• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN TAUFIK PERDANA H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN TAUFIK PERDANA H"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

TAUFIK PERDANA H34076147

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2010 Taufik Perdana H34076147

(3)

RINGKASAN

TAUFIK PERDANA. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN (dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH)

Ekspor komoditas pertanian merupakan salah satu bagian penting dalam komposisi ekspor non-migas. Teh merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Teh juga salah satu komoditi ekspor yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara di luar minyak dan gas. Pada tahun 2007 nilai ekspor teh Indonesia mencapai US$ 126,6 juta (BPS 2008).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN dan menggambarkan perkembangan usaha teh PTPN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui wawancara dengan pihak KPB PTPN dan stake holder, sedangkan data sekunder didapat dari data ekspor yang dimiliki pihak KPB PTPN dan instansi lain yang terkait. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan ekspor teh PTPN dan mekanisme pelelangan ekspor teh PTPN, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN. Analisis tersebut menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukan Ekspor teh PTPN dipengaruhi secara nyata oleh volume produksi, harga ekspor, volume ekspor teh periode sebelumnya, harga ekspor teh periode sebelumnya, dan curah hujan Indonesia. Kelima variabel tesebut harus diperhatikan oleh PTPN karena berpengaruh langsung terhadap volume ekspor. Volume produksi dan harga ekspor berpengaruh positif terhadap jumlah ekspor, sehingga peningkatan produksi harus dilakukan. Adapun variabel yang diduga berpengaruh terhadap ekspor teh tetapi hasil analisis menyebutkan pengaruhnya tidak nyata, yaitu harga kopi, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga teh domestik, volume produksi teh periode sebelumnya.

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR TEH PTPN

Oleh :

TAUFIK PERDANA H34076147

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Teh PTPN

Nama : Taufik Perdana

NIM : H34076147

Disetujui, Pembimbing

Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Agribuss NIP. 19800626 200501 2004

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah S.W.T atas segala ridho dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN”. Penyusunan kajian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan usaha the PTPN dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi pihak PTPN terkait kondisi ekspor tehnya.

Dengan segala keterbatasan yang ada, kajian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ekspor teh PTPN. Kajian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Namun, penulis berharap hasil kajian dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2010

Taufik Perdana H34076147

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Taufik Perdana, dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 05 Juni 1985. Lahir sebagai putra dari pasangan Bapak Drs. Purwo Sugiarto (Alm) dan Dra. Ai Surtiani. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri Panglayungan Tasikmalaya pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama di SLTP Negeri 2 Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah umum di SMU Negeri 2 Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2004.

Setelah lulus SMU pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian melalui jalur USMI dan Lulus Diploma III Manajemen Agribisnis pada tahun 2007. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus (Ekstensi) Agribisnis IPB sejak tahun 2007 hingga tahun 2010.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Deskripsi Teh ... 7

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu ... 13

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN... 16

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1 Teori Penawaran... 16

3.1.2 Teori Ekspor ... 18

3.1.3 Perdagangan Luar Negeri ... 19

3.1.4 Nilai Tukar ... 21

3.1.6 Analisis Regresi berganda ... 22

3.1.7 Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 26

4.1 Lokasi dan Waktu ... 26

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 26

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 27

4.4 Analisis Data ... 28

4.5 Perumusan Model ... 29

4.6 Kesesuaian Model ... 31

4.7 Uji Statistik ... 31

4.9 Definis Operasional ... 37

BAB V. GAMBARAN PERKEMBANGAN TEH PTPN ... 39

5.1 Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia ... 40

5.2 Perkembangan Produksi Teh PTPN ... 41

5.3 Perkembangan Ekspor Teh PTPN ... 44

5.4 Harga Ekspor Teh PTPN ... 45

(9)

BAB VI. FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR

TEH PTPN ... 51

6.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN ... 51

6.1.1 Pengujian Asumsi ... 51

6.1.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 53

6.2 Faktor-faktor Yang Tidak Dijelaskan Oleh Model ... 59

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

7.1 Kesimpulan ... 62

7.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Produksi Teh PTPN Tahun 2006–2009* ... 3

2 Perkembangan Ekspor Teh PTPN Tahun 2000-2008 ... 4

3 Perkembangan Ekspor Teh Dunia ... 5

4 Perkembangan Luas Areal Teh (Dalam Ha) ... 41

5 Luas Areal Perkebunan Teh PTPN ... 42

6 Perkembangan Produksi Teh PTPN Tahun 2004-2009 ... 43

7 Perkembangan Volume Ekspor Teh PTPN Tahun 2006-2009* ... 45

8 Harga Rata-rata Teh PTPN Tahun 2007-2009* ... 46

9 Hasil uji heteroskedastisitas ... 53

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Perdagangan Internasional Keseimbangan Parsial... 21

2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

3 Produksi Teh PTPN Tahun 2005-2009* ... 45

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Statistika Deskriptif ... 66

2 Uji F (Anova) ... 67

3 Uji Asumsi Kenormalan Galat ... 68

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mengangkat tingkat kehidupan masyarakat Indonesia, ada beberapa sektor yang perlu dikembangkan sehingga dapat mendukung sektor lainnya sehingga tujuan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia dapat tercapai. Salah satu sektor yang paling penting adalah sektor pertanian yang berbasis industri, dimana industri pertanian atau yang disebut dengan agroindustri merupakan bagian dari sistem agibisnis.

Pertanian mampu mengakomodasi tuntutan agar perekonomian Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang sekaligus memenuhi prinsip kerakyatan dan berkelanjutan. Dengan demikian, sektor ini harus dipacu pengembangannya melalui pembangunan pertanian sebab mengandung komponen lokal yang tinggi dan melalui reorientasi pembangunan ekonomi Indonesia yang berbasis pada agribisnis (Gumbira-sa’id dan Intan 1998).

Perkembangan perekonomian di Indonesia hingga saat ini masih ditunjang oleh sektor pertanian. Keadaan ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat keunggulan komparatif dan kompetitif perekonomian Indonesia lebih banyak terdapat pada kegiatan produksi yang berbasis sumberdaya alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun modal. Hal ini mengingat Indonesia memiliki kekayaan alam berlimpah sebagai sumber bahan baku, ketersediaan lahan produktif serta ketersediaan jumlah tenaga kerja yang memadai. Menurut BPS (2008d) kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) cukup besar yaitu sekitar 13,83 persen pada tahun 2007 atau merupakan urutan ketiga setelah sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan, Hotel dan Restoran. Selain itu sektor perkebunan dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, baru-baru ini provinsi banten menyerap hampir 250.000 tenaga kerja di sektor perkebunan (viva news.com).

Salah satu sub sektor pertanian yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan. Meskipun kontribusi sub sektor perkebunan terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto belum terlalu besar yaitu sekitar 2,13

(14)

persen pada tahun 2007 (BPS 2008d) atau merupakan urutan ketiga di sektor pertanian setelah sub sektor tanaman pangan dan perikanan, akan tetapi sub sektor ini merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja, dan penghasil devisa (BPS 2008d).

Potensi serta sumberdaya Indonesia untuk mengembangkan subsektor perkebunan cukup besar, karena ditunjang berbagai faktor produksi seperti lahan yang luas dan sesuai, serta tenaga kerja yang relatif murah. Dengan tersedianya potensi tersebut ditambah dengan semakin meningkatnya teknologi yang dimiliki seperti teknologi dalam budidaya dan teknologi dalam pengolahan, sub sektor perkebunan mempunyai prospek yang cukup besar di masa depan untuk dikembangkan.

Teh merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Teh juga salah satu komoditi ekspor yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara di luar minyak dan gas. Pada tahun 2007 nilai ekspor teh Indonesia mencapai US$ 126,6 juta (BPS 2008c).

Produksi teh Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN), kontribusinya kurang lebih 50 persen dari jumlah total produksi teh Indonesia (Dirjen Perkebunan 2008). Perkebunan Besar Negara di Indonesia tergabung dalam PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) dengan pengusahaan komoditi yang berbeda-beda. PTPN yang mengusahakan komoditas teh adalah PTPN IV Jambi, PTPN VI Padang, PTPN VII Bandar Lampung, PTPN VIII Bandung, PTPN IX Surakarta, dan PTPN XII Surabaya. (KPB 2009)

Dalam kurun waktu tahun 2006 – 2009, volume produksi PTPN mengalami fluktuasi (Tabel 1). Peningkatan produksi hanya terjadi pada tahun 2007 dimana produksi meningkat 14,18 persen. Menurut Kabag Produksi KPB PTPN, turun dan naiknya volume produksi teh PTPN disebabkan oleh banyak hal, salah satunya umur tanaman yang sudah tua sehingga produktivitasnya kurang, gangguan cuaca, alih fungsi lahan, dan lainnya.

(15)

Tabel 1. Perkembangan Produksi Teh PTPN Tahun 2004– 2009* Tahun Produksi (Kg) Pertumbuhan (%)

2004 84475832 2005 86905133 2,79 2006 71410793 -21,69 2007 83210328 14,18 2008 79511551 -4,65 2009* 42219223 Sumber : KPB PTPN (2009), diolah

Produksi teh PTPN sebagian besar untuk memenuhi tujuan ekspor. Jenis teh yang diekspor PTPN sebagian besar merupakan jenis teh hitam. Teh hitam PTPN banyak digunakan sebagai bahan campuran dengan teh dari negara lain yang pada akhirnya dapat menghasilkan cita rasa dan aroma teh yang nikmat.

Perkembangan ekspor teh PTPN selama periode 2000 – 2008 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada Tabel 2 dapat dilihat perkembangan ekspor teh selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2008 yang mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Pada tahun 2000, volume ekspornya mencapai 32.570,240 ton. Sementara untuk tahun 2001 ekspor teh Indonesia mengalami kenaikan sekitar 20,40 persen dibandingkan dengan volume ekspor sebelumnya. Kenaikan tersebut salah satunya diakibatkan oleh berkurangnya pasokan teh dari Kenya, sehingga permintaan teh PTPN menjadi meningkat (KPB, 2008). Selanjutnya pada tahun 2002 volume ekspor teh kembali turun sekitar 12,76 persen. Volume ekspor mengalami kenaikan kembali pada tahun 2005 yaitu sekitar 13,48 persen dibandingkan dengan volume ekspor tahun sebelumnya. Pada tahun berikutnya volume ekspor kembali berfluktuasi. Volume ekspor PTPN yang berfluktuatif tersebut tidak lepas dari volume produksi PTPN dan keadaan pasar teh internasional yang belum stabil.

(16)

Tabel. 2 Perkembangan Ekspor Teh PTPN Tahun 2000 - 2008

TAHUN VOLUME (KG) NILAI (US$) PERTUMBUHAN

VOLUME (%) 2000 32,570,240 39,128,074.45 2001 40,918,180 39,445,931.90 20,40 2002 36,286,570 36,832,890.07 -12,76 2003 33,325,300 31,809,065.40 -8,88 2004 32,638,380 33,646,159.20 -2,10 2005 37,038,320 39,061,337.20 13,48 2006 32,589,760 43,728,705.80 -12,01 2007 39,676,380 53,323,693.00 21,74 2008 34,989,940 56,152,903.20 -11,81 Sumber : Jakarta Tea Auction (2009), diolah

Perkembangan ekspor teh yang berfluktuatif tersebut menunjukan bahwa pasar teh dunia belum stabil, ketidakstabilan itu salah satu faktor penyebabnya adalah terjadinya over supply asokan teh dunia dalam bentuk curah, dimana pada saat ini jumlah dari produksi teh dunia mencapai 3,5 juta ton per tahun, sementara konsumsi teh dunia hanya 3,3 juta ton per tahun. Kondisi inilah yang membuat terjadinya over supply produksi teh dunia yang mencapai 0,2 juta ton per tahun (International Tea Commite, 2008). Kondisi ini menyebabkan terjadinya persaingan antar produsen pengekspor teh, termasuk PTPN dari Indonesia. Persaingan tersebut meliputi kualitas, harga, dan kestabilan pasokan.

1.2 Perumusan Masalah

PTPN menghadapi persaingan yang semakin ketat di dunia internasional. Pasokan teh dari negara-negara eksportir utama seperti India, China, Sri Lanka, dan Kenya cenderung mengalami kenaikan. Selain itu PTPN juga menghadapi persaingan dari produsen baru seperti Vietnam yang mulai masuk dalam perdagangan teh internasional. Vietnam menjadi ancaman karena negara tersebut berada satu kawasan dengan Indonesia yaitu Asia Tenggara, para konsumen teh dunia sekarang mempunyai dua pilihan teh yang berasal dari kawasan Asia Tenggara.

(17)

Tabel. 3 Perkembangan Ekspor Teh Dunia (metriks ton) Negara Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sri Lanka 280133 287503 285985 290567 290604 298769 314915 294254 298785 Kenya 216990 270152 272459 267806 332502 348276 312156 343703 383444 India 204353 179857 170277 193908 195228 195228 215672 175841 193000 China 227661 252273 259273 259980 280193 286563 286594 289431 296935 Indonesia 105581 99721 100185 88175 98572 102294 95339 83659 95000 Vietnam 55660 68217 76748 60274 99351 87918 105116 110929 115000 Sumber : International Tea Committee, (2008)

Perkembangan volume ekspor teh Indonesia cenderung menurun dari tahun ketahun (Tabel 3). Tabel 3 menunjukkan bahwa volume ekspor Indonesia cenderung menurun, hal itu bisa dilihat dari jumlah volume ekspornya yang berjumlah 105.581 metriks ton pada tahun 2000 menurun menjadi 95.000 metriks ton pada tahun 2008. Hal yang sebaliknya terjadi pada negara produsen teh yang lain seperti Sri Lanka, Kenya, China, dan Vietnam. Negara-negara tersebut volume ekspornya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Selain menghadapi ancaman dari pesaing PTPN juga dihadapkan dengan permasalahan lain seperti cuaca yang tidak menentu, harga ekspor teh dan volume produksi yang fluktuatif (Tabel 1), terus menurunnya luas areal kebun teh (Tabel 4), keadaan perekonomian dalam negeri yang belum stabil, dan kualitas teh yang diproduksi.

PTPN sebagai produsen teh terbesar di Indonesia yang kontribusinya kurang lebih 50 persen (Dirjen Perkebunan, 2008), patut khawatir dengan kondisi ini. PTPN harus melakukan upaya untuk meningkatkan volume ekspor tehnya. Hal itu bisa dilakukan dengan mengidentifikasi terlebih dahulu beberapa permasalahan yang muncul terkait dengan ekspor teh PTPN. Menurut penelitian terdahulu dan berdasarkan wawancara dengan pihak PTPN, ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi ekspor teh PTPN dan bisa dianalisis pengaruhnya, diantaranya adalah volume produksi, harga ekspor, harga domestik, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga kopi, volume ekspor periode sebelumnya, harga ekspor periode sebelumnya, volume produksi periode sebelumnya, dan curah hujan Indonesia.

(18)

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perkembangan usaha teh PTPN?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor teh PTPN?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis perkembangan usaha teh PTPN.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi pihak –pihak sebagai berikut :

1. Bagi produsen (PTPN) , penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh.

2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menerapkan ilmu dari pengetahuan yang sudah didapat selama kuliah dan melatih kemampuan analisis terhadap masalah yang terjadi.

3. Bagi pengambil kebijakan, diharapkan dengan adanya penelitian dapat menjadi masukan dalam membuat kebijakan khususnya dalam hal ekspor teh.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terbatas pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh hitam PTPN secara keseluruhan tidak per negara tujuan mengingat data yang digunakan dalam analisis ini adalah per bulan, sehingga tidak dimungkinkan apabila yang dianalisis adalah per negara tujuian. Selain itu dibahas juga gambaran perkembangan usaha teh PTPN khususnya dalam kurun waktu lima tahun terkahir ini. Metode yang dipakai dalam analisis ini adalah regresi linear berganda. Data nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai nominal.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Komoditi Teh di Indonesia

Teh berasal dari pengolahan daun teh ( Camellia sinensis ) dari familia Theaceae. Tanaman ini pertama kali dikenal di daratan Cina sehingga pada tahun 800, Lu yu menulis sebuah buku yang pertama kali secara khusus mengupas soal teh, yang disebut Chang Ching. Isinya menjelaskan tentang berbagai cara menanam teh dan pengolahannya (Spillane, 1992 dalam Rendina Israna 2007).

Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudidayakan di Pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil tahun1824 Dr. Van Siebold membudidayakan bibit teh dari Jepang (Spillane, 1992 dalam Rendina Israna 2007).

Usaha perkebunan teh pertama kali dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Belanda sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam oleh rakyat melalui politik Tanam Paksa ( Culture Stelsel ). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. Sekarang perkebunan non teh dan perkebunan teh juga dilakukan oleh pihak swasta (Spillane, 1992 dalam Rendina Israna 2007).

2.1.1 Jenis Teh

Dewasa ini dikenal beragam jenis tanaman teh yang diperoleh dari penyilangan berbagai jenis tanaman teh serta dipengaruhi pula oleh kondisi tanah dan cuaca. Hingga saat ini terdapat lebih kurang 1.500 jenis teh di seluruh dunia, yang berasal dari 25 negara yang berbeda. Namun jenis teh pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok utama, yaitu menurut cara pengolahannya:

(20)

1. Black tea (Teh Hitam) adalah jenis teh yang diolah melalui proses fermentasi secara penuh.

2. Oolong Tea (Teh Oolong) adalah jenis teh yang pengolahannya hanya melalui setengah fermentasi.

3. Green Tea (Teh Hijau) adalah jenis teh yang pengolahannya tidak melaui

proses fermentasi.

PTPN sebagian besar memproduksi jenis teh hitam, karena permintaan teh di pasar internasional kebanyakan adalah jenis teh hitam. Teh hitam mempunyai aroma yang kuat sehingga disukai banyak konsumen teh dunia. Jenis teh yang umum dibudidayakan di Indonesia adalah jenis otc dan ctc, jenis tersebut sangat cocok dengan keadaan iklim dan geografis Indonesia.

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Teh

Tanaman teh yang umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian 200–2000 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar antara 140C – 250C yang diikuti oleh sinar matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari. Apabila suhu udara mencapai 300C maka pertumbuhan tanaman teh di daerah rendah yang ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 200 – 800 meter memerlukan tanaman perlindungan sementara maupun perlindung tetap.

Ketinggian tanaman dapat mencapai sembilan meter untuk teh Cina dan teh Jawa sedangkan untuk teh jenis Assamica dapat mencapai 12–20 meter. Namun untuk mempermudah pemetikan daun–daun teh sehingga mendapatkan pucuk daun yang baik, pohon teh selalu dijaga pertumbhannya dengan cara dipotong maksimal 1 meter.

Teh memerlukan curah hujan yang tersebar secara merata untuk dapat berproduksi secar baik tanpa irigasi yaitu curah hujan tahunan minimal sebesar 1000-1400 mm. Sehingga pada daerah yang beriklim tropis, teh dataran rendah memilki hasil yang lebih tinggi dengan curah hujan yang cukup tetapi kualitasnya rendah dan umur tanaman lebih tebatas. Daerah yang memiliki curah hujan yang merata sepanjang tahun produktivitas tehnya akan lebih tinggi dibanding dengan daerah yang curah hujannya sedikit dan tidak merata.

(21)

Teh dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memenuhi syarat tumbuh yaitu tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5 – 5,6.

2.1.4 Manfaat Teh Secara Umum

Dalam Bambang Kusmiati (1993) disebutkan bahwa dalam 100 gr daun teh tedapat kandungan bahan – bahan sebagai berikut :

 Kalori 132 kal  Lemak 0,7 g  Kalsium 717 mg  Besi 11,8 mg  Air 7,6 g  Protein 19,5 g  Karbohidrat 67,8 g  Fosfor 265 mg  Vitamin A 2.095 SI  Vitamin B 0,01 mg  Vitamin C 300 mg

Teh merupakan salah satu tanaman yang diolah dan digunakan untuk minuman yang lezat, yang tidak menimbulkan efek tertentu bila diminum bahkan dipercaya mampu memberikan daya awet muda sehingga teh berpengaruh postif terhadap kesehatan peminumnya. Manfaat yang dapat dirasakan oleh peminum teh adalah sebagai berikut :

 Memperkuat gigi dan mencegah karies pada gigi

Unsur Flouride (F) yang cukup tinggi pada teh dapat membantu dalam mencegah tumbuhnya karies gigi serta dapat memperkuat gigi.

 Mengurangi risiko keracunan makanan

Unsur Catechin (salah satu unsur dalam Polyphenols), telah terbukti bahwa unsur tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan pertumbuhan beberapa bakteri yang menyebabkan keracunan makanan (menurut penelitian dari Taiwan dan Jepang).

(22)

 Memperkaya daya tahan tubuh

Dengan adanya vitamin C dan vitamin E maka teh dapat juga membantu memperkuat daya tahan tubuh.

 Mencegah tekanan darah tinggi

Epigollocatechin dan epicatechin gallat yang merupakan varian dari catechin, mampu bertindak sebagai inhibator dari angiostensin trasferase yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi. Lebih lanjut dapat pula disimpulkan bahwa dengan kemampuan catechin untuk mencegah tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menangkal radikal bebas maka catechin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovasculaar.

 Menangkal kolesterol

Catechin juga dapat mengurangi penimbunan kolesterol dalam darah dan dapat mempercepat pembuangan kolesterol melalui feces.

 Mengoptimalkan metabolisme gula

Mangan (Mn) yang terkandung dalam teh bisa membantu penguraian gula menjadi energi. Dengan demikian teh bisa membantu menjaga kadar gula dalam darah.

 Mencegah pertumbuhan kanker

Kemampuan catechin (salah satu unsur dalam Polyphenols) dapat menghambat terjadinya mutasi pada sel–sel tubuh dan menetralisir radikal bebas.

2.1.5 Peranan Pemerintah Untuk Komoditas Teh

Perkebunan merupakan salah satu usaha yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber devisa Negara. Perkebunan menjadi salah satu subsektor yang mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Salah satu dari hasil komoditas perkebunan adalah teh, dimana produk teh Indonesia yang sebagian besar dititikberatkan untuk kebutuhan ekspor memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan devisa Negara. Pada tahun 2005 penerimaan devisa dari total ekspor teh Indonesia sebesar US$ 122

(23)

juta. Namun perkembangan teh Indonesia di pasar Internasional cenderung belum stabil.

Menanggapi hal tersebut pengembangan produk teh yang lebih berorientasi ke arah hilir merupakan salah satu cara yang harus dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekspor teh Indonesia. Berkaitan dengan pengembangan industri hilir, dengan disahkannya Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2007 tanggal 8 januari 2007 dan efektif mulai tanggal 1 januari 2007, yaitu mengenai Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10 persen yang dirasakan sebagai suatu disintensif bagi pelaku bisnis industri teh telah dihapuskan. Sehubungan dengan penghapusan PPN tersebut, seharusnya kalangan industri teh mendapatkan semangat kembali dalam mengembangkan industri hilir produknya.

Di samping melaksanakan pengembangan industri hilir tersebut, saat ini para pelaku agribisnis teh Indonesia telah mendeklarasikan berdirinya Dewan Teh Indonesia (DTI) pada 19April 2007. Pembentukan dewan ini adalah merupakan amanat Undang-undang No. 18 tahun 2004 tentang perkebunan, yang menyatakan bahwa untuk membangun sinergi antar pelaku usaha agribisnis perkebunan, pemerintah mendorong dan memfasilitasi terbentuknya dewan komoditas yang berfungsi sebagai wadah untuk pengembangan komoditas strategis perkebunan bagi seluruh pemangku kepentingan perkebunan teh. Selain itu juga untuk memberikan saran dan atau pertimbangan kepada Menteri Pertanian dalam merumuskan kebijakan dan regulasi di bidang agribisnis teh.

Kebijakan yang harus diperjuangkan bersama Dewan Teh Indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Usulan Komoditas Teh sebagai Komoditas Unggulan Nasional 2. Revitalisasi Sistem Pemasaran Teh

3. Revitalisasi Konsumsi Teh di Dalam Negeri 4. Insentif Investasi

5. Harmonisasi Tarif Impor Teh Indonesia 6. Konsistensi Dukungan Pemerintah

Dengan adanya upaya pengembangan industri hilir teh, usulan kebijakan, dan pembentukan dewan teh Indonesia dapat dijadikan sebagai solusi terbaik

(24)

tentang permasalahan teh nasional. Dengan adanya kerjasama yang baik antar pelaku agribisnis teh Indonesia dan pemerintah, dapat meningkatkan ekspor teh Indonesia di pasar internasional, mengingat potensi produk hilir teh Indonesia di pasar dunia masih terbuka lebar.

2.2 Penelitian Terdahulu

Junaidi (2005) melakukan penelitian mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor teh Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perkembangan produksi dan ekspor komoditas teh Indonesia, serta faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor teh Indonesia. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Error Correlation Model (ECM). Berdasarkan penelitiannya, maka variabel yang diduga mempengaruhi penawaran ekspor teh Indonesia adalah produksi domestik (Qt), harga domestik riil (PDt), harga ekspor riil (PXt), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (Ert), kondisi perekonomian pra krisis dan pasca krisis sebagai dummy (Dt) dan penawaran ekspor tahun sebelumnya (Xd-1). Berdasarkan dugan regresi yang dihasilkan dengan ECM, menunjukan variabel bebas jangka pendek yang berpengaruh secara nyata pada = 15 persen terhadap pertumbuhan volume ekspor teh Indonesia adalah pertumbuhan penawaran ekspor teh sebelumnya, produksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar dan dummy. Peningkatan nilai tukar berpengaruh positif terhadap perkembangan volume penawaran ekspor Indonesia. Variabel dummy berpengaruh negatif pada masa pasca krisis, yang berarti pasca krisis volume ekspor teh menurun dibandingkan sebelum krisis. Bedasarkan dugaan regresi yang dihasilkan ECM menunjukan variabel bebas jangka panjang yang berpengaruh secara nyata pada = 15 persen terhadap perkembangan volume ekspor teh Indonesia adalah pertumbuhan produksi, nilai tukar dan dummy.

Resmirasari (2006) melakukan penelitian mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor teh PT. Perkebunan Nusantara VIII. Penelitian yang dilakukannya menggunakan metode analisis deskriptif dan kuantitatif dengan model regresi linier berganda dengan persamaan tunggal. Berdasarkan penelitiannya, ekspor teh PTPN VIII ke Pakistan dipengaruhi secara nyata oleh

(25)

variabel harga ekspor, harga teh domestik, harga teh domestik sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar, lag ekspor dan nilai tukar rupee terhadap dollar. Harga ekspor, harga domestik, harga domestik sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar, lag ekspor dan nilai tukar poundsterling terhadap dollar AS berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh PTPN VIII ke Inggris. Ekspor teh PTPN VIII ke Rusia dipengaruhi oleh harga ekspor, harga ekspor sebelumnya dan lag ekspor. Variabel yang berpengaruh secara nyata pada taraf lima persen untuk ketiga negara tujuan adalah variabel harga ekspor.

Tatakomara (2004), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi teh Indonesia, serta daya saing komoditi teh di pasar Internasional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bahwa dari hasil regresi untuk model ekspor teh Indonesia dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia yaitu produksi teh domestik, volume ekspor teh Indonesia tahun sebelumnya, harga teh dunia, lag harga teh dunia, nilai tukar rupiah tahun sebelumnya, konsumsi teh domestik dan variabel harga domestik. Dari tujuh variabel tersebut tiga variabel berpengaruh nyata pada taraf lima persen, variabel tersebut adalah variabel produksi teh Indonesia, volume ekspor tahun sebelumnya, dan konsumsi teh domestik, sedangkan sisanya merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata.

Hollylucya (2008), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia dengan pendekatan Error Corection Model. Analisis menunjukkan bahwa perkembangan produksi teh Indonesia selama kurun sepuluh tahun terakhir dari tahun 1995 sampai 2004 menunjukkan rata-rata pertumbuhan hanya sebesar 0,92 persen dan rata-rata produksi selama tahun tersebut hanya sebesar 163.419,30 ton. Pertumbuhan produksi ini searah dengan pertumbuhan luas areal perkebunan teh sebesar 0,63 persen. Perkembangan volume ekspor teh Indonesia rata-rata mengalami peningkatan 5,80 persen untuk kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Peningkatan volume ekspor teh ini diikuti dengan peningkatan dalam hal nilai ekspor, dimana nilai ekspor untuk kurun waktu tersebut mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,2 persen. Dari periode sepuluh tahun terakhir, volume tertinggi komoditi teh sebesar 107.144 ton dengan nilai ekspor mencapai US$ 112,524 juta.

(26)

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diketahui banyak faktor yang mempengaruhi ekspor teh. Faktor-faktor yang secara dominan mempengaruhi ekspor teh adalah harga domestik, harga ekspor, dan nilai tukar. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut juga akan digunakan dalam penelitian ini ditambah dengan faktor-faktor lain yaitu curah hujan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian–penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor PTPN pada periode tahun 2006-2009. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan regresi linier berganda dengan metode pendekatan yang paling umum yaitu OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat terkecil.

(27)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Penawaran

Besarnya penawaran atau jumlah yang ditawarkan adalah jumlah suatu komoditi yang akan atau ingin dijual oleh perusahaan. Jumlah ini tidak selalu sama dengan jumlah komoditi yang benar-benar dijual oleh perusahaan. Jumlah yang ditawarkan menunjuk pada arus penjualan yang terus-menerus yang disebut konsep flow (Samuelson 1970, diacu dalam Resmisari 2006)

Istilah penawaran suatu komditi merujuk pada jumlah suatu barang atau jasa yang rela dan mampu dijual oleh para produsen dalam jangka waktu tertentu dan berdasarkan pada sekelompok kondisi tertentu. Kondisi atau faktor-faktor yang harus dinyatakan mencakup harga barang itu sendiri, harga barang yang berkaitan, keadaan teknologi, harga input, cuaca, dan sebagainya (Pappas and Hirschey 1995, diacu dalam Resmisari 2006).

Menurut Lipsey (1995) banyaknya suatu komoditi yang akan dihasilkan dan ditawarkan oleh produsen akan terpenuhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Harga komoditi itu sendiri

Harga komoditi mempunyai hubungan positif dengan jumlah yang ditawarkan, yaitu semakin tinggi harganya maka akan semakin besar jumlah yang ditawarkan, ceteris paribus. Kenaikan harga komoditi akan mengakibatkan kenaikan keuntungan sehingga mendorong berbagai perusahaan untuk berproduksi dan menjual hasil produksinya sebanyak mungkin. Jadi semakin tinggi harga suatu komoditi akan mengakibatkan meningkatnya jumlah komoditi yang ditawarkan tersebut tersebut. Perubahan harga suatu komoditi akan mengakibatkan pergerakan di sepanjang kurva penawaran.

2. Harga faktor produksi

Harga suatu faktor produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Peningkatan harga faktor produksi akan menyebabkan keuntungan yang diterima perusahaan berkurang, sehingga perusahaan

(28)

akan mengurangi jumlah produksinya dan kurva produksi akan bergeser ke bawah. Jadi, peningkatan harga faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu komoditi akan mengakibatkan berkurangnya jumlah komoditi yang ditawarkan. Dengan kata lain harga faktor produksi mempunyai korelasi negatif terhadap jumlah yang ditawarkan.

3. Tujuan perusahaan

Tujuan perusahaan yang satu dengan yang lain berbeda, yaitu antara lain : keuntungan maksimum, kepuasan maksimum, penjualan maksimum, dan sebagainya. Namun untuk meramalkan tingkah laku perusahaan dalam hubungannya dengan kesempatan atau pilihan yang tersedia dan pengaruh tiap-tiap pilihan terhadap keuntungan, para ahli ekonomi membuat asumsi bahwa perusahaan bertujuan memaksimumkan keuntungan. Tujuan tersebut berimplikasi positif, perusahaan akan berusahaan meningkatkan penawarannya demi meraih keuntungan yang maksimum.

4. Penggunaan Teknologi

Teknologi mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah yang ditawarkan perusahaan. Jika perusahaan menggunakan teknologi baru, contohnya seperti mesin pengolahan yang modern, fungsi produksi akan bergeser ke atas yang berarti produksi meningkat dan kurva biaya rata-rata akan bergeser ke bawah yang berarti biaya per unit semakin berkurang. Keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Jadi, jumlah komoditi yang ditawarkan juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan teknologi dalam proses produksi oleh perusahaan.

5. Pajak

Semakin tinggi tarif pajak yang dikenakan akan berakibat naiknya harga barang dan jasa yang akan membawa dampak pada rendahnya permintaan konsumen dan berkurangnya jumlah barang yang ditawarkan.

6. Perkiraan Harga Barang di Masa Datang

Apabila kondisi pendapatan masyarakat meningkat, biaya produksi berkurang dan tingkat harga barang dan jasa naik, maka produsen akan menambah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Tetapi bila pendapatan masyarakat tetap, biaya produksi mengalami peningkatan,

(29)

harga barang dan jasa naik, maka produsen cenderung mengurangi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan atau beralih pada usaha lain.

7. Harga Barang Subtitusi

Apabila harga barang pengganti mengalami kenaikan maka produsen akan memproduksi lebih banyak lagi karena berasumsi konsumen akan beralih ke barang pengganti karena harganya lebih murah.

3.1.2 Teori Ekspor

Pada awalnya, komoditi yang dihasilkan oleh produsen hanya ditawarkan di dalam negeri. Tapi seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan barang dan jasa, dan ada negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, maka negara yang dapat menghasilkan suatu komoditi dalam jumlah besar akan.

mengekspornya. Menurut Amir (1989) ada tiga hal yang menjadi landasan dalam melakukan ekspor suatu komoditi, yaitu :

1. Komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan biaya produksi komoditi yang sama di negara lain. Suatu komoditi yang biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain dapat dikatakan memiliki potensi untuk diekspor ke negara-negara yang biaya produksinya lebih tinggi.

2. Komoditi tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di luar negeri.

3. Komoditi tersebut diekspor dalam rangka pengamanan cadangan strategis nasional. Misalnya, suatu negara mengalami kekurangan beras, maka untuk menutupi kekurangannya negara tersebut mengekspor besar yang berkualitas tinggi dengan harga mahal dan pada saat yang bersamaan mengimpor beras dengan mutu lebih rendah dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri.

Saat aktivitas ekspor sudah berjalan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh negara pengekspor ,yaitu :

1. Persaingan dengan negara produsen yang lain, yang pada dasarnya berkisar pada masalah kemampuan pemasaran, tingkat efisiensi dan produktivitas produk serta mutu dari komoditi.

(30)

2. Taktik yang sering dilakukan oleh negara konsumen untuk memperoleh komoditi yang murah dan bermutu tinggi serta suplai yang berkesinambungan.

3. Campur tangan pemerintah di negara konsumen maupun pemerintah negara pesaing yang bersifat proteksionis.

4. Kemajuan teknologi negara konsumen dalam menciptakan barang subtitusi atau perkembangan teknologi di negara pesaing yang akan mempengaruhi biaya produksi dan mutu komoditi.

3.1.3 Teori Dasar Perdagangan Internasional

Smith dalam Salvatore (1997) menyatakan bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolute (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien daripada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien daripada negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain lain yang memiliki kerugian absolut. Melalui proses ini sumberdaya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. Output kedua komoditi yang diproduksi pun akan meningkat. Keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan dapat diukur melalui peningkatan dalam output tersebut.

Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara, serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Disamping itu, perdagangan internasional juga menunjukkan adanya keuntungan yang ditimbulkan dengan adanya perdagangan internasional (Salvatore, 1997).

Pada prinsipnya perdagangan antara dua negara timbul karena adanya perbedaan dalam permintaan dan penawaran, selain itu juga karena adanya keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor untuk menambah penerimaan devisa dalam upaya penyediaan dan pembangunan negara yang bersangkutan. Perbedaan permintaan dapat diakibatkan karena perbedaan selera

(31)

dan tingkat pendapatan, sedangkan perbedaan penawaran dapat disebabkan karena jumlah dan kualitas faktor produksi serta tingkat teknologi.

Secara teoritis, suatu negara (misalkan negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misalnya teh) ke negara lain (misalkan negara B) apabila harga domestik di negara A (sebelum terjadi perdagangan internasional) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif rendah di negara A tersebut disebabkan adanya kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik yang melebihi konsumsi domestik. Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di pihak lain, di negara B terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi domestiknya melebihi konsumsi domestik (excess demand) sehingga harga menjadi tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi dari negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka dapat terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut dimana negara A akan mengekspor komoditi teh ke negara B (Salvatore, 1997).

Secara grafis terjadinya perdagangan antara negara A dan negara B dapat dilihat pada gambar 1. Sebelum terjadi perdagangan internasional keseimbangan di negara A terjadi pada titik EA dengan jumlah produksi sebesar QA1 dan harga yang terjadi adalah P1. Di negara B keseimbangan terjadi pada titik EB dengan jumlah produksi sebesar QB1 dan harga yang terjadi adalah sebesar P3. Harga di negara A(P1) lebih rendah daripada harga di negara B(P3).

Produsen di negara A akan memproduksi lebih banyak untuk harga di atas P1. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya excess supply di negara A. Sementara untuk harga di bawah P3, konsumen negara B akan meminta lebih banyak daripada yangdihasilkan oleh produsen di negara. Hal tersebut akan menyebabkan excess demand di negara B. Penawaran ekspor pada pasar internasional digambarkan oleh kurva Sw yang merupakan excess supply dari negara A. Permintaan impor digambarkan oleh kurva Dw yang merupakan excess demand di negara B. Keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik Ew yang menghasilkan harga dunia sebesar P2, dimana negara A mengekspor sebesar (QA2

(32)

-QA3) yang sama dengan jumlah yang diimpor negara B (QB2-QB3). Jumlah ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh volume perdagangan sebesar Qw pada pasar dunia.

Gambar 1. Perdagangan Internasional Keseimbangan Parsial (Salvatore, 1997)

Di pasar internasional besarnya ekspor suatu komoditi dalam perdagangan internasional akan sama dengan besarnya impor komoditi tersebut. Harga yang terjadi pada pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia dan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia (Salvatore, 1997). Penjelasan tersebut menunjukan bahwa ekspor suatu negara sangat ditentukan oleh harga domestik, harga internasional, serta keseimbangan penawaran dan permintaan dunia. Selain itu secara tidak langsung ditentukan pula oleh perubahan nilai tukar (exchange rate) mata uang suatu negara terhadap negara lain.

3.1.4 Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang

(33)

asing. Penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang asing.

Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara yang melakukan perdagangan, sedangkan nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif (ekspor-impor) dari barang- barang diantara dua negara. Kurs riil kadang-kadang disebut sebagai term of trade (Mankiw, 1999).

Sebagai ilustrasi, bisa kita misalkan untuk komoditi teh. Jika nilai tukar rupiah terhadap dollar turun dalam artian nilai dollar tinggi, maka pendapatan yang akan diterima akan naik. Karena jika pendapatan yang diteima dalam bentuk dollar, maka ketika ditukar ke dalam rupiah nilainya akan semakin tinggi sebagai akibat dari kenaikan nilai nominal dollar. Produsen akan meningkatkan jumlah penawarannya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.

3.1.5 Analisis Regresi Linear

Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Gujarati (1991) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variabel) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Variabel pertama disebut juga sebagai variabel tergantung dan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linear berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung.

Analisis regresi berganda adalah analisis yang berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel (variabel tak bebas) pada lebih dari (variabel bebas) dengan maksud menaksir dan atau meramalkan nilai variabel tak bebas berdasarkan nilai yang diketahui dari variabel bebas. Model regresi yang terdiri dari lebih satu variabel bebas disebut model regresi berganda (Gujarati 1991). Selain itu ada analisis regresi berganda dengan dummy, yaitu hubungan antara variabel y (data kuantitatif) dan variabel x (data kualitatif). Misalnya seperti

(34)

melihat pengaruh kemasan terhadap harga jual makanan. Kode 1 jika kemasan menarik dan 0 jika kemasan tidak menarik, 1 dan o adalah variabel dummy.

Pendekatan yang paling umum dalam menentukan garis paling cocok disebut sebagai metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square / OLS). Metode kuadrat terkecil digunakan untuk menghitung persamaan garis lurus yang meminimalisasi jumlah kuadrat jarak antara titik data X-Y dengan garis yang diukur ke arah vertikal Y. Dengan demikian, dapat diperoleh intersep dan slope sehingga didapatkan garis regresi yang menunjukkan trend data secara baik.

Dalam model regresi berganda, dapat terjadi keterkaitkan antara variabel bebas yang disebut multikolinearitas. Multikolinearitas merupakan keadaan dimana variabel bebas pada model regresi berganda saling berhubungan erat. Kekuatan multikolinearitas diukur melalui faktor varian inflasi. Dalam analsis regresi berganda yang menggunakan data cross-section dan time series terdapat masalah autokorelasi. Autokorelasi terjadi ketika sederetan pengamatan dari waktu ke waktu saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson. Multikolinearitas dan auto korelasi adalah masalah yang harus dihindari dalam analisis regresi linear berganda karena adanya multikolinear menyebabkan pendugaan koefisien regresi tidak nyata, hal itu merupakan bagian tahapan yang harus dilewati dalam analisis regresi linear berganda.

3.1.6 Kerangka Pemikiran Operasional

PTPN sebagai sebagai salah satu perusahaan negara yang mengusahakan komoditas teh di Indonesia menghadapi persaingan yang ketat di pasar teh dunia. Pasokan teh dari negara-negara eksportir utama seperti India, China, Sri Lanka, dan Kenya cenderung terus mengalami peningkatan. Selain itu PTPN juga menghadapi persaingan dari produsen baru seperti Vietnam yang mulai masuk dalam perdagangan teh internasional. Vietnam menjadi ancaman karena Vietnam satu kawasan dengan Indonesia yaitu Asia tenggara, sehingga sekarang para konsumen teh dunia mempunyai dua pilihan produsen teh yang berasal dari kawasan Asia Tenggara.

(35)

Perkembangan volume ekspor teh Indonesia pada periode tahun 2000-2008 mengalami fluktuasi dan cenderung terus menurun. Selain menghadapi permasalahan persaingan PTPN juga dihadapkan dengan permasalahan lain yaitu cuaca yang tidak menentu, produksi dan harga teh yang berfluktuatif.

Terkait dengan kondisi tersebut perlu kiranya PTPN sebagai produsen teh terbesar di Indonesia untuk segera mengevaluasi semua aspek, salah satunya yaitu mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap ekspor teh PTPN khususnya dalam 5 tahun terkahir ini.

Untuk menganalisis faktor-faktor tersebut digunakan model regresi linear berganda dengan persamaan tunggal. Dari hasil tersebut akan diketahui faktor – faktor apa saja yang memberikan pengaruh postif dan negatif tehadap perkembangan ekspor teh PTPN. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sebuah komoditas secara umum. Faktor-faktor yang digunakan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor teh PTPN berdasarkan penelitian terdahulu dan hasil wawancara dengan pihak PTPN.

Penyesuaian penggunaan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor menghasilkan sembilan variabel independen dan satu variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel dependen yang digunakan adalah volume ekspor teh PTPN. Sedangkan variabel independen yang digunakan berjumlah sembilan variabel yaitu volume produksi, harga ekspor teh, harga teh domestik, harga kopi, nilai tukar rupiah terhadap dollar, volume produksi periode sebelumnya, harga ekspor periode sebelumnya, volume ekspor periode sebelumnya, dan curah hujan Indonesia.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, akan dilakukan analisis mengenai perkembangan ekspor teh PTPN, pelelangan ekspor teh PTPN, dan faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap ekspor teh PTPN. Dari hasil analisis tersebut kemudian dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor teh PTPN. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

(36)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Fluktuasi harga teh dunia Fluktuasi Produksi teh

PTPN dan dunia

Persaingan yang semakin ketat antar produsen teh

Fluktuasi ekspor teh PTPN

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi ekspor teh PTPN (Volume produksi teh PTPN, harga ekspor teh PTPN, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga domestik teh, harga kopi, volume ekspor teh PTPN periode

sebelumnya, harga ekspor teh PTPN periode sebelumnya, volume ekspor teh PTPN

periode sebelumnya, dancurah hujan Indonesia )

Analisis Regresi Berganda

Faktor-fakor yang berpengaruh terhadap ekspor teh PTPN

Informasi untuk mengambil kebijakan ekspor teh PTPN

(37)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kantor Pemasaran PTPN (PT. Perkebunan Nusantara) yang berkantor pusat di Jalan Taman Cut Meutia, Menteng Jakarta. PTPN merupakan Perusahaan Negara yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan. Pemilihan perusahaan ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PTPN merupakan produsen teh terbesar di Indonesia, kontribusinya kurang lebih 50 persen dari total ekspor Indonesia (Dirjen Perkebunan, 2008). Selain itu penelitian dilakukan dengan pengambilan data pada Instansi pemerintah yang memiliki dokumentasi data mengenai kegiatan ekspor teh Indonesia seperti Departemen Pertanian, Bank Indonesia, Badan Pusat Satistik (BPS) dan instansi lain. Kegiatan pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 - Mei 2010

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dalam bentuk time series (data deret waktu) dan data primer. Data sekunder diperoleh dari informasi statistik yang dimiliki oleh kantor pemasaran bersama PTPN dan instansi-instansi pemerintah, selain itu data sekunder tersebut juga diperoleh melalui literatur dari berbagai instansi yang terkait dalam penelitian. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara dengan pihak PTPN dan stake holdernya yaitu para importir yang ikut melakukan pelelangan di KPB PTPN Jakarta.

Data sekunder

Jenis data yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah : 1. Data volume Ekspor teh PTPN

2. Data harga ekspor teh PTPN 3. Data harga domestik teh Indonesia 4. Data nilai tukar (exchange rate) 5. Data produksi teh PTPN

(38)

6. Data luas areal teh PTPN 7. Data konsumsi teh 8. Data curah hujan

Data Primer

Dari hasil wawancara didapat informasi mengenai seluk beluk ekspor teh PTPN, mekanisme lelang, profil perusahaan, informasi produksi,dan lain-lain. Selain itu ada beberapa konfirmasi langsung mengenai berbagai permasalahan tentang ekspor teh dari pihak PTPN seperti dari kepala bagian riset pasar dan kepala pemasaran. Data nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai nominal.

4.3 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan ekspor teh PTPN dan mekanisme pelelangan ekspor teh PTPN, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN.

Pemilihan model didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin dicapai untuk menduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor teh PTPN. Masing-masing persamaan dalam penelitian ini diduga dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Last Square/ OLS). Metode ini dipilih karena metode ini adalah metode yang paling sesuai digunakan dalam model ekonometrika regresi berganda, konsisten dan sederhana karena gangguan populasi didistribusikan secara normal (Gujarati 1991). Namun demikian metode OLS ini juga memiliki kelemahan, yaitu semua asumsi yang terdapat dalam metode ini harus terpenuhi. Jika salah satu asumsi tidak terpenuhi maka akan timbul permasalahan seperti normalitas, heteroskedastsitas, autokorelasi, dan multilinearitas yang dapat merusak sifat kestabilan dan kekonsistenan dari penduga OLS sehingga untuk masalah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian.

Perhitungan dan pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis data dimulai dengan pengelompokkan data,

(39)

selanjutnya hasil yang diperoleh dipersiapkan untuk input komputer sesuai dengan model yang digunakan.

4.4 Analisis Data

Model yang digunakan dalam analisis data adalah model regresi linear berganda dengan persamaan tunggal karena bentuk ini mampu menunjukkan berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dengan nilai R2. Nilai R2 dapat memberikan gambaran seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen. Kemudian dapat melihat apakah variabel-variabel independennya berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen dengan melihat nilai uji-F dan uji-t serta perhitungannya secara lebih sederhana. Bentuk umum dari fungsi regresi tersebut adalah : Y = a0 + ∑ aiXi + Ei Dimana : Y : Variabel dependen a0 : Intersep ai : Parameter penduga Xi

Xi : Variable independen ke-i yang menjelaskan variabel Y Ei : Pengaruh sisa (error term)

Model tersebut diduga dengan metode kuadrat terkecil Biasa (Ordinary Least Square/ OLS) yang didasarkan pada asumsi-asumsi berikut (Suprapto, 1984)

1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E (ei) = 0, untuk i =1,2....,n

2. Varian (ej) = E (ej) = σ2 , sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi homoskedastisitas)

3. Tidak ada auto korelasi antara kesalahan pengganggu berarti kovarian (ei , ej) = 0, i ≠ j.

4. Variabel bebas X1, X2 ..., Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu, E (Xi,ei) = 0.

(40)

6. ei ≈ N ( 0 ; σ2 ), artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian σ2.

Dengan dipenuhinya asumsi di atas, maka koefisien regresi parameter yang diperoleh merupakan penduga linear terbaik yang tidak bias (BLUE = Best Linier Unbiased Estimator). Pengujian dilakukan terhadap variabel-variabel independen yang diduga berpengaruh besar terhadap ekspor teh PTPN.

4.5 Perumusan Model

Berdasarkan rumusan masalah, kerangka teori dan tinjauan penelitian terdahulu, maka model ekonometrik penawaran ekspor teh PTPN secara umum dirumuskan sebagai berikut.

Model Ekspor Teh PTPN :

Yt = b0 + b1 Qt + b2 PXt - b3 ERt - b4 PDt + b5 PSt + b6 Yt-1 - b7 PXt-1 + b8 Qt-1 + b9 Ct

+ εt. Dimana :

Yt : Volume ekspor teh (kg) PTPN pada periode t Qt : Volume Produksi teh (kg) PTPN pada periode t.

PXt : Harga ekspor teh PTPN (US$/kg, dalam analisis dikonversi menjadi Rp/kg) pada periode t.

ERt : Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (Rp/ US$) periode t PDt : Harga domestik teh Indonesia (US$/kg, dalam analisis dikonversi menjadi Rp/kg) pada periode t.

PSt : Harga kopi (US$//kg dalam analisis dikonversi menjadi Rp/kg) pada periode t.

Yt-1 : Volume ekspor teh PTPN (kg) pada periode t-1

PXt-1 : Harga ekspor teh PTPN (US$/kg, dalam analisis dikonversi menjadi Rp/kg) pada periode t-1.

Qt-1 : Volume Produksi teh (kg) PTPN pada periode t-1 Ct : Curah hujan Indonesia (mm) pada periode t

εt : Pengaruh sisa (error term)

bn : Koefisien ke-n, dimana n = 1,2,3,4...,9 b0 : Intersep

(41)

Hipotesis yang bisa dijelaskan berdasarkan model diatas adalah sebagai berikut: 1. Volume ekspor teh PTPN diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah volume produksi, harga ekspor, harga domestik, harga kopi (produk substitusi), nilai tukar rupiah terhadap dollar, volume ekspor periode t-1, harga ekspor periode t-1, volume produksi periode t-1, dan curah hujan.

2. Volume ekspor teh PTPN periode sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap volume ekspor teh PTPN, yakni disaat volume ekspor teh PTPN periode sebelumnya naik maka volume ekspor teh PTPN pun akan naik. 3. Volume produksi teh PTPN diduga berpengaruh positif terhadap volume

ekspor teh PTPN, yakni disaat volume produksi PTPN naik maka volume ekspor teh PTPN pun naik.

4. Volume produksi teh PTPN periode sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap volume ekspor teh PTPN, yakni disaat volume produksi teh PTPN periode sebelumnya naik maka volume ekspor teh PTPN pun akan naik.

5. Harga ekspor teh PTPN diduga berpengaruh positif terhadap volume ekspor teh PTPN, yakni disaat harga ekspor teh PTPN naik maka volume ekspor teh PTPN pun naik.

6. Harga ekspor teh PTPN periode sebelumnya diduga berpengaruh positif terhadap volume ekspor teh PTPN, yakni disaat harga ekspor teh PTPN periode sebelumnya naik maka volume ekspor teh PTPN pun naik.

7. Harga teh domestik diduga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor teh PTPN, yakni disaat harga teh domestik naik maka volume ekspor teh PTPN pun turun.

8. Harga kopi diduga berpengaruh postif terhadap volume ekspor teh PTPN, yakni disaat harga kopi naik maka volume ekspor teh PTPN pun naik. Hal itu terjadi karena diduga kopi merupakan substitusi bagi teh, mengingat teh dan kopi sama-sama komoditas perkebunan yang diolah menjadi minuman.

(42)

9. Nilai tukar rupiah terhadap dollar diduga berpengaruh negatif terhadap ekspor teh PTPN, yakni disaat nilai tukar rupiah terhadap dollar naik maka volume ekspor teh PTPN akan turun.

10. Curah hujan Indonesia diduga berpengaruh positif terhadap volume ekspor teh PTPN, yakni disaat curah hujan Indonesia naik maka volume ekspor teh PTPN pun akan naik.

4.6 Goodness Of Fit (Kesesuaian Model)

Goodness of fit (kesesuaian model) dihitung dengan koefisisen determinasi (R2). R2 digunakan untuk mengukur keragaman variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisisen determinasi adalah proporsi variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelasanya. Perhitungan untuk memperoleh koefisien determinasi adalah,

Selang R2 yang digunakan adalah 0 < R2 < 1. R2 = 1 berarti semua variasi respon dari variabel dapat dijelaskan dengan fungsi regresi, sedangkan R2 = 0 berarti tidak satupun variasi pada variabel dapat dijelaskan oleh fungsi regresi. Dalam kenyataanya nilai R2 berada dalam selang 0 sampai 1 dengan intepretasi relatif terhadap ekstrim 0 dan 1. nilai koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka model tersebut semakin baik.

4.7 Uji Statistik

Untuk menguji apakah secara statistik variabel independen yang digunakan berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen digunakan uji statistik–F dan uji statistik-t. Penggunaan uji statistik-F dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel dependen secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Uji statisik-t digunakan untuk menguji koefisien regresi

R2 = Jumlah Kuadarat Regresi = 1 – Jumlah Kuadrat Galat Jumlah Kuadrat Total Jumah Kuadarat Total

(43)

dari masing-masing variabel secara terpisah, apakah variabel ke-i berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Gujarati 1991).

4.7.1 Uji F

Pengujian ini dilakukan utuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji koefisien dugaan secara serentak apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi dari variabel-variabel dependen

Pengujian yang dilakukan menggunakan distribusi dengan membandingkan antara nilai kritis F dengan nilai f-hitung yang terdapat pada hasil analisis. Pengujian terhadap pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap perubahan nilai variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan semua nilai variabel independen.

Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis terhadap variasi nilai variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi nilai variabel independen sebagai berikut :

1. Perumusan Hipotesis

H0 : Variasi perubahan nilai variabel independen tidak dapat menjelaskan variasi perubahan nilai variabel independen. H1 : Variasi perubahan nilai variabel independen dapat menjelaskan variasi perubahan nilai variabel dependen.

2. Perhitungan nilai kritis F-tabel dan F-hitung

Dimana :

N : Jumlah pengamatan (j = 1,2,3,...,n) K : Jumah peubah bebas (i = 1,2,3,...,k) 3. Penentuan atau penolakan H0

F hitung < F tabel : terima H0

F-hitung = Jumlah Kuadrat regresi/k Jumlah Kuadrat sisa /(n-l-1)

(44)

F hitung > F tabel : tolak H0

4. Apabila keputusan yang diperoleh adalah tolak H0 maka dapat disimpulkan bahwa variasi perubahan nilai variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi perubahan nilai semua variabel independen. Artinya, semua variabel independen secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.

4.7.2 Uji t

Uji statistik-t digunakan untuk menguji koefisien dugaan dari masing-masing variabel independen apakah secara terpisah berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

Pengujian Hipotesis dari koefisien dari masing-masing peubah bebas dilakukan dengan uji-t. Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipoteis terhapa koefisien regresi adalah :

1. Perumusan hipotesis H0 : ai = 0

H1 : ai < 0 atau ai > 0 2. Penentuan nilai kritis

Nilai Kritis dalam pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi normal dengan memperhatikan tingkat signifikansi (α) dan banyaknya sampel yang digunakan.

3. Nilai thitung masing-masing koefisien regresi dapat diketahui dari hasil perhitungan komputer.

Statistik uji yang digunakan dalam uji t adalah : thitung = ai

S (ai) Dimana :

ai : nilai koefisien regresi atau parameter S (ai) : standar kesalahan dugaan parameter. Kriteria Uji :

(45)

t hitung > t tabel : tolak H0

4. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan letak nilai t-hitung masing-masing koefisien regresi pada kurva normal yang digunakan dalam penentuan nilai kritis. Jika letak t-hitung suatu koefisien berbeda pada daerah penerimaan H0, maka keputusanya adalah menerima H0. artinya koefisien regresi tersebut tidak berbeda dengan nol. Dengan kata lain, variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap nilai variabel dependen. Sebaliknya jika t-hitung menyatakan tolak H0, maka koefisien regresi berbeda dengan nol dan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

4.7.3 Uji Normalitas

Salah satu metode yang digunakan untuk menguji apakah error term menyebar normal atau tidak adalah dengan menggunakan Metode Kolmogorov Smirnov. Langkah-langkah analisis dalam pengujian ini adalah,

1. Perumusan Model H0 : sebaran data normal H1 : sebaran data tidak normal

2. Rumus Uji Kolmogorov Smirnov (KS) adalah : X2 = mxn mxn x D x Max 2 4 Dimana : m : kelompok data 1 n : kelompok data 2

D : perbedan maksimal kelompok data 3. Penentuan penerimaan atau penolakan

KS hitung < KS tabel maka terima H0 KS hitung > KS tabel maka terima H0

Apabila terima H0 artinya galat menyebar normal sehingga model tersebut memiliki error term yang terdistribusi normal. Sedangan tolak H0 artinya artinya galat tidak menyebar normal sehingga model tersebut memiliki error term yang tidak terdistribusi normal.

Gambar

Gambar 1. Perdagangan Internasional Keseimbangan Parsial  (Salvatore, 1997)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 4. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh pada Beberapa Negara  Produsen Teh Dunia (Dalam Ha)
Tabel 7. Perkembangan Volume Ekspor Teh PTPN Tahun 2006-2009 (Kg)  Bulan/Tahun   2006  2007  2008  2009  Januari  2965020  2335450  4339180  4528600  Februari  3113740  2991210  3555060  2869540  Maret  2329440  3377660  3227200  2663380  April  2176900  2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dihitung menggunakan uji statistic Chi-Square didapatkan hasil pengetahuan (P value 0,000), sikap (P value 0,000), informasi (P value 0,000), dukungan (P

U sustavu se nalaze dva kruga radne tvari R449a koji se sastoje od pločastog isparivača, zrakom hlađenog kondenzatora učinka 404 kW, poluhermetičkih vijčanih kompresora

Berdasarkan data wawancara dan survei awal bulan Februari 2019 para petambak ikan kerapu khususnya tambak “Kompak bersama” di Kabupaten Batu Bara dimana ketua

Jika berkaca pada kondisi yang ada maka teori karya para pemikir Frankfurt School yang mengungkapkan bahwa dunia politik adalah panggung transaksional antara

Kemampuan menguasai materi harus kita miliki, meskipun dalam proses pembelajaran selalu ada yang lebih baik atau lebih berpengalaman maka kemampuan trainer untuk

Akan tetapi, ketika pengajuan pembiayaan tersebut ditolak, maka, ME lah yang bertugas untuk mengembalikan jaminan tersebut ke tempat tinggal calon debitur, atau,

Usahakan jangan membawa uang cash dengan nominal besar, selain tidak aman, transaksi belanja dan perbankan di Belanda akan lebih mudah dan praktis dilakukan dengan kartu ATM

Dengan demikian, tidak heran bahwa faktor desain termasuk dalam salah satu faktor yang membentuk keputusan membeli produk BlackBerry pada mahasiswa Universitas