• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pola sebaran gua dan ceruk

Dalam dokumen DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA (Halaman 107-110)

Taufiqurrahman Setiawan

Peta 1. Peta sebaran gua dan ceruk di Kecamatan Tanjungsari

III. Analisis pola sebaran gua dan ceruk

Pengamatan pada Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Karangduwet dan pengamatan di lapangan di Kecamatan Tanjungsari, beberapa gua ditemukan pada lereng bukit di jaringan lembah kering karst adalah Song Bledhek dan Song Porangan. Song Bledhek berada di jalur lembah kering Bruno yang memanjang utara-selatan di bagian timur Kecamatan Tanjungsari

sedangkan Song Porangan berada di jalur lembah kering “Porangan”( penamaan oleh penulis) yang memanjang utara-selatan di tengah Kecamatan Tanjungsari. Kedua gua ini berpotensi menjadi hunian manusia pada masa prasejarah karena ruangannya yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang bagus dan ditemukannya beberapa data ekofak tulang dan cangkang kerang laut. Keberadaan situs tersebut juga didukung adanya jalur lembah kering karst yang mudah untuk dilalui, baik itu oleh manusia atau hewan. Jalur lembah ini dapat langsung menghubungkan daerah pantai dengan situs-situs hunian tersebut

Ceruk-ceruk yang berada di daerah pesisir, yaitu Song Jrebeng, Song Porangan, Gua Gupak Warak, Gua Watu Sigar, Song Ngleses, Song Ngringin, dan Song Watu Lawang, memiliki potensi sumber air, berupa telaga, dan mulut gua aliran sungai bawah tanah, dan sumber daya pantai. Sumber daya pantai tentunya akan memberikan daya dukung terhadap kebutuhan makanan, seperti ikan atau kerang. Sumber makanan ini ternyata dimanfaatkan oleh manusia yang tinggal di daerah pesisir dan juga daerah pedalaman. Hal ini dibuktikan dengan adanya data ekofak yang ditemukan di Song Jrebeng berupa fragmen cangkang kerang dan operculum. Fragmen cangkang kerang tersebut berasal dari jenis Veneridae, Cypraidae, Pattelidae, dan Muricidae yang merupakan kerang yang hidup di lingkungan laut dangkal. Data ekofak cangkang kerang laut yang ditemukan di Song Bledhek menunjukkan pula adanya pemanfaatan sumber makanan di daerah pantai. Cangkang kerang itu berasal dari jenis Cypraidae dan Turbo sparverius (Tanudirjo dkk,2003).

Tabel 1. Gua dan ceruk potensial di Kecamatan Tanjungsari

No. Nama Kandungan

Arkeologis Keterangan

1 Gua Gunung Kubon Ada Gerabah

2 Song Sumur Ada Artefak batu

3 Song Pacul Gowang Ada Gerabah

4 Song Watu Lawang Tidak ada

5 Song Ngringin Tidak ada

6 Song Ngleses Tidak ada

7 Song ‘Bajak’ Tidak ada

8 Gua Sempu Tidak ada

9 Song Jrebeng Ada

Artefak batu; artefak tulang; frg. tulang dan gigi binatang; frg. tanduk; frg. cangkang kerang;

operculum

10 Gua Watusigar Tidak ada

11 Gua Gupak Warak Ada

12 Song Porangan Ada Frg. tulang dan gigi binatang; frg. tanduk

13 Song Pucung Tidak ada

14 Song Bawahan II Tidak ada

15 Song Jurug Tidak ada

17 Song Bledhek Ada Frg. cangkang kerang

18 Gua Telaga Ciut Tidak ada

19 Song Tritis Ada Artefak tulang; frg. tulang binatang; frg. cangkang

kerang; operculum.

20 Song Nglibeng Tidak ada

21 Song Kalongan I Tidak ada

22 Song Kalongan II Tidak ada

23 Gua Mandung Ada Frg. Tengkorak Macaca sp. tersementasi tanah

Selain dengan sumber daya alam dari pantai dan juga telaga, daerah ini juga didukung dengan bentangalam yang relatif datar di antara bukit-bukit karst yang memudahkan manusia beraktivitas atau melakukan eksplorasi terhadap wilayahnya. Hambatan dari alam berupa kelerengan lahan yang terjal jarang dijumpai di daerah ini.

Berdasarkan pengamatan on screen pada Arc View 3.2, sebaran keletakan gua yang dioverlay dengan kontur dan pengamatan langsung di lapangan menunjukkan bahwa daerah 'antara' mempunyai pola memanjang utara selatan dan berada di sekitar jalur lembah kering karst. Gua dan ceruk potensial yang dimiliki daerah ini, Song Tritis, Song Nglibeng, Song Telaga Ciut, dan Song Bledhek, berada di depan jalur lembah kering karst. Gua dan ceruk di daerah ini didukung oleh potensi alam berupa telaga dan vegetasi yang relatif lebat. Song Tritis, Song Nglibeng, dan Song Telaga Ciut keletakannya di dasar lembah dengan bentuk U dan luas. Selain itu, dukungan sumber air juga berada dekat dengan lokasi gua atau ceruk. Keberadaan Telaga Tritis dan Telaga Ciut yang berair sepanjang tahun akan memberikan daya dukung kuat dalam upaya penghunian Song Tritis dan Song Telaga Ciut. Keletakannya di dasar lembah yang lebar memberikan kemudahan pula bagi manusia untuk mencapai tempat tersebut.

Hal berbeda yang terjadi di Song Bledhek, keletakan ceruk ini yang berada di lereng atas sebuah bukit dengan lereng terjal yang ada di depan mulut gua. Ceruk ini didukung oleh Telaga Prembutan yang hanya berair pada musim penghujan dan Telaga Ciut yang berair sepanjang tahun. Selain daya dukung tersebut, di depan ceruk ini terdapat lembah berbentuk V yang memanjang arah utara-selatan dengan dasar lembah yang relatif datar sehingga mudah dilalui. Temuan fragmen cangkang kerang dan operculum yang ditemukan di Song Bledhek merupakan kerang yang mempunyai habitat di lingkungan laut dangkal. Kerang tersebut berasal dari jenis Turbo sparverius dan Cypraeidae (Tanudirjo dkk.,2003). Hal ini mengindikasikan adanya eksploitasi lingkungan laut oleh manusia yang tinggal di Song Bledhek, kemungkinan karena adanya pemanfaatan jalur dasar lembah di depan gua yang mudah untuk mencapai daerah pantai yang berjarak + 4,5 km.

Daerah pedalaman merupakan kelompok gua dan ceruk yang memanjang barat-timur berada pula pada jalur-jalur lembah kering karst yang memiliki bentangalam yang juga relatif datar

dengan bukit-bukit karst. Lembah-lembah karst yang dimiliki mempunyai bentuk U dengan lereng yang kemiringannya tidak terjal. Beberapa gua dan ceruk yang potensial berada pada lereng atas bukit, yaitu Song Pucung, Song Bawahan I, dan Song Sumur, serta yang ada yang berada di dasar lembah, yaitu Gua Gunung Kubon dan Song Pacul Gowang. Selain didukung oleh bentangalam yang relatif datar dan lembah yang lebar, penghunian di daerah ini didukung oleh telaga-telaga yang berair sepanjang tahun, Telaga Sogo, Telaga Mencukan, dan Telaga Mojeng, serta ditambah beberapa telaga musiman. Vegetasi yang banyak juga memberikan sebuah fasilitas bagi aktivitas penghunian di daerah ini.

Di permukaan lantai Song Sumur ditemukan alat serpih dengan bahan silicified-limestone, sedangkan temuan lainnya, seperti fragmen cangkang kerang laut atau fragmen tulang tidak ditemukan. Gua Gunung Kubon yang letaknya tidak jauh dari Song Sumur juga tidak mengandung temuan permukaan yang menunjukkan adanya aktivitas penghunian pada masa lampau, tetapi hanya ditemukan dua fragmen gerabah yang diperkirakan berasal dari masa kini. Dua gua tersebut yang berada pada sisi barat Kecamatan Tanjungsari sepertinya tidak digunakan untuk masa penghunian yang lama walaupun untuk mencapai tempat tersebut relatif mudah.

Pada gua dan ceruk di kawasan pedalaman dan berada pada sisi utara dan timur laut Kecamatan Tanjungsari, temuan yang ditemukan di permukaan juga tidak banyak. Temuan arkeologis di permukaan ditemukan di Song Pacul Gowang, yaitu temuan fragmen tulang binatang, fragmen gigi dan rahang binatang, gigi geraham, serta fragmen gerabah dan fragmen batu dari bahan andesit (Tanudirjo,dkk.,2003). Fragmen cangkang kerang laut tidak ditemukan di permukaan Song Pacul Gowang.

Dalam dokumen DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA (Halaman 107-110)