• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2. Analisis Risiko

Setelah dilakukan pengukuran peluang dari kejadian yang terjadi maka dilakukan penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dengan menggunakan expected return. Expected return yang dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan terjadinya peluang masing-masing kejadian tertinggi, normal, dan terendah pada komoditas bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Expected return merupakan nilai penerimaan yang diharapkan dapat diperoleh setelah memperhitungkan risiko yang ada. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Penilaian Expected Return Komoditas Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba PT Saung Mirwan

Komoditas Expected Return (Rp)

Krisan 439.746.500

Kalandiva 35.891.000

Kalanchoe 30.474.500

Kastuba 38.152.000

Dari Tabel 19 diketahui bahwa expected return krisan merupakan yang paling tinggi dibandingkan ketiga komoditas yang lain. Hal ini disebabkan PT Saung Mirwan lebih berkonsentrasi pada komoditas tersebut dibandingkan yang lainnya. Perusahaan lebih berkonsentrasi pada komoditas krisan berdasarkan pertimbangan permintaan pasar krisan cenderung lebih tinggi dan relatif lebih stabil dibandingkan kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Hal tersebut menjadi dasar bagi pihak perusahaan yang lebih berkonsentrasi pada produksi krisan. Oleh karena itu sebagian besar lahan untuk bunga difokuskan pada krisan sehingga produksinya juga lebih tinggi. Produksi yang lebih tinggi ini akan berpengaruh pada penerimaan yang diharapkan (expected return) oleh perusahaan yang juga akan ikut meningkat.

6.2.1. Analisis Risiko Komoditas Tunggal

Penilaian risiko pada komoditas tunggal dilihat berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh dari komoditas bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan

75 kastuba. Penilaian risiko dapat dihitung dengan menggunakan Expected return, varians, standar deviasi dan koefisien variasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Penilaian Risiko pada Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba

Berdasarkan Tabel 20 diperoleh bahwa krisan mempunyai nilai variance yang paling tinggi dibandingkan dengan kalandiva, kalanchoe dan kastuba yaitu sebesar Rp. 43.017.600.000. Demikian halnya dengan nilai standar deviasi krisan mempunyai nilai tertinggi diantara keempat komoditas tersebut. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan expected return. Nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa di antara keempat komoditas ternyata kastuba yang mempunyai nilai yang paling rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu rupiah yang dihasilkan ternyata usaha krisan, kalandiva dan kalanchoe menghadapi risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan kastuba. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi.

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa krisan memiliki risiko paling tinggi dibandingkan dengan kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya alokasi dana untuk biaya (cost) yang dikeluarkan untuk produksi bunga krisan. Hal ini mengingat produksi krisan lebih tinggi dibandingkan ketiga komoditas lainnya yaitu hampir 70 persen dari total produksi komoditas bunga yang diusahakan oleh PT Saung Mirwan. Produksi yang lebih tinggi ini membutuhkan alokasi dana yang cukup besar untuk memproduksi bunga krisan misalnya penyediaan input serta pemeliharaannya.

Ditinjau dari karakteristiknya sendiri bunga krisan relatif lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Jenis hama dan penyakit yang menyerang bunga krisan lebih banyak dibandingkan dengan komoditas bunga lainnya. Serangan hama dan penyakit ini berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas bunga krisan. Jika serangan hama dan penyakit pada satu periode produksi cukup

Komoditas Expected Return (Rp) Varians (juta rupiah) Standar Deviasi (rupiah) Koefisien Variasi Krisan 439.746.500 43.017.600.000 207.406.757,00 0.471 Kalandiva 35.891.000 155.140.000 12.455.517,25 0.347 Kalanchoe 30.474.500 53.615.000 7.322.225,63 0.240 Kastuba 38.152.000 7.240.800 8.788.673,35 0.230

76 tinggi maka produksi dan produktivitas krisan tidak akan optimal atau rendah. Untuk mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit ini PT Saung Mirwan mengalokasikan sebagian dana untuk menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk menekan hama dan penyakit.

Adanya biaya produksi yang relatif tinggi dan tidak optimalnya produksi karena karakteristik krisan yang sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit menyebabkan krisan memiliki risiko yang paling tinggi diantara komoditas bunga yang diusahakan PT Saung Mirwan. Berbeda halnya dengan bunga kastuba yang memiliki risiko yang paling rendah diantara keempat komoditas tersebut. Berbeda halnya dengan kastuba yang memiliki risiko yang paling rendah. Ditinjau dari karakteristik bunga kastuba relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, pemeliharaannya juga lebih mudah dibandingkan krisan. Selain itu hama dan penyakit yang menyerang bunga kastuba lebih sedikit dibandingkan bunga krisan.

6.2.2. Analisis Risiko Diversifikasi

PT Saung Mirwan mengadakan diversifikasi dalam usaha bunga. Diversifikasi merupakan strategi investasi dengan menempatkan dana dalam berbagai kegiatan usaha dengan tujuan untuk meminimalkan risiko. Diversifikasi yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan adalah dengan mengusahakan empat komoditas pada satu green house yaitu komoditas krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Dari wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa upaya diversifikasi yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan adalah semata-mata untuk merespon pasar. Hal ini berarti upaya diversifikasi yang dilakukan perusahaan ini adalah untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah sesuai tren.

Risiko masing-masing komoditas yang dijelaskan pada uraian sebelumnya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada masing-masing komoditas yang diusahakan. PT Saung Mirwan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha tersebut yang disebut dengan diversifikasi. Dengan pengusahaan secara diversifikasi maka risiko yang dihadapi perusahaan (risiko portofolio) menurun. Analisis perbandingan risiko yang dilakukan berdasarkan hasil return yaitu pendapatan yang diperoleh.

77 Perhitungan risiko portofolio yang dilakukan mencakup gabungan dua komoditas, tiga komoditas dan empat komoditas. Risiko portofolio dari kombinasi dua aset yang dihitung adalah sebanyak enam portofolio antara lain gabungan krisan dan kalandiva, krisan dan kalanchoe, krisan dan kastuba, kalandiva dan kalanchoe, kalandiva dan kastuba serta kalanchoe dan kastuba. Risiko portofolio dari kombinasi tiga komoditas yang dihitung adalah sebanyak empat portofolio yaitu gabungan krisan, kalandiva dan kalanchoe; gabungan krisan, kalandiva dan kastuba; gabungan krisan, kalanchoe dan kastuba; dan gabungan kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Risiko portofolio dari kombinasi empat komoditas adalah gabungan krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Total perhitungan risiko portofolio yang dianalisis adalah sebanyak 11 portofolio. Perhitungan risiko portofolio krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba pada PT Saung dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Penilaian Risiko Portofolio pada Komoditas Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba PT Saung Mirwan

Keterangan: Kri = krisan Klan = kalandiva Kch = kalanchoe Kas = kastuba

No. Komoditas Expected

Return (rupiah) Varians (juta rupiah) Standar deviasi (rupiah) Koefisien variasi 1 Kri+Klan 358.975.000 28.364.100.000 168.416.509 0,469 2 Kri+Kc 356.673.000 28.019.400.000 167.389.851 0,468 3 Kri+Kas 359.427.000 28.117.600.000 167.683.140 0, 466 4 Klan+Kch 33.183.000 97.789.800 9.888.871 0,298 5 Klan+Kas 37.022.000 112.829.000 10.622.095 0,286 6 Kch+Kas 34.313.000 64.890.300 8.055.449 0,235 7 Kri+Klan+Kch 317.777.000 21.948.800.000 148.151.391 0,466 8 Kri+Klan+Kas 314.935.000 21.006.100.000 14.493.495 0,462 9 Kri+Kch+Kas 314.177.000 21.208.100.000 145.629.848 0,464 10 Klan+Kch+Kas 35.071.000 89.696.000 9.470.796 0,270 11 Kri+Klan+Kch+Kas 277.169.000 16.441.300.000 128.223.570 0,460

78 Pada Tabel 21 dapat dilihat perbandingan risiko portofolio yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan dua komoditas, tiga komoditas dan empat komoditas. Penjelasan mengenai analisis risiko diversifikasi pada Tabel 21 akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Analisis Risiko Diversifikasi Dua Komoditas

Berdasarkan koefisien variasi pada portofolio dua komoditas (nomor 1 sampai 6), diversifikasi dua komoditas yaitu krisan dengan kalandiva (nomor 1) menunjukkan risiko portofolio yang paling tinggi dan expected return yang cukup tinggi (high risk high return). Risiko yang paling paling rendah adalah gabungan kalanchoe dan kastuba dengan expected return yang rendah.

1. Krisan dan Kalandiva

Pada Tabel 21 dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan krisan, kalandiva dan portofolionya. Nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa risiko portofolio krisan dengan kalandiva lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko krisan dan kalandiva pada usaha tunggalnya. Nilai expected return pada diversifikasi kedua komoditas tersebut berada di antara expected return yang tertinggi (krisan) dan terendah (kalandiva). Nilai koefisien variasi tersebut juga memperlihatkan bahwa untuk setiap nilai pendapatan yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kedua komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan komoditas tunggal krisan atau kalandiva. Dengan demikian portofolio dapat meminimalkan risiko pada komoditas tunggal.

Berdasarkan informasi di lapangan ternyata bunga krisan sangat rentan terhadap perubahan cuaca, dan serangan hama dan penyakit dibandingkan dengan kalandiva. Pada saat musim hujan serangan penyakit pada krisan lebih tinggi dibandingkan kalandiva. Penyakit yang menyerang krisan juga lebih banyak seperti white rust, Pseudomonas sp. (bakteri) dan Pusarium sp. (jamur). Bunga kalandiva lebih resisten terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang kalandiva juga lebih sedikit yang ditemui di lapangan yaitu mildew (jamur). Pada musim kemarau serangan hama pada krisan cukup tinggi dengan jenis yang lebih banyak dibandingkan dengan kalandiva

79 antara lain maids, kutu daun, ulat dan karat daun. Berbeda halnya dengan kalandiva yang serangan hamanya hanya dari satu jenis hama yaitu aphids. Hal ini menyebabkan walaupun penerimaan perusahaan dari krisan relatif tinggi dibandingkan dari kalandiva tetapi perusahaan menghadapi risiko yang lebih tinggi dalam mengusahakan krisan dibandingkan kalandiva.

Risiko diversifikasi antara krisan dan kalandiva merupakan risiko yang paling tinggi di antara enam risiko diversifikasi dua komoditas yang dihitung. Hal ini tidak terlepas dari karakter bunga krisan yang sangat sensitif terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit. Sementara itu kalandiva juga lebih berisiko dibandingkan komoditas kalanchoe dan kastuba. Diversifikasi kedua komoditas ini menghasilkan risiko kalkulasi dari krisan dan kalandiva yang merupakan dua komoditas paling berisiko di antara komoditas bunga yang diusahakan PT Saung Mirwan. Hal inilah yang menyebabkan diversifikasi krisan dan kalandiva memiliki risiko yang paling tinggi di antara enam risiko diversifikasi dua komoditas.

2. Krisan dan Kalanchoe

Pada Tabel 21 dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan krisan, kalanchoe dan portofolionya. Nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa risiko portofolio krisan dengan kalanchoe lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko krisan dan kalanchoe pada usaha tunggalnya. Nilai koefisien variasi tersebut juga memperlihatkan bahwa untuk setiap nilai pendapatan yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kedua komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan komoditas tunggal krisan atau kalanchoe. Dengan demikian portofolio dapat meminimalkan risiko pada komoditas tunggal.

Budidaya krisan sangat dipengaruhi oleh perubahan cuaca, dan serangan hama dan penyakit. Kisan relative lebih rentan terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit dibandingkan dengan kalanchoe. Kalanchoe dan kalandiva merupakan bunga dari genus yang sama hanya berbeda jenis (species). Hal ini menyebabkan secara fisik kalandiva dan kalanchoe hampir sama. Perbedaannya terletak pada kelopak kalandiva yang bertumpuk-tumpuk dan umumnya lebih awet bunganya dibandingkan kalanchoe. Dengan demikian risiko

80 pada kalanchoe terutama yang bersumber dari serangan hama dan penyakit hampir sama dengan kalandiva.

Pada saat musim hujan serangan penyakit pada krisan lebih tinggi dibandingkan kalanchoe. Penyakit yang menyerang krisan juga lebih banyak seperti white rust, Pseudomonas sp. (bakteri) dan Pusarium sp. (jamur). Bunga kalanchoe, seperti halnya bunga kalandiva lebih resisten terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit dibandingkan krisan. Penyakit yang menyerang kalanchoe juga lebih sedikit yang ditemui di lapangan yaitu mildew (jamur). Pada musim kemarau serangan hama pada krisan cukup tinggi dengan jenis yang lebih banyak dibandingkan dengan kalandiva antara lain maids, kutu daun, ulat dan karat daun. Berbeda halnya dengan kalanchoe yang serangan hamanya hanya dari satu jenis hama yaitu aphids. Hal ini menyebabkan walaupun penerimaan perusahaan dari krisan relatif tinggi dibandingkan dari kalanchoe tetapi perusahaan menghadapi risiko yang lebih tinggi dalam mengusahakan krisan dibandingkan kalanchoe.

3. Krisan dan Kastuba

Pada Tabel 21 dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan krisan, kastuba dan portofolionya. Nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa risiko portofolio krisan dengan kastuba lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko krisan dan kastuba pada usaha tunggalnya. Nilai koefisien variasi tersebut juga memperlihatkan bahwa untuk setiap nilai pendapatan yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kedua komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan komoditas tunggal krisan atau kalanchoe. Dengan demikian portofolio dapat meminimalkan risiko pada komoditas tunggal.

Berdasarkan informasi di lapangan bunga krisan sangat rentan terhadap perubahan cuaca, dan serangan hama dan penyakit dibandingkan dengan kastuba. Pada saat musim hujan serangan penyakit pada krisan lebih tinggi dibandingkan kastuba. Umumnya jenis penyakit yang menyerang krisan juga lebih banyak seperti white rust, Pseudomonas sp. (bakteri) dan Pusarium sp. (jamur). Bunga kastuba lebih resisten terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit dibandingkan krisan. Penyakit yang menyerang kastuba juga lebih sedikit yang

81 ditemui di lapangan yaitu Rijoctonia solami (jamur). Pada musim kemarau serangan hama pada krisan cukup tinggi dengan jenis yang lebih banyak dibandingkan dengan kalandiva antara lain maids, kutu daun, ulat dan karat daun. Berbeda halnya dengan kastuba yang serangan hamanya hanya dari satu jenis hama yaitu kupu-kupu putih. Hal ini menyebabkan walaupun penerimaan perusahaan dari krisan relatif tinggi dibandingkan dari kastuba tetapi perusahaan menghadapi risiko yang lebih tinggi dalam mengusahakan krisan dibandingkan kastuba.

4. Kalandiva dan Kalanchoe

Tabel 21 memperlihatkan perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan kalandiva, kalanchoe dan portofolionya. Nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa risiko portofolio kalandiva dengan kalanchoe lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko kalandiva dan kalanchoe pada usaha tunggalnya. Nilai koefisien variasi tersebut juga memperlihatkan bahwa untuk setiap nilai pendapatan yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kedua komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan komoditas tunggal kalandiva atau kalanchoe. Dengan demikian portofolio dapat meminimalkan risiko pada komoditas tunggal.

Berdasarkan informasi di lapangan budidaya kalandiva dan kalanchoe hampir sama karena berasal dari marga (genus) yang sama hanya berbeda jenis (species). Perbedaannya terletak pada bentuk fisik kedua bunga dimana kelopak kalandiva bertumpuk-tumpuk dan umumnya bunganya lebih awet mekarnya (tahan lama) dibandingkan kalanchoe. Bunga kalandiva dan kalanchoe cukup tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pada umumnya sumber risiko pada kedua komoditas ini hampir sama terutama yang bersumber dari serangan hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang kalandiva dan kalanchoe yang ditemui di lapangan adalah mildew (jamur). Serangan hama pada kalandiva dan kalanchoe umumnya berasal dari aphids. Dari analisis risiko diperoleh bahwa risiko kalanchoe lebih tinggi dibandingkan kalandiva. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi risiko yang lebih rendah apabila mengusahakan kalanchoe daripada kalandiva. Namun dengan mengusahakan diversifikasi atau

82 gabungan kedua komoditas tersebut perusahaan akan menghadapi risiko yang lebih rendah yaitu berada di antara risiko komoditas tunggal kalandiva dan kalanchoe.

5. Kalandiva dan Kastuba

Tabel 21 memperlihatkan perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan kalandiva, kastuba dan portofolionya. Nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa risiko portofolio kalandiva dengan kastuba lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko kalandiva dan kastuba pada usaha tunggalnya. Nilai koefisien variasi tersebut juga memperlihatkan bahwa untuk setiap nilai pendapatan yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kedua komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan komoditas tunggal kalandiva atau kastuba. Dengan demikian portofolio dapat meminimalkan risiko pada komoditas tunggal.

Bunga kalandiva dan kastuba umumnya cukup tahan terhadap perubahan cuaca. Pada saat musim hujan serangan penyakit pada kalandiva adalah mildew (jamur). Hama yang umumnya menyerang kalandiva adalah aphids. Penyakit yang menyerang kastuba yang ditemui di lapangan yaitu Rijoctonia solami (jamur). Serangan hama pada kastuba yang ditemui di lapangan hanya dari satu jenis hama yaitu kupu-kupu putih. Analisis risiko tunggal menunjukkan bahwa risiko bunga kalandiva lebih tinggi dibandingkan bunga kastuba. Diversifikasi antara kalandiva dan kastuba akan mengakibatkan risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih rendah karena risiko yang lebih tinggi dari kalandiva ditransfer ke kastuba.

6. Kalanchoe dan Kastuba

Tabel 21 memperlihatkan perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan kalanchoe, kastuba dan portofolionya. Nilai expected return pada diversifikasi kedua komoditas tersebut berada di antara expected return yang tertinggi (kastuba) dan terendah (kalanchoe). Nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa risiko portofolio kalanchoe dengan kastuba lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko kalanchoe dan kastuba pada usaha tunggalnya. Nilai koefisien variasi tersebut juga memperlihatkan bahwa untuk setiap nilai

83 pendapatan yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kedua komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan komoditas tunggal kalanchoe atau kastuba yaitu berada di antara risiko kalanchoe dan kastuba. Dengan demikian portofolio dapat meminimalkan risiko pada komoditas tunggal.

Berdasarkan informasi di lapangan bunga kalanchoe dan kastuba umumnya cukup tahan terhadap perubahan cuaca. Pada saat musim hujan serangan penyakit pada kalanchoe adalah mildew (jamur). Serangan hama pada musim kemarau biasanya meningkat dibandingkan musim hujan. Hama yang umumnya menyerang kalanchoe adalah aphids. Penyakit yang menyerang kastuba yang ditemui di lapangan yaitu Rijoctonia solami (jamur). Serangan hama pada kastuba yang ditemui di lapangan hanya dari satu jenis hama yaitu kupu-kupu putih. Analisis risiko tunggal menunjukkan bahwa risiko bunga kalanchoe lebih tinggi dibandingkan bunga kastuba. Diversifikasi antara kalanchoe dan kastuba akan mengakibatkan risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih rendah karena risiko yang lebih tinggi dari kalanchoe ditransfer ke kastuba.

Risiko diversifikasi antara kalanchoe dan kastuba merupakan risiko yang paling rendah di antara enam risiko diversifikasi dua komoditas yang dihitung. Hal ini tidak terlepas dari karakter bunga kalanchoe yang relative resisten terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit. Sementara itu kastuba juga lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan komoditas krisan dan kalandiva. Diversifikasi kedua komoditas ini menghasilkan risiko kalkulasi dari kalanchoe dan kastuba yang merupakan dua komoditas paling rendah risikonya di antara komoditas bunga yang diusahakan PT Saung Mirwan. Hal inilah yang menyebabkan diversifikasi kalanchoe dan kastuba memiliki risiko yang paling rendah di antara enam risiko diversifikasi dua komoditas.

b. Analisis Risiko Diversifikasi Tiga Komoditas

Ditinjau dari gabungan ketiga komoditas (nomor 7 sampai 10) pada Tabel 21, berdasarkan koefisien variasi maka gabungan krisan, kalandiva dan kalanchoe memiliki risiko portofolio yang paling tinggi dibandingkan tiga gabungan komoditas lainnya. Gabungan kalandiva, kalanchoe dan kastuba menunjukkan

84 risiko portofolio yang paling rendah diantara keempat portofolio tiga komoditas yang dihitung.

1. Krisan, Kalandiva dan Kalanchoe

Berdasarkan nilai koefisien variasi diversifikasi antara krisan, kalandiva dan kastuba diperoleh bahwa nilai expected return pada diversifikasi tiga komoditas tersebut berada di antara expected return krisan, kalandiva dan kastuba. Nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa risiko portofolio krisan, kalandiva dan kalanchoe lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko tunggal krisan, kalandiva maupun kalanchoe. Nilai koefisien korelasi ini juga lebih rendah dibandingkan risiko diversifikasi dua komoditas. Dengan demikian portofolio dapat meminimalkan risiko pada komoditas tunggal dan diversifikasi dua komoditas.

Berdasarkan informasi di lapangan budidaya krisan sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Krisan sangat rentan terhadap perubahan cuaca, dan serangan hama dan penyakit. Pada saat musim hujan serangan penyakit pada krisan relatif tinggi dibandingkan dengan ketiga komoditas lainnya. Penyakit yang menyerang krisan juga lebih banyak seperti white rust, Pseudomonas sp. (bakteri) dan Pusarium sp. (jamur). Bunga kalandiva dan kalanchoe lebih resisten terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit dibandingkan bunga krisan Penyakit yang menyerang kalandiva juga lebih sedikit yang ditemui di lapangan yaitu mildew (jamur). Pada musim kemarau serangan hama pada krisan cukup tinggi dengan jenis yang lebih banyak dibandingkan dengan kalandiva antara lain maids, kutu daun, ulat dan karat daun. Berbeda halnya dengan kalandiva dan kalanchoe yang serangan hamanya hanya dari satu jenis hama yaitu aphids.

Risiko diversifikasi antara krisan, kalandiva dan kalanchoe merupakan risiko yang paling tinggi di antara empat risiko diversifikasi tiga komoditas yang dihitung. Hal ini tidak terlepas dari karakter bunga krisan yang sangat peka terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit. Sementara itu kalandiva dan kalanchoe juga lebih berisiko dibandingkan komoditas kastuba. Diversifikasi ketiga komoditas ini menghasilkan risiko kalkulasi dari krisan, kalandiva dan kalanchoe yang merupakan tiga komoditas paling berisiko di antara

85 komoditas bunga yang diusahakan PT Saung Mirwan. Hal inilah yang menyebabkan diversifikasi krisan, kalandiva dan kastuba memiliki risiko yang paling tinggi di antara empat risiko diversifikasi tiga komoditas.

2. Krisan, Kalandiva dan Kastuba

Pada Tabel 21 ditunjukkan bahwa berdasarkan nilai koefisien variasi maka risiko diversifikasi antara krisan, kalandiva dan kastuba diperoleh bahwa nilai expected return pada diversifikasi tiga komoditas tersebut berada di antara expected return krisan, kalandiva dan kastuba. Nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa risiko portofolio krisan, kalandiva dan kastuba lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko tunggal krisan, kalandiva maupun kastuba. Nilai koefisien korelasi ini juga lebih rendah dibandingkan risiko diversifikasi dua komoditas. Dengan demikian portofolio dapat meminimalkan risiko pada komoditas tunggal dan diversifikasi dua komoditas.

Karakteristik krisan sangat rentan terhadap perubahan cuaca, dan serangan hama dan penyakit. Pada saat musim hujan serangan penyakit pada krisan relatif tinggi dibandingkan dengan ketiga komoditas lainnya. Penyakit yang menyerang krisan juga lebih banyak seperti white rust, Pseudomonas sp. (bakteri) dan Pusarium sp. (jamur). Bunga kalandiva lebih resisten terhadap perubahan cuaca

Dokumen terkait