)

Menurut Kasmir (156, 2009) Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan denman utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk

memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian

25

pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai oleh utang. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri sejenis.

Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut. Debt to asset ratio = Total debt

Total asssets

2. Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir (172, 2009) rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dakan mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil keputusan terdiri dari beberapa jenis, Penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung dari keinginan manajemen perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas yang digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak manajemen. Berikut ini ada beberapa jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari

26

beberapa ahli keuangan, yaitu: perputaran piutang (receivable turn over), hari rata-rata penagihan (days of receivable), perputaran sediaan (inventory turn over), hari rata-rata penagihan sediaan (days of inventory), perputaran modal kerja (working capital turn over), perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over), dan perputaran aktiva (assets turn over). (Kasmir, 175, 2009).

a. Perputaran aset (total assets turn over)

Menurut Kasmir (185, 2009), total assets turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rumus untuk mencari total assets turn over adalah sebagai berikut.

Total assets turn over = Penjualan (sales)

Total Aktiva (total assets) b. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turn Over)

Menurut Kasmir (184, 2009), fixed assets turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanankan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aset tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih denga aktiva tetap dalam suatu periode.

27

Rumus untuk mencari fixed assets turn over dapat digunakan sebagai berikut. fixed assets turn over = Penjualan (Sales)

Total Aktiva Tetap (Total fixed assets) 3. Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (196, 2009), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode.

Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang digunakan adalah: profit margin (profit margin on sales), return on investment (ROI), return on equity (ROE), dan laba per lembar saham.

a. Profit Margin (profit margin on sales)

Menurut Kasmir (199, 2009), profit margin on sales atau ratio profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut.

28

• Untuk margin laba kotor dengan rumus: Profit margin = Penjualan bersih – HPP

Sales

• Untuk margin laba bersih dengan rumus:

Net Profit Margin = Earning after Interest and Tax (EAIT) Sales

b. Return on Investment

Menurut Kasmir (202, 2009), return on investment (ROI) atau return on total assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

Rumus untuk mencari return on investment (ROI) dapat digunakan sebagai berikut.

Return on Investment = Earning After Interest and Tax Total Assets

29

c. Return on Equity

Menurut Kasmir (204, 2009), hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari return on equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut. Return on Equity (ROE) = Earning After Interst and Tax

30

BAB III

Dokumen terkait