• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 11 Juni 2012 sampai dengan 7 Juli 2012. Penelitian ini melibatkan 4 pasien kelolaan dengan diagnosa diabetes mellitus. Praktikan melakukan asuhan keperawatan selama tiga minggu mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Di awal kegiatan ini, Praktikan melakukan pengkajian berupa penilaian kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan, dimana didapat 65% pasien mengatakan puas dengan pelayanan yang diterima. Selain itu hasil kuasioner juga didapat selama ini pasien belum pernah mendapat

informasi terkait penyakit yang diderita. Pasien dan keluarga mengatakan 80% telah pernah mendapat informasi tentang penyakit diabetes mellitus, terapi dan diet yang dianjurkan, namun 100% pasien diabetes mellitus mengatakan belum pernah mendapatkan latihan senam kaki untuk mencegah komplikasi diabetik.

Hasil data demografi responden didapatkan bahwa dilihat dari umur

responden yang terbanyak adalah umur 45-49 tahun sebanyak 50%. Tingkat

pekerjaan responden sebagian besar adalah petani yaitu sebanyak 50%, KGD

responden kebanyakan KGD diatas 200mg/dl 75%, dan KGD 110-199 mg/dl

25%. Semua pasien kelolaan lama menderita DM 100% telah menderita DM lebih

dari 3 tahun.

Penelitian ini mengelola empat pasien yaitu Tn. S (46 tahun), Tn. D (45 tahun), Tn. E (57 tahun), dan Tn. P (63 tahun) dengan diagnosa medis yang sama yaitu Diabetes Melitus Type 2 (DM Tipe 2). Pada kasus pasien Tn. S (46 tahun) telah menderita DM sejak 5 tahun yang lalu dan masalah keperawatan yang dijumpai yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di aluran nafas, gangguan ferfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke jaringan akibat adanya obstruksi pembuluh darah, dan nyeri berhubungan dengan sirkulasi darah terhambat dan gangguan neuropati pada kaki. Pada kasus pasien Tn. D (45 tahun) menderita DM sejak 6 tahun yang lalu. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan diagnosa keperawatan utama yaitu gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke jaringan akibat adanya obstruksi pembuluh darah, nyeri berhubungan dengan sirkulasi darah terhambat dan

gangguan neuropati pada kaki, dan gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi dan nyeri pada kedua kaki dan kepala. Pada kasus pasien Tn. E (57 tahun) menderita DM sejak 4 tahun yang lalu. Diagnosa keperawatan utama pada pasien ini antara lain gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke jaringan akibat adanya obstruksi pembuluh darah, nyeri berhubungan dengan sirkulasi darah terhambat dan gangguan neuropati pada kaki, dan kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah, insufiensi insulin, peningkatan keluhan energi serta Tn.P (63 tahun) telah menderita DM sejak 15 tahun yang lalu gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke jaringan akibat adanya obstruksi pembuluh darah, nyeri berhubungan dengan sirkulasi darah terhambat dan gangguan neuropati pada kaki, dan kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah, insufiensi insulin, peningkatan kebuhan energi.

4.1 Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah pasien penderita diabetes melitus dan sedang di rawat di ruang Rindu A2. Berdasarkan usia terdapat usia 45-49 tahun menerita DM 50%, usia 55-59 tahun 25%, usia 60-64 tahun 25%. Suku terdapat suku Jawa (50%) dan bersuku Batak (50%). Pendidikan seluruh responden adalah tamatan SMU (100%). Untuk pekerjaan responden bekerja sebagai pegawai swasta (50%), bekerja sebagai Petani (50%), penghasilan responden adalah 100% berpenghasilan di atas Rp. 1.000.000, biaya pengobatan yang dijalani responden

di Rumah Sakit menggunakan Jamkesmas (100%). Kadar gula darah adalah >200mg/dl terdapat tiga responden (75%), dan kadar gula darah 110-199mg/dl terdapat satu orang (25%). Keseluruhan dari responden diabetes mellitus telah menderita lebih dari tiga tahun (100%). Terapi yang dijalani seluruh responden di Rumah Sakit adalah terapi obat-obatan dan suntik insulin (100%). Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel :

Karakteristik Data Demografi Responden

Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Usia 40-40 tahun 45-49 tahun 55-59 tahun 60-64 tahun - 2 1 1 - 50 20 20 2. Status Perkawinan Menikah Duda 4 - 100 - 3. Suku Bangsa Batak Jawa 2 2 50 50 4. Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMU Perguruan Tinggi - - - 4 - - - - 100 - 5. Pekerjaan Petani Wiraswasta Pegawai swasta Pegawai BUMN

Lain-lain (pensiunan, petani) 1 - 1 - 2 25 - 25 - 50 6. Penghasilan Minimal Rp. 900.000 900.000-1.800.000 > 1.800.000 - 4 - - 100 - 7. Biaya Umum ASKES PROPSU - - - - - -

JAMKESMAS Medan Sehat 4 - 100 - 8. KGD <110 mg/dl 110-199 mg/dl 200mg/dl - 1 3 - 25 75 9. Lama menderi DM < 1 tahun 1-2tahun 2-3Tahun > 3 tahun - - - 4 - - - 100 10.Terapi DM Obat oral Suntik Insulin

Obat oral dan Suntik Insulin - - 4 - - 100 Tabel : Karakteristik Data Demografi Responden

4.1 Sirkulasi Darah Responden Pre dan Post Senam Kaki pada Penderita Diabetes Melitus

Pasien diukur tekanan darahnya pada arteri radialis dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Kemudian hasil pengukuran tekanan darahnya pada pasien dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post dalam satuan mmHg. Perbedaan tekanan darah systole pre dan post senam kaki pada kedua tangan dan pergelangan kaki dapat dilihat pada tabel , sedangkan nilai ABPI pre dan post senam kaki dapat dilihat pada tabel .

No Inisial Pasien

Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post

1 Tn.S 180 170 180 170 180 180 180 180 180 170 2 Tn.D 180 170 180 170 170 160 180 170 170 160 3 Tn.E 110 110 110 110 120 120 110 110 120 120 4 Tn.P 160 150 160 150 170 170 160 150 170 170 Tabel : Tekanan Darah Sistole pada Kedua Tangan Pre dan Post Senam Kaki

Tabel : Tekanan Darah Sistole pada Pergelangan Kaki Pre dan Post Senam Kaki

No Inisial Pasien

Nilai ABPI

Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post

1 Tn.S 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06 1.13 1.12 1.12 1.06 1.06 2 Tn.D 1.05 1.06 1.05 1.06 1.06 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 3 Tn.E 1.0 1.1 1.0 1.1 1.09 1.09 1.0 1.0 1.2 1.2 4 Tn.P 1.06 1.07 1.06 1.07 1.0 1.0 1.0 1.0 1.13 1.21 Tabel : Sirkulasi Darah Responden Pre dan Post Senam Kaki berdasarkan penilaian ABPI

Berdasarkan perhitungan ABPI diperoleh data pada hari pertama sampai dengan hari kelima pre senam kaki pada klien Tn.S didapat mean 1.072, sedangkan post senam kaki diperoleh mean 1.086. Pada klien Tn.D didapat data pada hari pertama sampai dengan hari kelima pre senam kaki didapat mean 1.03, sedangkan post senam kaki diperoleh mean 1.024. Pada klien Tn.E didapat data pada hari pertama sampai dengan hari kelima pre senam kaki didapat mean 1.058, sedangkan post senam kaki diperoleh mean 1.098. Pada klien Tn.P didapat data pada hari pertama sampai dengan hari kelima pre senam kaki didapat mean 1.05 , sedangkan post senam kaki diperoleh mean 1.07.

No Inisial Pasien Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5

Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post

1 Tn.S 170 160 170 160 160 150 160 160 170 160 2 Tn.D 170 160 170 160 160 160 180 170 170 160 3 Tn.E 110 100 110 100 110 110 110 110 110 100 4 Tn.P 150 140 160 160 170 170 160 150 160 160

B.Pembahasan

Berdasarkan usia responden berada pada rentang usia 40-60 tahun yaitu termasuk usia dewasa akhir. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian diabetes mellitus tinggi pada usia akhir. Selain itu pendidikan seluruh responden (100%) adalah tamatan SMA sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan. Dengan demikian mahasiswa memberikan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus. Latar belakang budaya seperti suku juga mempengaruhi perilaku dalam memelihara kesehatan seperti jenis makanan, peran dalam keluarga, dan tradisi adat istiadat. Seluruh pasien juga telah menderita diabetes mellitus lebih dari tiga tahun dan mempunyai riwayat DM pada keluarga.

Sebelum melakukan tindakan senam kaki, terlebih dahulu praktikan

memberikan pendidikan kesehatan mengenai DM dan senam kaki kepada pasien

dan keluarga pasien , kemudian mengukur TTV, dan CRT pasien. Untuk tekanan

darah diukur dua kali yaitu di dorsalis pedis dan brachialis. Hal ini bertujuan

untuk mendapatkan nilai ABPI (sistol dorsalis pedis/sistol brachialis). Kemudian,

paktikan mendemonstrasikan gerakan-gerakan senam kaki kepada pasien dengan

durasi 15-20 menit untuk masing-masing kaki kanan dan kiri. Senam kaki

dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Untuk senam kaki tahap pertama

didampingi oleh praktikan, tetapi untuk senam tahap kedua dilakukan oleh pasien

sendiri dibantu oleh keluarga pasien. Untuk mengingat gerakannya, praktikan

memberi leaflet kepada pasien.

Kegiatan senam kaki dilakukan secara teratur oleh pasien selama 7 hari

mengalami kesulitan saat melakukan gerakan-gerakan senam. Hal yang dinilai

dalam pelaksanaan senam kaki ini adalah nilai ABPI pre-post senam kaki dan CRT pre-post senam kaki. Setelah kuang lebih 5 hari melakukan senam, praktikan kembali mengukur ABPI dan CRT pasien.

Hasil pengukuran CRT ekstremitas kanan sebelum diberikan foot exercise

pada kelompok intervensi didapatkan data 3 pasien (60%) dalam kategori baik,

dan setelah diberikan foot exercise (hari ke-5) meningkat menjadi 5 pasien (100%) dalam kategori baik. Sedangkan Nilai CRT pada ekstremitas kiri sebelum

dilakukan intervensi sebanyak 3 pasien (60%) CRT baik dan meningkat menjadi 4

pasien (90%) yang diukur kembali pada hari ke-5. Hal ini sesuai dengan penelitian

Tara (2003) yang mengatakan senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi

darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut (Wibisono, 2009).

Neuropati diabetik yang tidak segera dikelola maka akan dapat

menyebabkan terjadinya ulkus diabetik. Kurang lebih 15% pada orang dengan

DM tipe 1 menderita ulkus diabetik dan 14-24% berisiko ulkus diabetik. Ulkus

diabetik terjadi akibat menurunnya vaskularisasi perifer dengan diawali terjadinya

neuropati diabetik. Kejadian Neuropati diabetik dapat dinilai dengan adanya tanda

penurunan nilai AnkleBrachial Pressure Index (ABPI), sensibilitas dan Capilary Refilling.

Menurut Lamone dan Burke (2008) Neuropati diabetik merupakan suatu

kondisi kerusakan saraf akibat adanya gangguan metabolisme yaitu peningkatan

kadar gula darah. Neuropati diabetik timbul sebagai dampak dari adanya

hiperglikemi yang menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan

tertentu yang kemudian dirubah menjadi sorbitol yang merupakan penyebab

kerusakan dan perubahan fungsi sel atau jaringan dimana sorbitol tersebut

terakumulasi. Menurut Soegondo, et al, (2004), Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah

terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot

betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Senam kaki

sangat dianjurkan untuk penderita diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi

darah dan neuropati di kaki, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan

tubuh penderita. Sedangkan berdasarkan hasil 3rd National Diabetes Educators Training Camp (2005), senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah di kaki. Bisa mengurangi keluhan dari neuropati sensorik seperti: rasa pegal,

kesemutan, gringgingen di kaki (Guyton & Hall, 2006).

Setelah dilakukan senam kaki pada penderita DM diperoleh hasil pengukuran sirkulasi darah sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki selama lima hari. Melalui penilaian ABPI maka dapat diketahu tingkat kelancaran sirkulasi darah. Sebelumnya perlu diketahui nilai sirkulasi darah normal pada pasien tersebut dengan menggunakan rumus :

ABPI = Pα

Keterangan :

ABPI : Indeks Tekanan Brakial pada Pergelangan Kaki, Normalnya : 1.0

P1 : Tekanan tertinggi yang diperoleh dari kedua tangan

Pα : Tekanan tertinggi yang diperoleh dari pembuluh darah pergelangan kaki

Berikut ini adlah nilai ABPI (An Ancle Brakial blood Pressure Index)

yaitu :

ABPI > 1.0 maka sirkulasi darah pada tahap normal

ABPI < 0.9 maka resiko tinggi luka pada kaki

ABPI > 0.5 dan < 0.9 perlu perawattindak lanjut

Berdasarkan nilai ABPI diperoleh bahwa sirkulasi darah pada kelima pasien meningkat atau nilai ABPI di atas 1.0 sehingga diperoleh sirkulasi darah pada tahap normal. Selain itu juga pasien juga dievaluasi terhadap tingkat kenyamanan dan status emosi pasien. Menurut pernyataan masing-masing pasien sebelum dilakukan senam kaki, pasien mengeluh nyeri dan pegal pada kedua kaki dan setelah dilakukan senam kaki pesien merasa nyaman dan nyeri berkurang dengan skala nyeri sebelum senam antara 4-5 (nyeri ringan – sedang) dan seelah senam kaki skala nyeri 4-5 (nyeri ringan). Dengan demikian penting dilakukan senam kaki pada pasien yang mengalami gangguan perfusi jaringan terutama pada pasien DM sehingga sirkulasi darah tidak terhambat dan komplikasi kaki diabetik

dapat dicegah karena keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan (amputasi) kaki (Prabowo, 2010). Selain itu pemberian asuhan keperawatan secara optimal dan adanya pengelolaan manajemen kasus dengan pemberian discharge planning

kepada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler dapat memberikan manfaat besar kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya setelah pulang ke rumah baik melalui pengobatan yang benar, pembatasan makanan, pembatasan aktivitas, mengubah kebiasaan buruk yang merusak kesehatan, maupun melaluui latihan secara teratur untuk mengontrol kadar gula darah (Nita, 2008).

Menurut Dr.dr. Aris Wibudi, Sp.PD komplikasi kaki diabetik sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan strategi yang menggabungkan upaya pencegahan, perawatan jika terjadi ulkus pada kaki, penanganan medis yang sesuai, kadar gula darah yang terkendali, serta edukasi terhadap penyandang diabetes dan tenaga medis dapat menurunkan kemungkinan resiko amputasi sampai 85%.

Diakhir latihan pada hari kelima praktikan mengevaluasi keadaan kelima pasien. Dengan memberikan instrumen kepuasan kepada kelima pasien praktikan mendapat hasil 80% pasien mengatakan merasa puas mendapat pelayanan. Hasil wawancara dengan kelima pasien mengatakan bahwa pendidikan kesehatan tentang penyakit yang diderita, informasi dan latihan senam kaki yang dilakukan sangat membantu kesiapan pasien pulang ke rumah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari kegiatan praktik PBLK mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners di ruang Rindu RA2 RSUP HAM Medan, sebagai berikut :

1. Pengelolan Manajemen Pelayanan Keperawatan

a. Teridentifikasi kebutuhan dan masalah manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen kasus berdasarkan pengkajian di ruang Rindu RA2 yaitu belum optimal.

b. Telah dilakukan upaya untuk mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang dapat mendukung asuhan keperawatan antara lain : memfasilitasi ruangan terkait senam kaki, dan menyediakan leaflet senam kaki.

c. Kendala yang ditemukan selama menerapkan manajemen ruangan di Ruang Rindu A2 adalah ruang Rindu A2 sedang menjalankan akreditasi JCA, sehingga ketentuan ruangan masih belum belum jelas..

2. Pengelolaan Manajemen Asuhan Keperawatan

a. Mahasiswa PBLK melakukankan asuhan keperawatan pasien dengan kasus gangguan endokrin diabetes melitus dengan menerapkan senam kaki untuk mencegah komplikasi.

b. Mahasiswa PBLK melakukan senam kaki dan pendidikan kesehatan terkait penyakitnya secara berkesinambungan sebagai inovasi untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.

B. Saran

1. Lahan Praktik

Sebaiknya lahan praktik melakukan senam kaki pada pasien dengan gangguan perfusi jaringan terutama pada pasien Diabetes Melitus. Kemudian sebaiknya discharge planning dilakukan secara terencana kepada semua pasien untuk meningkatkan kemampuan pasien dan mempertahankan kualitas hidupnya setelah pemulangan.

2. InstitusiPendidikan

Institusi pendidikan sebaiknya melatih mahasiswa melakukan

discharge planning untuk meningkatkan kualitas lulusannya yang mampu mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan. Selain itu penting mengaplikasikan senam kaki pada pasien dengan gangguan perfusi jaringan terutama pada diabetes mellitus dimana diperoleh perbedaan tekanan darah pre dan post senam kaki. Penilaian tekanan

darah tersebut berdasarkan Indeks ABPI (An Ankle Brachial Pressure Index) dengan hasil indeks diatas 1 yang artinya sirkulasi darah pada tahap normal. Kemudian tingkat kenyamanan dan suasana emosi pasien memberikan respon yang baik, terjadi penurunan skala nyeri dari skala 5-7 (nyeri ringan-sedang) menjadi skala 4-5 (skala ringan). Dengan demikian penting dilakukan senam kaki pada pasien diabetes mellitus untuk mencegah komplikasi diabetik seperti diabetic foot

(kaki diabetik) dan mencegah komplikasi lanjut dari kaki diabetik yaitu amputasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J. (2009), Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang Baru.

Diakses dari http//cerminduniakedokteran.com 27 Juni 2012

Akhtyo. (2009). Senam Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus. Diakses dari http://www.kuliah-keperawatan.com 27 Juni 2012

Aziz, A. dkk. (2005). Panduan Pelayanan Medik: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: PB PAPDI.

Bidang Keperawatan RSUP H. Adam Malik Medan. (2002). Pedoman Pelayanan Keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: RSUP H. Adam Malik Medan.

Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2. Jakarta : EGC Capernito, L. J. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi 2

Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.

Depkes. (2002). Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi 1, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

Dian. (2008). Diabetes dan Kaki. Diakses dari

http://translate.diabetes.neuropathies.co.id 27 Juni 2012

Djojosoebagio, Soewondo. (1995). Fisiologi Kelenjar Endokrin. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Gillies, D. A., 1998, Manajemen keperawatan: Suatu Pendekakatan Sistem,Edisi II, Chicago, Illionis: W. B Saunders Company

Misnadiarly. (2006). Diabetes Melitus :gangrene Ulcur, Infeksi. Mengenal Gejala Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Edisi 1. Jakarta : Pustaka Populer Obat

MJAFI. (2006). Amputasi pada Pasien Diabetes. Diakses dari http://translate.google.co.id 27 Juni 2012

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). (2002). Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : CV.Aksara Buana.

Pinzur M.S. (2009). Diabetic Foot. Diakses dari http://www.emedicine.com 27 Juni 2012

Prabowo. (2007). Mengenal dan Merawat Kaki Diabetik. Diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com 27 Juni 2012

Suarli dan Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Swanburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

WHO. (2000). Panduan penatalaksanaan Diabetes Melitus. EGC : Jakarta

Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes. Diakses dari http://senamkaki.com 27 Juni 2012

TABEL MAPPING KEGIATAN PROSES BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF PADA TANGGAL 11 JUNI – 7 JULI 2012

N O

PROSES KEGIATAN PERENCANAAN

11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28 29 30 2 3 4 5 6 7 1. Mengidentifikasi masalah pelayanan pada lahan praktik - Pre conference,

menentukan ruangan, dan sistematika penulisan laporan

- Melakukan pengkajian

terhadap masalah pasien dan ruang rawat, tabulasi data, analisa situasi, dan perumusan masalah

- Mempresentasikan hasil pengkajian - Menganalisa situasi/masalah - Merumuskan masalah 2 Mengenali sistematika masalah - Memprioritaskan masalah - Menentukan dan

menyusun rencana dari masalah yang ditemukan

- Mensosialisasikan

perencanaan yang telah dibuat

3 Mengimplementa

sikan tindakan

- Implementasi rencana

sesuai masalah yang telah disusun

- Evaluasi

kegiatan/tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan

- Sosialisasi hasil evaluasi, menyiapkan laporan, post conference

- Evaluasi tindak lanjut

pada pasien

4 Melakukan

evaluasi

Terminasi dan Seminar Akhir

PLANNING OF ACTION MANAJEMEN RUANGAN PBLK RA2 RSUP HAJI ADAM MALIK PADA TANGGAL 11 JUNI – 7 JULI 2012

No Kegiatan TANGGAL

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

1 Bimbingan dengan dosen pembimbing, staff di

ruangan, orientasi dan pengkajian

Perencanaan

Pengorganisasian

Ketenagaan

Pengarahan

2 Perumusan Masalah

3 Menganalisa masalah manajemen

ruangan pasien kelolaan kasus

Membuat intervensi sesuai dengan

maslah yang ada

4 Melakukan implementasi sesuai asuhan

keperawatan pada pasien

5 Evaluasi

Lampiran 3

INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN KEPERAWATAN 1. MAN

a. Staffing

1) Berapa jumlah seluruh tenaga perawat di RA2? 2) Bagaimana jenjang pendidikannya?

3) Berapa lama masa kerjanya?

4) Bagaimana proses rekrutmen pegawai di RA2? 5) Apakah ada tenaga nonorer di RA2?

6) Bagaimana proses seleksi yang dilakukan untuk menempatkan pegawai honorer di RA2?

7) Apa kriteria pegawai yang akan ditempatkan di ruangan RA2?

8) Bagaimana cara mengorientasikan dan berapa lama mengorientasikan pegawai baru?

9) Pernahkah staf mengikuti pelatihan khusus di bidang keperawatan? 10)Bagaimana syarat/kriteria pegawai yang mendapat tugas belajar

ataupun pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan ilmu keperawatan?

11)Apakah ada subsidi yang diberikan rumah sakit/pemerintah untuk peningkatan pendidikan staf di RA2?

12)Berapa perbandingan jumlah pasien dengan tenaga perawat di RA2?

b. Directing

1) Berapa kali kepala ruangan mengikuti pelatihan tentang manajemen keperawatan?

2) Berapa kali kepala ruangan merencanakan pertemuan dengan staf? 3) Bagaimana kepala ruangan merencanakan peningkatan SDM staf di

RA2?

1) Adakah sistem penilaian terhadap kinerja perawat di RA2, bagaimana pelaksanaannya?

2) Berapa kali dilakukan penilaian terhadap kinerja tersebut? 3) Siapa yang melakukan penilaian?

2. METODE a. Planning

1) Apakah di RA2 mempunyai Visi, Misi, serta Motto Keperawatan? 2) Apakah di RA2 mempunyai standar asuhan keperawatan? Bagaimana

pelaksanaannya?

b. Organizing

1) Bagaimana gambaran struktur organisasi di RA2? 2) Apakah metode penugasan yang digunakan di RA2?

3) Apakah alasan penggunaan metode penugasan keperawatan tersebut? 4) Ketetapan apa yang digunakan dalam penentuan Ka Tim dan perawat

pelaksana?

5) Bagaimana deskripsi kerja karu, katim dan perawat pelaksana? 6) Bagaimana sistem pendelegasian tugas yang dilakukan di RA2? 7) Bagaimana cara karu atau katim dalam mendelegasikan tugasnya? 8) Jika karu/katim berhalangan, kepada siapa dilimpahkan wewenang dan

tanggung jawab untuk melaksanakan tugas keperawatan?

c. Staffing

1) Bagaimana cara menyusun jam dinas pegawai di RA2?

2) Berapa jumlah jam kerja per minggu dan hari kerja per bulan pada satu orang staf?

3) Bagaimana pengaturan jadwal untuk staf yang izin/cuti, hari libur dan tugas belajar?

4) Berapa lama batasan jam kerja dalam setiap shift di RA2? 5) Apakah ada penanggung jawab dalam setiap shift?

d. Directing

2) Apakah gaya kepemimpinan tersebut telah dijalankan?

e. Controlling

1) Bagaimana fungsi pengendalian mutu (GKM) di RA2, apakah berjalan atau tidak?

2) Kapan saja kepala ruangan melakukan supervise? 3) Adakah monitoring dokumentasi askep pasien di RA2?

3. MATERIAL a. Planning

Bagaimana kelengkapan logistik di RA2?

b. Controlling

1) Adakah analisa terhadap penggunaan sarana pada pasien dengan masalah khusus yang membutuhkan perhatian serius di RA2?

• Jika ada, jelaskan bagaimana!

• Jika tidak ada, jelaskan kenapa!

4. MONEY

Lampiran 4

INSTRUMEN TINGKAT KEPUASAN PASIEN/KELUARGA

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada

setiap jawaban yang telah disediakan Keterangan:

SP : Sangat Puas P : Puas

TP : Tidak Puas STP : Sangat tidak puas

Inisial Nama Pasien/Keluarga :...

No PERNYATAAN SP P TP STP

1 Perawat berpenampilan rapi dan menarik dalam memberikan pelayanan

2 Perawat memperkenalkan diri secara sopan sebelum melakukan tindakan

3 Perawat bersikap ramah dan sopan dalam memberikan

Dokumen terkait