• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis nilai sastra bagi pendidikan anak-anak pada cerita anak / aẑ-ẑibu l- khāinu/ serigala pengkhianat

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.5 Analisis nilai sastra bagi pendidikan anak-anak pada cerita anak / aẑ-ẑibu l- khāinu/ serigala pengkhianat

Nilai sastra bagi anak-anak terbagi ke dalam dua bagian besar yaitu nilai personal dan nilai pendidikan. Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang nilai sastra bagi pendidikan anak-anak, Adapun hal-hal yang akan dianalisis antara lain yaitu: eksplorasi dan penemuan, perkembangan bahasa, pengembangan nilai keindahan, penanaman wawasan multikultural, dan penanaman kebiasaan membaca.

3.5.1 Eksplorasi dan Penemuan

Dalam mengkaji tentang eksplorasi dan penemuan dalam sebuah cerita anak-anak, hal yang di bahas adalah mengenai bagaimana bentuk dari penyelesaian kisah tersebut. Berikut ini penggalan cerita anak-anak / aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala pengkhianat tentang eksplorasi dan penemuan:

//wafi da al-layaālῑ al-Muẓ a al-himāru wa-al-kalbu ḍawḍāa wa aṣwāta falāḥῑna waṭuyῡrin waḥayānātin fazi -qaryati faẑahabā liyastaṭli a

al-amra fawajadā al-falahῑna ba da an akhaẑῡ darsān mimmā faalaḥu

aṣ-biṣarawātihimu al-ḥayawāniyati qad tarabbaṣῡ liẑ-ẑbi hῑ ῑḥda al-ḥaẒairi faqabaḍῡ alaihi qabla an yadkhulu al-ḥaẒirati walakinnahu ḥāwala al-haraba

awasaῡhu ḍ arbān atta Halaka wa māta//.

Pada suatu malam yang gelap, keledai dan anjing mendengar lolongan dan suara-suara petani dan burung-burung yang menakutkan berasal dari desa. `Kemudian mereka berdua pergi melihat apa yang terjadi, mereka mendapati petani-petani yang setelah mengambil pelajaran dari yang pernah dilakukan oleh rubah terhadap binatang ternak mereka ternyata mereka sudah menunggu serigala semenjak dia menyerang salah satu kandang ternak,maka petani menangkapnya sebelum ia berhasil masuk kedalam kandang ternak yang kedua. Akan tetapi serigala itu mencoba melarikan diri sehingga petani-petani itu memukulnya sehingga dia luka-luka dan akhirnya mati.`

Dalam penggalan cerita di atas di ketahui bahwa penyelasaian cerita tersebut sangat menyedihkan, karena serigala yang iri hati kepada rubah dan memperalat keledai supaya rubah tertangkap tetapi akhirnya dia sendiri yang terjerumus kedalamnya dan akhinya serigala mati karena perbuatanya sendiri. Dalam hal ini mengajarkan kepada anak-anak akan pentingnya sikap jujur, setia kawan, gotong-royong, kerukunan kepada sesama manusia khususnya kepada teman dan jangan bersikap iri hati, dendam, pengkhianat seperti sifat serigala dalam cerita diatas.

3.5.2 Perkembangan Bahasa

Dalam mengkaji perkembangan bahasa pada cerita anak-anak, hal yang perlu di bahas adalah tentang kosakata, dan struktur kalimat.

Berikut ini adalah penggalan cerita anak-anak / aẑ-ẑ l-khāinu/ serigala pengkhianat tentang perkembangan bahasa

//fῑ qadῑmi az-zamāni kāna ẑibun waṡ ṣadῑqaini fahumā fῑ mῑzāni al-quwati mutaāadilāni wafῑ al-gālibi kānā yataaānani f-iṡnaini//

`pada zaman dahulu kala, tersebutlah serigala dan rubah dua sahabat yang keduanya memiliki kekuatan yang sama. Mereka berdua keluar mencari makanan dan biasanya saling membantu dalam perburuan untuk menghilangkan lapar mereka`

Cerita ini menjadikan penambahan kosa kata untuk anak-anakdalam kalimat di atas di ketahui bahwa terdapat kata-kata yang menggunakan waktu pada masa lampau karena cerita binatang biasanya terjadi pada masa yang telah lalu dan tidak terjadi lagi pada waktu sekarang. Dan setelah itu kata-kata yang digunakan berurutan yaitu kata serigala) dan (rubah) dalam bebtuk mufrad (tunggal) dan di lanjutkan dengan kata (dua sahabat) dan kata-kata yang terletak setelah itu dalam

bentuk mutsana (dual) yaitu kata . Hal ini

menunjukkan dalam cerita tersebut mengalami perkembangan bahasa sesuai dengan bentuk kata.

-āba al-qaḥṭu al-qaryatu wa al-gabatu hatta ẑabulat wa mātat kullu az-zuhuru wa bagḍu at-tuyῡru wal-ḥayawānāti aṣ-ṣagirati al-lati lā tataḥammala al-j a wa-aṭasya, walakin aẑ-ẑ ṡ-ṡ - ayawānāti al-latῑ taṣ in aw akṡari fῑ

`Waktu pun berlalu, kemarau melanda desa dan hutan hingga semua bunga layu dan mati, begitu pula sebagian burung-burung dan hewan-hewan kecil yang tidak kuat menahan lapar dan haus. Sementara serigala dan rubah termasuk hewan yang sanggup makan 1 kali dalam sepekan atau lebih di waktu-waktu tertentu`.

Dalam kalimat di atas di ketahui bahwa kosa kata dalam cerita tersebut berkembang, tidak hanya dalam bentuk mufrad (tunggal) dan mutsana (dual) tetapi di jumpai juga kata-kata dalam jumlah jamak (banyak) yaitu pada kata-kata . Dalam hal ini anak-anak sudah banyak mendapat perbendaharaan kata-kata yang tidak diketaui sebelumya.

// Kharaja aṡ-salabu yawnān giyābubu, faqāla aẑ-ẑ ῑ nafsihi laalahu wuffiqa al- yauma fῑ aidin wāḥidin wazalla yumannῑ ῑ

ṣṭāda amalān ṣagῑrān yasuddu rumqahum fῑ Ẓilli haẑā al -qaḥṭi asy-syadῑdi //

`Suata hari, rubah pergi dan menghilang cukup lama, sehingga serigala berkata dalam hatinya: semoga hari ini ia berhasil dalam berburu dan mengajakku makan dengan angsa yang gemuk atau itik yang sedang berada di sisa hidunya (sekarat) akibat kemarau ini`

Dalam kalimat di atas diketahui bahwa terdapat kata yang menggunakan kata ganti ( yaitu untuk menggantikan kata (rubah) dan kata ganti ( ) yaitu untuk menerangkan (serigala). Dalam hal ini bahasa dalam cerita tersebut berkembang lagi dengan bentuk kata ganti untuk menerangkan tokoh.

Waākhirān āda aṡ-ṡalabu wa sāalahu aẑ-ẑibu an sababi giyābuhu wana

naẓratan munafaḥiṣatan fawajada an-nasyāṭa wa- quwwatu tadubbu fῑ aw ṣāli a ṣ-ṣalabi faalima aẑ-ẑibu anna aṣ-ṣ ṭāda aydān waakaluhu waḥdahu dῡna an tadῡ aẑ-ẑ āmi, faaṡara ẑalika fῑ nafsihi waaḍmara fῑ nafsihi amrān lam yaṭṭaliI aṡ-ṣalabu alaihi .

Akhirnya rubah pun kembali dan serigala itu langsung bertanya tentang sebab menghilangnya ia. Ia melihat dengan pandangan penuh selidik, terlihat tubuh rubah telah kembali cekatan dan kuat maka tahulah serigala itu bahwasanya rubah telah berburu suatu buruan dan memakannya sendiri tanpa mengajak serigala untuk timbulah niat di hati serigala untuk menyelidiki hal yang di sembunyikan rubah darinya`.

Dalam kalimat di atas diketahui bahwa penggalan cerita tersebut menggunakan kata sambung (waw) yang artinya dan, dalam bahasa arab disebut dengan harf ataf ( ). Dalam penggalan cerita tersebut terdapat 7 untuk (waw).

// fῑ ay-yumu at-tālῑ kharaja aṡ-ṡalabu wa bada qalῑlin tabiahu aẑ-ẑibu min baῑdin wakullamā al-tafata aṡ-ṡabu warā ẑ-ẑibu al-asyjāru hatta waṣala aṣ-ṣalabu ilā lasyarifi qaryatin tabudu ani al-gabati musafātan kabῑratan jiddan//

`Keesokan harinya ( pada hari yang berikutnya) rubah pun pergi dan mengikutinya dari jauh, ketika rubah menoleh ke belakang, serigala segera bersembunyi di belakang pohon, hingga sampailah rubah itu di desa yang terletak sangat jauh dari hutan`. Dalam penggalan cerita diatas menceritakan tentang lingkup alamiah seperti pohon (flora), hewan (fauna) dan ada suasana tempat (hutan, desa).

//Warāba aẑ-ẑ idin mā yaḥduṡu fawajada aṡ-ṡalaba yadkhulu iḥdā al -ḥaẓ ῑbu akṡara min sāatin ṡumma yakhruju wa baṭnuhu mumtilῑ bi aṭ-ṭaāmi wa lakinna aẑ-ẑ ῑ aẑ-hāba linafsi al-makani lilḥuṣῡli alānafsi al-wajbatiad-dasimati walakinnahu fakkara fῑ //

` Serigala mengamati dari jauh apa yang terjadi. Ia melihat rubah masuk ke salah satu kandang dan menghilang selama lebih dari 1 jam. Kemudian ia keluar dan perutnya telah penuh dengan makanan. Akan tetapi, serigala tidak memikirkan lama tentang kepergian rubah.`

Dalam kalimat di atas diketahui bahwa penggalan cerita di atas, bentuk kata-kata yang di gunakan adalah bentuk fi’il mudhariq ( ) yaitu pada kata-kata

dan juga terdapatjenis-jenis harf athaf’ yaitu

. dalam hal ini anak-anak bisa menambah pengetahuan tentang struktur kalimat yaitu bentuk kata kerja sekarang ( ) dan kata penghubung ( .)

//khaṭaṭa aẑ-ẑ -ῑqāI bi aṡ-ṡalabi faẑahaba ilā al-ḥimāri wahuwa yaqipu bijiwari asy-syajarati waḥāwala a- ṣiri wataḥaddaṡa biṣawtin munkhafiḍin wakāna yabkahyānān wayasykῡ lilḥimāri wa yaqῡ ḍῑku an-nakῡna aṣdiqāI umurān ṭawῑlān ṡumma yakhῡnanῑ wayaẑhaba liyakulu bidῡnῑ//.

`Serigala memikirkan untuk mencelakai dengan rubah. Ia pergi menemui keledai dan ia berhenti di samping pohon dan mencoba menggungkapkan perasaanya dan berbicara dengan suara pelan serta sesekali menangis, ia mengadu kepada keledai : apa pendapatmu tentang seorang teman yang telah berteman lama kemudian dia mengkhianatiku?. Ia pergi untuk makan tanpaku.`

Dalam kalimat di atas diketahui bahwa penggalan cerita tersebut terdapat huruf jar ) yaitu huruf, . selain itu juga terdapat bentuk huruf athaf`

mudhariq ) yaitu kata-kata , . Dalam hal ini basaha anak berkembang denmgan mengetahui jenis huruf jar.

//Hal yarḍῑku ay-yatrukῑ jā ṭa fῑ asy-syabi? fawāsāhu al-himāru wa qāla lahu: lātagab ayyuhā aẑ-ẑibu laalahu nasya ay-yad ka liṭ-ṭaāmi lisyiddati jῡihi//.

`Apa pendapatmu jika meninggalkanku kelaparan sementara ia sudah kenyang? Keledai pun mencoba membantu dengan jawaban jangan marah wahai serigala, mungkin ia lupa memanggilmu untuk makan karena rasa laparnya yang kuat, serigala menyahut:`

Dalam kalimat di atas di ketahui bahwa terdapat kata tanya pada kalimat pertanyaan yaitu penggunaan kata (hal) sebagai kata tanya untuk meminta pendapat. Setelah itu juga di ketahui bagaimana jawabannya. Dalam hal ini bahasa anak sudah mengalami perkembangan dengan adanya bentuk Tanya jawab.

//Qāla aẑ-ẑ ẑhab marratan wāḥidatan innahub lam yaṣhabu lil qaryati marrataini aw ṡalāan marātin usb-malahu hatta lā yaqsimu aṭ-ṭ ẑa huwa aṭ-ṭamaI yā sayyidi … aṭ-ṭamaI biaynihi.//

`Tidak, tidak…..ia tidak pergi 1 kali tapi dua kali atau tiga kali dalam seminggu, bukankah itu artinya ia bermaksud tidak mengajakku bersamanya hingga dia tidak perlu memebagi makanan itu menjadi dua. Sesungguhnya ia tamak wahai tuan`. Dalam penggalan cerita diatas dapat ditemukan bentuk kata perulangan yaitu, pada kata satu kali dua kali, tiga kali dan satu minggu ( dalam bahasa arab dikenal /al-adad).

//fῑ al-yaumi at-tāli samia al-ḥimāru nabāḥa al-kalba fanādā alayhi ṣabāḥa al-khairi ṣadῑqῑ faradda al-kalba : ṣabāha al-kairi, fasāalhu alḥimāru: hal anta f

? Qāla al-kalba : limāā tasal alaka ḥājata aqḍῑhālaka ? qāla al-ḥimāru : bal masaalahu urῑdu masyῡrataka fῑhā , qāla tafaali yā ṣadῑqῑ kulla āānun muṣigyatan.//

`Keesokan harinya keledai mendengar suara gongongan anjing, ia pun menyapanya, Selamat pagi sahabatku. Anjing menyahut “selamat pagi” kemudian ia bertanya adakah kamu terburu-buru? Anjing pun bertanya kenapa? Apakah ada hal yang harus aku selesaikan untukmu, keledai menjawab, ada yang ingin aku diskusikan denganmu. Silahkan ya sahabatku, sahut anjing: aku siap mendengarkannya`,

Dalam kalimat di atas diketahui bahwa terdapat kalimat untuk menyatakan sapaan waktu yaitu kata (selamat pagi) serta sudah dilengkapi dengan tanda baca yaitu tanda petik (“) dan juga tanda Tanya(?). dalam hal ini anak sudah dapat mempelajari bentuk tanda baca khususnya dalam membaca cerita

// Faqāla al-ḥimāru hunāka khiāmun bayna aṡ-ṡalabi wa aẑ-ẑ ῑdu aẑ-ẑibu minnῑ at-takhala lis-ṡulhi waradi muẒlimati min-aṡ-ṡalabi waḥakā al-qiṣahtu lil kalbi. Fakkara al-kalbu qalῑlan ṡumma qāla lil-himāri yā ṣadῑqῑ aturῑdu naṣaḥatῑ?

` keledai itu berkata,ada perselisihan di antara rubah dan serigala. Dan serigala itu memintaku untuk ikut campur memperbaiki hubungan dan membalas ketidak adilan yang dibuat oleh rubah lalu keledai menceritakan kisahnya kepada anjing. Anjing berpikir sesaat kemudian berkata kepada keledai: wahai sahabatku apakah ingin nasihat dariku`.

Dari penggalan cerita di atas dapat di ketahui bahwa, semua tokoh yang ada dalam cerita tersebut terdapat di dalamnya, dan penggalan cerita tersebut dapat di jadikan suatu bentuk kesimpulan.

// qāla balā, faqāla lahu al-kalbu: lā tatadakhal fahumā hayawānānin syarisāni wa

naḥnu alῑ alla al-mawḍuuI//

`Keledai menyahut, tentu. Lalu anjing melanjutkan perkataaanya: jangan ikut campur, mereka berdua itu hewan yang buruk perangainya, sedangkan kita lembut. Mereka berdua itu juga penipu dan mereka bisa menyelesaikan urusannya sendiri baik dengan cara damai ataupun kekerasan,jadi jauhilah urusan ini wahai temanku`.

Dari penggalan cerita di atas di ketahui bahwa, kata- kata yang terdapat didalam penggalan cerita tersebut menggunakan kata-kata dalam bentuk mutsana (dual), yaitu pada kata- kata .

// ẑahaba al-kalbu musriān indama intahā minal kalāmi maa al-himāri wakhaẑara al-falāḥῑna min aṡ-ṡalabi fatarabbaṣa lahu al-falāḥῑna hatta qabaḍῡ alaihi //

`Anjing itu segera pergi setelah menyelesaikan kata-katanya pada keledai, lalu ia memberi peringatan kepada petani-petani untuk berhati-hati dari rubah. Lalu petani- petani itu pun mengawasi selama beberapa malam hingga rubah itu tertangkap`. Dari penggalan cerita diatas di ketahui bahwa terdapat kata-kata dalam bentuk jamak, yaitu pada kata , bentuk jamaknya yaitu bentuk jamak mudzakar salim dan jamak mutsana salim.

//waarsalῡhu ilā ḥadῑqati al-ḥayawāni hadayyatan minhum wa intahāamruhu, fahima al-ḥimāru alān faqad anna aẑ-ẑiba kāna yastakhdimuhu liāli al-malumāti lil-kalbi hattā yatimma al-ῑqāu biṡ-ṡalabi //.

`Dan mereka mengirimnya ke kebun binatang sebagai hadiah fahamlah keledai itu sekarang, ternyata serigala itu memperalatnya untuk memberi tahu hal itu kepada anjing hingga rubah pun tertangkap`.

Dalam kalimat di atas di ketahui bahwa terdapat penggunaan betuk kata ganti atau ( ) yaitu untuk menggantikan kata (rubah) dan (keledai). Dalam hal ini cerita tersebut pengalami perkembangan bahasa.

// wafῑ yawmi mial ayyāmi kāna al-kalbu yastalqῑ taḥta illa syajaratin mutayān minal -baṡi an ṭaāmi, faraā aẑ-ẑ idin wahuwa yusria al-khuẒāri ilā al-qaryati al-mujāwirati lil-gābati fatabiahu bibaṣarihi ḥattā ikhtafā //

` Suatu hari anjing berbaring dibawah pohon rindang kelelahan sehabis mencari makanan lalu ia melihat serigala kelelahan sehabis mencari makanan. Ia melihat serigala dari jauh yang sedang menuju ke desa dengan cepat anjing itu mengikutinya dengan pandangannya hingga serigala itu bersembunyi.

// Wa bada fatratin min al-waqti marra aẑ-ẑ alā al-kalbi wanaẒara ilaihi mākiratan wa alqā as-salāmi walakin bada an gāba aẑ-ẑibu fῑ al-aḥrāsyi //.

`Beberapa waktu kemudian, serigala lewat di depan anjing dan melihat ke arahnya dengan pandangan yang menipu. Ia lalu mengucapakan salam, anjing menyahut salam itu. Akan tetapi setelah itu serigala menghilang di semak-semak`.

Dari penggalan cerita di atas dapat di ketahui bahwa terdapat bentuk kalimat perlawanan yang di tandai dengan kata akan tetapi ( ). Dengan demikian anak-anak dapat menambah pengetahuan baru.

//wafi da al-layaālῑ al-Muẓ a al-himāru wa-al-kalbu ḍawḍāa wa aṣwāta falāḥῑna waṭuyῡrin waḥayānātin fazi -qaryati faẑahabā liyastaṭli a al-amra fawajadā al-falahῑna ba da an akhaẑῡ darsān mimmā faalaḥu

aṣ-biṣarawātihimu al-ḥayawāniyati qad tarabbaṣῡ liẑ-ẑbi hῑ ῑḥda al-ḥaẒairi `Pada suatu malam yang gelap, keledai dan anjing mendengar lolongan dan suara-suara petani dan burung-burung yang menakutkan berasal dari desa. Kemudian mereka berdua pergi untuk melihat apa yang terjadi, mereka mendapati petani-petani yang setelah mengambil pelajaran dari yang pernah dilakukan rubah terhadap binatang ternak mereka.`

Dari pengggalan cerita di atas di ketahui bahwa situasi cerita terjadi pada malam hari. Dan keadaan desa yang gelap dengan banyak suara-suara, yaitu suara, keledai, anjing, petani, dan burung. Dengan anak- anak dapat mengetahui jenis-jenis suara binatang.

// faqabaḍῡ alayhi qabla ay-yadkhala al-ḥaẒῑrati aṡ-ṡāniyati, walakinnahu āwala al-haraba faawsa hu ḍarbān hatta halaka wa māta naẒara al-ḥimāru ilā ṣadῑqihi al-kalbi wa qāla lahu: man ḥafara ḥufratan li akhῑhi waqaa fῑhā , faajābata al-kalbu, naam yā ṣadῑqῑ haẑ -wasyi al-khaini //

`Ternyata mereka sudah menunggu serigala semenjak ia menyerang salah satu kandang ternak, maka petani-petani itu menangkapnya sebelum ia berhasil masuk

kekandang ternak yang kedua. Akan tetapi serigala itu mencoba melarikan diri sehingga petani-petani itu memukulinya dan serigala luka-luka dan akhirnya ia mati. Keledai lalu menoleh ke sahabatnya anjing lalu berkata: “ barang siapa yang menggali lubang untuk saudaranya dia sendiri yang jatuh ke dalamnya”. Anjing pun menjawab : “ benar sahabatku inilah balasan untuk orang yang memfitnah lagi berkhianat`

Dari pengggalan cerita di atas di ketahui bahwa ada pesan yang di sampaikam kaepa da pembaca mengenai balasan dari setiap perbuatan yang kita lakukan, jika kita berbuat baik maka hasilnya baik, sedangkan jika berbuat jahat maka balasannya pun kejahatan. Atau dengan kata lain terdapat pesan yang dapat mendidik ana-anak setelah membaca cerita tersebut.

// māā lawkāna aẑ-ẑibu qad wājaha aṡ-salaba bimā yafaluhu? laaluhu kāna ilā awābihi wa yaḥtaẑiru walakin kullu minhumā khasira ayātahu ḥῑna ṭamaa wa khaṭaṭa waḥidahu lil fawzi bi al-gianῑmati //

`Seandainya saja, serigala itu memberitahu rubah akan hal yang dikerjakannya itu sehingga ia dapat kembali dalam kebenaran, tetapi memang keduanya itu merugi hidupnya karena ketamakan akan harta`.

Dari penggalan cerita di atas dapat di ketahui bahwa terdapat bentuk penguatan cerita dalam bentuk pertanyaan, sehingga anak-anak mengerti maksud dari cerita tersebut

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cerita / aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala pengkhianat mengalami perkembangan bahasa. Anak-anak setelah membaca cerita tersebut dapat menambah pengetahuan tentang jenis-jenis isim yaitu isim mufrad, mutsana, jamak. Selain itu ana-anak juga bisa belajar jenis-jenis huruf yaitu huruf jar, huruf athaf dan huruf nida’. Dan selanjutnya belajar tentang

jenis-jenis fi’il yaitu fi’il madhi, mudhariq, dan fi’il amar. Dalam cerita tersebut juga terdapat pengetahuan tentang beberapa kaidah tatabahasa arab yang lainnya, tetapi hanya sebatas pada kata-kata yang sudah umum digunakan (familiar)

3.5.3 Pengembangan Nilai Keindahan

Dalam mengkaji aspek pengembangan nilai keindahan dalam sebuah cerita anak-anak, hal yang di bahas adalah mengenai kata-kata yang bersajak dan berirama indah (nursery song), penyajian cerita yang menarik,bersuspense tinggi dan di ungkap dengan bahasa yang tepat. Nilai –nilai keindahan ini menjadikan anak-anak tertarik untuk mendengarkan cerita dan member pengaruh kepada jiwa anak tersebut.

Berikut ini adalah penggalan cerita anak-anak / aẑ-ẑ l-khāinu/ serigala pengkhianat tentang pengembangan nilai keindahan:

ῡa l iṡnaini//

Mereka berdua saling membantu dalam perburuan untuk menghilangkan lapar mereka

// taṣ ῡin//

sanggup makan 1 kali dalam sepekan atau lebih di waktu-waktu tertentu

// yumannῑ ῑnatin aw baṭatin//

// wanaẒ Ẓratan munafaḥiṣatan // Ia melihat dengan pandangan penuh selidik.

// ani al-gabati musafātan kabῑratan jiddan //

hingga sampailah rubah itu di desa yang terletak sangat jauh

// wataḥaddaṡa biṣawtin munkhafiḍin // Dan berbicara dengan suara pelan

// innahu lam yaẑhab marratan wāḥidatan // Ia tidak pergi satu kali

//alāin marrātin usb iyān// Tiga kali dalam seminggu.

// taḥta Ẓilli syajaratan mutiban mi al-baḥṡi an ṭ //

Di bawah pohon rindang kelelahan sehabis mencari makanan.

// wanaẒara ilaihi naẒratan mākiratan //

Dengan pandangan yang menipu.

Dari penggalan-penggalan cerita di atas di jelaskan bahwa terdapat kata-kata dengan bunyi yang sama. Kata-katanya bersajak dan berirama indah (nursery songs), hal ini dapat kita lihat dari kata

, kata-kata ini mempunyai bunyi akhir yang sama yaitu bunyi tanwin yang berbaris bawah kasratain ). Ketika anak membaca cerita tersebut mereka belum mampu

memahami makna di balik kata-kata itu tetapi sudah dapat merasakan keindahanya, melalui bunyi bahasa yang menarik.

-qaḥṭu al-qaryatu wa al-gabatu hatta ẑabulat wa mātat // kemarau melanda desa dan hutan hingga semua bunga layu dan mati,

// lā tataḥammala al-jῡ -aṭasya // Menghilangkan lapar mereka.

// Walakin aẑ-ẑ ṡ-ṡ - ḥayawānāti/ /

Akan tetapi serigala dan rubah termasuk hewan

// hunāka khiāmun baina aṡ-ṡ ẑ-ẑiba// Ada perselisihan antara rubah dan serigala

Dalam kalimat di atas di jelaskan bahwa terdapat kata-kata dengan bunyi yang sama. Kata-katanya bersajak dan berirama indah (nursery songs), hal ini dapat kita

lihat dari kata , yaitu mempunyai bunyi akhir

yang sama yaitu bunyi baris fathah (baris atas).

3.5.4 Penanaman Wawasan Multikultural

Dalam mengkaji aspek penanaman wawasan multikultural dalam sebuah cerita anak-anak, hal yang di bahas adalah mengenai asal daerah cerita tersebut, kebudayaan masyarakat yang ada di daerah cerita itu.

Cerita anak yang berjudul / aẑ-ẑ l- khāinu/ serigala pengkhianat

Dokumen terkait