• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Statistik

1. Analisis Regresi Sederhana

Digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka peneliti menggunakan bantuan program software SPSS (Statisik Product and Service Solution). Menurut Sugiono (2003:204) persamaan regresi sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a +bX + e

Dimana :

Y = Peningkatan pendapatan usaha kecil a = Konstanta

b = Koefisien Regresi X = Jumlah kredit E = Standar error

Sebagai variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian ini adalah (x) jumlah kredit yaitu sejumlah kredit yang diberikan oleh PKBL Bank X Sentra Kredit Kecil Polonia Medan, sedangkan variabel tidak bebas (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah (Y) peningkatan pendapatan usaha kecil.

(2). Analisis Statistik t

Yaitu sebagai uji signifikan yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh atau variabel penjelas secara individu dalam menerangkan variasi variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah :

Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ho : b1 ≠ 0, artinya suatu variabel independen merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika thitung < ttabelpada α = 5 %

Ha diterima jika ttabel > ttabelpada α = 5 %

(3). Uji statistik F

Uji F digunakan pada dasarnya menunjukkan apakah variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya :

Ho : b1 = 0, artinya suatu varibel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ 0, artinya suatu variabel independen merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika F hitung < F tabelpada α = 5%

Ho diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5%

(4). Koefisien determinasi (R2)

Pengujian kontribusi pengaruh dari variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y), dapat dilihat dari koefisien determinasi (R2) dimana 0<R2<1. Hal ini mmenunjukkan jika R2 semakin dekat dengan 1 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y) semakin kuat. Sebaliknya jika R2 semakin dekat pada 0 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y) semakin lemah.

Untuk menguji perbedaan yang berarti dalam pengembangan usaha kecil sebelum dan sesudah menerima kredit, digunakan uji t perbedaan dua harga rata-rata dengan rumus (Sugiono 2003, hal 198):

      + − ++ − − = 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t Keterangan :

X1 = Pendapatan sebelum adanya kredit

X2 = Pendapatan sesudah adanya kredit

S1 = Standar Deviasi sebelum adanya kredit

S2 = Standar Deviasi sesudah adanya kredit

n1=n2 = Jumlah sampel yang diteliti

Tingkat kepercayaan = 0,05

Derajat keabsahan = n1 + n2 – 2

Kriteria :

Terima H0 jika thitung <ttabel

Tolak H0 jika thitung > ttabel

Rumus hipotesis :

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Peneliti Terdahulu

Hasibuan (2005) meneliti “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Kemampulabaan Usaha Kecil Percetakan Di Kelurahan Medan Barat”. Terdapat dua masalah di dalamnya yaitu “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian kredit terhadap peningkatan kemampulabaan bagi usaha kecil sebelum dan sesudah menerima kredit?” dan “Apakah terdapat peningkatan kemampulabaan bagi usaha kecil sebelum dan sesudah menerima kredit?”. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah variabel kredit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampulabaan usaha kecil. Dengan uji t perbedaan dua rata-rata diketahu bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara jumlah kemampulabaan para pelaku usaha kecil sebelum dan sesudah menerima kredit.

B. Kredit

1. Pengertian Kredit

Kredit dalam bahasa latin disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya apabila seseorang memperoleh kredit, maka berarti mereka memperoleh kekayaan, sedangkan si pemberi kredit berarti memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang akan dipinjam akan kembali. (Kasmir,2001 :73). Penerima, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan

dikembalikan sesuai dengan perjanjiannya dan mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya.

Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1988, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu terntentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungannya “.

Menurut Astiko (1999: 5), “Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan sesuatu pemberiaan atau melabakan suatu pinjaman dengan janji bahwa waktu pembayarannya ditangguhkan pada suatu jangka yang telah disepakati”.

2. Unsur-Unsur Kredit

Unsur-Unsur kredit harus diperhatikan dalam pemberian fasilitas kredit. Menurut Kasmir (2002 : 75-76) terdapat lima unsur-unsur kredit, yaitu :

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang , barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang.

b. Kesepakatan, kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

d. Resiko, resiko kerugian dapat terjadi akibat dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan oleh hal-hal yang tidak sengaja seperti musibah dan bencana alam. Dan hal ini menjadi tanggungan si pemberi kredit.

e. Balas jasa, yaitu keuntungan atas pemberian kredit atau jasa yang dikenal sebagai bunga konvesional. Sedangkan bagi bank syariah balas jasa ditentukan dengan sistem bagi hasil.

3. Jenis-Jenis Kredit

Jenis kegiatan usaha yang beragam mengakibatkan beragam pula kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank juga dikelompokkan dalam beberapa jenis yang masing–masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.

Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut:

a. Dilihat dari segi penggunaannya

1. Kredit inve stasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

2. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan kegiatan produksi dalam operasionalnya. Contohnya untuk pembelian bahan baku, ataupun untuk pembayaran gaji karyawan.

b. Dari segi tujuan kredit :

1. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, produksi atau investasi.

2. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk di konsumsi atau dipakai secara pribadi.

3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

c. Dari segi waktu pembayaran

1. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

2. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini juga dapat diberikan untuk modal kerja.

3. Kredit jangka panjang, yaitu merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun.

d. Dari sektor jaminan

1. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan tertentu.

2. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu.

e. Dari sektor usaha

1. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai sektor peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti peternakan sapi atau peternakan kambing.

2. Kredit pertanian, yaitu merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai sektor pertanian atau perkebunan rakyat.

3. Kredit pertambangan, yaitu merupakan kredit yang diberikan untuk jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang , seperti tambang emas, tambang minyak dan tambang timah.

4. Kredit industri, yaitu merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah atau besar.

5. Kredit pendidikan, yaitu merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar.

6. kredit profesi, yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti:dosen, dokter dan pengacara.

7. Kredit perumahan, yaitu merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian rumah.

8. Kredit sektor lainnya.

4. Prinsip pemberian kredit

Pada saat pemberian kredit harus diperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang benar. Salah satu prinsip pemberian kredit adalah dengan cara analisis 5 C yaitu sebagai berikut:

a. Character yaitu watak atau sifat seseorang dalam hal ini calon debitur b. Capacity (capability) yaitu untuk melihat kemampuan calon nasabah

dalam membayar kredit yang di hubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba.

c. Capital yaitu untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan di biayai oleh bank.

d. Colleteral yaitu merupakan jaminan yang di berikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik.

e. Condition yaitu dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing.

Selain prinsip 5C, konsep 7P juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit.

Konsep 7P

Tujuh unsur dalam konsep 7P adalah: 1. Kepribadian (Personality)

Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku, sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah.

2. Tujuan (Purpose)

Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kredit yang diajukan.

3. Prospek (Prospect)

Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun jangka penjang.

4. Pembayaran (Payment)

Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana tersebut, dan bagaimana tingkat kepastiannya.

5. Tingkat Keuntungan (Profitability)

Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur; Bagaimana pola, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.

6. Perlindungan (Protection)

Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang, atau asuransi.

7. Parti (Party)

Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.

5. Jaminan kredit

Resiko tidak tertagihnya suatu kredit jelas akan sangat merugikan pihak pemberi kredit, yang dalam hal ini adalah bank. Baik itu resiko kerugian tidak sengaja seperti bencana alam atau pun yang di sengaja seperti nasabah tidak mau membayar kredit dapat ditutupi dengan jaminan kredit.

Fungsi dari jaminan kredit adalah untuk melidungi pihak bank dari kerugian. Dimana dengan adanya jaminan yang nilainya lebih besar dari jumlah pinjaman maka pihak bank dapat menutupi kerugiannya dengan menjual jaminan tersebut.

Calon debitur dalam praktiknya dapat memberikan jaminan kredit sebagai berikut ( Kasmir2001 : 80-81) :

a. Jaminan dengan barang-barang seperti : tanah, bangunan, kendaraan bermotor, mesin-mesin/peralatan, kebun, sawah, barang dagangan, dan barang-barang berharga lainnya.

b. Jaminan surat berharga seperti : sertifikat saham, sertifikat obligasi, sertifikat tanah, sertifikat deposito, pompres, wesel dan surat berharga lainnya.

c. Jaminan orang atau perusahaan : yaitu merupakan jaminan yang di berikan oleh seseorang maupun perusahaan kepada bank terhadap fasilitas kredit yang diberikan.

d. Jaminan asuransi : yaitu bank menjamin kredit tersebut kepada pihak asuransi trutama terhadap fisik objek kredit.

6. Tujuan kredit

Kredit melibatkan beberapa pihak yaitu : kreditur, debitur, masyarakat umum. Karena itu tujuan perkreditan berbeda antara satu pihak dengan pihak yang lainnya (Tjoekam 2002, 3). Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi tujuan kredit untuk kreditur, debitur dan masyarakat umum.

a. Tujuan kredit bagi kreditur :

1. Perkreditan merupakan sumber utama pendapatan

2. Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk lainnya dalam persaingan.

3. Perkreditan merupakan instrumen menjaga likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas bank.

b. Tujuan kredit bagi debitur :

1. Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha semakin lancar, performance usaha semakin baik dari sebelumnya. 2. Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai

jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.

3. Kredit memperluas kesempatan berusaha dan kerja dalam perusahaan.

c. Tujuan kredit bagi masyarakat :

1. Kredit dapat mengurangi pengangguarn karena dapat membuka peluang usaha kerja dan pemerataan pendapatan.

2. Kredit dapat meningkatkan fungsi pasar karena ada peningkatan daya beli.

C. Ruang lingkup Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Pembahasan mengenai Usaha Kecil dan Menengah (UKM) meliputi defenisi atau kriteria usaha kecil dan menengah, jenis dan bentuk usaha yang akan didirikan serta keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Dengan memahami hal-hal tersebut, usaha kecil dan menengah (UKM) akan mempunyai suatu pedoman yang jelas dalam mendirikan, menjalankan dan mengembangkan usahanya.

1. Definisi atau kriteria Usaha Kecil dan Menengah

Banyak orang yang merasa kurang jelas tentang batasan dan jenis usaha. Dalam penentuan batasan ini orang cenderung melihatnya kepada modal awal, asset, dan pendapatan pertahun. Definisi Usaha Kecil dan Menengah ternyata sangat berfariasi, tergantung dari pada konsep yang di gunakan. Setiap definisi sedikitnya mencakup dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut. Berikut ini beberapa batasan usaha kecil dilihat dari modal awal, asset, dan pendapatan.

a. Usaha perdagangan atau jasa yang dijadikan mempunyai modal tidak lebih dari Rp. 80.000.000

b. Usaha produksi/industri atau jasa konstruksi mempunyai modal tidak lebih dari Rp. 200.000.000

Berdasarkan undang-undang nomor 9 tahun 1995 kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang di milikinya adalah :

a. Memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari Rp. 200.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha).

b. Memiliki omset setahun tidak lebih dari Rp. 1 milyar (Rachmat,2004 : 14). Pengertian pengelompokan kegiatan usaha dapat ditinjau dari jumlah pekerja sebagai berikut :

a. Industri rumah tangga adalah unit usaha dengan jumlah tenaga kerja paling banyak 4 orang termasuk pengusaha.

b. Industri skala kecil adalah unit usaha dengan jumlah tenaga kerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha.

c. Industri skala menengah dan besar adalah unit usaha dengan jumlah pekerja lebih dari 20 orang.

Menurut BPS (1998) usaha kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha. 2. Jenis dan Bentuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) :

Menurut Wibowo (2003 : 5), kegiatan perusahaan pada prinsipnya dapat di kelompokkan dalam 3 jenis usaha yaitu :

a. Jenis usaha perdagangan distribusi

Jenis usaha ini merupakan usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan memindahkan barang dan produsen ke konsumen atau dari tempat yang mempunyai kelebihan persediaan ke tempat yang membutuhkan. Jenis usaha ini diantaranya bergerak di bidang pertokoan, warung, rumah makan, pedagang perantara, tengkulak, dan sebagainya. Komisioner dan makelar dapat juga di masukan dalam kegiatan perdagangan karena kegiatannya dalam jual beli barang. b. Jenis usaha produksi

Industri adalah jenis usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi bahan/barang lain yang berbeda bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat berupa produksi / industri pangan, pakaian, peralatan rumah tangga, kerajinan, bahan bangunan dan sebagainya. Dalam hal ini, kegiatan dalam budidaya sektor pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kegiatan penangkapan ikan termasuk jenis usaha produksi.

c. Jenis usaha komersial

Usaha jenis komersial merupakan usaha yang bergerak dalam kegiatan pelayanan atau menjual jasa sebagai kegiatan utamanya. Contoh jenis usaha ini adalah asuransi, bank konsultan, biro perjalanan, parawisata, pengiriman barang (ekspedisi), bengke l, salon

kecantikan, penginapan, gedung bioskop, dan sebagainya, termasuk praktek dokter dan perencanaan bangunan.

3. Keunggulan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

a. Tetap bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan inflasi maupun berbagai faktor penyebab lainnya.

b. Tanpa subsidi dan proteksi, usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia mampu menambah nilai devisa bagi negara.

c. Usaha kecil yang informasi mampu berperan sebagai penyangga (buffer) dalam perekonomian masyarakat lapisan bawah.

d. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja.

e. Independen dalam penentuan harga produksi atau barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkannya.

f. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang cepat berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis.

g. Prosedur hukum yang sederhana.

h. Pajak relatif ringan, sebab yang dikenakan pajak bukanlah perusahaannya tetapi pengusahaanya.

i. Mudah dalam proses pendiriannya.

j. Mudah untuk dibubarkan pada waktunya yang dikehendaki. k. Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu.

m. Umumnya mempunyai kecenderungan untuk bertahan (survive).

n. Usaha kecil dan menengah (UKM) sangat cocok untuk didirikan oleh para pengusaha yang sama sekali belum pernah mencoba untuk mendirikan suatu usaha sehingga memiliki sedikit pesaing.

o. Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya usaha kecil di Indonesia.

p. Deversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen senantiasa tergali melalui kreativitas pengelola.

q. Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yang tidak terlalu mahal.

r. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil. s. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. 4. Kelemahan dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai berikut :

a. Umumnya usaha kecil dan menengah tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisis perputaran uang tunai/kas serta penelitiannya lainnya yang diperlukan dalam suatu aktivitas bisnis. b. Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntasi

yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur organisasi dan pendelegasian wewenang serta alat-alat manajerial lainnya (perencanaan, pelaksanaan, serta pengendalian usaha) yang diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yang profit oriented.

c. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai kekurangan dalam informasi baik itu informasi pasar, produk, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan bisnis.

d. Kurang petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta seiring tidak konsisten dengan ketentuan order atau pesanan yang mengakibatkan klaim atau produk yang ditolak.

e. Terlalu banyak biaya-biaya yang diluar pengendalian serta hutang-hutang yang tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan pembukuan standar.

f. Pembagian kerja pada usaha kecil dan menengah tidak profesional, sering terjadi pengelolaan memiliki pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di luar batas jam kerja standar.

g. Kesulitan mengenai kebutuhan modal kerja, sebab tidak dilakukan perencanaan kas.

h. Sering terjadi kelebihan persediaan barang yang tidak laku.

i. Resiko dan hutang-hutang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi pemilik.

j. Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik dan kesempatan untuk mendapatkan kredit dan bank sangat kecil.

5. Peluang bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Percepatan pembangunan industri, termasuk industri kecil dan menengah terbuka peluang yang cukup besar untuk berkembang seperti:

a. Indonesia merupakan pasar yang besar, sebagai negara kepulauan dan memiliki jumlah penduduk yang besar merupakan peluang pasar yang dimanfaatkan sebagai lahan usaha.

b. Melimpahnya SDA yang dapat di olah dengan memanfaatkan teknologi yang dimiliki serta dengan ketrampilan SDM yang ada merupakan peluang yang harus disiasati untuk menjadi keunggulan kompetitif.

c. Perubahan tatanan ekonomi dunia yang mendorong terciptanya penyatuan ekonomi dunia dan pasar yang semakin terbuka dan kompetisi yang sehat.

6. Tantangan bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Tantangan bagi UKM akan menghasilkan pesimisme di pihak yang satu dan optimisme di pihak lain.Tantangan yang di hadapi oleh UKM di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Krisis ekonomi yang terjadi telah menyebabkan turunnya daya beli dan produksi sehingga masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya.

b. Struktur ekonomi sampai saat ini di tandai pemusatan asset produktif di tangan sekelompok kecil masyarakat.

c. Ketergantungan yang tinggi terhadap luar negri, baik berupa pinjaman maupun investasi luar negri menyebabkan lemahnya sektor permodalan di Indonesia

d. Adanya persaingan tidak sehat di antara pelaku-pelaku ekonomi menyebabkan tidak efisiennya ekonomi nasional yang mempersulit tumbuhnya bisnis-bisnis baru karena kecenderungan penciptaan halangan yang sulit di hadapi dalam kegiatan usahanya.

e. Sebagaian kecil masyarakat mendapat akses melakukan penguasaan industri hulu sampai hilir, mulai dari penyediaan bahan baku produksi dan distribusi.

f. Pemberlakuan bagi standar internasional. Perubahan tatanan ekonomi dunia cenderung menyebabkan pasar bersifat resistensi dan proteksi antara lain dengan di berlakukannya berbagai standar antara lain ISO 9000, ISO 1400 hak atas kekayaan.

7. Masalah-masalah umum dari usaha kecil antara lain dilihat dari (ISEI, dkk, 1998 hal : 138-140):

a. Permodalan

Masalah dari segi permodalan antara lain dari suku bunga kredit yang tinggi, kurangnya informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan non bank, sistem serta prosedur pemberian kredit dari lembaga keuangan yang rumit dan memakan waktu yang relatif lama. Ada kalanya kredit yang di berikan tidak sesuai dengan kebutuhan usaha kecil.

b. Pemasaran

Kurangnya daya saing para pengusaha kecil jika berhadapan dengan pengusaha besar, adanya persaingan yang tidak sehat sesama jenis usaha, dan kurangnya informasi pemasaran produk.

c. Bahan baku

Supply bahan baku yang tidak memadahi,harga bahan baku yang tinggi dan rendahnya kualitas bahan yang diperoleh.

d. Teknologi

Sulitnya diperoleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya, akses dan informasi sumber teknologi yang tidak merata, dan kurang peralatan teknologi, serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan teknologi yang ada.

e. Manajemen

Kebanyakan usaha kecil tidak memeliki manajemen yang baik. Mereka tidak dapat membuat suatu pembukuan yang teratur serta

Dokumen terkait