• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6. PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN)

4.2 Hasil Analisis

4.3.2 Analisis Regresi Berganda

Tabel 4.12 Hasil Uji F dan Uji t

Model F T 1 (Constant) 12.816 -3.205 DER 2.481 LDAR EAR 3.620 3.968 a Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DER b Dependent Variabel: ROI

4.3.2.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Dari tabel 4.12 berikut ini diperoleh Fhitung = 12.816. dari Ftabel dengan df1=3 dan df2=26 dengan α = 0.05 diperoleh Ftabel = 2.98. Karena Fhitung (12.816) > Ftabel (2.98) maka tolak Ho dan terima Hi. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu DER, LDAR dan EAR pada α = 0.05 secara serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN di Indonesia.

4.3.2.2 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Dari Tabel 4.12 diperoleh persamaan linear sebagai berikut : Y = -0.362 + 0.048 X1 + 0.265 X2 + 0.737 X3 + e

Dimana : Y = Tingkat Pengembalian Investasi X1 = Debt to Equity Ratio

X2 = Long Debt to Asset Ratio X3 = Equity to Asset Ratio

a. Debt to Equity Ratio (DER)

Dari Tabel 4.12 didapatkan nilai koefisien variabel DER sebesar 0.048. Dari perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 2.481 dan nilai signifikansi sebesar 0.02.

Koefisien variabel DER sebesar 0.048 dengan tanda positif menunjukkan bahwa apabila koefisien variabel lainnya tetap, maka kenaikan DER sebesar 1 satuan akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi sebesar 0.048 satuan (berpengaruh positif), berarti dengan semakin besar persentase penggunaan hutang akan mengurangi peran dari penggunaan ekuitas dan akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi.

Diperoleh t hitung = 2.481, dan ttabel dengan df1 = 26 dan α = 0.05 diperoleh ttabel = 2.06. karena t hitung (2.481) > ttabel (2.06) maka tolak Ho (terima Hi). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan DER terhadap tingkat pengembalian investasi, pada α = 0.05.

Nilai signifikansi <0.05 maka ada pegaruh yang signifikan positif variabel DER terhadap tingkat pengembalian investasi. Hal ini mengidikasikan bahwa semakin besar rasio hutang terhadap ekuitas akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi. Semakin besar DER tentu semakin besar laba bersih perusahaan, sehingga tingkat pengembalian semakin besar.

Tabel 4.13

Hubungan DER dan ROI

DER Hutang Ekuitas ROI

Tinggi Naik (↑) Turun (↓) Tinggi

Dari Tabel 4.13 apabila hutang naik atau lebih besar dari ekuitas maka DER akan tinggi, dalam hal ini tingkat pengembalian investasi juga dalam kondisi yang tinggi, dikarenakan DER memiliki hubungan signifikan positif dengan tingkat pengembalian investasi. Sebaliknya, apabila hutang turun atau lebih kecil dari ekuitas maka DER akan rendah, dalam hal ini tingkat pengembalian investasi juga dalam kondisi yang rendah.Secara rata-rata Perum Pegadaian memiliki DER yang tertinggi sebesar 469.25%, dan PT. Asuransi Jasa Raharja memiliki DER yang terendah sebesar 61.89%.

Hasil ini dapat disimpulkan bahwa pada perusahaan BUMN terbaik, penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari tingkat pengembalian investasi. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Modigliani dan Miller (1963) yang memasukkan unsur pajak penghasilan perusahaan pada model MM dalil II Modigiani dan Miller (1963) dengan adanya penambahan pajak tersebut penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini tejadi karena bunga hutang merupakan biaya pengurangan pajak (tax deductible expense). Hasil ini mendukung pendapat Sanono (1996) dalam Harahap (2003), semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal maka retun on equity suatu perusahaan semakin meningkat.

b. Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR)

Dari hasil perhitungan persamaan regresi linear berganda didapatkan nilai koefisien variabel LDAR sebesar 0.265. Dari perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 3.620 dan nilai signifikansi sebesar 0.001.

Koefisien regresi dari LDAR sebesar 0.265 dengan tanda positif menunjukkan bahwa apabila koefisien variabel lainnya tetap, maka kenaikan LDAR sebesar 1 satuan akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi sebesar 0.265 satuan (berpengaruh positif), berarti dengan semakin besar persentase penggunaan hutang jangka panjang terhadap aktiva perushaan akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi.

Hasil ini menunjukkan bahwa khusus untuk perusahaan BUMN, penggunaan hutang jangka panjang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pernyataan ini sesuai dengan teori trade off yang mengatakan bahwa perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan hutang, karena hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. Dengan kata lain hutang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak (tax deductible). Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengijinkan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak. Hasil ini juga mendukung pendapat Sanono (1996) dalam Harahap (2003), semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal maka retun on equity suatu perusahaan semakin meningkat.

Diperoleh t hitung = 3.620 dan ttabel dengan df1 = 26 dan α = 0.05 diperoleh ttabel = 2.06. karena t hitung (3.620) > ttabel (2.06) maka tolak Ho (terima Hi). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan LDAR terhadap tingkat pengembalian investasi, pada α = 0.05.

Nilai signifikansi <0.05 maka ada pegaruh yang signifikan positif variabel LDAR terhadap tingkat pengembalian investasi. Hal ini mengidikasikan bahwa semakin besar rasio hutang jangka panjang terhadap asset akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi. Semakin besar LDAR tentu semakin besar laba bersih perusahaan, sehingga tingkat pengembalian semakin besar.

Tabel 4.14

Hubungan LDAR dan ROI

LDAR Hutang Jk Panjang Aset ROI

Tinggi Naik (↑) Turun (↓) Tinggi

Rendah Turun (↓) Naik (↑) Rendah

Dari Tabel 4.14 apabila hutang jangka panjang naik atau lebih besar dari aset maka LDAR akan tinggi, dalam hal ini tingkat pengembalian investasi juga dalam kondisi yang tinggi, dikarenakan LDAR memiliki hubungan signifikan positif dengan tingkat pengembalian investasi. Sebaliknya, apabila hutang jangka panjang turun atau lebih kecil dari aset maka LDAR akan rendah, dalam hal ini tingkat pengembalian investasi juga dalam kondisi yang rendah. Secara rata-rata Perusahaan Gas Negara (PGN) memiliki LDAR yang tertinggi sebesar 47.28%, dan PT. BRI memiliki LDAR yang terendah sebesar 7.12%. Terlihat bahwa dalam pendanaan perusahaan, BRI tidak menggunakan hutang jangka panjang yang banyak.

c. Equity to Asset Ratio (EAR)

Dari Tabel 4.12 didapatkan nilai koefisien variabel EAR sebesar 0.737. Dari perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 3.968 dan nilai signifikansi sebesar 0.01.

Koefisien variabel EAR sebesar 0.737 dengan tanda positif menunjukkan bahwa apabila koefisien variabel lainnya tetap, maka kenaikan EAR sebesar 1 satuan akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi sebesar 0.737 satuan (berpengaruh positif), berarti dengan semakin besar persentase penggunaan ekuitas terhadap aktiva meningkatkan tingkat pengembalian investasi. Hal ini sejalan dengan teori pecking order yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan (internal) daripada pedanaan yang berasal dari luar perusahaan (external). Hasil ini mendukung penelitian dari Mayangsari (2001) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan laba bersih lebih mungkin menggunakan dana internal (Equity).

Diperoleh t hitung = 3.968 dan ttabel dengan df1 = 26 dan α = 0.05 diperoleh ttabel = 2.06. karena t hitung (3.968) > ttabel (2.06) maka tolak Ho (terima Hi). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan EAR terhadap tingkat pengembalian investasi,

pada α = 0,05.

Nilai signifikansi <0.05 maka ada pegaruh yang signifikan positif variabel EAR terhadap tingkat pengembalian investasi. Hal ini mengidikasikan bahwa semakin besar rasio ekuitas terhadap asset akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi. Semakin besar EAR tentu semakin besar laba bersih perusahaan, sehingga tingkat pengembalian semakin besar.

Tabel 4.15

Hubungan EAR dan ROI

EAR Ekuitas Aset ROI

Tinggi Naik (↑) Turun (↓) Tinggi Rendah Turun (↓) Naik (↑) Rendah

Dari Tabel 4.14 apabila ekuitas naik atau lebih besar dari aset maka EAR akan tinggi, dalam hal ini tingkat pengembalian investasi juga dalam kondisi yang tinggi, dikarenakan EAR memiliki hubungan signifikan positif dengan tingkat pengembalian investasi. Sebaliknya, apabila ekuitas turun atau lebih kecil dari aset maka EAR akan rendah, dalam hal ini tingkat pengembalian investasi juga dalam kondisi yang rendah. Secara rata-rata PT. Asuransi Jasa Raharja memiliki EAR yang tertinggi sebesar 62.02%, dan Perum Pegadaian memiliki EAR yang terendah sebesar 17.69%.

BAB V

Dokumen terkait