• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN EVALUAS

B. Analisis Prosedur Pengawasan Intern

4. Analisis Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank merupakan hal yang sangat penting dalam memastikan keadaan saldo kas perusahaan ditinjau dari buku kas dan jumlah kas sebenarnya yang tertera pada buku bank setelah perhitungan pos-pos rekonsiliasi. Hal ini memiliki peranan yang sangat penting dalam verifikasi intern transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan.

Dalam melakukan pengecekan intern, PT Golden Dragon menggunakan rekonsiliasi bank berbentuk sebelah menyebelah (sconto), dimana keterangan sebelah kiri merupakan kolom saldo dan koreksi atas rekening koran bank, sedangkan sebelah kanan dibagi atas tiga kolom, yakni kolom uraian, kolom yang menunjukkan pengurangan atau penambahan dan kolom jumlah rupiah.

Menurut penulis, rekonsiliasi bank yang dijalankan pada PT Golden Dragon Medan sudah cukup baik dan sudah cukup efektif dalam mengidentifikasi atau mengoreksi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketidaksamaan nilai kas yang ada pada buku kas perusahaan dengan pada buku bank. Selain itu, rekonsiliasi ini juga dilakukan secara rutin oleh pihak yang berkompeten dan dijadikan sebagai alat pengendalian kas bagi pihak yang memiliki tanggung jawab dalam mengelola kas perusahaan.

5. Analisis dana kas kecil (petty cash)

Pengendalian penggunaan dana kas kecil meliputi pengeluaran- pengeluaran yang sifatnya untuk kebutuhan operasional yang jumlah nominalnya

relatif kecil, misalnya tagihan pengiriman dokumen dan paket, tagihan air minum, uang keamanan, dan lain-lain. Penanganan untuk pengelolaan dana kas kecil ini terpisah dari aktivitas lainnya.

Penyelenggaraan dana kas kecil dalam perusahaan dilakukan dengan cara

imprest system dimana bukti pengeluaran kas kecil harus dilampiri dengan

dokumen pendukungnya dan diarsipkan oleh pemegang dana kas kecil untuk pertanggung jawaban di kemudian hari dan digunakan dalam pengisian kembali dana kas kecil yang dibutuhkan. Penulis sependapat atas penerapan imperest

system untuk memudahkan pertanggung jawaban penggunaan dana kas kecil yang

dikeluarkan untuk kebutuhan operasional yang berlangsung dalam perusahaan.

C. Analisis Penyebab Terjadinya Perbedaan Nilai Anggaran dan Realisasi Kas Masuk dan Keluar

Adapun perbedaan nilai antara anggaran dan realiasi kas masuk dan kas keluar tahun 2002 s/d 2006 disebabkan karena terjadinya kenaikan/penurunan penyimpangan pada aktivitas operasional, investasi dan pendanaan (financing) baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran.

1. Perbedaan Nilai Anggaran dan Realisasi Kas Masuk

Berdasarkan Tabel 3.3 s/d 3.7 yang disajikan pada Bab III, dapat dilihat bahwa selama lima tahun anggaran dan realisasi kas masuk pada aktivitas operasi mengalami kenaikan dan penurunan penyimpangan. Besarnya persentase penyimpangan kenaikan dan penurunan anggaran dan realisasi kas setiap tahunnya tidak sama.

Tahun 2002 penjualan mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 1% dalam artian nilai penjualan yang dianggarkan sebelumnya mencapai target.

Piutang usaha mencapai 86% dari nilai yang dianggarkan, mengalami penurunan sebesar (14%), pendapatan sewa mencapai 220%, kenaikan penyimpangan sebesar 120%, pendapatan training mencapai 113%, mengalami kenaikan sebesar 13%, pendapatan service mencapai 108%, mengalami kenaikan sebesar 8% dari nilai anggaran yang direncanakan.

Dari hasil pencapaian tersebut, realisasi kas masuk dapat tercapai hingga melebihi dari yang dianggarkan dengan kenaikan penyimpangan sebesar 1%, disebabkan tingkat penjualan dan pendapatan sewa, pendapatan training serta pendapatan service yang berhasil dipenuhi melebihihi anggaran.

Tahun 2003 penjualan mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 4%, piutang usaha penurunan penyimpangan sebesar (23%), pendapatan sewa mengalami penurunan penyimpangan sebesar (54%), pendapatan training mengalami penurunan penyimpangan sebesar (13%), penerimaan lain-lain mengalami penurunan penyimpangan sebesar 29% dan pendapatan service mengalami kenaikan sebesar 21% dari nilai yang dianggarkan. Dari hasil pencapaian tersebut, pendapatan sewa masih berada pada tingkat pencapaian yang minim, namun demikian total realisasi kas masuk juga dapat tercapai melebihi dari nilai yang dianggarkan, mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 2% disebabkan pemicunya adalah tingkat penjualan dan pendapatan service berhasil dipenuhi melebihi nilai yang dianggarkan.

Tahun 2004 nilai penjualan mengalami kenaikan sebesar 1%, piutang usaha mengalami penurunan sebesar (44%), pendapatan sewa mengalami penurunan sebesar (35%), pendapatan training mengalami kenaikan sebesar 93%, penerimaan lain-lain mengalami penurunan sebesar (12%) dan pendapatan service

mengalami penurunan sebesar (14%) dari nilai yang dianggarkan. Tahun 2004 hampir tidak ada penyimpangan yang terjadi antar jumlah realisasi kas masuk terhadap anggaran, artinya penyimpangan yang terjadi yakni turun sebesar (0.00%).

Tahun 2005 nilai penjualan mengalami penurunan sebesar (1%), piutang usaha mengalami penurunan sebesar (44%), pendapatan sewa mengalami penurunan sebesar (16%), pendapatan training mengalami penurunan sebesar 32%, dan pendapatan service mengalami penurunan penyimpangan sebesar (11%) serta penerimaan lain-lain mengalami penurunan sebesar (10%) dari nilai yang dianggarkan. Tahun 2005, total realisasi kas mengalami penurunan penyimpangan sebesar (3%) dari anggaran yang direncanakan, disebabkan tingkat penjualan tidak mencapai target dari nilai yang dianggarkan, diikuti dengan tingkat pencapaian piutang usaha dan pendapatan training berada pada tingkat pencapaian yang minim.

Tahun 2006 nilai penjualan mencapai 99%, mengalami penurunan penyimpangan sebesar (1%), piutang usaha mengalami penurunan sebesar (42%), pendapatan sewa mengalami kenaikan sebesar 2%, pendapatan training mengalami kenaikan sebesar 7%, penerimaan lain-lain mengalami kenaikan sebesar 2% dan pendapatan service mengalami penurunan sebesar (22%) dari nilai yang dianggarkan. Tidak jauh beda dengan kondisi kas pada tahun 2005, realisasi kas mengalami penurunan penyimpangan sebesar (2%) dari nilai anggaran disebabkan tingkat penjualan tidak mencapai target dari nilai yang dianggarkan, diikuti dengan tingkat pencapaian piutang usaha yang minim.

Selisih kenaikan penyimpangan realisasi kas masuk yang paling tinggi adalah pada tahun 2003, yakni sebesar 2% dari nilai yang dianggarkan. Pada tahun ini permintaan untuk kebutuhan sekolah, operasional segala jenis perusahaan industri dan dealer-dealer mengalami kenaikan. Hal ini juga dipicu dengan pengadaan program happy genuine yakni, untuk setiap pembelian unit khususnya printer inkject harus melakukan registrasi berdasarkan serial number dan machine type serta kode tinta yang digunakan pada form yang sudah disajikan.

Hal ini bertujuan untuk dikemudian hari bisa menukarkan tinta yang habis terpakai dengan yang original satu set sekaligus untuk segala jenis tipe dan menggaransi spare part sampai 3 tahun sejak tanggal pembelian, jika tetap menggunakan tinta original. Demikian pula halnya pengadaan program diskon 15% harga bagi printer dot matric dan unit komputer.

Selisih penurunan penyimpangan yang paling rendah adalah pada tahun 2005, yakni turun sebesar (3%). Hal ini disebabkan karena tingkat penjualan mengalami penurunan dan semua aktivitas operasional yang menjadi pendapatan bagi perusahaan mengalami penurunan dari 1% hingga 44% dibandingkan tahun- tahun sebelumnya.

2. Perbedaan Nilai Anggaran dan Realisasi Kas Keluar

Berdasarkan Tabel 3.3 s/d 3.7 yang disajikan pada Bab III, dapat dilihat bahwa selama lima tahun anggaran dan realisasi kas keluar pada aktivitas operasi, investasi dan pendanaan (financing) mengalami kenaikan dan penurunan penyimpangan. Hal ini yang menyebabkan nilai anggaran dan realisasi selalu berbeda setiap tahun dan tidak pernah sama nilainya.

Tahun 2002, pada aktivitas operasi pembelian unit mengalami penurunan penyimpangan sebesar (7%), pembelian spare part dan tinta mengalami penurunan sebesar (34%), biaya usaha yang dikeluarkan mengalami kenaikan sebesar 2%. Pada aktivitas investasi pembelian perlengkapan untuk inventaris kantor mengalami kenaikan sebesar 47%. Pada aktivitas pendanaan pembayaran dividen mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 68% dari nilai anggaran yang direncanakan.

Dari hasil pencapaian tersebut, pengeluaran untuk membiayai usaha meliputi pembayaran gaji karyawan, komisi, transportasi, administrasi, dan lain- lain serta pembelian inventaris kantor dan pembayaran dividen melebihi nilai anggaran yang direncanakan. Selisih nilai realisasi kas mengalami penurunan sebesar (2%) dari nilai anggaran yang direncanakan

Tahun 2003 pada aktivitas operasi pembelian unit atau produk kepada produsen mengalami penurunan sebesar (1%), pembelian spare part dan tinta mengalami penurunan sebesar (32%), biaya usaha mengalami kenaikan sebesar 5%. Pada aktivitas investasi pembelian inventaris kantor mengalami penurunan sebesar (18%). Pada aktivitas pendanaan pembayaran dividen mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 35% dari nilai anggaran yang direncanakan. Dari hasil pencapaian tersebut, biaya pengeluaran untuk membiayai usaha dalam membayar gaji karyawan, komisi, transportasi, administrasi, dan lain-lain serta pembayaran dividen mencapai tingkat yang maksimum dan melebihi anggaran yang direncanakan. Pencapaian nilai realisasi kas terhadap anggaran mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 3% dari nilai yang dianggarkan.

Tahun 2004, pada aktivitas operasi pembelian unit atau produk mengalami penurunan penyimpangan sebesar (3%), pembelian spare part dan tinta mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 6%, biaya usaha mengalami kenaikan sebesar 1%. Pada aktivitas investasi, pembelian inventaris kantor mengalami kenaikan 19% dari nilai yang dianggarkan.

Pada aktivitas pendanaan, pembayaran dividen mengalami kenaikan sebesar 49% dari nilai yang dianggarkan. Dari hasil pencapaian tersebut, pembelian spare part, biaya usaha, pembelian inventaris kantor dan pembayaran dividen, melebihi dari nilai yang dianggarkan. Pencapaian nilai realisasi kas mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 1% dari nilai yang dianggarkan.

Tahun 2005, pada aktivitas operasi pembelian unit atau produk mengalami penurunan penyimpangan sebesar (4%), pembelian spare part dan tinta mengalami kenaikan sebesar 26%, biaya usaha mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 11%. Pada aktivitas investasi, pembelian inventaris kantor mengalami penurunan penyimpangan sebesar (16%).

Pada aktivitas pendanaan, pembayaran dividen mengalami kenaikan penyimpangan sebesar 28% dari nilai yang dianggarkan. Dari hasil tingkat pencapaian tersebut, sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, pembelian

spare part, biaya usaha dan pembayaran dividen melebihi dari nilai yang

dianggarkan. Pencapaian nilai realisasi kas mengalami penurunan sebesar (1%) dari nilai yang dianggarkan.

Tahun 2006, pada aktivitas operasi pembelian unit atau produk mengalami penurunan penyimpangan (1%) dari nilai yang dianggarkan, pembelian spare part dan tinta mencapai mengalami penurunan sebesar (16%), biaya usaha mengalami

kenaikan sebesar 11% dari nilai anggaran. Pada aktivitas investasi, pembelian inventaris kantor mengalami penurunan penyimpangan sebesar (16%).

Pada aktivitas pendanaan, pembayaran dividen mengalami penurunan penyimpangan sebesar (5%). Dari hasil tingkat pencapaian tersebut, biaya usaha juga berada pada tingkat melebihi dari nilai yang dianggarkan. Pencapaian realisasi kas pengeluaran mengalami penurunan penyimpangan sebesar (1%) dari nilai yang dianggarkan.

Sementara untuk pengeluaran pembayaran pajak nilainya tidak sama setiap tahun, tergantung pada aktivitas perusahaan yang wajib dikenakan pajak setelah diakumulasikan setiap akhir periode berlangsung dan dibayarkan mengikuti kebijakan pemerintah dalam hal pajak yang diberlakukan kepada pihak yang dikenakan pajak.

Dari hasil perbandingan antara realisasi kas masuk dan keluar terhadap anggaran seperti diuraikan di atas, maka terlihat jelas bahwa anggaran kas masuk dan keluar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, dalam realisasinya terkadang tidak seperti demikian, realisasi kas masuk mencapai target atau melebihi anggaran pada tahun 2002 s/d 2003, namun pada tahun 2004 s/d 2006 mengalami penurunan disebabkan adanya kenaikan/penurunan penyimpangan yang terjadi pada setiap aktivitas operasi, investasi dan financing baik dari sisi kas masuk maupun keluar.

Selisih kenaikan penyimpangan realisasi kas keluar yang tertinggi adalah pada tahun 2003, hal ini disebabkan tingkat biaya usaha yang tinggi sampai 5%, diikuti dengan tingkat pembayaran dividen mengalami kenaikan 35% dari nilai yang dianggarkan, dipicu oleh kenaikan penjualan yang tinggi menyebabkan

pendapatan perusahaan mengalami kenaikan dan hal tersebut mengharuskan perusahaan membayarkan dividen sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati. Selisih penurunan penyimpangan realisasi kas keluar yang terendah adalah pada tahun 2002, hal ini disebabkan tingkat pembelian unit hanya berkisar 93% atau mengalami penurunan penyimpangan sebesar (7%) dan pembelian spare part hanya berkisar 66% dengan penurunan penyimpangan sebesar (34%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada PT Golden Dragon melalui wawancara, maka dapat diketahui bahwa penyebab terjadinya perbedaan nilai anggaran dan realisasi kas masuk dan keluar disebabkan karena terjadinya kenaikan/penurunan penyimpangan atas aktivitas operasional, investasi dan pendanaan (financing) baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan.

A. Faktor Internal

1. Naik atau turunnya tingkat penjualan dalam kurun waktu tertentu selama tahun 2002 s/d 2006, diikuti dengan kenaikan atau penurunan penyimpangan aktivitas operasional yang merupakan pendapatan bagi perusahaan. Khusus pada tahun 2004-2006, aktivitas operasional yang mengalami penurunan drastis adalah piutang usaha. Hal ini dipicu oleh karyawan yang berkompeten kurang antusias dalam meminta tagihan piutang kepada pihak klien, serta tidak adanya sanksi hukum yang memberatkan pihak klien.

2. Tahun 2004-2006 tingkat piutang usaha yang diperoleh oleh pihak perusahaan masih berada pada tingkat yang minim pada anggaran dan realisasi kas masuk. Salah satu penyebab timbulnya kredit bermasalah ini

adalah pihak perusahaan sangat dominan dalam menyetujui pemberian kredit tanpa memikirkan feed back yang timbul di belakang hari, sehingga karyawan yang berwenang kurang menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan ketetapan yang berlaku, demi memperoleh komisi sebagai imbalan dalam pencapaian target.

3. Selisih harga jual di lapangan, yakni selisih yang timbul karena departemen pemasaran telah menjual produk dengan harga jual sesungguhnya per unit lebih kecil dibandingkan dengan harga jual per unit yang dianggarkan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Di lapangan, kemungkinan hal ini bisa terjadi, apabila karyawan tidak mengikuti harga yang up to date baik terhadap nilai produk, spare part dan accessories lainnya.

4. Kurangnya perkiraan dalam menyusun anggaran, hal ini dapat dilihat dari Tabel 3.3 s/d 3.7, perkiraan biaya usaha selalu melebihi dari yang dianggarkan setiap tahunnya dan pendapatan service dari tahun 2004 s/d 2006 yang tidak mencapat target hingga terjadi penurunan sampai (22%), namun hal ini masih berada pada batas penyimpangan yang dapat ditolerir. Untuk penyusunan anggaran biaya usaha, perusahaan belum sepenuhnya memperhitungkan dengan baik, karena setiap tahun selalu mengalami kenaikan penyimpangan dari yang dianggarkan hingga 11%.

B. Faktor Eksternal

1. Kenaikan nilai anggaran kas masuk dan kas keluar dari tahun 2002 s/d 2006 dipicu oleh kenaikan bahan baku, biaya produksi untuk memproduksi unit oleh pihak produsen, biaya-biaya operasional yang

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun meliputi gaji karyawan, listrik, telephone, BBM, perawatan mesin kendaraan, tarif pajak oleh pemerintah baik PPh maupun PPN. Dari hasil perbandingan anggaran dan realisasi kas masuk, terlihat bahwa nilai anggaran mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini dipicu oleh karena departemen marketing dan

service center membuat perencanaan terhadap penjualan yang menjadi

pusat pendapatan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan sumber lain disesuaikan dengan harga terkini setiap tahunnya. Kenaikan nilai penjualan yang dianggarkan akan mengikuti harga-harga lain yang menjadi beban operasional, dimana biaya-biaya dalam kegiatan operasional perusahaan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dan hal ini juga yang akan memicu semakin meningkatnya pengeluaran yang dianggarkan dalam anggaran kas keluar perusahaan meliputi pembelian unit, spare part, tinta dan biaya-biaya operasional lainnya. Penetapan terhadap harga jual, service, training dan sewa yang dijadikan sebagai pendapatan, khususnya penjualan unit sebagai pusat pendapatan utama bagi perusahaan pada umumnya diukur dari seberapa besar tingkat pengeluaran yang dianggarkan untuk membiayai aktivitas perusahaan demi mencapai tingkat keuntungan yang maksimal. Oleh karena pengeluaran mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, baik untuk pembelian unit, spare part, tinta, gaji karyawan, administrasi dan umum, dan lain-lain, maka hal tersebut juga memicu peningkatan terhadap aktivitas operasi yang menjadi pendapatan bagi perusahaan. Hal tersebut bertujuan bukan hanya sekedar perusahaan dapat membiayai atau

menutupi biaya-biaya operasional, investasi dan pendanaan, tetapi juga dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dengan kondisi kas yang surplus.

2. Secara makro, tinggi rendahnya permintaan pasar terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Dalam kaitannya dengan aktivitas yang mendatangkan pendapatan (income) bagi perusahaan, jika permintaan terhadap suatu produk atau unit semakin tinggi maka tingkat penjualan juga tinggi. Hal ini terlihat pada kondisi kas masuk pada tahun 2002- 2004, dimana tingkat realisasi penjualan berhasil melampaui nilai anggaran yang direncanakan. Namun, pada tahun 2005-2006 hal sebaliknya terjadi, dimana tingkat penjualan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, diikuti dengan piutang dagang, pendapatan sewa terhadap unit, server, spare part, pendapatan service yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sehingga pendapatan tidak mencapai nilai yang diharapkan, artinya permintaan mengalami penurunan.

3. PT Golden Dragon yang merupakan salah satu Master Dealer memilki memiliki competitior atau pesaing-pesaing berat dalam memasarkan produknya, meliputi PT Metrodata, PT Daya Mega, PT Dian Persada, PT Logikreasi, PT Hitech 2000, PT ID Comp., dan lain-lain. Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat diantara para dealer dalam memasarkan produk atau unit dengan harga bersaing juga tentunya.

4. Faktor keadaan ekonomi yakni terjadinya inflasi, yakni melemahnya rupiah terhadap dollar dan bersifat fluktuatif. Naiknya tingkat inflasi akan memicu naiknya harga-harga lain berpengaruh terhadap nilai yang

dianggarkan dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan, juga hal tersebut akan memicu meningkatnya anggaran kas masuk berdasarkan formulasi atau ketentuan perusahaan. Adapun ketentuan dalam pembelian dan penjualan unit atau produk dari produsen dan kepada customer ditentukan berdasarkan tarif Dollar AS. Selisih harga jual dan harga beli unit atau produk dapat terjadi disebabkan oleh posisi rupiah melemah atau menguat terhadap US Dollar.

5. Pencapaian tingkat piutang usaha yang tidak tertagih dari tahun 2004-2006 berada pada pencapaian yang minim, hal ini disebabkan oleh faktor

customer tidak dapat membayar angsuran kredit karena munculnya

masalah keuangan pada rata-rata customer dan diikuti terjadinya tingkat inflasi yang relatif cukup tinggi, sehingga terjadi gangguan dalam pembayaran angsuran kredit unit atau produk perusahaan, dalam artian terjadinya kredit macet oleh pihak customer kepada pihak perusahaan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis terhadap data-data yang diperoleh melalui PT Golden Dragon Medan, mengenai analisis penerimaan dan pengeluaran kas dan dikaitkan dengan pengawasan intern, maka penulis merumuskan beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil perhitungan terdahulu dan mencoba memberikan saran yang bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi perusahaan yang bersangkutan.

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis perbandingan anggaran dan realisasi kas masuk dan keluar pada tahun 2002 s/d 2006, dapat diketahui bahwa penyimpangan rata-rata realisasi kas masuk terhadap anggaran kas masuk adalah (2%), dalam kondisi arus kas perusahaan penyimpangan ini masih dikatakan baik karena > (5%). Penyimpangan rata-rata realisasi kas keluar terhadap anggaran kas keluar adalah 1%, dalam kondisi arus kas perusahaan penyimpangan ini masih dikatakan baik karena < 5%. Rata- rata perkembangan anggaran dan realisasi kas masuk dari tahun 2002 s/d 2006 adalah 19% dan 18%. Rata-rata perkembangan anggaran dan realisasi kas keluar dari tahun 2002 s/d 2006, masing-masing adalah 19%.

2. Selisih kenaikan/penurunan penyimpangan realisasi kas masuk terhadap anggaran yang paling tinggi adalah pada tahun 2003 yaitu sebesar 2%, disebabkan karena kenaikan penyimpangan rasio tingkat penjualan yang tereliasasi sebesar 3% dan yang terendah adalah pada tahun 2005 yaitu

sebesar (3%) karena tingkat penjualan mengalami penurunan sebesar 1% dari nilai yang dianggarkan diikuti dengan menurunnya tingkat pendapatan dari piutang dagang, pendapatan sewa, pendapatan training dan service, serta penerimaan lain-lain. Selisih kenaikan/penurunan penyimpangan realisasi kas keluar terhadap anggaran yang paling tinggi adalah pada tahun 2003, yakni 3% dan yang paling rendah adalah tahun 2002, yakni (2%).

3. Selisih kenaikan perkembangan anggaran kas masuk yang paling tinggi adalah pada tahun 2006 terhadap tahun 2005, yakni 30% dan yang paling rendah adalah pada tahun 2003 terhadap tahun 2002, yakni 14%. Selisih kenaikan perkembangan realisasi kas masuk yang paling tinggi adalah pada tahun 2006 terhadap tahun 2005, yakni 31% dan yang paling rendah adalah pada tahun 2003 terhadap tahun 2002, yakni 15%. Selisih kenaikan perkembangan anggaran kas keluar yang paling tinggi adalah pada tahun 2006 terhadap 2005, yakni 30% dan yang paling rendah adalah pada tahun 2003 terhadap tahun 2002, yakni 14%. Selisih kenaikan perkembangan realisasi kas keluar yang paling tinggi adalah pada tahun 2006 terhadap tahun 2005, yakni 31% dan yang paling rendah adalah pada tahun 2003 terhadap tahun 2002, yakni 19%.

4. Prosedur pengawasan intern kas dalam penerimaan dan pengeluaran kas yang dilakukan di perusahaan belum berjalan dengan baik, disebabkan tidak adanya pemisahan fungsi antara kasir dan bagian yang mencatat (akuntansi), dan tidak adanya pemeriksaan mendadak (surprised audit) sehingga hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyelewengan atas kas

oleh kasir dan ketidakseriusan dalam bekerja di perusahaan. Sementara prosedur pada penyusunan anggaran sudah berjalan dengan baik karena melibatkan semua departemen yang ada pada perusahaan dalam penyusunan anggaran perusahaan.

5. Berdasarkan analisis perbandingan anggaran dan realisasi kas masuk dan keluar yang diteliti oleh penulis dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan antara anggaran dan realisasi kas disebabkan karena terjadinya kenaikan/penurunan penyimpangan terhadap aktivitas operasional, investasi dan financing baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran kas dimana hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan.

6. Karyawan yang tidak kompeten dan jujur yaitu, kasir dan administrasi service center dan tidak adanya perputaran jabatan (job rotation) diantara karyawan-karyawan yang mengelola kas. Hal ini akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam perusahaan.

B. Saran

1. Pihak manajemen kredit di perusahaan hendaknya dalam penyaluran kredit perlu memperketat syarat-syarat dan lebih selektif dan pemberian kredit kepada customer atau pihak dealer. Hal ini penting untuk mengurangi resiko terjadinya keterlambatan atau piutang yang tidak dapat tertagih sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

2. Melakukan pengawasan lebih intensif lagi dalam bidang pemasaran dan

Dokumen terkait