• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis data merupakan proses untuk menatur dan mengkategorikan data- data yang didapat dilapangan (field note). Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang berisi hasil wawancara dan observasi secara mendalam.

Setelah proses tersebut, langkah selanjutnya adalah membuat catatan lapangan yang berisikan inti atau rangkuman dari hasil penelitian. Data yang telah dirangkum kemudian dibuat suatu pengkatagorian berdasarkan tema. Penelitian ini juga menggunakan data kepustakaan guna melengkapi informasi yang berkaitan dengan penelitian.

1.7. Pengalaman Penelitian

Penulisan skripsi ini bagi penulis merupakan hal pertama dalam membuat tulisan karya ilmiah. Tak mudah memang bagi penulis untuk membuat sebuah skripsi ini. Pada awalnya penulis merasakan kesulitan dan kebingungan dalam sebuah pengerjaan skripsi. Namun dengan segala usaha dan berkali kali di bimbing oleh pembimbing akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin.

Dalam pembuatan skripsi ini penelitian harus melakukan beberapa hal seperti observasi partisipasi dan wawancara kepada beberapa orang informan penelitian untuk menggali data dan informan yang dicari. Pengalaman penelitian dalam melakukan observasi partisipasi di dalam ruang lingkup sanggar tari Sri Indera Ratu bagi penulis tidaklah terlalu memiliki hambatan, penulis mampu dengan cepat berbaur dan menjalin rapport dengan lingkungan penelitian, setelah penulis mendapatkan surat penelitian dari departemen antropologi, penulis langsung memberikan surat izin penelitian tersebut kepada pihak sanggar tari Sri Indera Ratu sembari berkenalan dengan pengurus-pengurus inti Sri Indera Ratu.

Dalam pengurusan surat, penulis hanya mengalami masalah di waktu dikarenakan untuk datang ke Sri Indera Ratu bertemu dengan pimpinan sanggar harus di hari sabtu ketika ada latihan nari.

Setelah semua urusan surat menyurat selesai dan penulisan mendapatkan izin untuk melakukan penelitian lapangan di Sri Indera Ratu penulis mulai bertemu dengan beberapa orang informan dan melakukan wawancara. Orang yang

pertama peneliti wawancarai adalah anak dari pimpinan sanggar tari Sri Indera Ratu yang merupakan bagian dari pengurus yaitu bendahara Sri Indera Ratu.

Selain pengurus Sri Indera Ratu penulis juga melakukan wawancara terhadap beberapa masyarakat serta murid-murid yang belajar menari di sanggar Sri Indera Ratu.

Dalam hal mewawancarai informn di Sanggar Sri Indera Ratu ada banyak suka dan dukanya. Sukanya di sanggar Sri Indera Ratu penulis tidak di asingkan bahkan penulis di ikut sertakan dalam mengajar anak anak menari, karena peneliti mempunyai pengalaman dalam menari. Mereka semua merespo baik tujuan dari penelitian ini, dukanya dalam mewawancarai informan di Sri Indera Ratu terkendala hanya di waktu saja, yang dimana peneliti hanya bisa bertemu setiap hari minggu jam 10 pagi sampai dengan jam 12 siang. Terkadang peneliti harus menun ggu sampai latihan menari selesai.

Sering kali peneliti gugup dalam melakukan wawancara, terkadang penyampaian bahasa pertanyaan yang ditanyakan susah di pahami oleh masyarakat dikarenakan gugup. Namun hal itu pelan-pelan bisa di atasi dan bisa dilaksanakan dengan baik. Selain itu, peneliti juga semppat mengikuti beberapa kegiatan yang dilakukan Sanggar Tari Sri Indera Ratu salah satunya yaitu: latihan setiap hari minggu dan penampilan tarian di salah satu acara pernikahan.

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1. Gambaran Umum Kota Medan

Pada zaman dahulu kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha.Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka.Sungai-sungai itu adalah Sei Deli,Sei Babura,Sei Sikambing,Sei Denai,Sei Putih, Sei Bedera, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus.Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita,pemimpin Karo yang tinggal dikampung Pekan.Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik,sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus.Antara tahun 1614-1630 M, ia belajar agama islam dan diislamkan oleh Datuk Kota Bangun,setelah kalah dalam adu kesaktian (Marco Limbong, 2015).

Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan,pimpinan daerah yang sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli.Dia pun lalu memimpin desa tersebut. Oleh karena itu,nama Guru Patimpus saat ini diabadikan sebagai nama salah satu jalan utama di kota Medan. Sejak zaman penjajahan,masyarakat selalu merangkaikan Medan dengan Deli,tetapi setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan – Delisecara berangsur-angsur lenyap. Terdapat berbagai kerancuan dari berbagai sumber literatur mengenai asal-usul kata Medan itu sendiri, diantaranya:

dari catatan penulis-penulis Portugis yang berasal dari awal abad ke-16 disebutkan bahwa Medan berasal dari nama “Medin”.

Medan pertama kali ditempati oleh orang-orang suku batak Karo, hanya setelah penguasa aceh, Sultan Iskandar Muda mengirim panglimanya yang bernama Gocah Pahlawan bergelar Laksamana Khoja Bintan untuk menjadi wakil kerajaan Aceh di Tanah Deli.

Setelah itu kerajaan Deli mulai berkembang.Perkembangan ini ikut mendorong pertumbuhan dari segi penduduk maupun kebudayaan di Medan. Dimasa pemerintahan sultan deli kedua,Tuanku Panglima Parunggit (memerintah dari tahun 1669-1698) terjadi sebuah perang kavaleri di Medan.Sejak saat itu,Medan menjadi pembayar upeti kepada Sultan Deli.Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860-an,ketika penguasa-penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau.

Maret 1864,Nienhuys yang merupakan pedagang tembakau asal Belanda,mengirim contoh tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam,Belanda untuk diuji kualitasnya.Ternyata,daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan pembalut cerutu.Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun 1865. Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor pusatDeli Mij di Labuhan.Dengan perpindahan kantor tersebut,Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan,sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat.

Pesatnya perkembangan perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan yang mahsyur dengan julukan het dollar land atau tanah

uang.Perkembangan Medan menjadi pusat perdagangan,telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Pada tahun 1879,ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887, ibukota Residen Sumatra Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada dikampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimun pada tanggal 18 Mei 1891 dan dengan demikian ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan. Medan sebagai embrio sebuah kota secara kronologis berawal dari peristiwa penting tahun 1918,yaitu pada saat Medan menjadi Gemeente (kota administratif),tetapi tanpa memiliki wali kota sehingga wilayah tersebut tetap dibawah kewenangan penguasa Hindia Belanda.

Kota administratif Medan dibentuk melalui lembaga bernama “komisi pengelola dana kotamadya”, yang dikenal dengan sebutan Negorijraad. Berdasarkan

“Desentralisatie Wet Stbl 1903 No 329”,lembaga lain dibentuk yaitu

“Afdeelingsraad Van Deli” yang berjalan bersama Negorijiraad sampai dihapuskan tanggal 1 April 1909,ketika Cultuuraad dibentuk untuk daerah diluar kota.Maka, tanggal 1 April 1909 ini sempat dijadikan tanggal lahir kota Medan sampai dengan tahun 1975.Pimpinan Medan Municipal Board saat didirikan tanggal 1 April 1909 adalah Mr.EP Th Maier yang menjabat sebagai pembantu Residen Deli Serdang. Namun sejak 26 Maret 1975,lewat keputusan DPRD NO.4/DPRD/1975 yang didasari banyak pertimbangan,ditetapkan bahwa hari lahir kota Medan adalah 1 Juli 1590.

Saat ini Kota Medan terletak antara 2o.27’-2o.47’ Lintang Utara dan 98o.35’-98o.44’ Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota

Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,0 oC-24,1 oC dan suhu maksimum berkisar antara 30,6 oC-33,1 oC serta pada malam hari berkisar 26 oC-30,8 oC. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 78%-82%. Sebagian wilayah di Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu pantai Barat Belawan dan daerah pedalaman yang tergolong dataran tinggi, seperti Kabupaten Karo. Akibatnya suhu di Kota Medan menjadi tergolong panas. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm.

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30'-3° 43' Lintang Utara dan 98° 35'-98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Gambar 2.1.

Peta Kota Medan

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya

Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.

Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan, yakni :

1. Medan Tuntungan dengan 9 Kelurahan 2. Medan Johor dengan 6 Kelurahan 3. Medan Amplas dengan 8 Kelurahan 4. Medan Denai dengan 5 Kelurahan 5. Medan Area dengan 12 Kelurahan 6. Medan Kota dengan 12 Kelurahan 7. Medan Maimun dengan 6 Kelurahan 8. Medan Polonia dengan 5 Kelurahan

9. Medan Baru dengan 6 Kelurahan 10. Medan Selayang dengan 6 Kelurahan 11. Medan Sunggal dengan 6 Kelurahan 12. Medan Helvetia dengan 7 Kelurahan 13. Medan Petisah dengan 7 Kelurahan 14. Medan Barat dengan 6 Kelurahan 15. Medan Timur dengan 11 Kelurahan 16. Medan Perjuangan dengan 9 Kelurahan 17. Medan Tembung dengan 7 Kelurahan 18. Medan Deli dengan 6 Kelurahan 19. Medan Labuhan dengan 7 Kelurahan 20. Medan Marelan dengan 4 Kelurahan 21. Medan Belawan dengan 6 Kelurahan

2.2. Gambaran Umum Istana Maimun

Istana Maimun adalah istana Kesultanan Deli yang merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara, terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. Istana ini didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan.

Istana Maimun terdiri dari dua lantai dan memiliki tiga bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan. Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu.

Biasanya, pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga).

Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Belanda, Spanyol, India, Turki dan Italia. Perpaduan kebudayaan Belanda terlihat dari perabotan istana seperti meja, kursi, toilet, lemari dan pintu dan jendela yang tinggi serta prastati yang ada di depan tangga ditulis dengan menggunakan bahasa Belanda.

Beberapa pintu yang ada di istana itu menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan lengkungan (arcade) pada atap. Tinggi lengkungan tersebut berkisar antara 5 sampai 8 meter. Bentuk lengkungan ini amat populer di kawasan Timur Tengah, India dan Turki.

Di dalam istana terdapat 30 ruangan, dengan desain interior yang unik, perpaduan seni dari berbagai negeri. Dari luar, istana yang menghadap ke timur ini tampak seperti istana raja-raja Moghul. Bagi para pengunjung yang datang ke Istana Maimun, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang di ruang pertemuan seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda Kuno dan berbagai jenis senjata. Di dalam istana Maimun wisatawan dapat menyewa baju adat Melayu dan berfoto bak bangsawa zaman dahulu. Di istana ini juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan Meriam Puntung.

Kemegahan istana Maimun bukan hanya terletak pada ukuran komplek bangunan yang besar, tetapi juga desain dan gaya arsitektur yang ditampilkan. Bentuk bangunan istana Maimun terbagi menjadi tiga bagian yang meliputi bangunan induk terdapat ruang tamu (balairung) yang berisikan singgasana yang didominasi warna kuning. Bagian ruang ini dilengkapi dengan benda-benda antik peninggalan Sultan seperti, meja, sofa, kursi, buffet, lemari, serta lampu gantung kristal. Salah satu ruang untuk acara penobatan Raja dan acara adat lainnya ini digunakan pula oleh Sultan menerima acara sujud kepada sanak saudaranya pada hari-hari raya keagamaan.

Gambar 2.2.

Istana Maimun

Himpunan Seni dan Budaya Melayu Sri Indera Ratu yang merupakan objek penelitian penulis terletak di belakang sebelah kanan atau di sebelah Barat Daya dari bangunan Istana Maimun. Sanggar ini berada di rumah kediaman keluarga Tengku M. Daniel dan Almarhumah Tengku Sitta Syaritsa. Lokasi kediaman tni masih berada di dalam wilayah Istana Maimun karena Tengku' Muhammad Daniel Al-Haj merupakan salah satu pewaris Istana Maimun. Di dalam wilayah Istana ini banyak ditemukan pemukiman dari keluarga serta para pewaris Kesultanan Deli. Pemukiman para keturunan Kerajaan Deli tersebut terletak di bagian belakang Istana Maimun, walaupun sebenarnya sebagian besar dari ruangan Istana Maimun juga telah dijadikan tempat tinggal oleh para keturunan Sultan Deli, yaitu pada bagian sayap kiri dan kanan dari Istana.

Untuk saat ini sedikitnya ada 30 keluarga atau sekitar 120 jiwa yang menetap di dalam bangunan Istana dengan membuat kamar-kamar dengan cam menyekat ruangan-ruangan besar dan menutup ganggang beratap yang mengitari ruangan dengan triplek atau kaca. Hal ini membuat kondisi Istana sebenamya seperti diawal didirikannya tidak sepenuhnya diketahui, namun menurut gambar denah, dulunya pada tingkat atas terdapat sedikitnya 13 ruangan atau kamar, 7 kamar di bangunan induk dan masinig-masing 3 kamar di bagian sayap kiri dan kanan.

Jumlah ruangan di bagian bawah ibelum diketahui dengan pasti, namun menurut catatan sementara pada bagian ini terdapat dapur, gudang dan penjara (kamar sel) yang dulunya diperuntukkan buat orang-orang yang melanggar peraturan dan undang-undang Sultan.

Menurut Juru Kunci Istana, pada bagian bawah Istana terdapat ruang perkantoran SuItan. Pada bagian sayap, baik yang di atas maupun yang di bawah, terdapat beberapa ruangan dan kamar mandi. Walaupun penambahan yang dilakukan para pewaris Istana tidak merubah konstrukai bangunan istana, namun jelas telah menodai dan mengurangi nilai latanan Maimun sebagai peninggalan bersejarah (karena bertentangan dengan Undang-undang Kepurbakalaan yang berlaku di negara kita yaitu Monumentum Ordonantie Stbl. No. 238 tahun 1931) (Rahmad Martuah, 2003:23).

Pada abad ke 16 berdiri sebuah Kerajaan yang bernama Kerajaan Aru dan terletak di daerah Sungai Lalang (Deli Tua Sekarang). Dan pada Tahun 1612 Kerajaan Aru ini ditaklukkan oleh pasukan Kerajaan Aceh dibawah pimpinan

Panglimad-lisyamuddin seorang keturunan dari Zulkamaeni Bahasid Syekh Batraluddin Hindustan dari negeri Shindi Hindustan (Rahmad Martuah, 2003:23).

Akhirnya ia diangkat oleh Sultan Iskandar Muda dari Kerajaan Aceh sebagai wakil Kerajaan untuk daerah Sumatera Timur yang berkedudukan di Sungai Lalang dan diberi gelar Panglima Gocah Pahlawan. Akibat perubahan waktu dan situasi ngkungan, pada tahun 1632 Kerajaan Aceh menetapkan berdirinya Kerajaan Deli dan Paglima Gocah Pahlawan diangkat menjadi Raja Deli pertama dengan gelar Tuanku Panglima Gocah Pahlawan. Beliau mangkat pada tahun 1669, dan kemudian beliau digantikan oleh Raja Deli Kedua yang bernama Tuanku Panglima Parunggit yang memerintah dari tahun 1669 sampai dengan 1698 beliau mangkat dan digantikan dengan Raja Deli ketiga dan dbmikian seterusnya sampai Raja Deli ke tiga belas yang bernama Sulthan Otteman Mahmud Makmun Padrab yang menggantikan ayahnya Sulthan Azmi Perkasa Alam sebagai Penguasa Tertinggi Adatistiadat Melayu Deli dari tahun 1997 sampai dengan sekarang (Rahmad Martuah, 2003:24).

Berdasarkan prasasti berbahasa Belanda dan Melayu yang dipahat pada sekeping marmer pada kedua tiang tangga naik, dapat diketahui bahwa lstana Maimun didirikan pada tanggal 26 Agustus 1888 pada masa pemerintahan Rajai Deli ke Sembilan yang bernama Sulthan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang memerintah dari tahun 1873 sampai tahun 1924. Tapi begitupun Istana Maimun baru resmi ditempati pada tanggal 18 Mei1891.

lstana Mairrioon yang memiliki luas 2772 m2 yang menurut denahnya terdiri dari tiga bagian besar, yaitu bangunan induk, sayap kiri dan sayap kanan. Panjang

bangunan Istana dari depan ke belakang sekitar 75,50 meter, sedangkan tinggi bangunan sekitar 14,40 meter. Bangunan ini bertingkat dua dengan ditopang oleh 82 buah batu berbentuk segi delapan (ektagonal) dan 43 buah tiang kayu dengan lengkungan-lengkungan yang berbentuk lunas perahu terbalik atau ladam kuda.

Atapnya berbentuk limas dan kubah (dome) yang terbuat dari bahan sirap dan tembaga (seng). Atap terbentuk limas ini terdapat pada bangunan-bangunan induk, sayap kiri dan kanan, sedangkan atap kubah (dome) sebanyak tiga buah terdapat pada bagian teras depan.

Di tingkat dua bagian tengah Istana, terdapat sebuah ruangan besar yang disebut bangunan induk (balairung) yang dulunya dipakai sebagai tempat upacara Penobatan Raja dan upacara lainnya. Di bagian depan bangunan induk terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai ruangan tamu, dimana Sultan dulu menerima tamwtamunya. Di sebelah kiri dan kanan ruang tamu terdapat sebuah kamar (bilik) yang dulunya merupakan kamar kerja bagi para pejawat dan para dayang. Bangunan bagian atas ini dikelilingi oleh teras yang disebut anjungan.

Dilihat dari segi arsitekturnya, Istana Maimun mempunyai nilai yang tinggi dan menduduki tempat tersendiri dalam Sejarah Kesenian islam di lndonesia. Istana Maimun juga merupakan bangunan Istana yang dapat mewakili bentuk Kesenian Islami di lndonesia dalam hubungannya dengan Kesenian lslam Timur Tengah dan india. Sebagaimana lazimnya bangunan Istana Kerajaan Islam pada zaman dahulu yang selalu dikaitkan dengan masjid, maka kira-kira 200 meter didepan istana terdapat bangunan Masjid yang diberi nama Masjid Raya Al-Maksum (sekarang lebih dikenal dengan Masjid Raya Medanj. Masjid ini merupakan salah

satu bangunan masjid yang paling indah yang berasal dari kejayaan Islam di Indonesia dengan memperlihatkan gaya arsitektur Timur-Tengah, India bahkan gaya Eropa. Selain Masjid, di depan lstana juga terdapat bangunan lain yang mempunyai hubungan historis dengan lstana Maimun yaitu Taman Sri Deli dan Balai Kerapatan.

Istana Maimun juga dijadikan tempat untuk menggelar acara pada hari-hari raya keagamaan, seperti pada saat Qurban, Maulid Nabi, atau Isra Mi’raj. Masyarakat luar istana bekerja sama dengan keluarga Kesultanan menggelar peringatan hari besar Islam di halaman istana. Acara keagamaan yang dilaksanakan di istana Maimun, ada yang sifatnya tertutup hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat Kesultanan juga para undangan. Ada juga yang sifatnya terbuka, dapat dihadiri masyarakat umum bahkan dari kalangan di luar agama Islam. Sejak masa Sultan Deli memerintah kerajaan Deli, masyarakat yang dipimpin adalah masyarakat yang heterogen. Jadi, Sultan Deli tidak melarang masyarakat datang ke istana beliau dari agama apapun dari tingkat sosial apapun. Sultan Deli memegang prinsip, bahwa bumi dipijak di situ langit dijunjung. Adat harus tetap dipegang.

Sultan Deli menghormati budaya asal di mana beliau menetap.

Bila dikaitkan dengan tata letak dan hadap lstana yang dihubungkan dengan Masjid daihalun-alun sebagai titik sentralnya, maka lengkap sudah bahwa lstana Maimun merupakan salah satu bentuk lstana masa Kejayaan Islam, karena dulunya antara bangunan lstana dengan Masjid Raya merupakan tanah -lapang atau alun-alun.

Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga atraksi wisata yang terdapat di istana Maimun dengan memadukan

Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga atraksi wisata yang terdapat di istana Maimun dengan memadukan

Dokumen terkait