• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6. Analisis Rasio Keuangan

a. Rasio Permodalan (Solvabilitas)

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung risiko kerugian. Besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu bank secara efisien menjalankan kegiatannya, dan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat (khususnya untuk masyarakat peminjam) terhadap kinerja bank. Penggunaan modal bank juga dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan bank guna menunjang kegiatan operasi bank,

dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari besarnya dana giro, deposito, dan tabungan yang melebihi jumlah setoran modal dari para pemegang sahamnya. Unsur kepercayaan ini merupakan masalah penting dan merupakan faktor keberhasilan pengelolaan suatu bank (Sinungan, 2000).

Dalam penelitian ini dari sisi permodalan digunakan rasio CAR. Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank.

Rasio kecukupan modal ini dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank dan total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Hasil perhitungan rasio ini kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum yakni sebesar 8% sesuai ketentuan CAR yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya:2009):

b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Tingkat kelangsungan usaha bank berkaitan erat dengan aktiva produktif yang dimilikinya, oleh karena itu manajemen bank dituntut untuksenantiasa dapat memantau dan menganalisis kualitas aktiva produktif yang dimilikinya. Kualitas aktiva produktif menunjukkan kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi oleh bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank. Aktiva produktif yang dinilai kualitasnya meliputipenanaman dana baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing, dalam bentukkredit dan surat berharga (Siamat, 2005).

Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya. Kolektibilitas dapat diartikan sebagai keadaan pembayaran kembali pokok, angsuran pokok atau bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterima kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman lainnya. Sedangkan tingkat kolektibilitas dapat dibedakan menjadi empat tingkat, yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan, atau macet. Pembedaan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya suatu kerugian yang diakibatkan oleh adanya kredit yang tidak terbayarkan atau kredit bermasalah.

Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur. Oleh karena itu kemampuan pengelolaan kredit sangat diperlukan oleh bank yang bersangkutan

(Sinungan, 2000). Dalam penelitian ini digunakan rasio NPL dalam menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan bank tersebut. NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya.

Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004, besarnya NPL yang baik adalah di bawah 5%. Rumus yang digunakan adalah:

c. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Standar terbaik BOPO menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 adalah 92%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya: 2009) :

d. Rasio Rentabilitas (Earning)

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

1. Return on Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas

yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.

Return On Asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan net income terhadap total asset. Net Income merupakan pendapatan bersih

sesudah pajak. Total asset merupakan rat-rata total assets awal tahun dan akhir tahun. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar.

Manfaat Return On Asset (ROA) Menurut Halim dan Supomo (2001) adalah :

a) Perhatian manajemen dititik beratkan pada maksimalisasi laba atas modal yang diinvestasikan.

b) ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi divisinya. Selanjutnya dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macain prestasi antar divisi secara obyektif. ROA akan mendorong divisi untuk menggunakan dana dalam memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan ROA tersebut.

c) Analisis ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

Kelemahan Return On Asset (ROA) menurut Munawir (2001) adalah :

a) ROA sebagai pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva tetap.

b) ROA mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam kondisi inflasi. ROA akan cenderung tinggi akibat penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan harga distorsi.

Rumus yang digunakan adalah (Mabruroh:2004):

2. Return On Equity (ROE)

Analisis Return On Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan penilaian seberapa besar tingkat pengembalian (prosentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis. Rumus yang digunakan adalah:

ROE = x 100%

e. Rasio Likuiditas (Liquidity)

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Standar terbaik LDR menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 adalah 85%-110%. Rumus yang digunakan menurut Lampiran surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP/2004 adalah:

LDR =

x 100%

f. Rasio Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP, rasio sensitivitas dapat dinilai melalui pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen berikut:

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga;

2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse

movement) nilai tukar; dan

Rasio sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio Posisi Devisa Neto (PDN). Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan pengaturan perbankan mendasarkan pada prinsip kehati-hatian, yang salah satunya menetapkan adanya kewajiban untuk memelihara Posisi Devisa Netto (PDN).

PDN merupakan rasio perbandingan selisih bersih antara aktiva dan pasiva valuta asing setelah memperhitungkan rekening-rekening administratifnya terhadap modal bank (Kuncoro dan Suhardjono: 2002).

Rasio PDN ini digunakan untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi (adverse

movement) nilai tukar. Menurut Peraturan Bank Indonesia

No.6/20/PBI/2004, bank umum wajib memelihara Posisi Devisa Netonya secara keseluruhan setinggi-tingginya 20%. Rumus yang digunakan:

PDN = x 100%

Dokumen terkait