• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis nilai sastra pada cerita الذئب الخائن / aẑ-ẑỉbu l-khāinu/ serigala pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis nilai sastra pada cerita الذئب الخائن / aẑ-ẑỉbu l-khāinu/ serigala pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI SASTRA DALAM CERITA ANAK

/Aẑ-ẑI`BU AL-KHᾹ

/ SERIGALA PENGKHIANAT/

KARYA ῑMᾹN ṬAHA

SKRIPSI SARJANA

OLEH :

DEVI FAJARWATI

070704005

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang telah

mengajarkan kalamnya kepada manusia dan memberikan petunjuk untuk

membedakan kebenaran dan kebatilan. Tuhan yang telah member fitrah dalam diri

manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk. Tuhan yang member

balasan kepada manusia sesuai dengan amalnya.

Al-hamdulillah atas limpahan rahamat,taufik dan hidayahnya pula skripsi

dengan judul “ Analisis nilai sastra pada cerita / aẑ-ẑ l-khāinu/ serigala pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha” ini dapat selesai pada waktunya. Skripsi

adalah tugas akhir yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan

memperoleh gelar sarjana pada ilmu bahasa Arab fakultas Ilmu Budaya Univerrsitas

Sumatera Utara.

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT curahkan kearibaaan

junjungan alam Nabi Besar Muhammad saw yang telah memebawa umatnya dari

alam yang penuh dengan nuansa keimanan dan keislaman. Begitu juga kepada

keluarga, para sahabat, para shalihin, dan penerus risalahnya.

Srkipsi ini memebahas dan menguraikan analisis pesan, tokoh utama, dan

nilai sastra pada karya sastra arab berbebtuk kisah binatang.yang penulis analisis

yaitu berupa pesan religius dan kritik social. Analisis tokoh utama, dan nilai sastra.

(3)

kebiasaaan membaca. Kesemua ini terdapat dalam cerita /aẑ-ẑ l -khāinu/ serigala pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha yang penulis bahas.

Dalam penyususnan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang

penulis hadapi, baik hambatan dan rintangan yang datang dari diri penulis sendiri

ataupun dari pihak lain. Namun, penulis terus memohon kepada Allah swt dan terus

berusaha agar penyusunan skripsi ini berjalan lancar.

Penulis sadar bahwasanya skripsi ini masih jauh dari sempurna, terutama

dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu,

dengan kerendahan hati, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi perbaikan skripsi ini.

Harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini memberi manfaat bagi para

pembaca sekalian pada umumnya dan pada penulis khususnya. Amin.

Medan, Mei 2011

Penulis,

Devi Fajarwati

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Berkat ridha dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis

ingin sekali mengucapkan terimah kasih kepada:

1. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta ayahanda Misnan dan ibunda

Nurhayana yang begitu besar pengorbanannya dan meneburkan kasih saying dan

tak jemu-jemunya memberi dukungan moril maupun materil. Berkat do’a

keduanya penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.

2. Bapak Dr. Syahron , M.A. selaku Dekan Fakultas ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara. Bapak Dr. M.Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I.

Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Drs. Yuddi

Adrian M.A selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Pujiati , M.Soc.Sc.Ph.D selaku ketua Jurusan Program Studi bahasa

Arab dan ibu Dra. Fauziah, M.A selaku sekretaris Program Studi Bahasa Arab

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc.Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs.

Bahrum Saleh M.Ag selaku dosen pembimbing II, dan juga dosen pembimbing

akademik yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan

(5)

5. Kepada seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Arab pada khususnya dan

Staf Pengajar Fakultas Ilmu budaya Universitas Sumatera Utara pada umumnya

yang telah mendidik dan menuangkan ilmunya kepada penulis selama masa

perkuliahan.

6. Buat bang Andika selaku Staf Administrasi Jurusan Bahasa Arab yang sudah

membantu penulis dalam hal administrasi.

7. Buat bu Rahimah. Yang banyak memberikan masukan dalam penyusunan skipsi

ini.

8. Dan tak lupa buat adik-adik penulis Multi Guna Abadi dan Aulia Abidzah yang

sangat memberi semangat penulis selama dalam menjalankan skripsi.

9. Buat sahabat-sahabatku tersayang di kampus, Kia, Fitri, Ayu terimah kasih atas

persahabatan yang indah selama kita kuliah. Penulis sangat berterimah kasih atas

semua yang kalian berikan, dan mungkin tidak bisa penulis bayar, hanya Allah

yang dapat membalasnya.

10. Istimewa buat “My Heart”, yang tiada henti memberikan motivasi dan do’a

setulus hati kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

11. Buat teman- teman di stambuk 2007, Fateh, Ziah, Ucal,Zul.Darso, Unah, Desi,

Indah, Puput, Ai, Imai, Nadia, Ita, Fika, Azfar,Dini, penulis akan ingat dengan

masa-masa indah selama kita kuliah bersama 4 tahun.

12. Buat teman-teman di kos Surbakti, Uti (adik kecil q yg jail), Ayu, Dwi, Yuni,

Yoe, Roma, Ayaki, Nela, Juwita, Irma Jawa, Irma Naga, Ipeh, Yenika, dan

(6)

13. Buat keluarga besar penulis yang setia mendampingi dalam suka dan duka dalam

mengerjakan skipsi ini.

14. Buat teman-teman di kampus, bang Haris, Sutan, Bulan ,Enk, Ibnu, Dicki,Aman,

Radiah, Oza,Walimah, Nurul, Ciput, Pudin, Ummi.

15. Seluruh Mahasiswa Jurusan Sastra Arab yang tergabung dalam Ikatan

Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA).

16. Kepada seluruh pihak yang memebantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Medan, 21 Juni 2011

(7)

SINGKATAN

H : Tahun Hijriah

M : tahun masehi

SM : Sebelum Masehi

SH : Sebelum Hijriah

Q.S : Al-qura’an Surah

SWT : Subhanahu wa Ta’ala

SAW : Salllahu `alaihin wa Sallam

A.s : `Alaihi al-Salam

Ra : Radiyallahu `anhu

t.p : Tanpa penerbit

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAH KASIH ... iii

DAFTAR SINGKATAN ... iv BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cerita ... 10

2.2 Pengertian Pesan ... 11

2.3 Pengertian Tokoh ... 15

2.4 Pengertian Nilai Sastra ... 18

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sinopsis Cerita Anak / aẑ-ẑibu –l khāinu/ Serigala Pengkhianat/Karya ῑman Ṭaha ... 23

3.2 Biografi Pengarang Cerita Anak / aẑ-ẑibu –l khāinu/ Serigala Pengkhianat/ Karya ῑman Ṭaha ... 26

3.3 Pesan pada Cerita Anak / aẑ-ẑibu –l khāinu/ Serigala Pengkhianat/ Karya ῑman Ṭaha ... 27

3.4 Tokoh Utama pada Cerita Anak /aẑ-ẑibu –l khāinu/ Serigala Pengkhianat/ Karya ῑman Ṭaha... 29

3.5 Analisis Nilai Sastra Bagi Pendidikan Anak pada Cerita Anak / aẑ-ẑibu –l khāinu/ Serigala Pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha....32

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... .56

4.2 Saran...57

DAFTAR PUSTAKA

(9)

ABSTRAK

Analisis Nilai Sastra pada Cerita Anak / aẑ-ẑibu l- khāinu/ Serigala Pengkhianat/ Karya ῑman Ṭaha

Oleh: Devi Fajarwati

Nim: 070704005

Penulis mempersembahkan skipsi ini dengan judul “Analisis nilai sastra pada cerita anak / aẑ-ẑibu l- khāinu/ Serigala Pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti seminar skripsi di program studi bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam menganalisisnya, penulis menggunakan metode deskriptif dengan melalui perpustakaan (library research).

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pesan, tokoh utama, dan nilai sastra pada cerita anak Analisis nilai sastra pada cerita anak

/ aẑ-ẑibu l- khāinu/ serigala pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha dengan mengacu kepada teori Nurgiyantoro (2005).

Hasil dari pembahasan skipsi ini adalah bahwa:

Cerita binatang ini mempunyai dua bentuk pesan yaitu pesan religius dan kritik sosial. Adapun tokoh utama dalam cerita ini adalah serigala dan rubah. Adapun nilai sastra yang terdapat pada cerita ini adalah dalam bentuk:

1. Eksplorasi dan penemuan yaitu mengenai bentuk penyelesaian cerita

2. Perkembangan bahasa yairu mengenai bentuk dan struktur kalimat dalam cerita tersebut

3. Pengembangan nilai keindahan yaitu mengenai jenis kata yang mempunyai bunyi yang indah karena mempunyai baris akhir yang indah.

4. Wawasam multikultural yaitu mengenai asal negara dan kebudayaan masyarakat tersebut

(10)
(11)

ABSTRAK

Analisis Nilai Sastra pada Cerita Anak / aẑ-ẑibu l- khāinu/ Serigala Pengkhianat/ Karya ῑman Ṭaha

Oleh: Devi Fajarwati

Nim: 070704005

Penulis mempersembahkan skipsi ini dengan judul “Analisis nilai sastra pada cerita anak / aẑ-ẑibu l- khāinu/ Serigala Pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti seminar skripsi di program studi bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam menganalisisnya, penulis menggunakan metode deskriptif dengan melalui perpustakaan (library research).

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pesan, tokoh utama, dan nilai sastra pada cerita anak Analisis nilai sastra pada cerita anak

/ aẑ-ẑibu l- khāinu/ serigala pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha dengan mengacu kepada teori Nurgiyantoro (2005).

Hasil dari pembahasan skipsi ini adalah bahwa:

Cerita binatang ini mempunyai dua bentuk pesan yaitu pesan religius dan kritik sosial. Adapun tokoh utama dalam cerita ini adalah serigala dan rubah. Adapun nilai sastra yang terdapat pada cerita ini adalah dalam bentuk:

1. Eksplorasi dan penemuan yaitu mengenai bentuk penyelesaian cerita

2. Perkembangan bahasa yairu mengenai bentuk dan struktur kalimat dalam cerita tersebut

3. Pengembangan nilai keindahan yaitu mengenai jenis kata yang mempunyai bunyi yang indah karena mempunyai baris akhir yang indah.

4. Wawasam multikultural yaitu mengenai asal negara dan kebudayaan masyarakat tersebut

(12)
(13)

A. JUDUL : ANALISIS NILAI SASTRA DALAM CERITA ANAK

/Aẑ-ẑI`BU L -KHᾹ / SERIGALA PENGKHIANAT/

KARYA ῑMᾹN ṬAHA

B. BIDANG ILMU : SASTRA

C. LATAR BELAKANG MASALAH

Kata Sastra secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta. Akar kata sas- berarti “mengarahkan”, “mengajarkan”, memberi petunjuk atau memberi instruksi’. Akhiran – tra berarti “alat”, “sarana”. Maka kata sastra diartikan“alat untuk mengajar, buku petunjuk, untuk instruksi atau pengajaran” Teeuw (dalam Sutiasumarga, 2000 : 3).

Sedangkan dalam bahasa Arab kata sastra bermakna ./al-adabu/sastra

yang artinya bermacam–macam sesuai dengan zamannya seperti yang dikemukakan

oleh wahiba bahwa pada zaman permulaan Islam, adab berarti pendidikan,

pengajaran dan budi pekerti. Pada zaman bani Umayyah, kata adab mempunyai arti

pengajaran, sementara pada zaman Abbasyiah, adab pendidikan sekaligus pengajaran

(Sutiasumarga, 2002:1)

Menurut Mahmud memberi gambaran tentang adab sebagai berikut :

// al- adābu huwa al-kalāmu al- insānu al-balῑgi al-lazῑ yaqṣadu bihi ila ta siri fῑ ‘awatifi al-qurra’ I was as- sami ‘ina sawa ‘un akana syi’rān am nasran//

‘Sastra merupakan ungkapan manusia yang mengena yang dimaksudkan untuk memberikan kepada pembaca dan pendengar, baik itu yang berupa syair ataupun prosa (Mahmud, 1999 : 10).

Sastra berfungsi sebagai penghibur sehingga nilai moral dan sosial yang

(14)

cipta manusia yang dapat juga dikategorikan sebagai media hiburan (Wellek, 1989

:30).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sastra memiliki sifat otonom, yakni

tidak mengacu pada sesuatu yang lain, ia bebas. Kebebasan yang begitu luas bagi

pengarang atau penulis dalam memilih aliran apa yang akan ia gunakan, atau

diungkapkannya, atau bagaimana gaya bahasa dan pengucapannya. Namun

pengarang atau penulis tersebut harus mampu membentuk ekspresinya yang

mengandung ajaran moral ataupun kultural.

Secara umum karya sastra dalam bahasa Arab, diklasifikasikan menjadi dua 2

(dua) bagian, yaitu prosa dan puisi. Prosa dalam bahasa Arab disebut dengan /

al-nastru / dan puisi disebut dengan - ru/

(Yunus, 1989:178,123) atau / /al-naẓmu /(munawir, 1984:724)

Menurut Sutiasumarga (2000:3-4) Prosa dapat di bagi kedalam beberapa bagian

diantaranya:

1. Khutbah (pidato)

Yaitu sekumpulan cara yang harus diikuti oleh seorang orator pada saat berpidato

didepan orang, seperti bagaimana meninggikan atau merendahkan bahasa dan

lain-lain.khutbah terdiri dari beberapa alinea. Kalimat khutbah biasanya pendek-pendek,

kata-katanya jelas, mempunyai arti yang dalam, setiap dua kalimat atau lebih

kadang-kadang diakhiri dengan huruf yang sama (berirama), ringkas, dan didalamnya

(15)

2. Wasiyyat

Yaitu nasehat dari seseorang yang ditujukan kepada orang lain yang ia muliakan,

seperti anaknya atau saudaranya, agar mereka mau menuruti apa yang dikatakannya.

Prosa ini biasanya dilakukan pada seseorang yang akan mati, saat akan bepergian,

atau saat akan berpisah, ciri-ciri wasiat hamper sama dengan pidato: kalimatnya

pendek-pendek, ada rima di akhir setiap dua kalimat atau lebih, ada hikmah dan

peribahasa di dalamnya, tapi biasanya lebih pendek dari khutbah.

3. Hikmat (kata-kata hikmah)

Yaitu ungkapan pendek yang menggambarkan pengalaman tertentu. Biasanya,

menggambarkan adat istiadat suatu bangsa, kata-katanya ringkas, maknanya jelas,

berisi pemikiran yang baik dan mendalam.

4. Matsal ( peribahasa)

Yaitu ungkapan pendek yang beredar di masyarakat yang berisi tentang pikiran

yang bijak tentang aspek kehidupan manusia yang berubah-ubah. Biasanya,

berbentuk kata-kata majaz yang cenderung imajinatif dan mudah dihafal.

Ciri matsal hampir sama dengan hikmah. Bedanya, adalah kalau hikmah hanya

berisi petunjuk untuk melakukan jalan yang baik dan melarang pada jalan yang salah,

sedangkan peribahasa tidak harus seperti itu. Hikmah tidak terikat pada suatu cerita

atau kejadian, sedangkan matsal teriakat. Hikmah tidak harus dikenal oleh

masyarakat, sedangkan matsal harus. Kalau tidak, ungkapan itu tidak akan disebut

(16)

5. Qishah ( cerita)

Cerita panjang tentang kejadian-kejadian masa lalu, yang diceritakan secara lisan

pada masyarakat yang belum pernah mengalami kejadian semacam itu, misalnya

tentang kejadian-kejadian yang menegangkan, perang, atau petualangan.

Objek cerita binatang yang penulis analisis termasuk bagian karya sastra bahasa

arab yaitu qishah (cerita), karena cerita binatang tersebut merupakan kisah masa lalu,

kehidupan bintang di hutan yaitu binatang serigala, rubah, anjing, keledai dan

binatang lainnya.cerita tersebut menggurutkan kejadian hingga akhir peristiwa

persahabatan binatang yang tinggal di hutan.

Sebagaimana dikatakan oleh Ma’luf (1997 : 5) sebagai berikut :

//‘ilmu yahtaziru bihi min al-khilali fῑ al-kalami al-‘a rabi lafzān wa kitabatan/

‘Sastra adalah ilmu yang memelihara keindahan bahasa arab baik secara lisan maupun tulisan’.

Berdasarkan pendapat diatas dipahami sastra mengkaji hal-hal yang berkaitan

dengan sebuah karya berupa syair, prosa dalam bentuk fiksi, novel,dan cerpen.

Pengkajian terhadap karya sastra seperti pengkajian terhadap karya fiksi berarti

penelahan, penyelidikan atau mengkaji, dengan menyelidiki karya fiksi tersebut.

Untuk melakukan pengkajian terhadap unsur-unsur pembentuk karya sastra,

khususnya fiksi, pada umumnya disebut sebagai upaya menganalisis.

Fiksi dapat diartikan cerita rekaan namun penyebutan karya fiksi lebih

(17)

(Nurgiyantoro, 1995:8).Untuk menganalisis karya fiksi Nurgiyantoro (1995:30)

menyarankan pada pengertian mengurai karya itu atas unsur-unsur pembentuknya,

yaitu berupa unsur instrinsik dan ekstrinsik.Unsur instrinsik adalah unsur cerita fiksi

yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk kategori

ini misalnya adalah tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, latar,dan sudut pandang.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar teks fiksi yang

bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap bangun kisah yang diceritakan,

langsung atau tidak langsung misalnya jati diri pengarang, pandangan hidup, dan

kondisi sosial budaya masyarakat (Nurgiyantoro, 2005 : 222).

Karya sastra tidak hanya di tujukan untuk orang dewasa saja, pada saat ini ada juga sastra untuk anak-anak. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, yang dapat di lihat dan di pahami melalui mata anak-anak (Tarigan, 1995:5).

Bahasa yang digunakan dalam sastra anak adalah bahasa yang dipahami oleh anak, yaitu bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak. Pesan yang disampaikan berupa nilai-nilai, moral,dan pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak-anak. Dengan demikian, sastra anak adalah sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak wajar. Misalnya, kisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan seperti layaknya manusia (Nurgiyantoro, 2005 : 7).

(18)

Dalam mengkaji sastra anak yang tidak terlepas dari kajian mengenai cerita

fiksi anak. Sebagai sebuah karya sastra, cerita fiksi mesti menampilkan cerita, isi

cerita tersebut di jalin dalam sebuah rangkaian alur yang menampilkan berbagai

peristiwa dan tokoh yang jalin-menjalin secara serasi yang dikemas dalam bahasa

narasi dan dial. Cerita fiksi anak dapat dikelompokkan kedalam fiksi realistis, fiksi

fantasi, fiksi formula, fiksi sejarah, fiksi sains, dan fiksi biografis.

Cerita binatang / aẑ-ẑI`bu l-khā / serigala pengkhianat/ karya imān Ṭaha terdiri dari 15 halaman. Dan penulis menterjemahkan sendiri cerita tersebut.

Cerita binatang / aẑ-ẑI`bu l-khā / serigala pengkhianat/ karya imān Ṭaha merupakan salah satu cerita dari kumpulan hikayatu ummi, yang menceritakan

tentang persahabatan antara dua binatang yaitu serigala dan rubah, mereka berdua

bersahabat erat dan saling membantu satu sama lain. Akan tetapi pada suatu hari

serigala iri hati kepada rubah karena rubah telah mencari makanan.

Dengan analisis sastra bagi pendidikan anak-anak adalah merupakan langkah

yang tepat untuk lebih menyempurnakan analisis karya sastra berupa cerita pendek.

Penulis tertarik dengan cerita // aẑ-ẑI`bu l-khā / serigala

pengkhianat/ karya ῑmānṭaha sebagai objek penelitian dikarenakan belum pernah diteliti sebelumnya di Program Studi Bahasa Arab (USU). Cerita ini dalam bahasa

Arab dan memiliki terjemahan dalam bahasa Indonesia berkisah tentang binatang

(19)

Dengan demikian judul proposal yang diambil adalah / serigala

pengkhianat/ karya ῑmān Ṭaha. Cerita ini sangat bermakna dengan mengajarkan pendidikan moral, tentang persahabatan,kerjasama, dan kerukunan. Dalam cerita ini

juga di jumpai nilai sastra yang menjadi judul yang akan peneliti bahas. Cerita

tersebut sangat bemanfaat khusunya dalam mendidik anak-anak, Dalam memahami

arti dari sebuah kesetiaan kepada teman dan mengajarkan kepada kita tentang

kejujuran, bahasa yang digunakan dalam cerita ini mudah dipahami oleh anak-anak

sehingga mereka bisa mengetahui maksud dari cerita tersebut. Selain bahasa yang

mudah di pahami cerita ini juga mencantumkan gambar tentang bagaimana kejadian

itu dari awal hingga akhir cerita yang dipaparkan secara jelas dan teratur.

Adapun teori yang penulis pakai untuk nilai sastra bagi pendidikan anak-anak,

pesan yang terdapat dalam cerita tersebut, dan tokoh utama di dalam cerita

/ aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala penngkhianat/ karya ῑmān Ṭaha adalah teori nilai sastra dari buku sastra anak karya menggunakan buku Nurgiyantoro.

D. BATASAN MASALAH

Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari pembahasan yang dikehendaki,

maka penulis membuat batasan masalah yang meliputi :

1. Bagaimana pesan dalam sastra anak pada cerita anak / aẑ-ẑibu

l-khāinu/ serigala pengkhianat/ karya ῑman Ṭaha

2. Bagaimana tokoh utama dalam cerita anak / / aẑ-ẑibu l- khāinu /

(20)

3. Bagaimana nilai sastra bagi pendidikan anak-anak dalam cerita

aẑ-ẑibu l-khāinu/ Serigala Pengkhianat karya ῑmān Ṭaha

E. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pesan dalam sastra anak dalam cerita anak / aẑ-

- / mān Ṭaha

2. Untuk mengetahui tokoh utama dalam cerita anak /

aẑ- ẑ - / Serigala Pengkhianat/ karya ῑmān Ṭaha

3. Untuk mengetahui nilai sastra bagi pendidikan anak-anak dalam cerita anak

/ aẑ- ẑ - / Serigala Pengkhianat karya ῑmān Ṭaha

F. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

Dengan penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat dalam memperkaya

pengetahuan kesusastraan kita, antara lain :

1. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang sastra anak di Program

Studi Fakultas Sastra USU.

2. Untuk memotivasi masyarakat pembaca sastra khususnya anak-anak dalam

memahami nilai pendidikan pada cerita anak.

3. Untuk menjadi referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin meneliti

(21)

H. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research) dengan

menggunakan analisis deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan mendeskripsikan data dalam

fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya untuk kemudian dianalisis.

Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin peneliti memakai

pedoman transliterasi Arab-latin yang diterbitkan olem Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan bekerja sama dengan Menteri Agama yang tertuang dalam SK No. 158

tahun 1987 dan No.0543b/ U/1987 pada tanggal 22 Januari 1988.

Adapun tahap- tahap pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan dan mengidentifikasikan data-data serta literatur yang dianggap

berhubungan dengan analisis nilai sastra anak pada cerita anak/ / aẑ-

- / serigala pengkhianat/ karya ῑmān Ṭaha

2. Melakukan pembacaan dan pencatatan berulang-ulang terhadap data yang sudah

dikumpulkan dan diidentifikasi sebagai bahan rujukan

3. Mendeskripsikan data-data dan literatur serta menyusunnya secara sistematis

dalam bentuk laporan awal.

4. Menganalisis data-data dalam cerita anak/ / aẑ- - / serigala

pengkhianat/ karya ῑmān Ṭaha dan menyusunnya dalam bentuk skripsi.

(22)

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cerita

Ilmu sastra mempunyai bermacam-macam jenis wacana (genre). Menurut

Warren Wallek (1995:298) bahwa genre sastra bukan sekedar nama, karena konvensi

sastra yang berlaku pada suatu karya membentuk ciri karya tersebut. Menurutnya,

teori genre adalah suatu prinsip keteraturan. Sastra dan sejarah diklasifikasikan tidak

berdasarkan waktu dan tempat, tetapi berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra

tertentu. Genre sastra yang umum dikenal adalah puisi, prosa dan drama.

Menurut Nurgiyantoro (1998:1) dunia kesusastraan mengenal prosa

(Inggris:prose) sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain.

Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative

text) atau wacana naratif (narrative discourse). Istilah fiksi dalam pengertian ini

berarti cerita rekaan atau cerita khayalan.

Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen. Foster (dalam

Nurgiyantoro, 1995:91) mengartikan cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian

yang sengaja disusun berdasarkan waktu. Cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang

terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi. Kenny

(23)

Fabel (cerita binatang) termasuk kedalam prosa, dan prosa dalam istilah

kesusastraan sering disebut pula dengan istilah fiksi, teks naratif atau wacana naratif.

Istilah ini berarati bahwa fiksi berarti cerita kahyal atau cerita rekaan.

Semi (1988:79) mengatakan :

“Dongeng adalah cerita khayal atau fantasi yang mengisahklan tentang

keanehan dan keajaiban sesuatu seperti menceritakan tentang sal mula suatun tempat

atau suatu negeri, atau mengenai peristiwa-peristiwa yang aneh dan menakjubkan

tentang kehidupan manusia atau binatang. Bila yang didongengkan itu menyangkut

tentang hal ikhwal kejadian, sifat atau tingkah laku binatang, dongeng itu biasanya

disebut fabel.

Ahli sastra Arab Wahbi menyebutkan bahwa:

// ḥikāyatu -l-ramziah hiya ḥikāyatun khayāliyyatun turmilā ibrāzi mugazzῑ khuluqiy yuẑkaru fῑ awwali ikāyatin aw ākhirahā, wakhāṣṣatan mā yumaṡṡilu fῑhi al-hayawānu dawra -l-insāni fῑ al-kalāmi wa al-amal// `fabel adalah cerita kahyal ( cerita rekaan) yang disebutkan pada bagian awal atau pada bagian akhirnya pemunculan unsur-unsur akhkak (etika, budi pekerti). Cerita ini khusus cerita yang didalamnya terdapat hewan (binatang)m yang berperan sebagai manusia, baik dalam dialognya ataupun dalam tindak tanduknya (perilaku).

Berdasarkan definisi di atas, dapatlah disimpulkan bahwa fabel adalah cerita

khayal (fiksi) penuh hikmah yang didalamnya terdapat tokoh-tokoh hewan atau benda

yang berkelakuan seperti perilaku manusia yang tujuannya adalah untuk memberikan

(24)

2.2 Pengertian Pesan

Setiap cerita atau kisah akan mengadung pesan untuk di sampaikan kepada

khalayak pembaca.Pesan adalah bagian dari unsur instrinsik di antara unsur-unsur

lainnya dalam sebuah karya sastra, unsur-unsur tersebut yaitu: tema, alur/plot,

penokohan, gaya bahasa. Sudut pandang.pesan merupakan hikmah yang dapat

diambil dari sebuah cerita untuk dijadikan sebagai cermin maupun pandangan hidup.

Melalui pesan-pesan moral yang terungkap dalam cerita, sikap, dan tingkah laku

tokoh-tokoh itulah, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah untuk di terapkan

dalam kehidupan ( Nurgiyantoro, 1995:321).

Pesan adalah merupakan ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan

oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan

secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah

laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula

disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan,

nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagsan pesan itu. Hal ini

selalu juga dikenal sebagai amanah dari sebuah karangan.

Dalam Kamus Al- Maurid (1988:573) dijelaskan bahwa kata amanat dalam

bahasa Arab disebut dengan:

/risālatun: khitābun, maktbun, muhimmatun wājibun au hadafun lil hayāti/

(25)

Nurgiyantoro dan Luxemburg (1995:121) membagi pesan menjadi dua yaitu:

pesan religius, dan pesan kritik sosial.

1. Pesan Religius/ Keagamaan

Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu

keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan , sastra tumbuh dari sesuatu yang

bersifat religius. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mangun Wijaya : Pada

awalnya segala sastra adalah religius. Istilah “religius” yang berkonotasi pada

makna agama. Religius dan agama memang berkaitan erat, bahkan dapat

melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya mempunyai

makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian

kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Religius, di pihak lain,

melihat aspek yang ada di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi manusia.

Dengan demikian religius bersifat lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang

tampak, formal, resmi (Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro: 326-327).

Religius bermakna kepercayaan kepada Tuhan akan adanya kekuatan di

atas manusia, misalnya kepercayaan animisme, dinamisme. Agama adalah

kesalehan dapat di peroleh melalui pendidikan misalnya meneliti penyebab

terjadinya petir sehingga di ketahui pula siapa yang menjadikan peristiwa alam

itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2003:943)

2. Pesan Kritik Sosial

Setiap karya sastra yang berbentuk kisah juga didapati pesan kritik sosial

yang mengungkapkan tentang kehidupan masyarakat. Kritik sosial adalah

(26)

(KBBI). Kritik adalah kecaman dan anggapan, kadang-kadang disertai uraian

dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karaya, pendapat dan

sebagainya. Sedangkan kata sosial adalah lazimnya berkenaan dengan

masyarakat. Amanat dalam bentuk pesan kritik sosial yakni pesan berupa kritik

sosial di mana pengarang memberi kritikan atas kehidupan sosial di lingkungan

tertentu sesuai dengan realitas yang ada.

Kritik sosial yang ada didalam kisah tersebut dapat dimengerti sesuai

interpretasi pembaca. (hartoko,1992:63). Satra mengandung pesan kritik dapat

juga disebut sebagai kritik sastra kritik ini biasanya akan lahir di tengah

masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang baik atau kurang menyenangkan

dalam kehidupan sosial masyarakat. Paling tidak, hal itu dalam penglihatan dan

dapat dirasakan oleh pengarang yang berperasaan peka. Pengarang umumnya

tampil sebagai pembela kebenaran dan keadilan, ataupun sifat-sifat luhur

kemanusiaan.Hal- hal yang memang salah dan bertentangan dengan sifat-sifat

kemanusiaan tidak akan di tutupi. (Nurgiyantoro, 1995: 331).

2.3Pengertian Tokoh

Masalah tokoh dan perwatakan ini merupakan salah satu hal yang

kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting dan bahkan menentukan, karena tidak

mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya

membentuk alur cerita.

(27)

oleh pembaca, dan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh

(Nurgiyantoro,1995:165) .

Abrams (dalam Nurgiyantoro,1995:165) tokoh cerita adalah orang-orang yang

ditampilkan dalam suara karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilakukan dalam tindakan sang tokoh.

Tepatnya tokoh cerita yakni sebagai pelaku yang di kisahkan perjalanan

hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur cerita, baik sebagai pelaku maupun penderita

berbagai peristiwa yang diceritakan. Dalam cerita fiksi anak ; tokoh cerita tidak harus

berwujud manusia, seperti anak-anak atau orang dewasa lengkap dengan nama dan

karakternya, melainkan juga dapat berupa binatang atau suatu objek yang lain yang

biasanya merupakan bentuk personifikasi manusia yang selalu disukai oleh

anak-anak. Dalam hal ini anak juga dapat menerima secara wajar percakapan yang terjadi

antara manusia dan binatang (Sastra anak Nurgiyantoro,2005:222-223).

Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi

bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan (karakterisasi) dapat diperoleh dengan

memberi gambaran mengenai tindak tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa

yang dikatakan dengan apa yang dilakukan dalam kisah itu.

Pada umumnya, fiksi mempunyai tokoh utama (a central character), yaitu

orang yang ambil bagian dalam sebagian besar peristiwa dalam cerita, biasanya

peristiwa atau kejadian-kejadian itu menyebabkan terjadinya perubahan sikap

(28)

Misalnya setelah membaca peristiwa itu pembaca menjadi benci, menjadi senang

atau menjadi simpati kepadanya.

Menurut Semi (1998:39-40), cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan

tokoh dalam fiksi ada dua macam, yakni : a) secara analitik b) secara dramatis.

a) Secara analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau

karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras

kepala, penyayang, dan sebagainya.

b) Secara dramatis,yaitu penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan

langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui:

(1) Pilihan nama tokoh (misalnya nama seperti sarinem untuk babu; mince

untuk gadis yang rada-rada genit, bonar untuk nama tokoh yang garang dan

gesit, dan seterusnya.

(2) Melalui penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah

laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungan, dan seterusnya

(3) Melalui dialog, baik dialog tokoh yang bersangkutan dalam interaksinya

dengan tokoh-tokoh lain.

Pada umumnya, pengarang memilih cara campuran, mempergunakan teknik

langsung dan tidak langsung dalam sebuah karya misalnya dalam cerita anak,

tokoh-tokoh cerita itu mudah diidentifikasikan sehingga anak akan mudah menemukan hero

(kepahlawanan) pada diri tokoh yang bersangkutan.

Adapun klasifikasi dan pembedaan tokoh dalam suatu karya fiksi tergantung dari

(29)

Untuk lebih jelasnya, pembedaan tokoh menurut Nurgiyantoro (1995: 176-190)

adalah:

a) Tokoh utama dan tokoh tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang

bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai

pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Di sisi lain, pemunculan

tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dianggap penting dan

kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung

maupun tidak langsung.

b) Tokoh protagonis dan antagonis

Tokoh protagonist adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya

secara popular disebut hero. Tokoh yang merupakan pembawa norma-norma,

nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Alternberrnd dan Lewis, dalam Nurgiyantoro, 1995:178).

Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut juga tokoh antagonis. Tokoh ini,

barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonist secara langsung

ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.

c) Tokoh sederhana dan tokoh bulat

Tokoh sederhana dan tokoh tambahan (simple atau flat character), tokoh yang

hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, suatu sifat atau watak yang tertentu

saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tak diungkapkan tentang berbagai

kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat

memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana

(30)

( Nurgiyantoro, :181-182).

Dalam hal ini penulis membatasi kajian hanya membahas tentang karakter tokoh

utama saja dalam cerita /aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala pengkhianat.

2.4 Pengertian Nilai Sastra

Bergaul dengan sastra, anak-anak memperoleh berbagai manfaat,nilai buat dirinya sendiri. Dengan kata lain, sastra dapat memberi nilai instrinsik bagi anak-anak. Pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan paraktis bagi anak.

(Wahidin:2009/http://makalahkumakalahmu.-Wordpress.com/2009/03/18/ hakikat-sastra-anak/).

Purwadarminta dalam Departemen Pendidikan (1998:245) mengartikan nilai sebagai kadar isi yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kemanusiaan. Bertolak dari pengertian itu, maka dalam suatu karya sastra akan terkandung banyak nilai , yaitu nilai sastra itu sendiri yang lebih cenderung pada nilai estetis, juga terdapat nilai-nilai budaya,sosial, keagamaan dan nilai-nilai moral.

Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan sejak anak masih belum dapat berbicara dan belum dapat membaca. Nyanyian-nyanyian yang biasa didendangkan seorang ibu untuk membujuk agar si buah hati segera tertidur atau sekedar untuk menyenangkan, pada hakikatnya juga bernilai kesastraan dan sekaligus mengandung nilai yang besar andilnya bagi perkembangan kejiwaan anak, misalnya nilai kasih sayang dan keindahan (Nurgiyantoro, 2005 : 35-36).

Nurgiyantoro (2005:41) menyatakan nilai sastra untuk anak-anak terbagi ke

dalam dua bagian besar, niai personal dan nilai pendidikan.

1. Nilai Personal

a. Perkembangan Emosional

Anak usia dini yang belum dapat berbicara, atau baru berada dalam

(31)

sudah ikut tertawa-tawa ketika diajak bernyanyi bersama sambil bertepuk

tangan. Anak akan tampak menikmati lagu-lagu bersajak yang ritmis dan larut

dalam kegembiraan.

b. Perkembangan Intelektual

Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh “kehebatan” kisah yang

menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita menampilkan urutan kejadian

yang menampilkan yang mengandung logika pengaluran. Logika pengaluran

memperlihatkan hubungan antar peristiwa yang di perani oleh tokoh baik

protagonist maupun antagonis.

c. Perkembangan Imajinasi

Berhadapan dengan sastra, baik yang berwujud suara maupun tulisan,

sebenarnya kita lebih berurusan dengan masalah imajinasi, Sesuatu yang

abstrak yang berada di dalam jiwa, sedang secara fisik sebenarnya tidak

terlalu berarti.

d. Pertumbuhan Rasa Sosial

Bacaan cerita mendemonstrasikan bagaimana tokoh berinteraksi dengan

sesama dan lingkungan. Bagaimana tokoh-tokoh itu saling berinterksi untuk

kerja sama, saling membantu, bermain bersama, melakukan aktivitas

keseharian bersama, menghadapi kesulitan bersama, membantu mengatasi

kesulitan orang lain, dan lain-lain yang berkisah tentang kehidupan bersama

(32)

e. Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius

Selain menunjang pertumbuhan dan perkembangan unsur emosional,

intelektual, imajinasi, dan rasa sosial, bacaan cerita sastra juga berperan dalam

perkembangan aspek personalitas yang lain, yaitu rasa etis dan religius.

2. Nilai Pendidikan

a. Eksplorasi dan Penemuan

Ketika membaca cerita, pada hakikatnya anak dibawa untuk melakukan

sebuah eksplorasi, sebuah penjelajahan, sebuah petualangan imajinatif, ke

sebuah dunia relatif yang belum dikenalnya yang menawarkan berbagai

pengalaman kehidupan.

Berhadapan dengan cerita, anak dapat di biasakan mengkritinya,

misalnya ikut menebak sesuaatu seperti dalam cerita detektif dan misterius,

menemukan bukti-bukti, alasanbertindak,menemukan jalan keluar kesulitan

yang dihadapi tokoh, dan lain-lain termasuk mempredisikan bagaimana

penyelesaian kisahnya.

b. Perkembangan Bahasa

Sastra adalah sebuah karya seni yang bermediakan bahasa, maka aspek

bahasa memegang peran penting di dalamnya. Sastra tidak lain adalah suatu

bentuk permainan bahasa, dan bahkan dalam genre puisi unsur permainan

tersebut cukup menonjol.

Bacaan sastra untuk anak yang baik antara lain adalah yang tingkat

(33)

justru kurang meningkatkan kekayaan bahasa anak. Peningkatan penguasaan

bahasa anak tersebut harus dipahami tidak hanya melibatkan kosakata dan

struktur kalimat.

c. Perkembangan Nilai Keindahan

Ketika anak berusia1-2 tahun dinina bobokkan dengan nyanyian dengan

kata-kata yang bersajak dan berirama indah, anak sebelumnya belum dapat

memahami makna di balik kata–kata itu, tetapi sudah dapat merasakan

keindahanya. Hal itu dapat dilihat dari reaksi anak, misalnya yang berupa

ekspresi wajah yang ceria dan tertawa, atau gerakan anggota tubuh yang lain.

Keindahan dalam genre fiksi antara lain dicapai lewat bahasa yang tepat.

Artinya, aspek bahasa itu mampu mendukung hidupnya cerita, mendukung

ekspresi sikap dan perilaku tokoh, mendukung gagasan tentang dunia yang

disampaikan, dan dari aspek bahasa itu juga dipilih kata, struktur, dan

ungkapan yang tepat.

d. Penanaman Wawasan Multikultural

Berhadapan dengan bacaan sastra, anak dapat bertemu dengan wawasan

budaya berbagai kelompok sosial dari berbagai belahan dunia. Lewat Sastra

dapat di jumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang mencerminkan

budaya suatu masyarakat yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Sastra

tradisional atau folklore, misalnya, mengandung berbagai aspek kebudayaan

tradisioanal masyarakat pendukungnya, maka dengan membaca cerita

(34)

diperoleh pengetahuan dan wawasan tentang kebudayaan masyarakat yang

bersangkutan.

e. Penanaman Kebiasaan Membaca

Kata–kata bijak yang mengatakan bahwa buku adalah jendela ilmu

pengetahuan, buku adalah jendela untuk melihat dunia, menemui relevansinya

yang semakin kuat dalam abad informasi dewasa ini. Adanya arus global yang

melanda dunia dan yang mengandaikan semakin cepatnya arus informasi dari

berbagai belahan dunia hanya dapat diikuti dengan baik jika orang mau

membaca.

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada pengkajian tentang

nilai sastra bagi pendidikan anak. Aspek-aspek nilai pendidikan tersebut

berupa: eksplorasi dan penemuan, Perkembangan bahasa, perkembangan nilai

keindahan,penanaman wawasan multikultural, penanaman kebiasaan

(35)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 SINOPSIS

Cerita ini merupakan cerita tentang persahabatan dua binatang yaitu serigala

dan rubah, kemudian salah satu dari mereka berkhianat kepada temannya.

Pada zaman dahulu kala, tersebutlah serigala dan rubah dua sahabat yang

keduanya memiliki kekuatan yang sama. Mereka berdua keluar mencari makanan dan

biasanya saling membantu dalam perburuan untuk menghilangkan rasa lapar mereka.

Waktu pun berlalu, kemarau melanda desa dan hutan hingga semua bunga layudan

mati, begitu pula burung-burung dan hewan kecil yang tidak kuat menahan lapar dan

haus. Sementara serigala dan rubah termasuk hewan yang sanggup makan 1 kali

dalam sepekan atau lebih di waktu-waktu tertentu.

Suatu hari, rubah pergi dan menghilang cukup lama, sehingga serigala berkata

dalam hatinya: semoga hari ini ia berhasil dalam berburu dan mengajakku makan

dengan angsa yang gemuk atau itik atau barang kali ia berburu domba jantan yang

kecil yang sedang berada disisa hidupnya sakarat akibat kemarau ini.Akhirnya rubah

pun kembali dan serigala itu langsung bertanya tentang sebab menghilangnya ia. Ia

melihat dengan pandangan penuh selidik, terlihat tubuh rubah telah kembali cekatan

dan kuat maka tahulah serigala itu bahwasanya rubah telah berburu suatu buruan dan

memakannya sendiri tanpa mengajak serigala untuk timbulah niat di hati serigala

(36)

Keesokan harinya ( pada hari yang berikutnya) rubah pun pergi dan

mengikutinya dari jauh, ketika rubah menoleh ke belakang, serigala segera

bersembunyi di belakang pohon, hingga sampailah rubah itu di desa yang terletak

sangat jauh dari hutan.

Serigala mengamati dari jauh apa yang terjadi. Ia melihat rubah masuk ke salah

satu kandang dan menghilang selama lebih dari 1 jam. Kemudian ia keluar dan

perutnya telah penuh dengan makanan. Akan tetapi, serigala tidak memikirkan lama

tentang kepergian rubah.

Serigala memikirkan untuk dengan rubah. Ia pergi menemui keledai dan ia

berhenti di samping pohon dan mencoba menggungkapkan perasaanya dan berbicara

dengan suara pelan serta sesekali menangis, ia mengadu kepada keledai: apa

pendapatmu tentang seorang teman yang telah berteman lama kemudian dia

mengkhianatiku?. Ia pergi untuk makan tanpaku. Apa pemdapatmu jika

meninggalkanku kelaparan sementara ia sudah kenyang? Keledai pun mencoba

membantu dengan jawaban jangan marah wahai serigala, mungkin ialupa

memanggilmu untuk makan karena rasa laparnya yang kuat, serigala menyahut:

Tidak, tidak…..ia tidak pergi 1 kali tapi dua kali atau tiga kali dalam seminggu,

bukankah itu artinya ia bermaksud tidak mengajakku bersamanya hingga dia tidak

perlu memebagi makanan itu menjadi dua. Sesungguhnya ia tamak wahai tuan.

Keesokan harinya keledai mendengar suara gongongan anjing, ia pun

menyapanya,selamat pagi sahabatku. Anjing menyahut “selamat pagi” kemudian ia

(37)

diskusikan denganmu. Silahkan ya sahabatku, sahut anjing: aku siap

mendendengarkannya, keledai itu berkata,ada perselisihan diantara rubah dan

serigala. Dan serigala itu memintaku untuk ikut campur memperbaiki hubungan dan

membalas ketidak adilan yang dibuat oleh rubah lalu keledai menceritakan kisahnya

kepada anjing.anjing berpikir sesaat kemudian berkata kepada keledai: wahai

sahabatku apakah ingin nasihat dariku.

Keledai menyahut, tentu. Lalu anjing melanjutkan perkataaanya: jangan ikut

campur, mereka berdua itu hewan yang buruk perangainya, sedangkan kita lembut.

Mereka berdu itu juga penipu dan mereka bisa menyelesaikan urusannya sendiri baik

dengan cara damai ataupun kekerasan,jadi jauhilah urusan ini wahai temanku. Anjing

itu segera pergi setelah menyelesaikan kata-katanya pada keledai lalu ia memberi

peringatan kepada petani-petani untuk berhati-hati dari rubah. Lalu petani- petani itu

pun mengawasi selama beberapa malam hingga rubah itu tertangkap dan mereka

mengirimnya ke kebun binatang sebagai hadiah fahamlah keledai itu sekarang,

ternyata serigala itu memperalatnya untuk memberi tahu hal itu kepada anjing hingga

rubah pun tertangkap.

Suatu hari anjing berbaring dibawah pohon rindang kelelahan sehabis mencari

makanan lalu ia melihat serigala kelelahan sehabis mencari makanan. Ia melihat

serigala dari jauh yang sedang menuju ke desa dengan cepat anjing itu mengikutinya

dengan pandangannya hingga serigala itu bersembunyi.

Beberapa waktu kemudian, serigala lewat di depan anjing dan melihat ke

arahnya dengan pandangan yang menipu. Ia lalu mengucapakan salam, anjing

(38)

Pada suatu malam yang gelap, keledai dan anjing mendengar lolongan dan

suara-suara petani dan burung-burung yang menakutkan berasal dari desa. Kemudian

mereka berdua pergi untuk melihat apa yang terjadi, mereka mendapati petani-petani

yang setelah mengambil pelajaran dari yang pernah dilakukan rubah terhadap

binatang ternak mereka. Ternyata mereka sudah menunggu serigala semenjak ia

menyerang salah satu kandang ternak, maka petani-petani itu menangkapnya sebelum

ia berhasil masuk kekandang ternak yang kedua. Akan tetapi serigala itu mencoba

melarikan diri sehingga petani-petani itu memukulinya dan serigala luka-luka dan

akhirnya ia mati. Keledai lalu menoleh ke sahabatnya anjing lalu berkata: “ barang

siapa yang menggali lubang untuk saudaranya dia sendiri yang jatuh ke dalamnya”.

Anjing pun menjawab : “ benar sahabatku inilah balasan untuk orang yang memfitnah

lagi berkhianat. Seandainya saja, serigala itu memberitahu rubah akan hal yang

dikerjakannya itusehingga ia dapat kembali dalam kebenaran, tetapi memang

keduanya itu merugi hidupnya karena ketamakan akan harta.

3.2 Biografi Pengarang

Biografi pengarang dari kisah yang berjudul / aẑ-ẑibu l-khāinu/

Serigala Pengkhianat. Penulis dapatkan dari penelusuran yang panjang melalui

perpustakaan dan internet maka ditemukan biaografinya sebagai berikut.

ῑman Ṭaha salah seorang pengarang cerita anak yang produktif dan masyhur

beliau kelahiran Mesir dilahir pada tanggal 06 Desember 1984, tidak ada informasi

(39)

keluarganya apakah dari kalangan sastrawan atau bukan, begitu juga tidak ada catatan

tentang latar belakang pendidikannya. Dari tanggal lahirnya sampai saat sekarang ini

ῑman Ṭaha berusia lebih kurang 26 tahun termasuk usia muda bagi seorang sastrawan

atau pengarang ataupun penulis.

http://www.evapharma.com/ar/doctors/TAHA-MOHARAM-IMAN.php

3.3 Pesan pada cerita anak / aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala pengkhianat. Setiap cerita dapat dianalisis dari berbagai sisi, penulis menghkususkan pada

penganalisissan pesan. Analisis pesan ini akan membahas mengenai pesan yang

terdapat pada cerita / aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala pengkhianat cerita ini terdapat dua jenis pesan yaitu pesan religius dan pesan kritik sosial.

3.3.1 Pesan religius/ keagamaan

Pesan adalah ajaran moral atau nasihat yang ingin disampaikan oleh

pengarang kepada pembaca, melalui karyanya. Sedangkan pesan religius adalah

ajaran moral atau nasihat yang di sampaikan oleh pengarang ditujukan kepada

halayak atau pembaca, berisikan pedoman kehidupan menyangkut akhlak alkarimah

dan ajaran agama. Ajaran moral ini akan membekas pada diri si pembaca atau

pendengar cerita dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Pesan yang dapat dicermati atau dipahami dalam cerita / aẑ-ẑibu

(40)

Pada kisah ini serigala berkhianat kepada rubah. Pengkhianat yang

dilakukannya oleh serigala kepada temannya si rubah itu, pada akhirnya mengenai

dirinya sendiri. Sebagaimana ungkapan dalam sebuah kata mutiara (al-hikam)

// Man ḥafara ḥufratan li akhihi waqaa fῑhā//

`Barang siapa yang menggali lubang untuk saudaranya dia sendiri yang akan jatuh ke dalamnya.`

Setelah dicermati kalimat di atas di ketahui bahwa balasan bagi orang yang

berkhianat untuk mencelakakan orang lain niscaya akan mengenai dirinya sendiri.

Istilah dalam kata mutiara yang lain / siapa yang menanam akan

menuai, dengan kata lain peribahasa ini mengungkapkan siapa yang akan berbuat

baik akan mendapatkan kebaikan dan siapa yang berbuat nista akan mendapatkan

kejelekan pula.

Pesan religi yang kedua: tidak boleh bersifat hasad kepada orang lain dalam

kata mutiara yang lain disebutkan / orng yang hasad tidak akan tercapai

maksudnya.

3.3.2 Pesan Kritik Sosial

Kritik adalah kecaman atau anggapan tentang sebuah cerita atau pengarang

cerita kritik kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap

suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya .Sedangkan kata sosial adalah berkenaan

(41)

Amanat dalam bentuk kritik sosial yakni pesan berupa kritik sosial di mana

pengarang member kritikan atas kehidupan sosial di lingkungan tertentu.Maka dari

cerita / aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala pengkhianat yang berbunyi:

//Fahuma al- -āna faqaṭ anna aẑ- iba kāna yastakhdimuhu liῑṣ -ḥatta yatimma al-ῑqāI bi aṡ-ṡ //

`fahamlah keledai itu sekarang, ternyata serigala itu memperalatnya untuk memberi tahu hal itu kepada anjing hingga rubah pun tertangkap`.

Dalam kalimat di atas di ketahui bahwa terdapat pesan krtitik sosial yang

menjelaskan bahwa seseorang memperalat orang lain untuk mendapatkan keinginan.

Hal ini juga dapat kita lihat dalam lingkungan bahwa seseorang bisa melakukan apa

saja demi kepentingannya sendiri dan tidak memperdulikan orang yang ada di

sekitarnya. Ini menggambarkan sifat egoisme yang tidak sesuai dalam masyarakat,

maka pada kesempatan lain ia dapat saja mengalami kejadian yang sama terjadi pada

dirinya sendiri. Dalam kehidupan sosial baik manusia maupun hewan hidup saling

membutuhkan antara satu sama lain, saling berkomunikasi satu sama lain, bekerja

sama dan kadang bersaing dalam mencapai apa yang diinginkan dalam memenuhi

kehidupannya. Hal tersebut dapat diperhatikan dalam kisah ini secara keseluruhan.

3. 4 Tokoh utama pada cerita anak / aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala pengkhianat.

Tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh mempunyai peran yang

amat penting dan berpengaruh pada pembaca . Dalam cerita anak /

(42)

sekedar sebagai figuran saja. Dalam analisis tokoh pada cerita ini akan di batasi

pada tokoh utama.

Adapun tokoh yanga akan dianalisis antara lain tokoh serigala, rubah

(mirip dengan kelinci) sebagai Tokoh utama. Tokoh utama adalah tokoh yang

diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh

yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

dikenai kejadian.

Dalam cerita / aẑ-ẑ l-khāinu/ serigala pengkhianat tokoh utamanya yaitu (serigala) dan (rubah). Berikut ini penggalan cerita

yang mencantumkan karakter tokoh utama:

//fῑ qadῑmi aẑ-ẑamāni kāna ẑibun waṣ ṣadῑqaini fahumā fῑ mῑzāni al -quwati mutaādilāni wafῑ al-gālibi kānā yataānani f -iṡnaini// walakin aẑ-ẑiba wa aṡ-ṡalaba kānā min al- ayawānāti al-latῑ taṣ wāhidatin limuddatin usb in aw akṡay fῑ ḍi al- aḥyāni//

`Pada zaman dahulu kala, tersebutlah serigala dan rubah dua sahabat yang keduanya memiliki kekuatan yang sama. Mereka berdua keluar mencari makanan dan biasanya saling membantu dalam perburuan untuk menghilangkan lapar mereka. Sementara serigala dan rubah termasuk hewan yang sanggup makan 1 kali dalam sepekan atau lebih di waktu-waktu tertentu`.

Dalam penggalan cerita diatas diketahui bahwa karakter tokoh utama yaitu

(43)

perburuan untuk mencari makanan ,hal ini mengajarkan anak-anak tentang

tolong-menolong kepada manusia khususnya kepada sahabat.

// Kharaja aṡ-salabu yawnān giyābubu, faqāla aẑ-ẑ ῑ nafsihi laalahu wuffiqa al- yauma fῑ aidin wāḥidin wazalla yumannῑ nafsahu .Waākhirān āda aṡ-ṡalabu wa sāalahu aẑ-ẑibu an sababi giyābuhu wanaẓ ẓratan munafaḥiṣatan fawajada an-nasyāṭa wa- quwwatu tadubbu fῑ aw ṣāli aṣ-ṣalabi faalima aẑ-ẑibu anna aṣ-ṣāda aydān waakaluhu waḥdahu dῡna an tadῡ aẑ-ẑ āmi, faaṡara ẑalika fῑ nafsihi waaḍmara fῑ nafsihi amrān lam yaṭṭaliI aṡ-ṣalabu alaihi . fῑ ay-yumu at-tālῑ kharaja aṡ-ṡalabu wa bada qalῑlin tabiahu aẑ-ẑibu min baῑdin wakullamā al-tafata aṡ-ṡabu warā ẑ-ẑibu al-asyjāru hatta waṣala aṣ-ṣalabu ilā lasyarifi qaryatin tabudu ani al-gabati musafātan kabῑratan jiddan//

`Suata hari, rubah pergi dan menghilang cukup lama, sehingga serigala berkata dalam hatinya. Akhirnya rubah pun kembali dan serigala itu langsung bertanya tentang sebab menghilangnya ia. Ia melihat dengan pandangan penuh selidik, terlihat tubuh rubah telah kembali cekatan dan kuat maka tahulah serigala itu bahwasanya rubah telah berburu suatu buruan dan memakannya sendiri tanpa mengajak serigala untuk timbulah niat di hati serigala untuk menyelidiki hal yang di sembunyikan rubah darinya`. Keesokan harinya ( pada hari yang berikutnya) rubah pun pergi dan mengikutinya dari jauh, ketika rubah menoleh ke belakang, serigala segera bersembunyi di belakang pohon, hingga sampailah rubah itu di desa yang terletak sangat jauh dari hutan`

Dalam penggalan cerita di atas di ketahui bahwa karakter tokoh utama yaitu

rubah dan serigala sudah berubah, hal ini di karenakan rubah pergi sendiri mencari

(44)

ini setelah membaca cerita tersebut anak-anak akan mengerti akan pentingnya kesetia

kawanan kepada teman.

//Warāba aẑ-ẑ idin mā yaḥduṡu fawajada aṡ-ṡalaba yadkhulu iḥdā al -ḥaẓ ῑbu akṡara min sāatin ṡumma yakhruju wa baṭnuhu mumtilῑ bi aṭ-ṭaāmi wa lakinna aẑ-ẑ ῑ aẑ-hāba linafsi al-makani lilḥuṣῡli alānafsi al-wajbatiad-dasimati walakinnahu fakkara fῑ //

`Serigala mengamati dari jauh apa yang terjadi. Ia melihat rubah masuk ke salah satu kandang dan menghilang selama lebih dari 1 jam. Kemudian ia keluar dan perutnya telah penuh dengan makanan. Akan tetapi, serigala tidak memikirkan lama tentang kepergian rubah.` Serigala memikirkan untuk mencelakai dengan rubah. Ia pergi menemui keledai dan ia berhenti di samping pohon dan mencoba menggungkapkan perasaanya dan berbicara dengan suara pelan serta sesekali menangis, ia mengadu kepada keledai : apa pendapatmu tentang seorang teman yang telah berteman lama kemudian dia mengkhianatiku?. Ia pergi untuk makan tanpaku`.

Dalam penggalan cerita diatas di ketahui bahwa karakter tokoh utama yaitu

serigala dan rubah jahat. Serigala mempunyai niat untuk mencelakai rubah karena ia

iri hati,dikarenakan rubah tidak mengajaknya dalam mencari makanan.

Dalam hal ini mengajarkan kepada anak-anak tidak boleh iri hati kepada teman.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam cerita tersebut karakter

tokoh utama yaitu serigala dan rubah dari mulai perkembangan cerita berkarakter

baik, tapi kemudian serigala menjadi iri hati kepada rubah di karenakan rubah sudah

(45)

serigala dendam dan berniat mencelakai rubah. Akan tetapi apa yang dilakukannya

mengenai dirinya sendiri .

3.5Analisis nilai sastra bagi pendidikan anak-anak pada cerita anak /

aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala pengkhianat.

Nilai sastra bagi anak-anak terbagi ke dalam dua bagian besar yaitu nilai

personal dan nilai pendidikan. Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang nilai

sastra bagi pendidikan anak-anak, Adapun hal-hal yang akan dianalisis antara lain

yaitu: eksplorasi dan penemuan, perkembangan bahasa, pengembangan nilai

keindahan, penanaman wawasan multikultural, dan penanaman kebiasaan

membaca.

3.5.1 Eksplorasi dan Penemuan

Dalam mengkaji tentang eksplorasi dan penemuan dalam sebuah cerita

anak-anak, hal yang di bahas adalah mengenai bagaimana bentuk dari penyelesaian kisah

tersebut. Berikut ini penggalan cerita anak-anak / aẑ-ẑibu l-khāinu/ serigala pengkhianat tentang eksplorasi dan penemuan:

(46)

al-amra fawajadā al-falahῑna ba da an akhaẑῡ darsān mimmā faalaḥu

aṣ-biṣarawātihimu al-ḥayawāniyati qad tarabbaṣῡ liẑ-ẑbi hῑ ῑḥda al-ḥaẒairi faqabaḍῡ alaihi qabla an yadkhulu al-ḥaẒirati walakinnahu ḥāwala al-haraba

awasaῡhu ḍ arbān atta Halaka wa māta//.

Pada suatu malam yang gelap, keledai dan anjing mendengar lolongan dan suara-suara petani dan burung-burung yang menakutkan berasal dari desa. `Kemudian mereka berdua pergi melihat apa yang terjadi, mereka mendapati petani-petani yang setelah mengambil pelajaran dari yang pernah dilakukan oleh rubah terhadap binatang ternak mereka ternyata mereka sudah menunggu serigala semenjak dia menyerang salah satu kandang ternak,maka petani menangkapnya sebelum ia berhasil masuk kedalam kandang ternak yang kedua. Akan tetapi serigala itu mencoba melarikan diri sehingga petani-petani itu memukulnya sehingga dia luka-luka dan akhirnya mati.`

Dalam penggalan cerita di atas di ketahui bahwa penyelasaian cerita tersebut

sangat menyedihkan, karena serigala yang iri hati kepada rubah dan memperalat

keledai supaya rubah tertangkap tetapi akhirnya dia sendiri yang terjerumus

kedalamnya dan akhinya serigala mati karena perbuatanya sendiri. Dalam hal ini

mengajarkan kepada anak-anak akan pentingnya sikap jujur, setia kawan,

gotong-royong, kerukunan kepada sesama manusia khususnya kepada teman dan jangan

bersikap iri hati, dendam, pengkhianat seperti sifat serigala dalam cerita diatas.

3.5.2 Perkembangan Bahasa

Dalam mengkaji perkembangan bahasa pada cerita anak-anak, hal yang perlu

di bahas adalah tentang kosakata, dan struktur kalimat.

(47)

//fῑ qadῑmi az-zamāni kāna ẑibun waṡ ṣadῑqaini fahumā fῑ mῑzāni al-quwati mutaāadilāni wafῑ al-gālibi kānā yataaānani f-iṡnaini//

`pada zaman dahulu kala, tersebutlah serigala dan rubah dua sahabat yang keduanya memiliki kekuatan yang sama. Mereka berdua keluar mencari makanan dan biasanya saling membantu dalam perburuan untuk menghilangkan lapar mereka`

Cerita ini menjadikan penambahan kosa kata untuk anak-anakdalam kalimat di atas di

ketahui bahwa terdapat kata-kata yang menggunakan waktu pada masa lampau

karena cerita binatang biasanya terjadi pada masa yang telah lalu dan tidak terjadi lagi

pada waktu sekarang. Dan setelah itu kata-kata yang digunakan berurutan yaitu kata

serigala) dan (rubah) dalam bebtuk mufrad (tunggal) dan di lanjutkan

dengan kata (dua sahabat) dan kata-kata yang terletak setelah itu dalam

bentuk mutsana (dual) yaitu kata . Hal ini

menunjukkan dalam cerita tersebut mengalami perkembangan bahasa sesuai dengan

bentuk kata.

-āba al-qaḥṭu al-qaryatu wa al-gabatu hatta ẑabulat wa mātat kullu az-zuhuru wa bagḍu at-tuyῡru wal-ḥayawānāti aṣ-ṣagirati al-lati lā tataḥammala al-j a wa-aṭasya, walakin aẑ-ẑ ṡ-ṡ - ayawānāti al-latῑ taṣ in aw akṡari fῑ

(48)

`Waktu pun berlalu, kemarau melanda desa dan hutan hingga semua bunga layu dan mati, begitu pula sebagian burung-burung dan hewan-hewan kecil yang tidak kuat menahan lapar dan haus. Sementara serigala dan rubah termasuk hewan yang sanggup makan 1 kali dalam sepekan atau lebih di waktu-waktu tertentu`.

Dalam kalimat di atas di ketahui bahwa kosa kata dalam cerita tersebut

berkembang, tidak hanya dalam bentuk mufrad (tunggal) dan mutsana

(dual) tetapi di jumpai juga kata-kata dalam jumlah jamak (banyak) yaitu pada

kata-kata . Dalam hal ini anak-anak sudah banyak mendapat

perbendaharaan kata-kata yang tidak diketaui sebelumya.

// Kharaja aṡ-salabu yawnān giyābubu, faqāla aẑ-ẑ ῑ nafsihi laalahu wuffiqa al- yauma fῑ aidin wāḥidin wazalla yumannῑ ῑ

ṣṭāda amalān ṣagῑrān yasuddu rumqahum fῑ Ẓilli haẑā al -qaḥṭi asy-syadῑdi //

`Suata hari, rubah pergi dan menghilang cukup lama, sehingga serigala berkata dalam hatinya: semoga hari ini ia berhasil dalam berburu dan mengajakku makan dengan angsa yang gemuk atau itik yang sedang berada di sisa hidunya (sekarat) akibat kemarau ini`

Dalam kalimat di atas diketahui bahwa terdapat kata yang menggunakan kata

ganti ( yaitu untuk menggantikan kata (rubah) dan kata ganti ( )

yaitu untuk menerangkan (serigala). Dalam hal ini bahasa dalam cerita tersebut

(49)

Waākhirān āda aṡ-ṡalabu wa sāalahu aẑ-ẑibu an sababi giyābuhu wana

naẓratan munafaḥiṣatan fawajada an-nasyāṭa wa- quwwatu tadubbu fῑ aw ṣāli a ṣ-ṣalabi faalima aẑ-ẑibu anna aṣ-ṣ ṭāda aydān waakaluhu waḥdahu dῡna an tadῡ aẑ-ẑ āmi, faaṡara ẑalika fῑ nafsihi waaḍmara fῑ nafsihi amrān lam yaṭṭaliI aṡ-ṣalabu alaihi .

Akhirnya rubah pun kembali dan serigala itu langsung bertanya tentang sebab menghilangnya ia. Ia melihat dengan pandangan penuh selidik, terlihat tubuh rubah telah kembali cekatan dan kuat maka tahulah serigala itu bahwasanya rubah telah berburu suatu buruan dan memakannya sendiri tanpa mengajak serigala untuk timbulah niat di hati serigala untuk menyelidiki hal yang di sembunyikan rubah darinya`.

Dalam kalimat di atas diketahui bahwa penggalan cerita tersebut menggunakan

kata sambung (waw) yang artinya dan, dalam bahasa arab disebut dengan harf ataf

( ). Dalam penggalan cerita tersebut terdapat 7 untuk (waw).

// fῑ ay-yumu at-tālῑ kharaja aṡ-ṡalabu wa bada qalῑlin tabiahu aẑ-ẑibu min baῑdin wakullamā al-tafata aṡ-ṡabu warā ẑ-ẑibu al-asyjāru hatta waṣala aṣ-ṣalabu ilā lasyarifi qaryatin tabudu ani al-gabati musafātan kabῑratan jiddan//

`Keesokan harinya ( pada hari yang berikutnya) rubah pun pergi dan mengikutinya dari jauh, ketika rubah menoleh ke belakang, serigala segera bersembunyi di belakang pohon, hingga sampailah rubah itu di desa yang terletak sangat jauh dari hutan`.

Dalam penggalan cerita diatas menceritakan tentang lingkup alamiah seperti

(50)

//Warāba aẑ-ẑ idin mā yaḥduṡu fawajada aṡ-ṡalaba yadkhulu iḥdā al -ḥaẓ ῑbu akṡara min sāatin ṡumma yakhruju wa baṭnuhu mumtilῑ bi aṭ-ṭaāmi wa lakinna aẑ-ẑ ῑ aẑ-hāba linafsi al-makani lilḥuṣῡli alānafsi al-wajbatiad-dasimati walakinnahu fakkara fῑ //

` Serigala mengamati dari jauh apa yang terjadi. Ia melihat rubah masuk ke salah satu kandang dan menghilang selama lebih dari 1 jam. Kemudian ia keluar dan perutnya telah penuh dengan makanan. Akan tetapi, serigala tidak memikirkan lama tentang kepergian rubah.`

Dalam kalimat di atas diketahui bahwa penggalan cerita di atas, bentuk

kata-kata yang di gunakan adalah bentuk fi’il mudhariq ( ) yaitu pada kata-kata

dan juga terdapatjenis-jenis harf athaf’ yaitu

. dalam hal ini anak-anak bisa menambah pengetahuan tentang struktur kalimat yaitu

bentuk kata kerja sekarang ( ) dan kata penghubung ( .)

//khaṭaṭa aẑ-ẑ -ῑqāI bi aṡ-ṡalabi faẑahaba ilā al-ḥimāri wahuwa yaqipu bijiwari asy-syajarati waḥāwala a- ṣiri wataḥaddaṡa biṣawtin munkhafiḍin wakāna yabkahyānān wayasykῡ lilḥimāri wa yaqῡ ḍῑku an-nakῡna aṣdiqāI umurān ṭawῑlān ṡumma yakhῡnanῑ wayaẑhaba liyakulu bidῡnῑ//.

`Serigala memikirkan untuk mencelakai dengan rubah. Ia pergi menemui keledai dan ia berhenti di samping pohon dan mencoba menggungkapkan perasaanya dan berbicara dengan suara pelan serta sesekali menangis, ia mengadu kepada keledai : apa pendapatmu tentang seorang teman yang telah berteman lama kemudian dia mengkhianatiku?. Ia pergi untuk makan tanpaku.`

Dalam kalimat di atas diketahui bahwa penggalan cerita tersebut terdapat huruf

jar ) yaitu huruf, . selain itu juga terdapat bentuk huruf athaf`

(51)

mudhariq ) yaitu kata-kata , . Dalam

hal ini basaha anak berkembang denmgan mengetahui jenis huruf jar.

//Hal yarḍῑku ay-yatrukῑ jā ṭa fῑ asy-syabi? fawāsāhu al-himāru wa qāla lahu: lātagab ayyuhā aẑ-ẑibu laalahu nasya ay-yad ka liṭ-ṭaāmi lisyiddati jῡihi//.

`Apa pendapatmu jika meninggalkanku kelaparan sementara ia sudah kenyang? Keledai pun mencoba membantu dengan jawaban jangan marah wahai serigala, mungkin ia lupa memanggilmu untuk makan karena rasa laparnya yang kuat, serigala menyahut:`

Dalam kalimat di atas di ketahui bahwa terdapat kata tanya pada kalimat

pertanyaan yaitu penggunaan kata (hal) sebagai kata tanya untuk meminta

pendapat. Setelah itu juga di ketahui bagaimana jawabannya. Dalam hal ini bahasa

anak sudah mengalami perkembangan dengan adanya bentuk Tanya jawab.

//Qāla aẑ-ẑ ẑhab marratan wāḥidatan innahub lam yaṣhabu lil qaryati marrataini aw ṡalāan marātin usb-malahu hatta lā yaqsimu aṭ-ṭ ẑa huwa aṭ-ṭamaI yā sayyidi … aṭ-ṭamaI biaynihi.//

`Tidak, tidak…..ia tidak pergi 1 kali tapi dua kali atau tiga kali dalam seminggu, bukankah itu artinya ia bermaksud tidak mengajakku bersamanya hingga dia tidak perlu memebagi makanan itu menjadi dua. Sesungguhnya ia tamak wahai tuan`.

Dalam penggalan cerita diatas dapat ditemukan bentuk kata perulangan yaitu, pada

kata satu kali dua kali, tiga kali dan satu minggu ( dalam bahasa arab dikenal

Referensi

Dokumen terkait