• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi pokok utama dari penelitian, menyajikan hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan metode

METODE PENELITIAN

F. Analisis Ruang

Analisis ruang dilakukan untuk mendapatkan gambaran konsep penataan dan atau pemanfaatan ruang Situ Bagendit sebagai kawasan wisata alam dengan fungsi lindung di Kabupaten Garut. Analisis ruang ini perlu diperhatikan terutama sebagai acuan dalam melakukan kebijakan pengelolaan kawasan terkait dengan

58

Dede Rusliansyah, 2015

KONSEP PENATAAN RUANG SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DENGAN FUNGSI LINDUNG

DI KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksekusi fisik atau bentang alam kawasan, sehingga pembangunan fasilitas dan atau pembangunan peruntukkan pemanfaatan kawasan bisa tepat sasaran dan sesuai dengan zona dan fungsi kawasan.

Analisis ini mengkaji kondisi geografis kawasan seperti kondisi iklim, kemiringan lereng, jenis tanah, topografi kawasan, hidologi kawasan, serta bahaya yang kemungkinan dapat terjadi dari lahan di kawasan Situ Bagendit yang akan disusun konsep tata ruangnya sebagai kawasan wisata alam dengan fungsi lindung. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa teknik overlay yang akan dilakukan dengan menapakkan peta topografi dengan peta penggunaan lahan kawasan, sehingga akan didapatkan kesesuaian lahan sesuai teori yang ada untuk pengembangan kawasan wisata alam di area kawasan lindung.

Adapun langkah-langkah dalam analisis ruang di kawasan Situ Bagendit ini adalah sebagai berikut.

1. Analisis dan inventarisasi data pada peta rupa bumi wilayah Banyuresmi dan data sekunder berkaitan dengan informasi kawasan Situ Bagendit.

2. Analisis geografis kawasan terhadap kondisi fisik alami untuk menentukan penataan ruang kawasan Situ Bagendit sebagai kawasan wisata alam dengan fungsi lindung disesuaikan dengan kondisi topografi, hidrologi, fisik tanah, serta iklim, sehingga tetap menjaga konsep alami kawasan Situ Bagendit. 3. Pemasukkan data hasil survey lapangan ke dalam database, dalam bentuk

angka, deskripsi (data), dan peta, sehingga menghasilkan peta tematik yang berisi data lapangan.

4. Memberikan penilaian terhadap setiap fenomena atau gejala geografis di lapangan disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Melakukan tahapan overlay terhadap peta tematik atau menampalkan

peta-peta tematik tersebut sehingga membentuk zonasi-zonasi terhadap semua wilayah yang memiliki nilai sama, dimana pada akhirnya menghasilkan peta baru hasil analisis ruang.

Dede Rusliansyah, 2015

KONSEP PENATAAN RUANG SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DENGAN FUNGSI LINDUNG

DI KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

131

Adisasmita, R. (2010). Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Adisasmita, R. (2012). Analisis Tata Ruang Pembangunan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Geologi. (2001). Peta Rupa Bumi Digital Indonesia 1: 25.000 Lembar 1208-642 Garut Edisi: I-2001. Bandung: Badan Geologi.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. (2014). Kecamatan Banyuresmi Dalam Angka 2014. Garut: BPS Kabupaten Garut.

Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk. Jakarta: BPS.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Buhalis, D. (1999). Marketing The Competitive Destination of The Future. Tourism Management, 1 (2), hlm. 97-116.

Bungin, B. (2010a). Analisis Data Penelitian Kualitatif - Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Bungin, B. (2010b). Metode Penelitian Kualitatif - Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

Damanik, J. dan Weber, H.F. (2006). Perencanaan Ekowisata - Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (2011). Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah. Jakarta: Depbudpar.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut (2001). Studi Kelayakan Pengembangan Penataan Ruang Situ Bagendit. Garut: Disbudpar.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut (2015). Rekapitulasi Kunjungan Wisman dan Wisnus ke Situ Bagendit. Garut: Disbudpar. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut (2015). Rekapitulasi

Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara ke Obyek Wisata di Kabupaten Garut. Garut: Disbudpar.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat (2013). Pertumbuhan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara di Provinsi Jawa Barat. Bandung: Disparbud.

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat. (2006). Perencanaan Detail Situ Bagendit (60 Ha) di Kabupaten Garut. Bandung: DPSDA.

132

Dede Rusliansyah, 2015

KONSEP PENATAAN RUANG SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DENGAN FUNGSI LINDUNG

DI KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gelgel, P.I. (2006). Industri Pariwisata Indonesia dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-WTO) - Implikasi Hukum dan Antisipasinya. Bandung: Refika Aditama.

Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Inkson, C. dan Minnaert, L. (2012). Tourism Management an Introduction.

London: SAGE Publications Ltd.

Kastolani, W. dkk. (2010). Perencanaan Ekowisata di Bumi Perkemahan Ranca Upas Sebagai Sarana Pendidikan Lingkungan dan Konservasi Rusa Ex-Situ. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan). Kodoatie, R.J. dan Sjarief, R. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi. Mirsa, R. (2012). Elemen Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Muljadi, A.J. (2010). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Noor, D. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Noor, D. (2011). Geologi untuk Perencanaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Page, Stephen dan Connell. (2006). Tourism a Modern Synthesis: London.

Pemerintah Kabupaten Garut Online - Subdomain Pariwisata dan Budaya. (2005). Peta Wisata Kabupaten Garut. Garut: Pemda.

Pemerintah Kecamatan Banyuresmi. (2014). Profil Kecamatan Banyuresmi. Garut: Kecamatan Banyuresmi.

Pendit, N.S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung.

Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029.

Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011-2031.

Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penetapan Garis Sempadan Situ Bagendit.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang

Dede Rusliansyah, 2015

KONSEP PENATAAN RUANG SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DENGAN FUNGSI LINDUNG

DI KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

Piagam Pariwisata Berkelanjutan tahun 1995.

Pitana dan Gayatri. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Samsuni. (2010). Legenda Danau Situ Bagendit. [Online]. Diakses dari

http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/195-legenda-danau-situ-bagendit#. (26 Maret 2015).

Siswanto, V.A. (2012). Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surat Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 141 Tahun 2014 tentang Penetapan Kabupaten Daerah Tertinggal yang Terentaskan Tahun 2014.

Suwantoro, G. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

Wilson and Piper. (2010). Spatial Planning and Climate Change. New York: Routledge.

Yoeti, Oka A. (1993). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Yoeti, Oka A. (1996). Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Yoeti, Oka A. (2008). Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta: Buku Kompas.

Yudha, W. (2007). Reklamasi Singapura sebagai Potensi Konflik Delimitasi Perbatasan Wilayah Indonesia-Singapura. Global 4 Strategis, 1 (2), hlm. 120-137.

Dokumen terkait