• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sebab Akibat Masalah 7

Dalam dokumen Poa (Halaman 56-65)

IDENTIFIKASI MASALAH

4.3. Analisis Sebab Akibat Masalah 7

Berdasarkan penilaian prioritas di atas ditentukan bahwa masalah yang menjadi prioritas di Puskesmas Ambacang Kuranji adalah Tingginya Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011 . Dalam hal ini, berdasarkan hasil observasi dan wawancara telah yang dilakukan terhadap kepala dan staf puskesmas, sangat dipengaruhi oleh kurang optimalnya pelayanan bayi dan balita Sakit melalui suatu manajemen

kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

Belum optimalnya kinerja dari klinik sanitasi dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang Kuranji pada tahun 2011

3 3 4 3 13 III

Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai upaya pengelolaan bayi dan balita sakit.

4 4 3 4 15 I

Pencapaian Deteksi Dini

Tumbuh Kembang

(DDTK) bayi, anak balita dan anak pra sekolah yang belum memenuhi target

57 terpadu. Untuk itu diperlukan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Ambacang Kuranji

Belum terlaksananya implementasi MTBS dalam penanganan bayi dan balita sakit bila ditinjau dari empat aspek :

1. Lingkungan

Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempit (2x2m). Ruang pelayanan untuk KIA anak digabung dengan KIA ibu sehingga pelayanan KIA anak kurang optimal.

2. Manusia

a. Masyarakat

Dari hasil kuesioner kepada 20 ibu yang membawa balita sakit ke Puskesmas Ambacang, diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat kurang mengetahui cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan

b. Petugas Kesehatan

 Dari hasil kuesioner kepada 21 petugas kesehatan di Puskesmas Ambacang, diperoleh data bahwa hanya 2 dari 21 petugas yang pernah mengikuti pelatihan MTBS. Kedua petugas tersebut memiliki jabatan struktural yakni sebagai Kepala dan Bendahara Puskesmas yang tidak ikut dalam pelayanan sehingga tidak dapat mengaplikasikan materi pelatihan yang pernah mereka dapatkan di tempat bertugas sebelumnya

 Berdasarkan hasil wawancara terhadap kedua petugas yang pernah mendapatkan pelatihan MTBS tersebut, satu kali pelatihan yang pernah mereka ikuti dirasakan kurang memberikan hasil maksimal sehingga diharapkan perlu forum review atau penyegaran kepada petugas yang telah terlatih, minimal 1 x/ tahun  Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas,

Dalam upaya imlementasi MTBS, perlu pula dirancang forum supervisi oleh Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas .Melalui forum supervise ini diharapkan petugas akan termotivasi untuk

58 tetap konsisten menjalankan praktik MTBS karena mereka merasa diamati, mendapat umpan balik terhadap kesalahan dan akan mendapatkan informasi baru

 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak puskesmas, diperoleh informasi bahwa tidak adanya suatu tim yang terdiri dari bidan/perawat, petugas kesling, petugas gizi, petugas imunisasi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita sakit.

3. Metode

a. Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari pihak Dinas Kesehatan Kota

b. Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu status,tidak dibuatkan klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa terapi dan konseling

4. Material

a. Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan MTBS yang harus dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS, bagan dinding MTBS

b. Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai, seperti timbangan berat badan, ARI timer, termometer, tensimeter dan manset anak.Sulit mendapatkan penggantian alat-alat yang rusak seperti thermometer yang sering pecah. anak gelisah

c. Beberapa obat yang digunakan dalam MTBS tidak termasuk dalam daftar obat esensial nasional (LPLPO) yang digunakan di antaranya: Kotrimoksazol, tablet kina, tablet primakuin, tablet sulfaduksin, pirimetamin, diazepam suppositoria dan injkesi, kloramfenikol injeksi, gentamisin injeksi, penisilin prokain injeksi, tablet nistatin, gentian violet 1%, pirantel pamoat.

59 Tingginya angka

kesakitan dan kematian bayi dan

balita Masyarakat

Masyarakat kurang mengetahui cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan Petugas Kesehatan

-Tidak adanya pelatihan, foeum review, supervisi MTBS kepada petugas kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji

-Tidak adanya suatu tim yang terdiri dari bidan/perawat, petugas kesling, petugas gizi, petugas imunisasi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita sakit.

Material

-Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan MTBS yang dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS, bagan dinding MTBS

-Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai, seperti tensimeter, stetoskop, pneumonia timer,dll

- tidak tersedianya beberapa obat yang mendukung kegiatan MTBS

Metode1.Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari pihak DKK

2. Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu status,tidak dibuatkan klasifikasi

Lingkungan

Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempit  Ruang pelayanan KIA ibu digabung dengan KIA anak

60 BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan penilaian prioritas di atas ditentukan bahwa masalah yang menjadi prioritas di Puskesmas Ambacang Kuranji adalah Tingginya Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011 . Dalam hal ini, berdasarkan hasil observasi dan wawancara telah yang dilakukan terhadap kepala dan staf puskesmas, sangat dipengaruhi oleh kurang optimalnya pelayanan bayi dan balita Sakit melalui suatu manajemen terpadu. Untuk itu diperlukan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Ambacang Kuranji

Agar terlaksananya implementasi MTBS dalam penanganan bayi dan balita sakit, maka hal yang dapat dilakukan bila ditinjau dari empat aspek berdasarkan analisa masalah, sebagai berikut:

1. Lingkungan

Mengupayakan ruangan pelayanan yang memadai. Ruang pelayanan KIA anak dan KIA ibu dipisahkan

a. Rencana : Mengusahakan membuat ruangan baru, memanfaatkan teras di depan KIA sementara waktu hingga bangunan selesai

b. Pelaksana : Pihak puskesmas c. Pelaksanaan : 2012

d. Sasaran : Pimpinan puskesmas, DKK

e. Target : Tersedia ruang pelayanan KIA anak yang memadai 2. Manusia

a. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan kepada ibu mengenai cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan

 Rencana : Mengoptimalkan konseling setiap kali pelayanan,

61

 Pelaksana : Petugas kesehatan, dokter muda IKM

 Pelaksanaan : Setiap kali pelayanan, petugas kesehatan memberikan konseling kepada pengantar atau ibu pasien mengenai penyakit yang diderita cara penanganan anak di rumah, memperhatikan perkembangan penyakit anaknya sehingga mampu mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke petugas kesehatan serta diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak

 Sasaran : Ibu-ibu

 Target : Ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai cara

merawat anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak, tahu kapan harus dibawa ke balai pengobatan dan memiliki Nartu Nasihat Ibu (KNI)

b. Petugas Kesehatan

 Mengadakan sosialisasi dan pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan  Rencana : Sosialisasi MTBS oleh dokter muda IKM, Mengupayakan DKK untuk dapat melaksanakan pelatihan MTBS selama 11 hari efektif kepada petugas kesehatan

 Pelaksana : Pimpinan puskesmas, DKK, dokter muda IKM  Pelaksanaan : 2012

 Sasaran : Dokter, bidan/ perawaT

 Target : Puskesmas memiliki petugas kesehatan yang paham dan terlatih dalam menggunakan MTBS.

 Mengadakan forum review atau penyegaran kepada petugas yang telah terlatih, minimal 1 x/ tahun

 Rencana : Mengajukan permohonan forum review kepada DKK

 Pelaksana : Pimpinan puskesmas, DKK  Pelaksanaan : satu kali per tahun

62  Target : Petugas kesehatan yang terlatih agar tetap konsisten dan memiliki keterampilan yang terpelihara dalam menjalankan praktik MTBS

 Mengupayakan supervisi MTBS oleh dinas kesehatan dan oleh pimpinan puskesmas bila implementasi MTBS telah berjalan.

 Rencana : mengadakan pemantauan langsung pelayanan balita sakit oleh petugas MTBS, memberikan umpan balik untuk ditindaklanjuti.

 Pelaksana : pimpinan puskesmas, DKK  Pelaksanaan : satu kali per tahun

 Sasaran : pelayanan balita sakit oleh petugas MTBS, formulir MTBS yang sudah terisi dan dipilih secara acak dan terhadap sarana dan prasarana yang mendukung praktek MTBS.  Target : petugas termotivasi untuk tetap konsisten

melaksanakan praktek MTBS.

 Membentuk tim pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang case manager

 Rencana : Mengadakan musyawarah dalam membentuk tim dan memilih case manager berdasarkan pertimbangan pernah mengikuti pelatihan dan sanggup untuk mengelola MTBS

 Pelaksana : Pimpinan dan staf puskesmas  Pelaksanaan : 2012

 Sasaran :Bidan, petugas gizi, petugas kesling, petugas imunisasi,dll

 Target : puskesmas memiliki sebuah tim yang bertugas dalam pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang case manager yang telah terlatih dan sanggup dalam mengelola MTBS.

3. Metode

Dilakukan penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun, menentukan tindakan, pengobatan, konseling bagi Ibu, tindaklanjut serta

63 tatalaksana bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan (Manajemen Terpadu Bayi Muda/ MTBM) .

 Rencana : Diterapkan formulir MTBS/MTBM  Pelaksana :Pihak puskesmas

 Pelaksanaan : Setiap kali mengelola bayi dan balita sakit  Sasaran : Petugas kesehatan

 Target :Petugas mampu dalam melakukan penilaian dan klasifikasi anak sakit, menentukan tindakan, pengobatan dan konseling bagi ibu sesuai MTBS.

4. Material

a. Mengupayakan agar petugas kesehatan memiliki pedoman dalam menjalankan praktik MTBS

 Rencana : Pengadaan Buku Bagan MTBS, Bagan Dinding MTBS  Pelaksana : Dokter muda IKM

 Pelaksanaan : Satu kali

 Sasaran : Petugas Kesehatan

 Target : Setiap petugas kesehatan memiliki Buku Bagan MTBS, Tersedia Bagan Dinding MTBS

b. Mengupayakan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung praktek MTBS seperti manset dan tensimeter anak, timbangan berat badan, ARI timer, thermometer, gelas dan teko.

 Rencana : mengusulkan inventarisasi sarana dan prasarana tersebut kepada DKK.

 Pelaksana : Pimpinan puskesmas  Pelaksanaan : 2012

 Sasaran : DKK

 Target : tersedia sarana dan prasarana yang mendukung praktek MTBS

64 c. Pengadaan obat-obat yang mendukung praktek MTBS di Puskesmas

Ambacang.

 Rencana : mengajukan obat-obat yang tidak tersedia tersebut ke dalam laporan permintaan obat.

 Pelaksana : Pihak puskesmas  Pelaksanaan : tiga bulan sekali  Sasaran : DKK

Dalam dokumen Poa (Halaman 56-65)

Dokumen terkait