• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN

6.1.2. Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil analisis regresi ekspor teh PTPN dengan metode OLS menghasilkan persamaan ekspor sebagai berikut :

Y = 753862.314+ 0,292 X1 + 165,662 X2 + 28,839 X3 + 28,102 X4 + 6,160 X5 + 0,319 X6 – 130,233 X7 – 0,012 X8 + 1019,276 X9

Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien dari masing-masing variabel indpenden yang digunakan dalam model ada yang memiliki tanda (positif atau negatif) yang sesuai dengan hipotesis dan ada pula yang tidak sesuai dengan hipotesis yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN

Variabel Koefisien P-Value VIF

Constant 753862.314 0.383

Volume produksi teh PTPN (kg) 0.292 0 1.533

Harga ekspor teh PTPN (Rp) 165.662 0.001 4.953

Kurs Rp/$ 22.839 0.83 2.506

Harga teh domestik (Rp) 28.102 0.743 2.732

Harga kopi (Rp) 6.16 0.918 1.647

Volume ekspor teh PTPN periode t-1 (kg) 0.319 0.058 5.376

Harga ekspor teh PTPN perode t-1 (Rp) -130.233 0.019 6.549

Volume produksi teh PTPN periode t-1 (kg) -0.012 0.844 3.346

Curah hujan Indonesia (mm) 1019.276 0.461 1.476

R-sq 78,6%

R-sq (adj) 74,2%

F-hitung 17.959

Durbin Watson 1.952

Hasil regresi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN menunjukkan determinasi R2 sebesar 74,2 persen yang berarti bahwa 74,2 persen perubahan volume ekspor teh PTPN dapat diterangkan oleh variasi variabel independen dalam model, sedangkan sisanya sebesar 25,8 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model.

Nilai F-hitung yang diperoleh sebesar 17,959, nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai F-tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel independen yang terdapat pada model berpengaruh secara bersama-sama terhadap ekspor teh PTPN pada taraf nyata lima persen.

Hasil regresi memperlihatkan ada beberapa variabel independen yang berpengaruh nyata dan ada pula yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen atau signifikan pada pada tingkat kepercayaan 95 persen terhadap volume ekspor teh PTPN adalah volume produksi dengan nilai-p (0.000), harga ekspor dengan nilai-p (0.001), volume ekspor periode t-1 dengan nilai-p (0,058), harga ekspor periode t-1 dengan nilai-p (0,019), dan curah hujan Indonesia dengan nilai-p (0,0461) karena semua nilai-p dari semua variabel independen tersebut lebih kecil dari nilai alpha lima persen. Sedangkan variabel independen yang tidak berpengaruh nyata pada taraf lima persen adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga domestik, harga kopi, dan volume produksi teh

periode t-1, karena nilai-p dari kelima variabel independen tersebut lebih besar dari nilai alpha lima persen.

Analisis pengaruh variabel independen pada hasil regresi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Volume Produksi

Perubahan volume produksi teh akan mempengaruhi penawaran teh tersebut. Semakin besar teh yang diproduksi maka akan semakin besar jumlah teh yang diekspor oleh perusahaan, ceteris paribus. Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh, nilai koefisien volume produksi memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor dengan nilai koefisien 0,292 dan berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen. Tanda positif pada koefisien volume produksi menunjukkan bahwa peningkatan produksi sebesar satu kg akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN sebesar 0,292 kg.

Variabel volume produksi berpengaruh nyata pada taraf lima persen, artinya variabel tersebut menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi PTPN untuk terus melakukan peningkatan produksi. Dalam teori penawaran dijelaskan apabilai produksi naik maka jumlah barang yang akan ditawarkan akan naik juga. Pada saat terjadi peningkatan produksi, PTPN akan berusaha meningkatkan volume ekspornya. Hal itu bisa terlihat dari tren volume produksi dan volume ekspor, dimana pada saat volume produksi naik maka volume ekspor pun mengalami kenaikan 2. Harga Ekspor

Koefisien harga ekspor teh PTPN bernilai 165,662 dan berpengaruh positif terhadap volume ekspor teh PTPN. Artinya apabila terjadi peningkatan harga ekspor teh sebesar satu rupiah maka akan berdampak pada peningkatan volume ekspor teh PTPN sebesar 165,662 kg. Hal ini sesuai dengan teori penawaran yang menyatakan bahwa apabila harga suatu komoditi naik maka kuantitas komoditi yang ditawarkan akan bertambah. Fakta dilapangan juga menunjukan demikian, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir disaat harga teh terus meningkat PTPN terus meningkatkan produksinya agar bisa menawarkan produknya dalam jumlah banyak

sehingga diharapkan volume ekspornya bisa meningkat. Dewan Teh Indonesia (DTI) berencana menerapkan pola lelang teh berbasis on-line dalam perdagangan di Kantor Pemasaran Bersama PTPN (Jakarta Tea Auction/JTA) untuk mendongkrak harga jual komoditas itu dipasaran internasional. Menurut Ketua DTI, selama ini pola lelang teh Indonesia dalam JTA itu masih menggunakan pola konvensional kehadiran fisik calon-calon pembeli dalam tawar menawar harga komoditas tersebut. Dalam JTA itu hadir 20-an calon pembeli, tapi yang aktif melakukan pembelian hanya lima atau enam pembeli saja.

Harga ekspor teh pada model ekspor PTPN memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume ekspor pada taraf nyata lima persen. Artinya variabel tersebut menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi PTPN dalam melakukan ekspor.

3. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar

Nilai tukar yang digunakan dalam model ini adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar. Variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh positif terhadap ekspor teh. Koefisien regresi sebesar 22,839 berarti bahwa peningkatan nilai tukar sebesar satu rupiah per dollar akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN sebesar 22,839 kg.

Koefisien regresi variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar menunjukkan nilai yang positif. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang diharapkan dalam model, dimana koefisien tersebut bernilai negatif artinya secara teori meningkatnya nilai tukar akan menyebabkan harga teh PTPN di pasar teh internasional cenderung lebih mahal bila dibandingkan dengan yang lainnya sehingga daya saing menjadi lebih rendah dari segi harga dan akan menyebabkan jumlah produk yang diminta menurun. Perbedaan tersebut diduga karena pihak PTPN tidak terlalu merespon perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Selain itu dalam kurun waktu tiga tahun terakhir nilai tukar rupiah terhadap dollar cendrung stabil sehingga PTPN tidak terlalu terpengaruh dengan perubahan nilai tukar tersebut terhadap volume ekspornya.

4. Harga domestik

Nilai koefisien dari hasil regresi harga domestik adalah 28,102, artinya bahwa jika terjadi kenaikan harga domestik sebesar satu rupiah akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN sebesar 28,102 kg. Harga domestik tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh PTPN pada taraf nyata lima persen. Artinya harga domestik tidak menjadi pertimbangan utama bagi PTPN dalam melakukan ekspor

Koefisien harga teh domestik tidak sesuai dengan hipotesis awal yang diharapkan, yaitu jika harga domestik suatu barang meningkat maka jumlah yang ditawarkan di pasar dalam negeri akan meningkat, dan akan mengakibatkan jumlah barang yang diekspor menjadi berkurang. Hal itu diperkirakan terjadi karena kisaran harga teh domestik jauh lebih rendah dibanding harga ekspor, selain itu orientasi PTPN selama ini memang menghkhususkan untuk ekspor.

5. Harga Kopi

Hipotesis awal terhadap variabel harga kopi dunia adalah positif, karena diasumsikan bahwa kopi merupakan barang subtitusi bagi teh. Hasil regresi menunjukkan koefisien harga kopi sebesar 6,16 yang berarti bahwa jika terjadi kenaikan harga kopi sebesar satu rupiah akan menaikan volume ekspor teh PTPN sebesar 6,16 kg. Hasil regresi terhadap harga kopi menunjukan nilai positif, artinya kopi bagi konsumen teh merupakan barang subtitusi teh meskipun pengaruhnya tidak nyata, hal itu terjadi mengingat teh dan kopi sama-sama komoditas perkebunan yang diolah menjadi minuman.

Variabel harga kopi tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh PTPN pada taraf nyata lima persen. Hal ini menunjukan bahwa harga kopi bukan merupakan faktor utama yang dipertimbangkan PTPN dalam melakukan ekspor teh. Hal tersebut diduga karena cita rasa kopi dan teh yang jauh berbeda meskipun sama-sama minuman produk olahan perkebunan, sehingga konsumen kopi dan teh terpisah secara sendiri-sendiri dan tidak terpengaruh satu sama lain.

6. Volume Ekspor periode t-1

Koefisien volume ekspor teh periode sebelumnya memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor teh PTPN dengan nilai koefisien 0,319. Tanda positif pada koefisien volume ekspor teh periode sebelumnya menunjukan bahwa peningkatan volume ekspor teh PTPN periode sebelumnya sebesar satu kg akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN periode berikutnya sebesar 0,319 kg. Variabel volume ekspor periode sebelumnya berpengaruh nyata pada taraf lima persen terhadap volume ekspor teh PTPN. Artinya variabel tersebut menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan untuk melakukan ekspor ke negara tersebut. Hal itu sesuai dengan hipotesis awal, PTPN akan merespon positif peningkatan volume ekspor periode sebelumnya.

7. Harga ekspor teh periode t-1

Koefisien harga ekspor teh periode sebelumnya tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan, dimana dalam teorinya jika harga suatu produk meningkat maka jumlah yang ditawarkan akan meningkat pula. Hasil regresi yang diperoleh menunjukan nilai yang negatif yaitu sebesar -130,233, artinya jika terjadi kenaikan harga ekspor teh PTPN periode sebelumnya sebesar satu rupiah maka akan menurunkan volume ekspor teh PTPN periode berikutnya sebesar 130,233 kg.

Nilai koefisien yang negatif disebabkan karena harga ekspor yang meningkat tidak diikuti dengan produksi yang meningkat dengan cepat sehingga volume yang diekspor tidak bertambah atau bahkan cenderung berkurang.

Variabel harga ekspor periode sebelumnya berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen, artinya variabel tersebut menjadi faktor yang menjadi pertimbangan PTPN untuk melakukan ekspor.

8. Volume produksi teh PTPN periode t-1

Koefisien volume produksi teh PTPN periode sebelumnya tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan, dimana dalam teorinya jika volume produksi suatu produk meningkat maka jumlah yang ditawarkan akan meningkat pula. Hasil regresi yang diperoleh menunjukan nilai yang

negatif yaitu sebesar -0,012, artinya jika terjadi kenaikan volume produksi teh PTPN periode sebelumnya sebesar satu kg maka akan menurunkan volume ekspor teh PTPN periode berikutnya sebesar 0,012 kg.

Penurunan tersebut diduga karena PTPN tidak maskimal dalam menawarkan produknya, selain itu masalah kualitas bisa menjadi salah satu penyebab kenapa PTPN tidak bisa memaksimalkan penawarannya disaat produksinya meningkat.

9. Curah hujan Indonesia

Koefisien curah hujan indonesia memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor teh PTPN dengan nilai koefisien 1019,276. Tanda positif pada koefisien curah hujan indonesia menunjukan bahwa peningkatan curah hujan Indonesia sebesar satu mm akan meningkatkan volume ekspor teh PTPN sebesar 1019,276 kg. Variabel curah hujan Indonesia berpengaruh nyata pada taraf lima persen terhadap volume ekspor teh PTPN. Artinya variabel tersebut menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan. Hal itu sesuai dengan hipotesis awal, PTPN akan sangat memperhatikan masalah curah hujan, karena hal itu akan berdampak langsung terhadap volume produksi dan kualitas teh, mengingat teh adalah tanaman yang memerlukan banyak air dalam pertumbuhannya. Jika curah hujan meningkat maka dimungkinkan volume produksi dan kualitas akan meningkat, dan jika volume produksi meningkat dimungkinkan volume ekspor akan meningkat. Asosiasi Teh Indonesia menyatakan jika terjadi badai El Nino, produksi hasil perkebunan teh PTPN dipastikan turun sampai 50 persen sama seperti hasil produksi selama musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun 2003 lalu.

Dokumen terkait