• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : Hasil Dan Pembahasan

B. Analisis Regresi Linear Berganda

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan :

Y = Price Earning Ratio (P/E) a = Konstanta X1 = Debt to Equity X2 = Total Assets X3 = Return on Investment X4 = Devidend Payout

b1,2,3,4 = Koefisien regresi variabel bebas

e = error of term (variabel yang tidak diteliti) c) Pengujian Asumsi Klasik

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Cara yang dapat digunakan yaitu dengan uji kolmogrov smirnov dimana derajat tingkat signifikan adalah sebesar 5%, maka jika nilai Asymp.Sig. (2 tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas

variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi menggunakan uji Park dan uji Glejser dengan tingkat signifikansi 5%. Apabila secara statistik nilai signifikansinya di atas 5% maka model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada probelm autokorelasi. model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelsi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 1.5 :

Tabel 1.5

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 - du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du

du = batas atas dl = batas bawah

Sumber : Ghozali (2005:96)

d) Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji – F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel independen. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 (artinya semua variabel independen tidak berpengaruh secara simlutan terhadap variabel dependen)

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 (artinya semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen)

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5% Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5% 2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji – t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau :

Ho : bi = 0 ( artinya, suatu variabel independen tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen)

Ha : bi ≠ 0 (artinya, suatu variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen)

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5% Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5%

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

2. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II 6. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

7. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

8. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

9. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

10. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

11. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

12. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

13. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

14. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

15. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

16. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

17. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

18. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

19. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

20. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

22. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Profil Perusahaan yang Sahamnya Masuk Dalam Jakarta Islamic Index (JII) dan Memenuhi Kriteria Untuk Dijadikan Sampel

Adapun profil perusahaan yang masuk dan konsisten dalam Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2004-2008 adalah sebagai berikut:

1. PT. Aneka Tambang, Tbk

Perusahaan Perseroan PT Aneka Tambang Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968, dengan nama Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang, dan diumumkan dalam tambahan No. 36, Berita Negara No. 56 tanggal 5 Juli 1968. Kantor pusat berada di Gedung Aneka Tambang Jl. TB. Simatupang No.1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta. Selama 30 tahun beroperasi PT Perusahaan bergerak di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian serta menjalankan usaha di bidang perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan galian tersebut.

Tabel 3.1 : Data Rasio Keuangan PT. Aneka Tambang, Tbk Tahun Debt to

Equity Total Assets

Return on Invesment Devidend Payout Price Earning Ratio 2004 0.85 6,042,646.00 0.134 0.1162 20.32 2005 0.65 6,402,714.00 0.1314 0.3066 40.5 2006 0.31 7,292,142.00 0.2129 0.1843 49.14 2007 0.11 12,043,691.00 0.425 0.1213 8.34 2008 0.1 10,245,041.00 0.1349 1.5023 7.6

2. PT. International Nickel Indonesia, Tbk

PT International Nickel Indonesia Tbk (“PT Inco” atau “Perseroan”) merupakan satu di antara produsen nikel utama dunia. Perseroan didirikan pada bulan Juli 1968 sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Vale Inco Limited (semula Inco Limited, “Vale Inco”) dan menandatangani Kontrak Karya

dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1968. PT Inco menghasilkan nikel dalam matte, yaitu produk setengah jadi yang diolah dari bijih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan terpadu dekat Sorowako, Sulawesi. Seluruh produksi PT Inco dijual dalam Dolar Amerika Serikat berdasarkan kontrak-kontrak jangka panjang untuk dimurnikan di Jepang. Perusahaan ini berkantor pusat di Plaza Bapindo-Citibank Tower, lantai 22, Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55, Jakarta.

Tabel 3.2 : Data Rasio Keuangan PT. International Nickel Indonesia, Tbk Tahun Debt to

Equity Total Assets

Return on Invesment Devidend Payout Price Earning Ratio 2004 0.126 15,048,871.00 0.1755 0.1689 42.87 2005 0.045 16,332,030.00 0.1623 0.4137 49.2 2006 0.008 19,316,570.00 0.2418 2.8269 65.51 2007 0.01 17,550,960.00 0.6215 1.2457 87.71 2008 0.005 20,452,860.00 0.1949 0.6277 4.83 3. PT. Kalbe Farma, Tbk

PT. Kalbe Farma, Tbk didirikan didirikan di Indonesia dalam kerangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) No. 6 Tahun 1968 yang telah diubah menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan Aktiva Notaris Raden Imam Soeselo Prawirokusumo No. 3 tanggal 10 September 1966. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, PT. Kalbe Farma Tbk mempunyai ruang lingkup usaha antara lain usaha dalam industri dan distribusi produk farmasi (obat-obatan bagi manusia dan hewan). Saat ini PT Kalbe Farma Tbk mempunyai kegiatan utama, yaitu bergerak dalam produksi dan pengembangan produk farmasi. Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dimana kantor pusatnya berada di Jalan MH. Tamrin, Blok A-3, Lippo Cikarang, Jakarta. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial tahun 1966.

Tabel 3.3 : Data Rasio Keuangan PT. Kalbe Farma, Tbk Tahun Debt to

Equity Total Assets

Return on Invesment Devidend Payout Price Earning Ratio 2004 0.9068 4,231,054.00 0.1285 0.0454 12.5 2005 0.4328 4,633,399.00 0.1521 0.0448 15.97 2006 0.1264 4,624,619.00 0.1652 0.0094 17.76 2007 0.0927 5,138,212.00 0.1579 0.1447 18 2008 0.1119 5,703,832.00 0.1447 0.1394 5.56

4. PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk

Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah perusahaan milik negara yang bertujuan mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya batubara. PTBA berdiri sejak 2 Maret 1981, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1980 dengan akta notaris Mohammad Ali No.1, yang telah diubah dengan akta notaris No. 5 tanggal 6 Maret 1984 dan No. 51 tanggal 29 Mei 1985 dari notaris yang sama. Saat ini perusahaan berkedudukan Jl. Perigi No. 1 Tanjung Enim 31716, Sumatera Selatan. Perusahaan bergerak di bidang industri tambang batubara, meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan hasil olahan.

Tabel 3.4 : Data Rasio Keuangan PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk Tahun Debt to

Equity Total Assets

Return on Invesment Devidend Payout Price Earning Ratio 2004 0.0241 2,385,141.00 0.1767 0.2882 7.74 2005 0.0188 2,839,690.00 0.1651 0.4086 8.57 2006 0.0138 3,107,734.00 0.157 0.481 16.71 2007 0.0086 3,979,181.00 0.1826 0.3343 38.1 2008 0.0062 6,106,828.00 0.2807 0.2225 9.31

5. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and Edutainmet) yang terbesar di Indonesia. Pengabdian TELKOM berawal pada 23 Oktober 1856, tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Selama itu pula TELKOM telah mengalami berbagai transformasi. TELKOM menyediakan jasa telepon tidak bergerak kabel (fixed wire line), jasa telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (cellular), data & internet dan network & interkoneksi baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi. Kantor pusat berlokasi di Jl. Japati No. 1 Bandung.

Tabel 3.5 : Data Rasio Keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun Debt to

Equity Total Assets

Return on Invesment Devidend Payout Price Earning Ratio 2004 0.9166 56,179,200.00 0.1525 0.5762 14.71 2005 0.5896 62,171,000.00 0.1778 0.3728 14.88 2006 0.5562 75,135,696.00 0.199 0.4897 18.46 2007 0.4741 82,058,800.00 0.2153 0.4714 15.76 2008 0.5927 91,256,200.00 0.1607 0.7595 12.83 6. PT. United Tractors, Tbk

United Tractors (UT /Perseroan) didirikan pada 13 Oktober 1972 sebagai distributor tunggal alat berat Komatsu di Indonesia. Pada 19 September 1989, Perseroan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, dengan kode perdagangan UNTR, dimana PT Astra International menjadi pemegang saham mayoritas. Selain menjadi distributor alat berat

terkemuka di Indonesia, Perseroan juga aktif bergerak di bidang kontraktor penambangan dan bidang pertambangan batu bara. Ketiga unit usaha ini dikenal dengan sebutan Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan, dan Pertambangan. Perusahaan berlokasi di Jakarta dan mempunyai 18 cabang, 11 kantor lokasi dan 11 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor pusat berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta.

Tabel 3.6 : Data Rasio Keuangan PT. United Tractors, Tbk Tahun Debt to

Equity Total Assets

Return on Invesment Devidend Payout Price Earning Ratio 2004 0.5901 6,769,367.00 0.1673 0.0421 4.79 2005 0.909 10,633,839.00 0.0999 0.0949 9.96 2006 1.0321 11,247,846.00 0.0837 0.475 20.1 2007 0.6773 13,002,619.00 0.1158 0.2767 20.8 2008 0.4366 22,847,721.00 0.1175 0.2585 4.98 7. PT. Unilever Indonesia, Tbk

PT Unilever Indonesia, Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933. kegiatan utama perseroan meliputi bidang pembuatan, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi meliputi: sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, minuman dengan bahan pokok teh dan produk kosmetik. Kantor perseroan berlokasi di Jl. Gatot Subroto Kav-15, Jakarta, sedangkan perseroan memiliki pabrik berlokasi di Jl. Kawasan Jababeka 9 Blok D, Jalan Raya Jababeka Blok O, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi dan Jalan Raya Rungkut Industri IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Jawa Timur.

Tabel 3.7 : Data Rasio Keuangan PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun Debt to

Equity Total Assets

Return on Invesment Devidend Payout Price Earning Ratio 2004 0 3,647,098.00 0.4011 1.0431 17.19 2005 0 3,842,351.00 0.3747 1.0582 22.62 2006 0 4,626,000.00 0.372 0.8842 29.2 2007 0 5,333,406.00 0.3678 0.833 26.26 2008 0 6,504,736.00 0.3707 0.8285 24.76

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif

1. Debt to Equity

Tabel 4.1

Debt to Equity Perusahaan Sampel Tahun 2004 – 2008

No. Kode emiten 2004 2005 2006 2007 2008

1. ANTM 0.85 0.65 0.31 0.11 0.1 2. INCO 0.126 0.045 0.008 0.01 0.005 3. KLBF 0.9068 0.4328 0.1264 0.0927 0.1119 4. PTBA 0.0241 0.0188 0.0138 0.0086 0.0062 5. TLKM 0.9166 0.5896 0.5562 0.4741 0.5927 6. UNTR 0.5901 0.909 1.0321 0.6773 0.4366 7. UNVR 0 0 0 0 0 Rata-rata keseluruhan 0.4876 0.3778 0.2923 0.1961 0.1789 a. Rata-rata Debt to Equity untuk saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta

Islamic Index (JII) tahun 2004 – 2008 mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu sebesar 0.4876 atau 48.76% pada tahun 2004 menjadi 0.1789 atau 17.89% pada tahun 2008.

b. Pada tahun 2004, Debt to Equity terendah adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 0 sedangkan Debt to Equity tertinggi adalah pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan kode emiten TLKM yaitu sebesar 0.9166 atau 91.66%.

c. Pada tahun 2005, Debt to Equity terendah adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 0 sedangkan Debt to Equity tertinggi adalah pada PT United Tractors, Tbk dengan kode emiten UNTR yaitu sebesar 0.909 atau 90.9%.

d. Pada tahun 2006, Debt to Equity terendah adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 0 sedangkan Debt to Equity tertinggi adalah pada PT United Tractors, Tbk dengan kode emiten UNTR yaitu sebesar 1.0321 atau 103.21%.

e. Pada tahun 2007, Debt to Equity terendah adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 0 sedangkan Debt to Equity tertinggi adalah pada PT. United Tractors, Tbk dengan kode emiten UNTR yaitu sebesar 0.6773 atau 67.73%.

f. Pada tahun 2008, Debt to Equity terendah adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 0 sedangkan Debt to Equity tertinggi adalah pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan kode emiten TLKM yaitu sebesar 0.5927 atau 59.27%.

2. Total Assets

Tabel 4.2

Total Assets Perusahaan Sampel Tahun 2004 – 2008 No. Kode Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 1. ANTM 6,042,646.00 6,402,714.00 7,292,142.00 12,043,691.00 10,245,041.00 2. INCO 15,048,871.00 16,332,030.00 19,316,570.00 17,550,960.00 20,452,860.00 3. KLBF 4,231,054.00 4,633,399.00 4,624,619.00 5,138,212.00 5,703,832.00 4. PTBA 2,385,141.00 2,839,690.00 3,107,734.00 3,979,181.00 6,106,828.00 5. TLKM 56,179,200.00 62,171,000.00 75,135,696.00 82,058,800.00 91,256,200.00 6. UNTR 6,769,367.00 10,633,839.00 11,247,846.00 13,002,619.00 22,847,721.00 7. UNVR 3,647,098.00 3,842,351.00 4,626,000.00 5,333,406.00 6,504,736.00 Rata-rata keseluruhan 13,471,911.00 15,265,003.29 17,907,229.57 19,872,409.86 23,302,459.71 a. Rata-rata Total Assets untuk saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta

yaitu sebesar Rp.13,471,911.00 pada tahun 2004 dan naik menjadi Rp.23,302,459.71 pada tahun 2008.

b. Pada tahun 2004, Total Assets terendah adalah pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan kode emiten PTBA yaitu sebesar Rp.2,385,141.00 dan Total Assets tertinggi adalah pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan kode emiten TLKM yaitu sebesar Rp.56,179,200.00

c. Pada tahun 2005, Total Assets terendah adalah pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan kode emiten PTBA yaitu sebesar Rp.2,839,690.00 dan Total Assets tertinggi adalah pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan kode emiten TLKM yaitu sebesar Rp.62,171,000.00

d. Pada tahun 2006, Total Assets terendah adalah pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan kode emiten PTBA yaitu sebesar Rp.3,107,734.00 dan Total Assets tertinggi adalah pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan kode emiten TLKM sebesar Rp.75,135,696.00

e. Pada tahun 2007, Total Assets terendah adalah pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan kode emiten PTBA yaitu sebesar Rp.3,979,181.00 dan Total Assets tertinggi adalah pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan kode emiten TLKM yaitu sebesar Rp.82,058,800.00

f. Pada tahun 2008, Total Assets terendah adalah pada PT. Kalbe Farma, Tbk dengan kode emiten KLBF yaitu sebesar Rp.5,703,832.00 dan Total Assets tertinggi adalah pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan kode emiten TLKM yaitu sebesar Rp.91,256,200.00

3. Return on Investment

Tabel 4.3

Return on Investment Perusahaan Sampel Tahun 2004 – 2008

No. Kode Emiten 2004 2005 2006 2007 2008

1. ANTM 0.134 0.1314 0.2129 0.425 0.1349 2. INCO 0.1755 0.1623 0.2418 0.6215 0.1949 3. KLBF 0.1285 0.1521 0.1652 0.1579 0.1447 4. PTBA 0.1767 0.1651 0.157 0.1826 0.2807 5. TLKM 0.1525 0.1778 0.199 0.2153 0.1607 6. UNTR 0.1673 0.0999 0.0837 0.1158 0.1175 7. UNVR 0.4011 0.3747 0.372 0.3678 0.3707 Rata-rata keseluruhan 0.1908 0.1804 0.2045 0.2979 0.2005 a. Rata-rata Return on Investment untuk saham perusahaan yang terdaftar di

Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2004 – 2008 berfluktuasi. Hal ini terlihat pada tahun 2004 Return on Investment rata-rata perusahaan sebesar 0.1908 atau 19.08%, kemudian terjadi penurunan pada tahun 2005 menjadi 0.1804 atau 18.04%. Selanjutnya kenaikan terjadi pada tahun 2006 dan 2007 yaitu sebesar 0.2045 atau 20.45% dan 0.2979 atau 29.79%. Pada tahun 2008, Return on Investment mengalami penurunan menjadi 0.2005 atau sebesar 20.05%.

b. Pada tahun 2004, Return on Investment terendah adalah pada PT Kalbe Farma, Tbk dengan kode emiten KLBF yaitu sebesar 0.1285 atau 12.85% dan Return on Investment tertinggi adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 0.4011 atau 40.11%.

c. Pada tahun 2005, Return on Investment terendah adalah pada PT United Tractors, Tbk dengan kode emiten UNTR yaitu hanya sebesar 0.0999 atau 9.99% dan Return on Investment tertinggi adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 0.3747 atau 37.47%.

d. Pada tahun 2006, Return on Investment terendah adalah pada PT United Tractors, Tbk dengan kode emiten UNTR yaitu sebesar 0.0837 atau 8.37% dan Return on Investment tertinggi adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 0.372 atau 37.2%.

e. Pada tahun 2007, Return on Investment terendah adalah pada PT United Tractors, Tbk dengan kode emiten UNTR yaitu hanya sebesar 0.1158 atau 11.58% dan Return on Investment tertinggi adalah pada PT. International Nickel, Tbk dengan kode emiten INCO yaitu sebesar 0.6215 atau 62.15%. f. Pada tahun 2008, Return on Investment terendah adalah pada PT United

Tractors, Tbk dengan kode emiten UNTR yaitu hanya sebesar 0.1175 atau 11.75% dan Return on Investment tertinggi adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 0.3707 atau 37.07%.

4. Devidend Payout

Tabel 4.4

Devidend Payout Perusahaan Sampel Tahun 2004 – 2008

No Kode Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 1. ANTM 0.1162 0.3066 0.1843 0.1213 1.5025 2. INCO 0.1689 0.4137 2.8269 1.2457 0.6277 3. KLBF 0.0454 0.0448 0.0094 0.1447 0.1394 4. PTBA 0.2882 0.4086 0.481 0.3343 0.2225 5. TLKM 0.5762 0.3728 0.4897 0.4714 0.7595 6. UNTR 0.0421 0.0949 0.475 0.2767 0.2585 7. UNVR 1.0431 1.0582 0.8842 0.833 0.8285 Rata-rata keseluruhan 0.3257 0.3856 0.7643 0.4895 0.6198 a. Rata-rata Devidend Payout untuk saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta

Islamic Index (JII) tahun 2004 – 2008 berfluktuasi. Hal ini terlihat pada tahun 2004 Devidend Payout rata-rata perusahaan sebesar 0.3257 atau 32.57% dan

mengalami kenaikan pada tahun 2005 dan 2006 yaitu sebesar 0.3856 atau 38.56% dan 0.7643 atau 76.43%. Kemudian pada tahun 2008, Devidend Payout mengalami penurunan yaitu sebesar 0.4895 atau 48.95% dan kenaikan pada tahun 2008 menjadi 0.6198 atau 61.98%.

b. Pada tahun 2004, Devidend Payout terendah adalah pada PT United Tractors, Tbk dengan kode emiten UNTR yaitu sebesar 0.0421 atau 4.21% dan Devidend Payout tertinggi adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 1.0431 atau 104.31%.

c. Pada tahun 2005, Devidend Payout terendah adalah pada PT Kalbe Farma, Tbk dengan kode emiten KLBF yaitu hanya sebesar 0.0448 atau 4.48% dan Devidend Payout tertinggi adalah pada PT Unilever Indonesia, Tbk dengan kode emiten UNVR yaitu sebesar 1.0582 atau 105.82%.

d. Pada tahun 2006, Devidend Payout terendah adalah pada PT Kalbe Farma, Tbk dengan kode emiten KLBF yaitu hanya sebesar 0.0094 atau 0.94% dan Devidend Payout tertinggi adalah pada PT International Nickel, Tbk dengan kode emiten INCO yaitu sebesar 2.8269 atau 282.69%.

e. Pada tahun 2007, Devidend Payout terendah adalah pada PT Aneka Tambang, Tbk dengan kode emiten ANTM yaitu sebesar 0.1213 atau 12.13% dan Devidend Payout tertinggi adalah pada PT Internatioanl Nickel, Tbk dengan kode emiten INCO yaitu sebesar 1.2457 atau 124.57%.

f. Pada tahun 2008, Devidend Payout terendah adalah pada PT Kalbe Farma, Tbk dengan kode emiten KLBF yaitu sebesar 0.1394 atau 13.94% dan Devidend

Payout tertinggi adalah pada PT Aneka Tambang, Tbk dengan kode emiten ANTM yaitu sebesar 1.5025 atau 150.25%.

5. Price Earning Ratio

Tabel 4.5

Price Earning Ratio Perusahaan Sampel Tahun 2004 – 2008

No Kode Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 1. ANTM 20.32 40.5 49.14 8.34 7.6 2. INCO 42.87 49.2 65.51 87.71 4.83 3. KLBF 12.5 15.97 17.76 18 5.56 4. PTBA 7.74 8.57 16.71 38.1 9.31 5. TLKM 14.71 14.88 18.46 15.76 12.83 6. UNTR 4.79 9.96 20.1 20.8 4.98 7. UNVR 17.19 22.62 29.2 26.26 24.76 Rata-rata keseluruhan 17.16 23.1 30.98 30.71 9.98 a. Rata-rata Price Earning Ratio untuk saham perusahaan yang terdaftar di

Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2004 – 2008 berfluktuasi. Hal ini terlihat pada tahun 2004 Price Earning Ratio sebesar 17.16 kali, pada tahun 2005 Price Earning Ratio mengalami kenaikan yaitu sebesar 23.1 kali. Demikian juga pada tahun 2006, kenaikan Price Earning Ratio sebesar 30.98 kali. Pada tahun 2007 dan 2008, Price Earning Ratio mengalami penurunan yaitu sebesar 30.71 kali menjadi 9.98 kali.

b. Pada tahun 2004, Price Earning Ratio terendah adalah pada PT. United Tractors, Tbk dengan kode emiten UNTR yaitu sebesar 4.79 kali dan Price Earning Ratio tertinggi adalah pada PT. International Nickel, Tbk dengan kode emiten INCO yaitu sebesar 42.87 kali.

c. Pada tahun 2005, Price Earning Ratio terendah adalah pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan kode emiten PTBA yaitu sebesar 8.57 kali

dan Price Earning Ratio tertinggi adalah pada PT. International Nickel, Tbk dengan kode emiten INCO yaitu sebesar 49.2 kali.

d. Pada tahun 2006, Price Earning Ratio terendah adalah pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan kode emiten PTBA yaitu sebesar 16.71 kali dan Price Earning Ratio tertinggi adalah pada PT. International Nickel, Tbk dengan kode emiten INCO yaitu sebesar 65.51 kali.

e. Pada tahun 2007, Price Earning Ratio terendah adalah pada PT. Aneka

Dokumen terkait