• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

B. Analisis Ruang Rawat

Pengkajian sistem manajemen di Ruangan RA2 dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 18 - 23 Juni 2012 melalui metode wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, CI, dan beberapa perawat pelaksana, observasi yang dilakukan pada shift pagi, melalui observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 15 Juni 2012 kepada perawat yaitu kuesioner kepuasan kerja perawat, pasien juga diberi kuesioner yaitu tentang tingkat kepuasan pasien. Kuesioner kepuasan kerja perawat dibagi kepada 20 orang

perawat dan kuesioner kepuasan pasien dibagi kepada 30 orang responden.

Berdasarkan kuesioner yang didadap bahwa pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien/keluarga di ruangan RA2

masih rendah (60%), pemberian pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus kepada pasien penyakit diabetes mellitus masih rendah (65%) dan latihan senam kaki kepada pasien diabetes mellitus tidak pernah dilakukan kepada pasien diabetes mellitus.

1.1. Man

Jumlah Tenaga Keperawatan di RA2

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di ruangan RA2 didapatkan kondisi Sumber Daya Manusia berdasarkan kualitas dan kuantitas antara lain:

No Jabatan Pendidikan Jumlah

1 Kepala Ruangan S1 Keperawatan 1 orang

2 Ketua Tim S1 Keperawatan 2 orang

3 Perawat pelaksana S1 Keperawatan D3 Keperawatan

2 orang 12 orang

4 CI S1 Keperawatan 1 orang

TOTAL 19 orang

Tabel 2. Jumlah tenaga keperawatan di ruangan RA2

Perekrutan Tenaga Kerja Perawat di RA2

Untuk proses perekrutan perawat pegawai negeri di ruang RA2 dilakukan melalui ujian penerimaaan pegawai dari Depkes pusat, sedangkan untuk pegawai honorer perekrutan dilakukan melalui ujian lansung dari RSUP Haji Adam Malik Medan. Pegawai yang diterima akan mengikuti orientasi ruangan 3 bulan. Pada awal dinas semua pegawai baru dijadwalkan untuk dinas pagi selama 2 minggu – 1 bulan sehingga kinerjanya dapat dinilai langsung oleh Karu dan kemudian dilaporkan ke Kapokja. Kriteria pegawai yang diterima di ruang RA2 adalah berdasarkan hasil ujian, penilaian selama proses orientasi dan peminatan yang diinginkan oleh calon pegawai baru.

Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Kerja

Pada suatu pelayanan professional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan. Analisis beban kerja berdasarkan tingkat ketergantungan pasien di ruangan RA2 dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian ketergantungan pasien menurut Orem : Total, Partial, dan Minimal care.

Menurut Douglas, Lovevidge, dan Cunnings

Menurut Douglas, Lovevidge, dan Cunnings klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam, perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Data pengkajian tanggal 20 Juni 2012 didapatkan rata-rata kondisi tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga sebagai berikut:

Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tk.Ketergantungan Jumlah Pasien

Pagi Sore Malam

Minimal 10 orang 10 x 0,17 = 1,7 10 x 0,14 = 1,4 10 x 0,07 = 0,7 Partial 26 orang 26 x 0,27 =7,02 26 x 0,15 = 3,9 26 x 0,10 =2,6 Total 9 orang 9 x 0,36 = 3,24 9 x 0,36 =3,24 9 x 0,20 =1,8 Jumlah 45 orang 11,96= 12orang 8,54= 9 orang 5,1= 5 orang

Tabel 3. Perhitungan jumlah tenaga perawat menurt Douglas

Shift pagi : 12 orang Shift siang : 9 orang

Maka jumlah perawat untuk ruangan RA2 dari perhitungan: dinas pagi + dinas siang + dinas malam + libur/cuti (jumlah perawat satu shift yang terbanyak) + 1 kepala ruangan : 12+9+5+12+1= 39 orang.

Gillies dan Depkes

Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tk.Ketergantungan Jumlah Pasien

Pagi Sore Malam

Minimal 10 orang 10 x 0,17 = 1,7 10 x 0,14 = 1,4 10 x 0,07 = 0,7 Partial 26 orang 26 x 0,27 =7,02 26 x 0,15 = 3,9 26 x 0,10 =2,6 Total 9 orang 9 x 0,36 = 3,24 9 x 0,36 =3,24 9 x 0,20 =1,8 Jumlah 45 orang 11,96= 12orang 8,54= 9 orang 5,1= 5 orang

Tabel 4. Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Gillies Shift pagi : 12 orang

Shift siang : 9 orang Shift malam : 5 orang Total : 26 orang

Gillies : 25% libur, cuti, dll = 26 x 25% jumlah=6 org

Depkes : 25% untuk tindakan keperawatan = 32 orang x 25% jumlah = 8 org

Total= 40org

Dengan metode TIM maka tenaga kerja yang dibutuhkan adalah:

Perawat Pelaksana : 40 orang

Katim : 3x3 = 9 orang

Karu : 1 orang

Berdasarkan hasil perhitungan, maka kebutuhan tenaga perawat ruang RA2 39-50 orang. Menurut hasil perhitungan tersebut, jika dibandingkan dengan jumlah tenaga perawat yang ada di ruang RA2 saat ini yang berjumlah 19 orang didapat kekurangan tenaga perawat sebanyak 20-30 orang. Hasil wawancara dengan Karu dan beberapa perawat pelaksana mereka juga mengeluhkan kekurangan tenaga perawat, karena perawat selain melakukan tugas keperawatan, mereka juga harus melakukan tugas non keperawatan seperti mengambil obat ke depo farmasi, melipat kasa, mengurus surat keterangan kematian, mengurus surat jaminan, dan terkadang ikut melakukan kebersihan ruangan.

BOR ( Bed Occupation Rate)

BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu

tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit, dengan standar normal 60 – 85 %. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jumlah pasien rata-rata per bulan sekitar 45 orang dengan jumlah tempat tidur 62 buah. Maka didapatkan BOR sebesar 72,58 %.

1.2 Material

Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan, ruangan RA2 terletak dilantai 1 di gedung instalasi Rawat inap terpadu A. Ruangan RA2 terdiri dari Nurse Station dan 25 kamar. Kamar untuk merawat pasien adalah 12 kamar (ruangan khusus penyakit dalam, penyakit rendah imun). Ruangan-ruangan tersebut dikelompokkan atas beberapa kelas yaitu kelas I, II dan III, ruangan

diagnostik, ruangan CI, ruangan Kepala Ruangan, ruangan perawat, ruangan CaAss, ruangan PPDS, dan gudang.

RA2 sudah memiliki tempat sampah terpisah untuk sampah infeksi berwarna kuning dan non infeksi yang berwarna hitam, tempat sampah untuk setiap troli juga sudah tersedia. Selain itu terdapat juga jerigen untuk tempat sampah benda tajam. Di setiap depan ruangan tersedia handsrub sebagai pencuci tangan alternatif yang dapat digunakan perawat, dokter maupun keluarga pasien. Semua pasien sudah memiliki identitas berupa gelang pasien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin dan nomor rekam medik.

1.3 Metode

Moto Pelayanan Keperawatan:

Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan harus bersikap senyum yang manis, sapa yang ramah, sentuh dengan kasih sayang

Visi keperawatan:

Menjadi unggulan pelayanan dan asuhan keperawatan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal tahun 2010

Misi Keperawatan:

1. Memberi pelayanan dan asuhan keperawatan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

2. Melaksanakan bimbingan pelaksanaan pelayanan dan asuhan keoperawatan untuk menghasilkan sumber daya manusia keperawtan yang profesional dengan penggunaan logistik keperawatan secara efisien dan efektif.

Memberi bantuan paripurna dan efektif untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural yg komprehensif dengan mengutamakan kepentingan pasien melalui pendekatan proses keperawatan oleh tenaga keperawatan.

Metode Asuhan Keperawatan

Metode Asuhan Keperawatan yang dianjurkan pihak rumah sakit adalah metode tim, namun berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa perawat pelaksana ruang RA2, beberapa perawat juga menjalankan tugas non keperawatan seperti pendokumentasian resep dan mengurus surat kematian, sehingga dalam pelaksanaannya ditemukan tenaga keperawatan fungsional.

Ketua tim akan melimpahkan beberapa tugas kepada perawat pelaksana dan perawat pelaksana akan melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada ketua tim, sedangkan kepala ruangan akan mengawasi semua tugas yang dilaksanakan oleh ketua tim dan perawat pelaksana.

Jika terdapat konflik dalam ruangan, kepala ruangan beserta staf-stafnya mendiskusikan masalah tersebut melalui pertemuan saat pergantian shift dan segera diselesaikan

Timbang terima

Prosedur timbang terima (overan), selama ini telah dilakukan setiap shift jaga, meliputi: isi timbang terima (masalah keperawatan pasien lebih fokus pada diagnosa medis, terapi yang diberikan dan rencana terapi yang akan diberikan), diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh salah seorang perawat, kemudian kepala ruangan membagi tugas, lalu pegawai malam melaporkan rawatan dan

melihat langsung kondisi pasien. Kegiatan timbang terima ini dilakukan pada shift pagi, sedangkan pada shift sore dan malam dilakukan dengan serah terima antara perawat.

Pendokumentasian

Berdasarkan hasil pengkajian dan wawancara dengan kepala ruangan, RA2 telah memiliki standar asuhan keperawatan (SAK) dan Standar Operasional Prosedur (SOP). Sejak diberlakukannya JCIA, telah disosialisasikan kepada perawat mengenai catatan terintegrasi (RM 14) dimana catatan dokter dan perawat berada dalam satu lembar catatan yang terintegrasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemberian terapi medis dan tindakan keperawatan. Pemberian pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sudah dilaksanakan pada saat dokter melakukan visite dan bed side teaching namun hanya dalam bentuk lisan (belum menggunakan media dan tidak didokumentasikan).

Supervisi

Kepala ruangan juga berperan sebagai supervisor, dilakukan dengan cara pengontrolan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh anggotanya setiap hari pada pergantian shift dari mulai pengontrolan pasien bed to bed beserta pembacaan rawatan, pemberian asuhan yang optimal, pengontrolan alat-alat keperawatan kebersihan ruangan sampai pada kegiatan mahasiswa yang praktik atau dinas di ruang RA2.

Supervisi juga dilakukan oleh ketua tim yang telah didelegasikan oleh kepala ruangan untuk shift yang tidak ada kepala ruangan. Pertemuan ruangan diadakan setiap pagi saat pergantian shift, yang diikuti oleh seluruh perawat di ruang RA2 yang bertujuan untuk membahas masalah yang terjadi pada semua pasien yang dirawat di ruangan termasuk penyelesaiannya.

1.4 Money

Ruangan RA2 memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk pendanaan kesehatan bagi petugas kesehatan. Perbaikan dan kelengkapan alat diatur dengan cara membuat permohonan kepada instansi melalui kapokja sarana. Tenaga perawat memperoleh insentif atau jasa medik sesuai dengan golongan/ jabatan masing-masing. Pembayaran ruang rawat inap untuk setiap pasien diatur berdasarkan golongan pasien masuk, untuk pasien umum maka pembiayaan ditanggung pihak keluarga termasuk biaya obat-obatan dan dokter . Pasien Jamkesmas, Askes dan JKA ditanggung oleh instalasi atau pemerintah daerah.

Berikut adalah tarif untuk ruang rawat inap pasien umum berdasarkan kelas ( ruangan + dokter):

1. Kelas I Rp. 240.000 2. Kelas II Rp. 150.000 3. Kelas III Rp. 65.000

Perawat ruang RA2 mempunyai pengutipan dana STM yang diatur langsung dari Rumah Sakit sebesar Rp. 10.000,- perbulan yang dipotong langsung dari gaji setiap pegawai dan ditambah biaya PPNI Sebesar Rp. 5000,- per bulan.

Dana STM dan PPNI ini digunakan apabila ada anggota yang sakit, diopname, tertimpa musibah atau kemalangan dan apabila ada anggota yang mengadakan acara pesta. Perawat yang berprestasi mendapat reward dari hasil pemotongan perawat yang bermasalah (terlambat, tidak hadir tanpa pemberitahuan, sering meninggalkan tempat pada jam kerja. Perawat yang terlambat, dan tidak memakai atribut yang lengkap akan diberikan sanksi sebesar Rp. 3000,-.

3. ANALISA SITUASI (SWOT) A. MAN

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman)

1. Rumah sakit tipe A sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan dan rmerupakan salah satu rumah sakit untuk akreditasi JCIA (Joint Committee International Association) sehingga dituntut untuk meberikan pelayanan yang maksimal

2. Ruang RA2 memiliki tenaga perawat yang terdiri dari S1 Keperawatan 5 orang.

3. Ruang RA2 merupakan salah satu ruang percontohan untuk JCIA sehingga dituntut untuk meberikan pelayanan yang maksimal

4. Rekruitmen perawat melalui ujian pegawai negeri sesuai dengan aturan Rumah Sakit dan perekrutan tenaga honorer melalui Rumah Sakit yang

1. Kurangnya jumlah tenaga perawat di Ruangan RA2, dimana jumlah tenaga perawat termasuk Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksana adalah 19 orang. Sedangkan dari hasil perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas adalah orang, sehingga RA2 kekurangan 20 orang perawat dan hal ini menyebabkan beban kerja di ruangan RA2 cukup tinggi.

1. Adanya mahasiswa Kedokteran, Akper, Akbid, dan S1 Keperawatan serta tenaga praktek di ruangan RA2.

1. Era globalisasi yang

menuntut tenaga keperawatan yang profesional dan memiliki

kompetensi pada bidang pelayanan keperawatan.

2. Anggapan masyarakat

bahwa Rumah Sakit HAM Medan merupakan Rumah Sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktek.

3. Adanya asumsi masyarakat bahwa Rumah Sakit swasta jauh lebih baik dibandingkan dengan Rumah Sakit pemerintah.

disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing ruangan kemudian pegawai baru diorientasikan selama 3 bulan.

5. Pihak Rumah Sakit

memberikan kesempatan pada perawat untuk melanjutkan jenjang pendidikan hingga selesai dan pelatihan di bidang keperawatan

6. Adanya sanksi kepada staf/ pegawai yang melakukan

pelanggaran dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

dengan membuat surat pernyataan dan dikenakan denda bila terlambat hadir.

7. Berdasarkan angket yang disebarkan tingkat kepuasaan pasien diperoleh hasil 85% yang menyatakan Puas

B. METODE

Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan) Opportunity (kesempatan) Threat (ancaman)

1. Ruangan RA2 memiliki struktur organisasi dengan metode tim.

2. Ruangan RA2 memiliki alur pendelegasian yang jelas dengan metode tim, dimana terdapat 2 tim yang telah dibagi berdasarkan ruangan.

3. Kepala ruangan melakukan supervisi kepada staf pegawainya serta mahasiswa yang sedang praktek, selain Kepala Ruangan, CI juga melakukan bimbingan kepada mahasiswa.

4. Jika ada masalah dalam ruangan langsung diselasaikan oleh kepala ruangan dan stafnya yang bermasalah dengan musyawarah.

5. Pengaturan jam berkunjung sudah ada

6. Ruangan sudah memiliki SAK dan SOP berdasarkan bentuk

1. Pengaturan jadwal jam besuk/pengunjung belum dilakukan dengan optimal 2. Peningkatan pengetahuan

pasien dan keluarga sudah dilaksanakan, namun tidak menggunakan media yang

memadai dan tidak

didokumentasikan.

1. Adanya SK MENKES No.

502/MENKES/SK/IX/1991 yang menyatakan bahwa RSUP. H. Adam Malik Medan sebagai Rumah Sakit Pendidikan

2. Berdasarkan SK MENKES No. YM.01.10/III/3696/10 tentang pemberian status akreditasi penuh tingkat lengkap kepada RSUP H. Adam Malik Medan pada tanggal 2010

3. Adanya SK MENKES No.

244/MENKES/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008 tentang struktur organisasi tata kelola RS PPK-BLU RSUP H. Adam Malik Medan.

1. Adanya tuntutan akan pelayanan yang lebih baik dan profesional.

2. Munculnya rumah sakit dengan sistem yang sama (rumah sakit pendidikan) yang memungkinkan akan memberikan persaingan yang ketat.

gangguan yang terjadi.

7. Ruangan RA2 memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien Askes, Jamkesmas, dan Umum.

8. Adanya supervisi kepala ruangan kepada pasien, seperti pengontrolan pasien bed to bed

yang dilakukan setiap hari. 9. RSUP H Adam malik medan

terpilih dalam JCIAA dan ruang Bedah saraf terpilih sebagai ruang percontohan.

C. MATERIAL Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threat (Ancaman)

1. Ruangan memiliki tempat pembuangan sampah yang terpisah antara sampah infeksi, noninfeksi dan benda tajam.

2. peralatan yang

dipergunakan untuk pasien dengan HIV/AIDS berbeda dengan peralatan yang dipergunakan pasien dengan penyakit dalam

3. Ruangan memiliki

persediaan cairan dan juga obat-obatan emergency

4. Adanya perawat

penanggung jawab khusus bagian logistik

5. Adanya pengecekan alat setiap pergantian shift dan perawatan alat-alat yang dilakukan setiap saat setelah alat dipakai yaitu dengan dibersihkan dan disterilkan.

1. alat tenun yang ada untuk pasien masih terbatas akan tetapi kepala ruangan RA2 telah mengajukan permintaan tambahan kepada pihak rumah sakit.

1. Rumah sakit HAM Medan merupakan rumah sakit pusat pemerintah yang telah menjadi Badan Layanan Umum.

2. Adanya bantuan/jaminan

pembayaran dari DEPKES yaitu Jamkesmas, Jamkesda, JKA, Medan Sehat.

3. Adanya PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) misalnya hasil keuntungan rumah sakit.

1. Adanya persaingan mutu pelayanan antar rumah sakit terkait alat-alat logistik

2. Sarana/fasilitas seperti kamar smandi, dapur/ruang makan yang kurang memadai dibandingkan RS lain.

3. Rumah sakit lain yang mempunyai budgeting

untuk meningkatkan kebutuhan rumah sakit dengan dana yang tinggi.

6. Adanya satu unit komputer untuk pelaksanaan SIMRS

(Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit)

7. Semua pasien memiliki identitas berupa gelang pasien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin dan nomor rekam medik, 8. Anggota keluarga yang

menjaga pasien wajib mengenakan tanda pengenal yang telah diberikan rumah sakit

9. Berkas-berkas status pasien sudah tersusun dengan baik 10. Ruangan bedah saraf

merupakan ruangan yang mengikuti penilaian standar akreditasi JCIA sehingga mempermudah pengeluaran anggaran bagi ruangan.

D. MONEY

Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (ancaman)

1. Ruangan RA2 memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan melalui Bank Bukopin.

2. Ruangan memiliki alur pasien yang memakai bukti pembayaran Jamkesmas, Askes dan Umum.

3. RSUP HAM memberikan tunjangan baik uang makan atau insentif (jasa pelayanan), kecuali pegawai honor tidak mendapatkan uang makan.

4. Insentif diberikan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh pihak

instalasi (Sistem Remunerasi).

5. Sistem pembayaran biaya

1. Karena budgeting diatur langsung oleh rumah sakit sehingga kepala ruangan tidak mengetahui berapa reward yang diberikan kepada perawat berdasarkan golongan

1. Adanya bantuan/jaminan bagi masyarakat melalui jamkemas, jamkesda, jaminan kesehatan Aceh, JPKMS, dan asuransi kesehatan yang bekerjasama dengan RSUP H.Adam Malik Medan.

2. Sistem penggajian melalui bagian keuangan (cash ataupun via Bank BUKOPIN)

1. Rumah sakit lain yang mempunyai donatur atau

yayasan untuk meningkatkan kebutuhan

rumah sakit dengan dana yang tinggi.

2. Kurangnya kualitas

pelayanan perawat sehubungan dengan tidak

tersedianya anggaran bagi perawat untuk melanjutkan pendidikan.

perawatan 1 pintu (sentral), adanya kasir terpadu.

3. Rumusan Masalah

Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat dirumuskan prioritas masalah sebagai berikut:

a. Pendidikan kesehatan dan sosialisasi tentang penyakit yang diderita pasien kepada pasien/keluarga belum terlaksana oleh perawat ruangan karena beban kerja yang cukup tinggi

b. Pengetahuan perawat pelaksana tentang penyakit yang dirawat di ruangan RA2 masih minim sehingga pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada pasien masih rendah.

4. Rencana Penyelesaian Masalah

Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, maka intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah:

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit Diabetes Melitus kepada pasien yang dirawat di ruangan RA2,

b. Mengajukan saran kepada kepala ruangan untuk membuat suatu kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pasien yang wajib dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa yang sedang praktek belajar lapangan di RA2.

c. Melakukan penyediaan leaflet mengenai Diabetes Melitus

d. Memberikan media seperti leaflet dan protokol pelaksanaan senam kaki pencegahan ulkus diabetik kepada Kepala Ruangan untuk dipergunakan perawat pelaksana.

5. Implementasi

Berdasarkan data pengkajian dan perumusan masalah yang telah didapatkan, maka dilakukan intervensi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yaitu :

a. Pada tanggal 20 Juni 2012 praktikan menyusun materi dan media pendidikan kesehatan mengenai Diabetes Melitus, langkah-langkah senam kaki, dan protocol pelaksanaan senam kaki. Media yang disediakan berupa leaflet. b. Pada tanggal 22 Juni 2012 praktikan mengajukan saran kepada kepala

ruangan untuk membuat suatu kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pasien yang wajib dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa yang sedang praktek belajar lapangan di RA2.

c. Pada tanggal 30 Juni 2012, praktikan menyediakan 15 leaflet tentang Diabetes Melitus yang akan digunakan sebagai media untuk penyuluhan kesehatan berikutnya.

d. Pada tanggal 31 Juni 2012, praktikan menyerahkan protokol senam kaki kepada Kepala Ruangan untuk disediakan di ruangan RA2.

6. Evaluasi

Penyuluhan kesehatan telah dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien yang berada di ruangan RA2. Jumlah peserta penyuluhan tentang Diabetes Melitus sebanyak 12 orang. Sekitar 80% dari peserta sudah mengerti akan penjelasan yang diberikan oleh praktikan, hal ini diketahui dari evaluasi yang diberikan kepada peserta saat sesi tanya jawab. Keluarga pasien yang menderi

Diabetes Melitus sangat antusias saat mengikuti sosialisasi dan lingkungan juga kondusif.

Leaflet tentang Diabetes Melitus yang disediakan sebanyak 15 eksemplar telah diserahkan kepada kepala ruangan pada tanggal 30 Juni 2012.

Kepala ruangan menyetujui untuk membuat kebijakan tertulis tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pasien di RA2 dan pada tanggal 30 Juni 2012 praktikan mengajukan draft kebijakan tertulis kepada CI untuk ditanda tangai oleh kepala ruangan dan CI. Pada tanggal 30 Juni 2012 kebijakan tertulis

disahkan oleh kepala ruangan dan CI.

Protokol pelaksanaan senam kaki sudah disusun praktikan dan diserahkan kepada kepala ruangan pada tanggal 29 Juni 2012 dan disosialisasikan kepala ruangan kepada perawatan pelaksana pada saat operan tanggal 30 Juni 2012.

C. Pembahasan

Menghadapi era globalisasi saat ini dimana masyarakat membutuhkan dan menuntut pelayanan yang profesional dan memuaskan, maka dibutuhkan tenaga yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang memadai serta memiliki semangat pengabdian yang tinggi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing (Surjawati, 2002). Demikian juga halnya dengan pelayanan suatu rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat juga dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan memuaskan. Untuk menjawab tantangan tersebut maka rumah sakit harus menyiapkan tenaga-tenaga profesional dan melakukan penataan

sedemikian rupa agar tenaga-tenaga profesional tersebut dapat dimaksimalkan dalam memberikan pelayanan.

Salah satu tenaga profesional yang terpenting di dalam suatu rumah sakit yaitu perawat. Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian besar pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Gillies (1994) menyatakan bahwa 40 - 60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Bahkan Huber (1996) menyatakan bahwa 90% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Sebagai ujung tombak di dalam memberikan pelayanan, maka kebutuhan akan Sumber Daya Manusia (SDM) Perawat menjadi prioritas utama di dalam pengorganisasian ruang rawat.

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan diketahui bahwa ruangan RA2 memiliki 19 orang perawat dengan klasifikasi pendidikan, 6 orang S1 Keperawatan, 13 orang perawat D3 dan sudah mendapat pelatihan yaitu pelatihan EKG, sosialisasi Endokrin, sosialisasi DM, P3RS. Namun belum semua perawat pernah mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut. Pegawai yang dapat mengikuti pelatihan ditentukan berdasarkan senioritas, kepangkatan dan loyalitas.

Hasil pembagian kuesioner pada tanggal 20 Juni 2012 kepada 30 orang pasien dengan kriteria pasien yang hari rawatan minimal 3 hari, disimpulkan bahwa 90% pasien puas dengan pelayanan keperawatan di ruang RA2 dan 10% pasien tidak puas dengan pelayanan keperawatan di ruang RA2.

Dokumen terkait