S K R I P S I
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA ANTARA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMELS
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA)
O l e h :
RAHMA UKHTY
070503107
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan
Kinerja Anatar Bank Syariah dan Bank Konvensional dengan Menggunakan
Rasio CAMELS (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia)” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum
pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks
penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh
telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 21 Maret 2011 Yang Membuat Pernyataan,
Nama : Rahma Ukhty
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‘alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT Rabb
semesta alam, yang telah melimpahkan berbagai nikmat, hidayah dan kasih
sayangNya kepada penulis, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis
Perbandingan Kinerja antara Bank Syariah dan Bank Konvensional dengan
Menggunakan Rasio CAMELS (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bank Indonesia)” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari
Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya telah memperoleh bimbingan,
semangat, nasihat, dan bantuan baik secara moril maupun materiil dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak
MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga sehingga saya dapat
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak. selaku Dosen Penguji I dan
Bapak
segala masukan dan saran yang telah diberikan.
5. Kedua orang tua saya, (alm) H.Muhammad Saleh Husein dan Hj.Baiyati,
dan saudara-saudara saya yang selama ini senantiasa melimpahkan cinta
dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan dan mendukung saya dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 21 Maret 2011 Peneliti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian perbandingan dua rata-rata dari dua populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 80 perusahaan perbankan konvensional dan perbankan syariah yang terdaftar di BI pada periode 2005-2009 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 7 perusahaan. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BI yaitu Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR, PDN, dan Kinerja. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan
independent sample t-test untuk analisis statistik dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, PDN, tidak berbeda secara signifikan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional, hanya variable LDR yang menunjukkan perbedaan signifikan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional. Pengujian secara kesuluruhan yang diwakili oleh variabel Kinerja menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional.
ABSTRACT
This research aims to analyze the comparative performance of Islamic banking and conventional banking which are listed in Bank of Indonesia.
The design of this research is comparative research design which compare two averages from two populations. The population in this research is 80 companies Islamic banking and conventional banking which are listed Bank of Indonesia during the period of 2005-2009 while the amount of the research samples are 7 enterprises. Purposive sampling method used in sample selection. Type of data in this research are secondary data obtained from the Bank of Indonesia website www.bi.go.id and from Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data collection method used is the documentation study. The variables used in this research are CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR, PDN, and Performance. This research uses comparative analysis of independent sample t-test for statistical analysis and hypothesis t-testing.
The results showed that CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NOP, do not differ significantly between Islamic banks and the conventional banks, only LDR that showed significant differences between Islamic bank and conventional bank. The simultaneous test represented by the performance variable shows that there are significant differences between Islamic bank and conventional bank.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 8
1. Bank Konvensional ... 8
2. Bank Syariah ... 9
3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 9
5. Kinerja Keuangan ... 13
6. Analisis Rasio Keuangan ... 14
a. Rasio Permodalan (Solvabilitas) ... 14
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif ... 16
c. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional) ... 17
d. Rasio Rentabilitas (Earning) ... 18
e. Rasio Likuiditas (Liquidity) ... 20
f. Rasio Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar ... 21
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 27
1. Kerangka Konseptual ... 27
2. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
1. Populasi Penelitian ... 30
2. Sampel Penelitian ... 31
C. Jenis dan Sumber Data ... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ... 35
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian ... 44
B. Uji Homogenitas ... 48
C. Pengujian Hipotesis ... 49
1. Pengujian Hipotesis Rasio CAR ... 53
2. Pengujian Hipotesis Rasio NPL ... 54
3. Pengujian Hipotesis Rasio ROA ... 55
4. Pengujian Hipotesis Rasio ROE ... 56
5. Pengujian Hipotesis Rasio BOPO ... 56
6. Pengujian Hipotesis Rasio LDR ... 57
7. Pengujian Hipotesis Rasio PDN ... 58
8. Pengujian Hipotesis Kinerja Keseluruhan ... 59
D. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 59
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64
B. Keterbatasan ... 66
C. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional... 11
Tabel 2.2 Perbandingan Produk Bank Syariah dan Bank Konvensional .... 12
Tabel 2.3 Ringkasan Tinjauan Terdahulu ... 26
Tabel 3.1 Proses Seleksi sampel Berdasarkan Kriteria Untuk Bank Konvensional ... 32
Tabel 3.2 Proses Seleksi sampel Berdasarkan Kriteria Untuk Bank Konvensional ... 34
Tabel 3.3 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 34
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 44
Tabel 4.2 Hasil Uji Lavene’s Test ... 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di BEI (Populasi dan Sampel) ... 72
Lampiran 2 Data Penelitian 2007-2009 ... 75
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian perbandingan dua rata-rata dari dua populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 80 perusahaan perbankan konvensional dan perbankan syariah yang terdaftar di BI pada periode 2005-2009 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 7 perusahaan. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BI yaitu Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR, PDN, dan Kinerja. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan
independent sample t-test untuk analisis statistik dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, PDN, tidak berbeda secara signifikan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional, hanya variable LDR yang menunjukkan perbedaan signifikan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional. Pengujian secara kesuluruhan yang diwakili oleh variabel Kinerja menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional.
ABSTRACT
This research aims to analyze the comparative performance of Islamic banking and conventional banking which are listed in Bank of Indonesia.
The design of this research is comparative research design which compare two averages from two populations. The population in this research is 80 companies Islamic banking and conventional banking which are listed Bank of Indonesia during the period of 2005-2009 while the amount of the research samples are 7 enterprises. Purposive sampling method used in sample selection. Type of data in this research are secondary data obtained from the Bank of Indonesia website www.bi.go.id and from Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data collection method used is the documentation study. The variables used in this research are CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR, PDN, and Performance. This research uses comparative analysis of independent sample t-test for statistical analysis and hypothesis t-testing.
The results showed that CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NOP, do not differ significantly between Islamic banks and the conventional banks, only LDR that showed significant differences between Islamic bank and conventional bank. The simultaneous test represented by the performance variable shows that there are significant differences between Islamic bank and conventional bank.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis
yang belum begitu terkenal, di mana bank tidak perlu mencari nasabah tetapi
sebaliknya nasabahlah yang datang mencari bank. Kemudian era tahun 80-an dan
90-an kesan dunia perbankan menjadi terbalik, karena di era ini justru perbankan
mulai aktif mengejar nasabah. Keaktifan bank dalam mengejar nasabahnya ini
dikarenakan pada era ini sangat banyak bank-bank baru yang bermunculan dan
berusaha mencari pangsa pasarnya. Kemunculan bank-bank ini dipicu oleh
peraturan pemerintah tentang definisi perbankan itu sendiri, peraturan ini dibuat
agar bank yang berada di Indonesia tidak menyimpang dari fungsinya. Peraturan
ini dimaninvestasikan dalam Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 1998, tentang
perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Undang-undang ini pula yang membuat
bank Islam lahir di Indonesia dalam bentuk bank syariah. Bank syariah di
Indonesia sebenarnya sudah ada sebelum Undang-undang No.7 tahun 1992
direvisi menjadi Undang-undang No.10 tahun 1998, yaitu dipelopori oleh Bank
1992 memang tidak ada aturan tentang bank syariah, karena dalam
undang-undang tersebut hanya menjelaskan tentang perbankan konvensional, bahkan
tidak ada satu katapun yang menyinggung tentang bank syariah. Bank Muamalat
Indonesia berdiri pada tahun 1992 didasarkan pada Undang-undang N0.7 tahun
1992 sebagai landasan hukumnya dan Peraturan Pemerintah N0.72 tahun 1992
tentang penjelasan bank umum yang berdasarkan prinsip bagi hasil, karena pada
dasarnya bank syariah adalah bank yang menerapkan system bagi hasil dalam
setiap kegiatannya sesuai dengan syariat Islam. Seiring dengan direvisinya
Undang-undang No.7 tahun 1992 tersebut,maka ketentuan tentang prinsip syariah
kemudian dijelaskan pada pasal 1 butir 13 Undang-undang No. 10 tahun 1998
dimana pada undang-undang sebelumnya belum dijelaskan secara terperinci.
Ketentuan Bank Indonesia ini merangsang munculnya beberapa bank umum
syariah, BPR syariah, dan juga bank konvensional yang membuka unit usaha
syariah.
Kemunculan bank-bank syariah ataupun unit usaha syariah inilah yang
menjadi fenomena menarik di Indonesia sekarang. Bank syariah ini berdiri pada
awalnya hanya untuk memenuhi keinginan sebagian dari masyarakat yang ingin
menerapkan sistem yang syar’i dan tidak memiliki unsur riba sesuai dengan
syariat Islam dimana agama Islam merupakan agama mayoritas dari masyarakat
Indonesia.
Fenomena kemunculan bank-bank syariah ini akan menimbulkan persaingan
dalam dunia perbankan. Persaingan ini akan semakin ketat antara bank
Syariah (BUS) telah ada 11 perusahaan, jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) 26
unit, dan jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 132
perusahaan sedangkan asset kelolaan perbankan syariah per Februari 2009 telah
berjumlah Rp 52,152 Triliyun, dimana perkembangan aset perbankan syariah
dalam periode lima tahun terakhir pada 2004 - 2008 terus meningkat dengan
pertumbuhan rata-rata 34,1% per tahun. Penghimpunan dana dari masyarakat atau
disebut dana pihak ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.
Tingkat pertumbuhan DPK tercatat rata-rata 32,8% per tahun dalam periode 2004
- 2008, yaitu melonjak menjadi Rp 36,8 triliun pada 2008 dari Rp 11,8 triliun
pada 2003. Dari segi pembiayaan, pertumbuhan pembiayaan syariah mengalami
pertumbuhan rata-rata 35,0% per tahun.
Penilaian kinerja keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis
rasio yang menitikberatkan pada faktor-faktor : permodalan, kualitas aktiva
produktif, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko
pasar. Penilaian kinerja keuangan dalam dunia perbankan sangat penting untuk
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajerial
di segala aspek. Hal ini berpengaruh pada kepercayaan pihak lain di luar
perbankan , misalnya saja investor. Dengan adanya kinerja keuangan yang baik,
maka investor tidak akan ragu-ragu dalam menanamkan modalnya baik pada bank
konvensional maupun bank syari’ah.
Pola bagi hasil pada bank syariah memungkinkan nasabah untuk mengawasi
langsung kinerja bank syariah melalui monitoring atas jumlah bagi hasil yang
hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi hasil yang
kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi indikator bahwa
pengelolaan bank merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini yang
transparan dan mudah bagi nasabah. Berbeda dari perbankan konvensional,
nasabah tidak dapat menilai kinerja hanya dari indikator bunga yang diperoleh
(Wulandari, 2004).
Sebagai lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat
beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan bank
konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia. Persaingan
yang semakin tajam ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik untuk bisa
bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh
bank untuk bisa terus bartahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank.
Banyak cara untuk menilai kinerja (kondisi keuangan) suatu bank, maka peneliti
dalam penelitian ini menggunakan rasio CAMELS (Capital, Asset, Management,
Earning, Liabillity, Sensitivity to market risk) dalam menilai kinerja keuangan
bank sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP.
Adapun rasio yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio
permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif),
Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban
Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), Loan to
Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas), serta Posisi Devisa Neto (mewakili
rasio sensitivitas terhadap risiko pasar). Capital Adequacy Ratio, aspek ini menilai
modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital
Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), merupakan
aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet.
Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), ROA
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. ROE mengukur besar
pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang
dia setorkan untuk bisnis tesebut. ROE merupakan indikator yang tepat untuk
mengukur keberhasilan bisnis dalam memperkaya pemegang sahamnya. Beban
Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya dengan membandingkan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional.
Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas), adalah rasio antara seluruh
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio
ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan
kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya
Posisi Devisa Neto (mewakili rasio sensitivitas), adalah rasio perbandingan
selisih antara aktiva valuta asing dengan pasiva valuta asing terhadap modal bank.
Rasio ini digunakan untuk meminimalkan risiko pasar ataupun untuk mengcover
fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) nilai tukar. Semakin rendah rasionya maka semakin mampu
bank meminimalkan risiko kerugian terhadap fluktuasi nilai tukar.
Berdasarkan fenomena dan masalah yang telah diuraikan secara ringkas ini,
maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perbandingan kinerja antara bank
syariah dan bank konvensional dengan menggunakan rasio CAMELS yang
meliputi Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing
Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan
Operasional (mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio
likuiditas), serta Posisi Devisa Neto (mewakili rasio sensitivitas).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : adakah capital adequacy ratio,
non performing loan, return on asset , return on equity, beban operasional dibagi
pendapatan operasional, loan to deposit ratio, serta posisi devisa neto berbeda
signifikan antara bank syariah dan bank konvensional baik secara parsial maupun
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimanakah perbandingan kinerja antara bank konvensional dan bank
syariah dengan menggunakan rasio CAMELS.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh
pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perbankan syariah.
2. Bagi Bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus
memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.
3. Bagi bank konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah
Unit Usaha Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah.
4. Bagi Peneliti Lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan wawasan dan referensi bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh rasio-rasio
CAMELS yang berkaitan dengan penilaian kinerja perbankan, seperti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Bank Konvensional
Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun
1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank
umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan
menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
2. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank umum atau bank perkreditan rakyat yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syari’ah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Algaoud dan
Lewis (2005) menyatakan:
Perbankan Islam memberikan layanan bebas bunga kepada nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua transaksi. Islam melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga (riba). Pelarangan inilah yang membedakan sistem perbankan Islam dengan sistem perbankan konvensional. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang diikuti bank Islam adalah: pelarangan riba, melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan keuntungan yang sah dan memberikan zakat.
3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain
sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah
menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan
lingkungan kerja.
1. Akad dan Aspek Legalitas
Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi
dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.
dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi
tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban
hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik
dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus
memenuhi ketentuan akad.
2. Lembaga Penyelesai Sengketa
Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada
perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah
pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri,
tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah.
Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip
syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah
Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan
Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang
amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis
setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin
efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari
kriteria syariah. Bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang
mengandung unsur-unsur yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan
dalam hal pembiayaan. Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat
didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai dengan
kaidah-kaidah syariah.
Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa
3. Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan
5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
1. Investasi yang halal dan haram
2. Memakai perangkat bunga
3. Profit oriented
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur
5. Tidak terdapat dewan sejenis
4. Perbandingan Produk Bank Syariah dan Bank Konvensional
Pada dasarnya produk-produk yang ada di perbankan syariah tidak jauh
berbeda dengan produk-produk yang ada di perbankan konvensional, yang
membedakan diantara keduanya yaitu akad ataupun perjanjian yang digunakan
untuk menentukan harga dan mencari keuntungan. Pada perbankan syariah
segala perjanjian berdasarkan hukum Islam sedangkan perbankan
konvensional berdasarkan hukum yang berlaku secara umum. Dalam
penentuan harga perbankan syariah menentukan biaya sesuai syariat Islam
yaitu prinsip bagi hasil, sedangkan perbankan konvensional menetukan harga
dengan penetapan bunga tertentu yang diharamkan pada prinsip syariah.
Secara ringkas perbandingan produk diantara kedua populasi ini yaitu:
Tabel 2.2
Perbandingan Produk Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Syariah Bank Konvensional Prinsip Simpanan • Giro dan Tabungan
Prinsip Sewa •Ijarah Murni
•Ijarah Al-Muntahiya
• Transfer, Kliring, Inkaso • Bank Garansi dan Bank
Referensi
• Anjak Piutang, dan
Post-date Check
• Kredit Modal Kerja
5. Kinerja Keuangan Bank
Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Bank
sebagai sebuah perusahaan wajib mempertahankan kepercayaan masyarakat
terhadap kinerja bank yang bersangkutan, oleh karena itu diperlukan
transparansi atau pengungkapan informasi laporan keuangan bank yang
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja dan perubahan posisi keuangan, serta sebagai dasar pengambilan
keputusan (Gunawan dan Dewi, 2003).
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada
suatu periode tertentu, di mana informasi posisi keuangan dan kinerja
keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi
posisi keuangan dan kinerja di masa depan. Penilaian kinerja keuangan bank
dapat dinilai dengan pendekatan analisa rasio keuangan dari semua laporan
keuangan yang dilaporkan di masa depan (Febryani dan Zulfadin, 2003).
Kinerja keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis rasio
likuiditas (seperti misalnya dengan cash ratio, reserve requirement, loan to
deposit ratio, loan to asset ratio, dan rasio kewajiban bersih call money),
analisis rasio rentabilitas (seperti misalnya ROA, ROE, BOPO, dan NPM atau
Net Profit Margin), dan yang terakhir adalah dengan analisis rasio solvabilitas
(CAR, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to Asset Ratio),
Penilaian kinerja keuangan perbankan dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan manajemen di dalam mengelola suatu badan usaha. Penilaian ini
dapat diproksi dengan (Achmad dan Kusuno:2003):
1. Indikator Financial Ratio.
2. Ketentuan penilaian kesehatan perbankan (peraturan Bank Indonesia).
3. Fluktuasi harga saham dan return saham (bank publik).
Dalam penelitian ini digunakan indicator financial ratio dalam menilai
kinerja keuangan bank. Indicator financial ratio yang digunakan terdiri dari
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan
Operasional), Loan to Deposit Ratio LDR), dan Posisi Devisa Netto (PDN)
sebagai variabel-variabel yang mengukur perbandingan kinerja antara kedua
populasi.
6. Analisis Rasio Keuangan
a. Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka
pengembangan usaha bisnis dan menampung risiko kerugian. Besarnya
modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu bank
secara efisien menjalankan kegiatannya, dan dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat (khususnya untuk masyarakat peminjam)
terhadap kinerja bank. Penggunaan modal bank juga dimaksudkan untuk
dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Kepercayaan masyarakat akan
terlihat dari besarnya dana giro, deposito, dan tabungan yang melebihi
jumlah setoran modal dari para pemegang sahamnya. Unsur kepercayaan
ini merupakan masalah penting dan merupakan faktor keberhasilan
pengelolaan suatu bank (Sinungan, 2000).
Dalam penelitian ini dari sisi permodalan digunakan rasio CAR. Rasio
CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,
misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau
aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi berarti bahwa bank
tersebut mampu membiayai operasi bank.
Rasio kecukupan modal ini dihitung dengan cara membandingkan
antara modal bank dan total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Hasil perhitungan rasio ini kemudian dibandingkan dengan kewajiban
penyediaan modal minimum yakni sebesar 8% sesuai ketentuan CAR yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut (Dendawijaya:2009):
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Tingkat kelangsungan usaha bank berkaitan erat dengan aktiva
produktif yang dimilikinya, oleh karena itu manajemen bank dituntut
untuksenantiasa dapat memantau dan menganalisis kualitas aktiva
produktif yang dimilikinya. Kualitas aktiva produktif menunjukkan
kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi oleh bank
akibat pemberian kredit dan investasi dana bank. Aktiva produktif yang
dinilai kualitasnya meliputipenanaman dana baik dalam rupiah maupun
dalam valuta asing, dalam bentukkredit dan surat berharga (Siamat, 2005).
Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai
kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya. Kolektibilitas
dapat diartikan sebagai keadaan pembayaran kembali pokok, angsuran
pokok atau bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterima
kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman
lainnya. Sedangkan tingkat kolektibilitas dapat dibedakan menjadi empat
tingkat, yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan, atau macet.
Pembedaan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya suatu
kerugian yang diakibatkan oleh adanya kredit yang tidak terbayarkan atau
kredit bermasalah.
Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko
usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang
diberikan oleh pihak bank kepada debitur. Oleh karena itu kemampuan
(Sinungan, 2000). Dalam penelitian ini digunakan rasio NPL dalam
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan bank tersebut. NPL yang tinggi akan
memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu
bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya.
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.
6/9/PBI/2004, besarnya NPL yang baik adalah di bawah 5%. Rumus yang
digunakan adalah:
c. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional
dan pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban
bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah
penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional
lainnya. Standar terbaik BOPO menurut Peraturan Bank Indonesia No.
6/9/PBI/2004 adalah 92%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
(Dendawijaya: 2009) :
d. Rasio Rentabilitas (Earning)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
1. Return on Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk
aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
Return On Asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan net income terhadap total asset. Net Income merupakan pendapatan bersih
sesudah pajak. Total asset merupakan rat-rata total assets awal tahun dan
akhir tahun. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik,
karena tingkat pengembalian yang semakin besar.
Manfaat Return On Asset (ROA) Menurut Halim dan Supomo (2001) adalah :
a) Perhatian manajemen dititik beratkan pada maksimalisasi laba atas modal yang diinvestasikan.
b) ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi divisinya. Selanjutnya dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macain prestasi antar divisi secara obyektif. ROA akan mendorong divisi untuk menggunakan dana dalam memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan ROA tersebut.
c) Analisis ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.
Kelemahan Return On Asset (ROA) menurut Munawir (2001) adalah :
a) ROA sebagai pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva tetap.
b) ROA mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam kondisi inflasi. ROA akan cenderung tinggi akibat penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan harga distorsi.
Rumus yang digunakan adalah (Mabruroh:2004):
2. Return On Equity (ROE)
Analisis Return On Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih
setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga
merupakan penilaian seberapa besar tingkat pengembalian (prosentase)
dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis. Rumus yang digunakan
adalah:
ROE = x 100%
e. Rasio Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini,
rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan
kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Standar terbaik
LDR menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 adalah
85%-110%. Rumus yang digunakan menurut Lampiran surat Edaran Bank
LDR =
x 100%
f. Rasio Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai
kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar
yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas
risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya kelebihan modal yang
digunakan untuk menutup risiko bank dibandingkan dengan besarnya
risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP, rasio
sensitivitas dapat dinilai melalui pendekatan kuantitatif dan pendekatan
kualitatif. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas
terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen berikut:
1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku
bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) suku bunga;
2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai
tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse
movement) nilai tukar; dan
Rasio sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
Posisi Devisa Neto (PDN). Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan
pengaturan perbankan mendasarkan pada prinsip kehati-hatian, yang salah
satunya menetapkan adanya kewajiban untuk memelihara Posisi Devisa
Netto (PDN).
PDN merupakan rasio perbandingan selisih bersih antara aktiva dan
pasiva valuta asing setelah memperhitungkan rekening-rekening
administratifnya terhadap modal bank (Kuncoro dan Suhardjono: 2002).
Rasio PDN ini digunakan untuk mengcover fluktuasi nilai tukar
dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi (adverse
movement) nilai tukar. Menurut Peraturan Bank Indonesia
No.6/20/PBI/2004, bank umum wajib memelihara Posisi Devisa Netonya
secara keseluruhan setinggi-tingginya 20%. Rumus yang digunakan:
PDN = x 100%
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Pada dasarnya penelitian mengenai perbandingan kinerja bank syariah dan
bank konvensional ini bukanlah penelitian yang pertamakali dilakukan. Penelitian
ini dilakukan karena terinspirasi oleh beberapa peneliti sebelumnya, namun
1. Penelitian yang dilakukan oleh Samad dan Hassan pada tahun 1999 dengan
judul ”The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An
Exploratory Study”. Penelitian ini menggunakan tiga belas rasio keuangan
yang digolongkan menjadi empat kategori, yaitu: a) Profitabilitas, rasio yang
mewakilinya adalah ROA, ROE, PER (Profit Expense Ratio), b) Likuiditas,
rasio yang mewakilinya adalah Cash Deposit Ratio (CDR), LDR, Current
Ratio (CR), Current Asset Ratio (CAR), c) Risiko dan Solvabilitas, rasio yang
mewakilinya adalah Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Total Asset Ratio
(DTAR), Equity Multiplier (EM), d) Komitmen dan Komunitas Muslim, rasio
yang mewakilinya adalah Long Term Loan Ratio (LTA), Government Bond
Investment (GBD), Mudharaba-Musharaka Ratio (MM/L). Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa selama tahun 1984 hingga 1997 dilihat dari sisi
profotabilitas antara bank syariah dengan bank konvensional, ROA, ROE,
maupun PER dari keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Jika dilihat dari sisi likuiditas, CDR, LDR, CR, CAR menunjukkan perbedaan
yang signifikan yang artinya bank syariah lebih likuid jika dibandingkan
dengan bank konvensional. Jika dilihat dari sisi risiko dan solvabilitas, DER,
DTAR, EM juga terdapat perbedaan yang signifikan yang artinya bank syariah
lebih tahan terhadap risiko pasar dan lebih sanggup menutupi
hutang-hutangnya. Namun, jika dilihat dari sisi komitmen dan kamunitas muslim,
LTA, GBD, MM/L tidak ada perbedaan yang signifikan antara bank syariah
Adapun yang menjadi perbedaan antara penelitian penulis dengan penelitian
Samad dan Hassan adalah: 1) Rasio yang digunakan berbeda, peneliti
menggunakan Rasio CAMELS, sedangkan Samad dan Hassan menggunakan
rasio profitabilitas, likuiditas, risiko dan solvabilitas, serta komitmen dan
komunitas muslim. 2) Ruang lingkup dan objek penelitian (scope) berbeda,
Samad dan Hassan meneliti bank Islam dan bank konvensioanal yang ada di
Malaysia, sedangkan peneliti meneliti bank syariah dan bank konvensional
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3) Tahun penelitian yang berbeda.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rindawati pada tahun 2007 dengan judul
”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Perbankan Syariah dengan
Perbankan Konvensional”. Penelitian ini menggunakan rasio CAR, NPM,
ROA, ROE, BOPO, LDR. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hanya rasio
CAR yang tidak memiliki perbedaan signifikan antara perbankan syariah
dengan perbankan konvensional.
Adapun yang menjadi perbedaan antara penelitian penulis dengan Rindawati
adalah: 1) Rasio yang digunakan, walaupun sama-sama menggunakan rasio
CAMEL Rindawati tidak memasukkan faktor sensitivitas dalam penelitiannya,
maka penulis dalam penelitian ini menambahkan faktor sensitivitas yang
diwakili oleh rasio PDN. 2) Ruang lingkup dan objek penelitian (scope)
berbeda, Rindawati meneliti bank yang sebagian besar tidak go public, penulis
meneliti bank-bank yang telah go public dengan kriteria lain yang telah
kinerja keuangan dari tahun 2001-2007, penulis meneliti kinerja keuangan dari
tahun 2005-2009.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi pada tahun 2005 dengan judul
”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Menggunakan
Pendekatan Laba Rugi dan Nilai Tamabah”. Pnelitian ini menggunakan rasio
ROA, ROE, Laba Bersih pertotal Aktiva Produktif, Total Nilai Tambah per
Total Aktiva Produktif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kinerja
keuangan yang dihitung dengan menggunakan pendekaan nilai tambah
menghasilkan nilai rasio yang lebih besar jika dibandingkan dengan
menggunakan pendekatan Laba Rugi.
Adapun yang menjadi perbedaan antara penelitian penulis dengan Wahyudi
adalah: 1) Rasio yang digunakan berbeda, Wahyudi menggunakan pendekatan
laba rugi dan nilai tambah dalam menilai kinerja keuangan bank, sedangkan
penulis menggunakan rasio CAMELS dalam menilai kinerja bank. 2) Ruang
lingkup dan objek (scope), Wahyudi hanya menggunakan satu objek
penelitian, sedangkan penulis membandingkan kinerja antara bank syariah dan
bank konvensional yang terdaftar di BEI dengan kriteria tertentu. 3) Tahun
penelitian, Wahyudi meneliti kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri pada
tahun 2003 dan 2004, sedangkan penulis meneliti kinerja keuangan bank
syariah dan bank konvensional dari tahun 2005-2009.
Secara lebih ringkas, tinjauan peneliti terdahulu dilampirkan dalam tabel
Tabel 2.3
Ringkasan Tinjauan Penilitian Terdahulu
No Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1 Rindawati/ 2007
Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan antara Perbankan Syariah dengan
yang lebih besar jika dibandingkan dengan antara bank syariah dan konvensional.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting. Berdasrkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Peneliti 2011
Kerangka konseptual ini merupakan gambaran perbandingan yang akan
dilakukan antara bank konvensional dengan bank syariah. Pada penelitian ini
bank dibedakan menjadi dua, yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Kemudian masing-masing bank akan menghasilkan laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan alat untuk menilai kinerja bank. Penilaian
kinerja ini menggunakan beberapa elemen yang terdapat di dalam laporan
keuangan bank diantaranya yaitu CAR, NPL, ROA dan ROE, BOPO, LDR
serta PDN. Setelah nilai ini didapatkan dari masing-masing bank, maka nilai
tersebut dibandingkan antara kedua jenis bank tersebut.
2. Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji (Sekaran:2006). Berdasarkan kerangka konseptual
yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
H0 : capital adequacy ratio (CAR), non performing loan (NPL), return on asset (ROA), return on equity (ROE), beban operasional dibagi
pendapatan operasional (BOPO), loan to deposit ratio (LDR), serta
posisi devisa neto (PDN) tidak berbeda signifikan antara bank
syariah dan bank konvensional baik secara parsial maupun secara
Ha : capital adequacy ratio (CAR), non performing loan (NPL), return on asset (ROA), return on equity (ROE), beban operasional dibagi
pendapatan operasional (BOPO), loan to deposit ratio (LDR), serta
posisi devisa neto (PDN) berbeda signifikan antara bank syariah
dan bank konvensional baik secara parsial maupun secara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Erlina (2008) menyatakan bahwa ”desain penelitian merupakan rencana induk
yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang
digunakan, metode sampling sampai dengan analisis dan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain
perbandingan dua rata-rata dari dua populasi yang independen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono:2005).
Berdasarkan pengertian diatas maka yang menjadi populasi penelitian ini
adalah perusahaan perbankan baik konvensional maupun syariah yang
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi (Erlina:2008). Menurut Erlina (2008), secara umum ada
dua metode pengambilan sampel yang digunakan, yaitu:
a. Probability sampling, metode pengambilan sampel dimana setiap
elemen populasi mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk tepilih sebagai sampel. Metode ini dibedakan atas:
1) Simple random sampling 2) Complex random sampling
b. Non probability sampling, metode pengambilan sampel dimana
tidak semua elemen populasi mempunyai kemungkinan atau peluang untuk terpilih sebagai sampel penelitian. Metode ini terdiri atas:
1) Convenience sampling, yaitu pengambilan sampel secara
nyaman dimana peneliti mengambil sampel sekehendak hatinya.
2) Purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan
suatu kriteria tertentu.
3) Judgement sampling, yaitu pengambilan berdasarkan suatu
pertimbangan tertentu.
Peneliti memutuskan untuk menggunakan purposive sampling dalam
penelitian ini. Adapun kriteria penentuan sampel yang dipertimbangkan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bank umum syariah yang dipilih dalam penelitian ini adalah bank syariah
yang telah berdiri lebih dari lima tahun dan memiliki nilai aktiva yang
setara. Bank umum konvensional yang dipilih untuk dibandingkan dengan
bank umum syariah adalah bank konvensional dengan total aktiva
sebanding dengan bank umum syariah yang telah dipilih.
2. Bank umum konvensional yang dipilih adalah bank umum yang telah go
3. Jumlah total aktiva yang dianggap setara adalah antara 14.000.000 hingga
23.000.000 (dalam jutan rupiah)
4. Informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah berdasar
Laporan Publikasi Keuangan Bank selama periode Tahun 2005 hingga
Tahun 2009.
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, maka perusahaan perbankan
konvensionalyang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah7 perusahaan dari
total 75 perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di BI dan 5 perusahaan
perbankan syariah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. (Lampiran 1)
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria Untuk Bank Konvensional
No Nama Perusahaan Kriteria Sampel
(S)
22 PT Bank Ekonomi Raharja Tbk √ √ √ √ S2
65 Harmoni International Bank - - - √
Sumber : Bank Indonesia
Tabel 3.2
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria Untuk Bank Syariah
No Nama Perusahaan Kriteria Sampel
(S)
Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
Tabel 3.3
Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Jumlah Total Aktiva
(dalam juataan Rupiah)
1 Bank Muamalat Indonesia 15.061.159
2 Bank Syariah Mandiri 20.101.340
3 PT. Bank UOB Buana 21.937.000
4 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional 22.272.246
5 PT. Bank Arta Graha Internasional 15.432.374
6 PT. Bank Ekonomi Raharja 21.391.300
7 PT. Bank Mutiara 14.509.632
C. Jenis dan Sumber Data
Sumber data penelitian adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data
primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul
data primer atau oleh pihak lain ( Umar:2001). Data sekunder tersebut diperoleh
dengan cara mengunduh dari situs Bank Indonesia
berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pooling data. Menurut Jogiyanto (2004) “Panel data atau pooling data
adalah gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional)
dan data yang melibatkan urutan waktu (time series)”.
D. Teknik Pengumpulan Data
Tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder berupa
Laporan Keuangan Tahunan Publikasi Bank selama periode 2005-2009. Data
yang diperoleh diambil melalui beberapa website dari bank yang bersangkutan
dan website Bank Indonesia. Jenis laporan yang digunakan antara lain Neraca
Keuangan, Laporan Laba-Rugi, Laporan Kualitas Aktiva produktif, Perhitungan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Ikhtisar keuangan.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan yaitu rasio keuangan yang meliputi Capital
Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili
rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili
rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas). Untuk
mengetahui kinerja bank secara keseluruhan dilakukan dengan cara
menjumlahkan seluruh rasio yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu.
a. Rasio permodalan, yang diwakili oleh variabel rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio)
CAR = x 100%
b. Rasio kualitas aktiva produktif, yang diwakili oleh NPL (Non Performing
Loan).
NPL = x 100%
c. Rasio Rentabilitas, yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return on
Asset) dan ROE (Return on Equity)
ROA = x 100%
ROE = x 100%
d. Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO.
e. Rasio Likuiditas, yang diwakili oleh variabel rasio LDR (Loan to Deposit
Ratio).
LDR = x 100%
f. Rasio Sensitivitas , yang diwakili oleh variabel rasio PDN (Posisi Devisa
Neto)
PDN = x 100%
g. Kinerja bank secara keseluruhan Kinerja bank secara keseluruhan
diketahui dengan cara menjumlahkan seluruh rasio keuangan, yaitu rasio
CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR yang sebelumnya telah diberi bobot
nilai tertentu. Perhitungan presentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah:
1. CAR
Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum
sekurang-kurangnya harus memiliki CAR 8%, hal ini didasarkan kepada
ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for Interntional
Settlement). Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai
CAR ditentukan sebagai berikut;
Jika CAR bernilai :
a. Kurang dari 8%, skor nilai = 0
b. Antara 8% - 12%, skor nilai = 30
c. Antara 12%- 20%, skor nilai = 70
Misalnya suatu bank memiliki nilai CAR 33,84%, maka skor akhir
CAR adalah 15%*100 = 15
2. NPL
Standar terbaik NPL menurut Peraturan Bank Indonesia No.
6/9/PBI/2004 adalah bila NPL berada dibawah 5%. Variabel ini
mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai NPL ditentukan sebagai
berikut;
Jika NPL bernilai :
a. Lebih dari 8%, skor nilai = 0
b. Antara 5% - 8%, skor nilai = 30
c. Antara 3% - 5%, skor nilai = 70
d. Kurang dari 3%, skor nilai = 100
Misalnya suatu bank memiliki NPL 0,52%, maka skor akhir NPL
adalah 15%* 100 = 15
3. ROA
Standar terbaik ROA menurut Peraturan Bank Indonesia No.
6/9/PBI/2004 adalah 1,5%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%.
Skor nilai ROA ditentukan sebagai berikut;
Jika ROA bernilai :
a. Kurang dari 0%, skor nilai = 0
b. Antara 0% - 1%, skor nilai = 30
c. Antara 1% - 2%, skor nilai = 70
Misalnya suatu bank memiliki nilai ROA 1,87%, maka skor akhir
ROA adalah sebesar 15%* 100 = 15
4. ROE
Standar ROE menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004
adalah 12%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai
ROE ditentukan sebagai berikut;
Jika ROE bernilai :
a. Kurang dari 8%, skor nilai = 0
b. Antara 8% - 10%, skor nilai = 30
c. Antara 10% - 12%, skor nilai = 70
d. Lebih dari 12%, skor nilai = 100
Misalnya suatu bank memiliki nilai ROE 27,67%, maka skor akhir
ROE adalah sebesar 15%* 100 = 15
5. BOPO
Standar terbaik BOPO menurut Peraturan Bank Indonesia No.
6/9/PBI/2004 adalah 92%. Variabel ini mempunyai bobot nilai
sebesar 15%. Skor nilai BOPO ditentukan sebagai berikut;
Jika BOPO bernilai :
a. Lebih dari 125%, skor nilai = 0
b. Antara 92% - 125%, skor nilai = 30
c. Antara 85% - 92%, skor nilai = 70
Misalnya suatu bank memiliki BOPO 86,44%, maka skor akhir
BOPO adalah 15%* 100 = 15
6. LDR
Standar terbaik LDR menurut Peraturan Bank Indonesia No.
6/9/PBI/2004 adalah 85%-110%. Variabel ini diberi bobot nilai 15%.
Skor nilai LDR ditentukan sebagai berikut;
Jika LDR bernilai :
a. Kurang dari 50%, skor nilai = 0
b. Antara 50% - 65%, skor nilai = 30
c. Antara 65% - 85%, skor nilai = 70
d. Antara 85% - 110%, skor nilai = 100
Misalnya suatu bank memiliki nilai LDR 86,93%, maka skor akhir
LDR adalah sebesar 15%* 100 = 15
7. PDN
Standar terbaik yang ditentukan Bank Indonesia dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 6/20/PBI/2004 untuk penilaian PDN adalah
maksimal 20%. Variabel ini diberi bobot nilai 10%. Skor nilai PDN
ditentukan sebagai berikut;
Jika PDN bernilai:
a. Lebih dari 20%, skor nilai = 0
b. Antara 10% - 20%, skor nilai = 30
c. Antara 5% - 10%, skor nilai = 70
Misalnya suatu bank memiliki nilai PDN 2,7%, maka skor akhir
PDN adalah sebesar 10%*100 = 10
Selanjutnya dengan menggunakan Microsoft Exel 2007, skor masing-masing
variabel tersebut dijumlahkan. Berdasarkan contoh diatas maka total skornya
adalah 15 + 15 + 15 + 15 + 15 +15 + 10 = 100.
Setelah itu data-data tersebut dikonversi ke dalam SPSS 18 untuk selanjutnya
dianalisa dengan menggunakan independent samples T-test.
F. Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan dari data dua populasi yaitu
bank syairah dan bank konvensional, maka dari itu pengolahan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yang berupa uji
beda dua rata-rata (independent sample t-test). Pada pengujian jenis ini kita tidak
memerlukan uji asumsi klasik, karena distribusi data telah dianggap normal. Pada
penelitian ini hanya digunakan uji homogenitas dengan menggunakan Lavene’s
Test. Uji ini dimaksudkan hanya untuk melihat kesamaan varians, jika ternyata
variansnya berbeda antara kedua kelompok populasi maka akan digunakan asumsi
varians yang berbeda pada uji hipotesis.
Asumsi dasar pada independent sample t-test menurut Field (2009) adalah:
1. Both the independent sample t-test and the dependent t-test are parametric test based on the normal distribution
1. Uji Homogenitas
Tujuan dari uji homogenitas ini adalah untuk melihat apakah dalam dua
grup atau populasi terdapat kesamaan varians. Uji ini diperlukan untuk
menentukan alat statistik yang dilakukan dengan asumsi populasi yang sama
atau berbeda pada uji hipotesis. Proses uji homogenitas data dilakukan dengan
menggunakan uji Lavene’s Test. Data dikatakan homogen jika memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a) Jika –Ftabel > Fhitung >+Ftabel
b) Jika –Ftabel < Fhitung < +Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05, maka dikatakan kedua populasi memiliki
varians yang sama, dan untuk uji hipotesis juga akan digunakan asumsi
varians populasi yang sama (equal variance assumed).
, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level
of significant sebesar 0,05angka maka dikatakan kedua populasi
memiliki varians yang berbeda, dan untuk uji hipotesis akan digunakan
asumsi varians populasi yang berbeda (equal variance not assumed).
2. Uji Hipotesis
Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian
ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah
dibuat. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test. Uji ini digunakan
untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai
Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata (mean) yang sama
atau tidak sama secara signifikan. Hipotesis statistik yang diajukan adalah :
Ha : µ1≠ µ2 : ada perbedaan.
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis (dua
arah) adalah :
a) Ha diterima atau H0 ditolak apabila –ttabel > thitung >+ttabel, pada α = 5%
dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05.
b) Ha ditolak atau H0 diterima apabila –ttabel < thitung < +ttabel, pada α = 5%
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Data cross section yang digunakan berjumlah 7 perusahaan dengan time series
selama 5 tahun pengamatan sehingga diperoleh sampel sebanyak 35. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Beban
Operasional dibagi Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio
(LDR), Posisi Devisa Neto (PDN).
Deskripsi data penelitian secara statistik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif
Group Statistics
Prinsip
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
CAR Konvensional 25 15.6440 10.24641 2.04928
Syariah 10 12.5110 1.70342 .53867
NPL Konvensional 25 3.0864 2.42296 .48459
Syariah 10 3.0500 1.30088 .41137
ROA Konvensional 25 .0324 11.00536 2.20107
Syariah 10 1.8470 .66948 .21171
ROE Konvensional 25 -10.7392 217.04732 43.40946
Syariah 10 26.8790 12.00564 3.79652
BOPO Konvensional 25 130.0888 228.64499 45.72900
Syariah 10 80.9510 6.24067 1.97347
LDR Konvensional 25 73.3684 23.72484 4.74497
Syariah 10 90.0520 7.11929 2.25132
PDN Konvensional 25 .6440 50.18572 10.03714
Syariah 10 9.8840 14.36864 4.54376
Kinerja Konvensional 25 69.3800 27.27456 5.45491
Syariah 10 82.4000 9.85957 3.11787
Berikut ini merupakan penjelasan dari data deskriptif yang telah diolah, yaitu :
1. Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata
(mean) rasio CAR sebesar 12.5110%, lebih kecil dibandingkan mean
rasio CAR Bank Konvensional yang sebesar 15.6440%. Hal ini berarti
bahwa selama periode 2005-2009 perbankan konvensional memiliki
CAR lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah, karena
semakin tinggi nilai CAR maka semakin bagus kualitasnya. Akan
tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa
standar terbaik CAR adalah 8%, maka perbankan syariah masih berada
pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan BI.
2. Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata
(mean) rasio NPL sebesar 3.0500%, lebih kecil dibanding dari mean
rasio NPL Bank Konvensional yang sebesar 3.0864%. Walaupun
demikian, perbedaan rasio NPL antara bank konvensional dan bank
syariah tidak terlalu besar sehingga bisa dianggap keduanya
mempunyai rata-rata rasio NPL yang sama. Kualitas NPL bank
konvensional maupun bank syariah masih berada pada kondisi ideal
jika dilihat dari ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik
NPL adalah dibawah 5%.
3. Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata
(mean) rasio ROA sebesar 1.8470%, lebih besar dibanding dari mean
rasio ROA Bank Konvensional yang sebesar 0.324%. Hal ini berarti
kualitas ROA lebih rendah dibanding dengan perbankan syariah,
karena semakin tinggi nilai ROA maka semakin bagus kualitasnya.
Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar
terbaik ROA adalah 1.5%, maka perbankan konvensioanal berada pada
kondisi yang kurang ideal.
4. Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata
(mean) rasio ROE sebesar 26.8790%, lebih besar dibanding dari mean
rasio ROE Bank Konvensional yang sebesar -10.7392%. Hal ini berarti
bahwa selama periode 2005-2009 perbankan konvensional memiliki
kualitas ROE lebih rendah dibanding dengan perbankan syariah,
karena semakin tinggi nilai ROE maka semakin bagus kualitasnya.
Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar
terbaik ROE adalah 12%, maka perbankan konvensioanal berada pada
kondisi yang kurang ideal.
5. Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata
(mean) rasio BOPO sebesar 80.9510%, lebih kecil dibanding dari mean rasio BOPO Bank Konvensional yang sebesar 130.0888%. Hal
ini berarti bahwa selama periode 2005-2009 perbankan konvensional
memiliki kualitas BOPO lebih rendah dibanding dengan perbankan
syariah, karena semakin rendah nilai BOPO maka semakin bagus
kualitasnya. Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa
standar terbaik BOPO adalah 92%, maka perbankan konvensioanal