• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nila

Analisis fungsi WTP dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden. Model yang digunakan untuk analisisi ini adalah model regresi linear berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah:

WTP =β0 + β1X1 + β2DX2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6+ β7DX7+ β8DX8+ β9DX9+ε...(4) dimana: WTP : nilai WTP responden (Rp) β0 : konstanta β1....β15 : koefisien regresi

X1 : usia responden (tahun)

DX2 : jenis kelamin (variabel dummy)

X3 : pendapatan responden (Rp/bulan)

X4 : lama tinggal (tahun)

X5 : tingkat pendidikan responden (tahun)

X6 : jumlah tanggungan keluarga (orang)

DX7 : status kepemilikan (variabel dummy)

DX8 : kenyamanan (variabel dummy)

DX9 : keindahan (variabel dummy)

ɛ : error atau galat

Variabel yang digunakan dalam persamaan ini adalah variabel demografi dan variabel lingkungan. Variabel demografi dalam persamaan tersebut yaitu variabel usia (X1), jenis kelamin (DX2), pendapatan responden (X3), lamanya

responden tinggal di wilayah tersebut (X4), tingkat pendidikan responden (X5),

25 (DX7), sedangkan variabel lingkungan dalam penelitian ini adalah variabel

kenyamanan (DX8) dan variabel keindahan (DX9).

Variabel-variabel tersebut diduga mempengaruhi besaran nilai WTP responden, baik positif maupun negatif. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, status tempat tinggal, dan lamanya responden tinggal di wilayah tersebut diduga berpengaruh positif terhadap besarnya nilai WTP, sedangkan jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap besarnya nilai WTP. Berbeda dengan variabel demografi, semua variabel lingkungan diduga berpengaruh positif terhadap nilai WTP.

Tabel 5. Indikator Pengukuran Nilai WTP

No. Variabel Keterangan variabel Cara pengukuran 1. WTP Willingness to Pay

2. X1 Usia Tahun

3. DX2 Jenis kelamin Dummy: 1= pria ; 0 = wanita

4. X3 Pendapatan Rp/bulan

5. X4 Lama tinggal Tahun

6. X5 Status kepemilikan tempat

tinggal

Dummy: 1= milik sendiri ; 0 = sewa

7. X6 Pendidikan Tahun

8. DX7 Jumlah tanggungan keluarga Orang

9. DX8 Kenyamanan Dummy. 1=nyaman ; 0=tidak

nyaman

10. DX9 Keindahan Dummy. 1=indah ; 0=tidak

indah

4.4.4 Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process adalah suatu metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah keputusan multi kriteria. Farhani (2011) langkah-langkah dalam melakukan metode AHP adalah sebagai berikut:

1. Menentukan hirarki dari permasalahan yang akan diselesaikan. Masalah yang ada diuraikan berdasarkan unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun dalam hirarki.

2. Menentukan nilai dari kriteria dan alternatif. Nilai alternatif ditentukan berdasarkan pairwise comparisons dari setiap kriteria yang ada.

3. Menentukan prioritas. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari semua alternatif yang ada.

26

Dalam menentukan prioritas, diperlukan adanya pengujian konsistensi dari matriks alternatif, dimana nilai perbandingan yang dapat diterima dalam metode AHP adalah ≤ 0,1.

Model hierarki yang digunakan dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas adalalah struktur hierarki dengan empat tingkatan, yaitu tingkatan faktor yang berpengaruh, tingkatan aktor yang beperan, tingkatan solusi yang ingin dicapai, dan tingkatan strategi alternatif yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi Tahura Pancoran Mas. Uraian tingkatan-tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hierarki pertama, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan di Tahura Pancoran Mas. Faktor-faktor tersebut adalah: a) Aspek sumberdaya alam dan ekosistem, berupa ekosistem dan

keanekaragaman hayati,sistem penataan lahan, daya dukung lingkungan, dan DAS setempat.

b) Aspek kesesuaian lahan, yang meliputi penataan zona dalam kawasan Tahura Pancoran Mas.

c) Aspek sosial budaya, yaitu sikap masyarakat terhadap upaya pengembangan dan keberadaan Tahura Pancoran Mas.

d) Aspek ekonomi, potensi ekonomi masyarakat setempat yang berkaitan dengan kawasan Tahura.

2. Hierarki kedua, meliputi aktor-aktor yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan Tahura. Aktor-aktor tersebut adalah:

a) Badan Lingkungan Hidup (BLH). Peran BLH adalah sebagai pengelola Tahura Pancoran Mas.

b) Pemerintah Kota Depok. Pemkot Depok merupakan aktor yang berperan dalam pembuatan kebijakan pembangunan di kota Depok yang berpengaruh pada pengelolaan Tahura.

c) Kementerian Kehutanan. Kemenhut merupakan salah satu aktor yang berperan dalam pembuatan aturan pengelolaan kawasan konservasi.

d) Masyarakat. Masyarakat merupakan aktor yang berperan sangat besar pada penurunan fungsi Tahura Pancoran Mas. Aktivitas

27 masyarakat yang tidak sesuai dengan fungsi Tahura menyebabkan kerusakan pada Tahura Pancoran Mas.

3. Hierarki ketiga, yaitu solusi yang ingin dicapai. Pada penelitian ini, ada beberapa solusi yang ingin dicapai dari upaya pengembalian fungsi Tahura, yaitu:

a) Rehabilitasi ruang terbuka hijau. Kerusakan Tahura menyebabkan berkurangnya area ruang terbuka hijau yang berpengaruh pada kualitas udara di kawasan tersebut.

b) Optimalisasi daerah resapan air. Berkurangnya daerah resapan air dapat menyebabkan berbagai bencana alam, salah satunya adalah banjir. Oleh karena itu, dengan adanya daerah resapan air yang cukup dapat mencegah terjadinya banjir sehingga masyarakat terhindar dari kerugian akibat banjir.

c) Pengembangan wisata. Tahura Pancoran Mas memiliki potensi wisata yang dapat dikemas dalam bentuk paket wisata pendidikan pengenalan lingkungan (ekosistem dan iklim global) yang bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan di lingkup kota Depok.

4. Hierarki keempat, yaitu alternatif strategi yang dapat dilakukan sebagai upaya pengembalian fungsi Tahura. Strategi-strategi tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pemantapan kawasan, strategi ini dapat dilakukan dengan cara pemasangan pagar keliling untuk menghindari akses masyarakat yang tidak sejalan dengan pengelolaan kawasan, serta dapat juga dilakukan dengan penataan blok yang lebih jelas pada kawasan Tahura Pancoran Mas.

b) Pengelolaan potensi sumberdaya alam, alternatif ini meliputi inventarisasi sumberdaya alam, pemeliharaan, pengawetan keanekaragaman hayati dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam. c) Perlindungan dan pengawasan kawasan, meliputi pengadaan sarana

dan prasarana serta pembangunan jalan patroli, serta penyuluhan kepada masyarakat sekitar.

28

d) Peningkatan pelayanan pengunjung, dapat dilakukan dengan pembangunan sarana dan prasarana serta penyebaran informasi dan promosi melalui media massa.

e) Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan, dapat dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan daerah penyangga dan peningkatan peran serta masyarakat.

f) Penguatan kelembagaan, alternatif ini dilakukan dengan mengembangkan kerja sama atau kolaborasi pengelolaan kawasandan peningkatan koordinasi dan integrasi.

g) Pengembangan investasi pemanfaatan dan pengusahaan jasa lingkungan, alternatif ini memungkinkan adanya pemberian izin usaha pariwisata alam.

29

Gambar 3. Skema AHP Aspek SDA &

Ekosistem

Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas

Aspek Kesesuaian Lahan Aspek Sosial-Budaya Aspek Ekonomi

Kemenhut Pemerintah Kota

BLH Masyarakat

Rehabilitasi RTH Optimalisasi daerah resapan air Pengembangan wisata

Pemantapan kawasan Pengelolaan potensi SDA Perlindungan & pengamanan kawasan Peningkatan pelayanan Pemberdayaan masyarakat Penguatan kelembagaan Pengembangan investasi

30

Dokumen terkait