• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

C. Analisis Rasio Pasar

Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai instrinsik suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada saat ini.

Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, seperti laba dan dividen.

1. Analisis Teknikal

Analisis teknikal metupakan metodologi dari perkiraan pergerakan harga saham, baik sebagai saham individu atau pasar secara keseluruhan. Inti pemikiran dari teknik analisis ini adalah bahwa nilai dari sebuah saham merupakan hasil dari adanya penawaran dan permintaan yang terjadi. Metode ini mengamati dan mempelajari

perubahan-perubahan harga saham di masa lalu dengan menggunakan analisis grafis untuk menetapkan estimasi harga saham. Analisis grafis ini kemudian dipelajari untuk mengetahui kemungkinan terjadinya status grafis ini kemudian dipelajari untuk mengetahui kemungkinan terjadinya status pengulangan fluktuasi dan arah trend harga. Prediksi ini dimungkinkan karena konsep pendekatan teknikal beranggapan bahwa pola pergerakan saham yang terjadi saat ini dan di masa yang lalu cenderung akan terulang di masa yang akan datang. Kelemahan utama yang dimiliki oleh analisi ini adalah tidak dimasukkannya variabel ekonomi yang terkait dengan perusahaan atau pasar pada umumnya, sehingga faktor-faktor penyebab kondisi penawaran dan permintaan tidak begitu berpengaruh.

2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Faktor –faktor tersebut diantaranya kinerja perusahan secara keseluruhan yang diukur dari tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan dividen, manajemen.

Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat yang disebut dengan nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui analisis terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Nilai intrinsik merupakan nilai saham yang sebenarnya atau nilai saham yang seharusnya terjadi.

Analisis fundamental merupakan analisis yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara mengestimasi nilai dari faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham sekaligus keuntungan (return).

Pada umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai interinsik, nilai pasar, Return on Total Assets (ROA), Return on Total Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield dan likuiditas saham.

Analisis Rasio merupakan alat untuk memberi pemahaman awal terhadap kondisi yang terjadi dan membantu untuk mengidentifikasi area yg memerlukan investigasi lebih lanjut dinterpretasi. Analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam 5 macam kategori: Rasio Likuiditas (liquidity ratio), Rasio Solvabilitas (Solvency ratio), Rasio Aktivitas (activity ratio), Rasio Profitabilitas (profitability ratio) atau rasio rentabilitas, Rasio Pasar (market ratio). Menurut Bodie (2006) Analisis rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku berdasarkan pada sudut pandang investor. Ada beberapa macam rasio pasar: Price Earning Rasio, Dividend yield, Dividen pay out, Earnings yield, Price to book value.

Faktor Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER), suatu perusahaan digunakan untuk melihat apakah harga saham suatu perusahaan sesuai dengan nilai pasarnya. Earning Per Share (EPS) menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa, EPS juga merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan, para calon pemegang saham tertarik pada EPS yang besar, semakin tinggi EPS maka semakin tinggi harga saham begitu juga dengan pendapatan (return) baru perusahaan tersebut.

Price Earining Ratio (PER) merupakan rasio antara harga saham dengan pendapatan setiap lembar saham, PER juga merupakan indikator perkembangan atau pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, PER memilihi hubungan yang

negatif dengan harga saham sehingga jika PER meningkat maka harga saham akan turun begitu juga tingkat pengembalian investasi saham.

Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan informasi tentang penilaian saham. Menurut Harmono (2009:79) terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan emiten.

Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Investor perlu mengetahui dan memahami ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi saham karena dapat membantu investor untuk mengetahui saham mana yang bertumbuh dan murah. Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan.

Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah price to book value (PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan rasio yang menunjukkan apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut (Syahyunan, 2004:86).

Menurut Martono (2001:253) Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividend per share (DPS) dengan earning per share (EPS). Perusahaan hanya dapat memebagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Menurut Sartono (2001:232) dividend payout ratio adalah

perbandingan antara dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk prosentase.

Dividend payout ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan uang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout ratio lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi (Martono, 2001:253). Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara DPS dengan EPS, jadi perspektif yang dilihat adalah pertumbuhan devidend per share (DPS) terhadap pertumbuhan earning per share (EPS).

Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikankan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan.

Dokumen terkait