• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi

4.1 Analisis Satuan Kemampuan Lahan

4.1.1 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi

Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan pengembangannnya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau budi daya yang tak berkaitan dengan manusia, contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budi daya.

Kawasan perencanaan terhadap morfologi terdiri atas kawasan dataran rendah, kawasan dataran landai, kawasan dataran agak curam, kawasan dataran curam, sangat curam. Proses analisis kelas kemampuan lahan menggunakan acuan dari kementerian Pekerjaan Umum tentang Modul Analisis Fisik, Sosial dan Ekonomi dalam perencanaan tata ruang. Adapun rincian dalam pembuatan SKL Morfologi dapat diikuti pada tabel berikut.

Tabel 4-1 : Kriteria SKL Morfologi

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum /PRT/ 2007

Tabel 4-2 : Kriteria Morfologi Desa Lembang

Kemiringan Morfologi Luas (m²) Kelurahan SKL

< 8 % DATAR 1591101 Desa Lembang 5 8 % - 15 % LANDAI 220590 Desa Lembang 4 16 % - 25 % AGAK CURAM 158856 Desa Lembang 3 26 % - 40 % CURAM 258 Desa Lembang 2 Sumber : Draft RDTR Kecamatan Lembang 2009-2029

Tabel 4-3 : Kriteria Morfologi Desa Kayu Ambon

Lereng Morfologi Luas (m²) Kelurahan SKL

< 8 % DATAR 1935118 Desa Kayuambon 5

8 % - 15 % LANDAI 287410 Desa Kayuambon 4

16 % - 25 % AGAK

CURAM

40384 Desa Kayuambon 3 Sumber: Draft RDTR Kecamatan Lembang 2009-2029

NO PETA

MORFOLOGI

PETA

KELERENGAN

SKL MORFOLOGI NILAI

1. Bergunung > 45 % Kemampuan lahan dari morfologi tinggi

1

2. Berbukit 25 – 45 % Kemampuan lahan dari morfologi cukup

2

3. Bergelombang 15 – 25 % Kemampuan lahan dari morfologi sedang

3

4. Berombak 2 – 15 % Kemampuan lahan dari morfologi kurang

4

5. Landai 0 – 2 % Kemampuan lahan dari morfologi rendah

Studio Perencanaan Kota 2016 “Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasiskan Eco Tourism

Studi Kasus : Kecamatan Lembang 87

Tabel 4-4 : Kriteria Morfologi Desa Langensari

Lereng Morfologi Luas (m²) Kelurahan SKL

< 8 % DATAR 1398751 Desa Langensari 5

8 % - 15 % LANDAI 848578 Desa Langensari 4

16 % - 25 %

AGAK CURAM 1184642 Desa Langensari 3

26 % - 40 %

CURAM 403120.8 Desa Langensari 2

> 40 % SANGAT CURAM 5938.0 Desa Langensari 1 Sumber: Draft RDTR Kecamatan Lembang 2009-2029

Tabel 4-5 : Kriteria Morfologi Desa Cibogo

Lereng Morfologi Luas (m²) Kelurahan SKL

< 8 % DATAR 1520667 Desa Cibogo 5

8 % - 15 % LANDAI 652001 Desa Cibogo 4

16 % - 25 % AGAK

CURAM

479265 Desa Cibogo 3

26 % - 40 % CURAM 490813 Desa Cibogo 2

Sumber: Draft RDTR Kecamatan Lembang 2009-2029

Tabel 4-6 : Kriteria Morfologi Desa Gudang Kahuripan

Lereng Morfologi Luas (m²) Kelurahan SKL

< 8 % DATAR 859601 Desa Gudangkahuripan 5

8 % - 15 % LANDAI 1042669.5 Desa Gudangkahuripan 4

16 % - 25 % AGAK CURAM 1417024.8 Desa Gudangkahuripan 3 26 % - 40 %

CURAM 311729.3 Desa Gudangkahuripan 2 Sumber: Draft RDTR Kecamatan Lembang 2009-2029

Tabel 4-7 : Kriteria Morfologi Desa Mekarwangi

Lereng Morfologi Luas (m²) Kelurahan SKL

< 8 % DATAR 7204.8 Desa Mekarwangi 5

8 % - 15 % LANDAI 343457.0 Desa Mekarwangi 4

16 % - 25 % AGAK CURAM 2634491.2 Desa Mekarwangi 3

26 % - 40 % CURAM 1071845.0 Desa Mekarwangi 2

> 40 % SANGAT

CURAM

87792.7 Desa Mekarwangi 1 Sumber: Draft RDTR Kecamatan Lembang 2009-2029

Tabel 4-8 : Kriteria Morfologi Desa Pagerwangi

Lereng Morfologi Luas (m²) Kelurahan SKL

< 8 % DATAR 625698.1 Desa Pagerwangi 5

8 % - 15 % LANDAI 1245354.8 Desa Pagerwangi 4

16 % - 25 % AGAK

CURAM

2702937.9 Desa Pagerwangi 3

26 % - 40 % CURAM 82922.7 Desa Pagerwangi 2

Sumber: Draft RDTR Kecamatan Lembang 2009-2029

Tabel 4-9 : Kriteria Morfologi Desa Cibodas

Lereng Morfologi Luas (m²) Kelurahan SKL

< 8 % DATAR 2104391.5 Desa Cibodas 5

8 % - 15 % LANDAI 1443584.3 Desa Cibodas 4

16 % - 25 % AGAK CURAM 1572104.1 Desa Cibodas 3

26 % - 40 % CURAM 823609.2 Desa Cibodas 2

> 40 % SANGAT CURAM 1626.6 Desa Cibodas 1

Sumber: Draft RDTR Kecamatan Lembang 2009-2029

4.1.2 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Pengembangan

Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu pembentukkannya di mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.

Tabel 4-10 : Jenis Tanah dan Sifat yang dibawa NO JENIS

TANAH

SIFAT

1. Alluvial Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh)

2. Andosol Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh

Studio Perencanaan Kota 2016 “Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasiskan Eco Tourism

Studi Kasus : Kecamatan Lembang 89

NO JENIS TANAH

SIFAT

berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)

3. Gleisol Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor)

4. Grumosol Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. (Suhendar, Soleh)

5. Latosol Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)

Memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, memiliki kandungan bahan organik yang sedang, dan pH netral hingga asam. Kadar humus latosol mudah menurun, dan memiliki fosfat yang mudah bersenyawa dengan besi dan almunium. Latosol banyak dijumpai di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, Papua, dan Sulawesi. Saat ini, jenis tanah latosol banyak digunakan untuk pertanaman palawija, padi, kelapa, karet, dan kopi.

6. Litosol Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh)

7. Mediteran Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya

NO JENIS TANAH

SIFAT

absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh)

8. Regosol Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh)

9. Ultisol/Podsolik Merah Kuning

Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon B dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah.Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit.

Studio Perencanaan Kota 2016 “Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasiskan Eco Tourism

Studi Kasus : Kecamatan Lembang 91

Studio Perencanaan Kota 2016 “Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasiskan Eco Tourism

Studi Kasus : Kecamatan Lembang 93

4.1.3 Analisis Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Ketersedian Air

Analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Ketersediaan Air dan penjelasannya.

Tabel 4-11 : Jenis Tanah dan Sifat yang Dibawa Terhadap Ketersediaan Air

JENIS TANAH

SIFAT

Aluvial Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras. (Rachmiati, Yati).

Andosol Tanah Andosol mempunyai sifat fisik yang baik, daya pengikatan air yang sangat tinggi, sehingga selalu jenuh air jika tertutup vegetasi. Sangat gembur, struktur remah atau granuler dengan granulasi yang tak pulih. Permeabilitas sangat tinggi karena mengandung banyak makropori, fraksi lempung sebagian besar alofan dengan berat jenis kurang dari 0,85 dan kandungan bahan organik biasanya tinggi, yaitu antara 8% - 30%.( Sri Damayanti, Lusiana, 2005).

Gleisol Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air.

Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.(Suhendar, Soleh).

Grumosol Tanah Grumosol mempunyai sifat struktur lapisan atas granuler dan lapisan bawah gumpal atau pejal, jenis lempung yang terbanyak montmorillonit sehingga tanah mempunyai daya adsorpsi yang tinggi yang menyebabkan gerakan air dan keadaan aerasi buruk dan sangat peka terhadap erosi. ( Sri Damayanti, Lusiana, 2005).

Latosol Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras dengan struktur remah. (Rachmiati, Yati).

Litosol Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh).

Studio Perencanaan Kota 2016 “Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasiskan Eco Tourism

Studi Kasus : Kecamatan Lembang 95

Mediteran Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh).

Regosol Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk- gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh).

Ultisol/Pod solik Merah Kuning

Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah. Ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan yang lanjut dan berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan organik rendah dan strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi (Hardjowigeno, 1987). Menurut Hardjowigeno( 1993) ultisol adalah tanah dengan horizon argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1.8 m dari permukaan tanah adalah < 35%. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density antara 1.3-1.5, dan permeabilitas lambat hingga sedang.

Sumber: Puslitanak 2010

Kawasan Perkotan Kecamatan Lembang memiliki ketersediaan air yang sangat tinggi. Disebabkan karena jenis tanah andosol dengan daya ikat air yang sangat tinggi. Desa yang ketersediaan airnya tinggi yaitu Desa Lembang, Desa Kayu Ambon, Desa Gudang Kahuripan, Desa Langensari, Desa Pagerwangi, Desa Cibogo, dan Desa Cibodas.

Studio Perencanaan Kota 2016 “Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasiskan Eco Tourism

Studi Kasus : Kecamatan Lembang 97

Dokumen terkait