• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipe hunian gua dan ceruk di Tanjungsari

Dalam dokumen DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA (Halaman 110-113)

Taufiqurrahman Setiawan

Peta 1. Peta sebaran gua dan ceruk di Kecamatan Tanjungsari

IV. Tipe hunian gua dan ceruk di Tanjungsari

Gua-gua di Kecamatan Tanjungsari yang potensial dijadikan sebagai hunian manusia pada masa prasejarah ada 23 situs. Walaupun masih diperlukan pembuktian lebih lanjut dengan melakukan ekskavasi, namun berdasarkan kemungkinan penghuniannya gua-gua tersebut dapat terbagi dalam dua kelompok yaitu gua hunian utama (homebase) dan gua hunian sementara (transit-site). Hal ini terlihat dari hasil pengamatan terhadap morfologi, lingkungan dan morfoasosiasi, serta kandungan arkeologisnya dan survei lapangan yang dilakukan (lihat tabel 2 dan peta 2).

Ruangan gua yang luas, mempunyai lantai yang relatif datar, memiliki pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik, aksesibilitas dari maupun menuju gua mudah, serta dukungan sumberdaya lingkungan yang bagus sangat mendukung untuk dimanfaatkan sebagai lokasi hunian menetap. Akan tetapi, dalam beberapa kasus mungkin terdapat penyimpangan-penyimpangan. Contoh penyimpangan tersebut antara lain pemanfaatan gua-gua yang secara

morfologis tidak mendukung untuk penghunian secara menetap namun digunakan secara menetap karena adanya dukungan sumberdaya lingkungan yang potensial di daerah tersebut. Kasus semacam ini juga mungkin terjadi pada gua-gua yang saling berdekatan membentuk kelompok. Kekurangan dari segi morfologi masing-masing gua dapat diatasi dengan memanfaatkan gua-gua tersebut secara bersama-sama sebagai homebase, contohnya adalah Kelompok Song Watu Lawang, Song Ngringin, dan Ngleses (lihat peta 2).

Kuantitas data arkeologis yang ditemukan pada suatu lokasi situs dapat memberikan gambaran pemanfaatan gua sebagai lokasi hunian menetap (homebase) atau hunian sementara (transit-site). Banyaknya data arkeologis yang ditemukan di permukaan gua memberikan gambaran adanya pemanfaatan gua yang lebih intensif daripada gua-gua yang sedikit mempunyai data arkelogis yang ditemukan dipermukaannya. Walaupun untuk pembuktian lebih lanjut perlu dilakukan ekskavasi sehingga dapat diketahui konteks temuan serta tafonomi data arkeologi dari pola dan sifat khas proses fisik yang terdapat dalam sedimen gua.

Tabel 2. Kelompok hunian gua dan ceruk di Kecamatan Tanjungsari

NO NAMA GUA TEMUAN

ARKEOLOGIS KELOMPOK HUNIAN

1 Gua Gunung Kubon Ada Transit-site

2 Song Sumur Ada Transit-site

3 Song Pacul Gowang Ada Homebase

4 Song Watu Lawang Tidak ada Transit-site

5 Song Ngringin Tidak ada Transit-site

6 Song Ngleses Tidak ada Transit-site

7 Song ‘Bajak’ Tidak ada Transit-site

8 Gua Sempu Tidak ada Transit-site

9 Song Jrebeng Ada Homebase

10 Gua Mandung Ada Homebase

11 Gua Watusigar Ada Transit-site

12 Gua Gupak Warak Ada Homebase

13 Song Porangan Tidak ada Homebase

14 Song Pucung Tidak ada Transit-site

15 Song Bawahan II Tidak ada Transit-site

16 Song Jurug Tidak ada Transit-site

17 Song Kombo Tidak ada Transit-site

18 Song Bledhek Ada Transit-site

19 Song Telaga Ciut Tidak ada Transit-site

20 Song Tritis Ada Homebase

21 Song Nglibeng Tidak ada Transit-site

22 Song Kalongan I Tidak ada Transit-site

23 Song Kalongan II Tidak ada Transit-site

Song Ngringin, Song Watu Lawang, maupun Song Ngleses adalah gua dan ceruk yang letaknya sangat dekat dengan pantai dan sangat berpeluang digunakan sebagai homebase karena sumberdaya lingkungannya sangat mendukung untuk hal tersebut walaupun morfologi

gua tersebut tidak terlalu besar dan hanya dapat menampung kelompok dalam jumlah kecil. Lingkungan pantainya yang cukup landai memberikan ruang hidup bagi beberapa jenis kerang yang dapat dikumpulkan kemudian dikonsumsi. Selain itu, Teluk Drini yang cukup luas dan gelombang laut yang tidak terlalu besar memberikan tempat yang baik pula untuk tempat berkembangnya ikan-ikan yang juga dapat diburu untuk dijadikan salah satu sumber makanan.

Peta 2. Sebaran Gua Homebase dan Transit-site di Kecamatan Tanjungsari

Dukungan lingkungan lainnya terdapat pada Sungai Ngloloan yang berair pada musim penghujan saja, sungai musiman, dan Telaga Gupak Warak yang berair sepanjang tahun tentunya memberikan alternatif sumberdaya untuk manusia pada saat menghuni wilayah tersebut. Tidak ditemukannya temuan arkeologis pada gua dan ceruk tersebut memberikan kemungkinan pemanfaatan gua dan ceruk tersebut hanya digunakan sebagai salah satu transit-site. Kemungkinan masyarakat pemburu dan pengumpul makanan yang datang dari daerah pedalaman atau masyarakat dari wilayah pesisir lainnya yang memanfaatkan gua dan ceruk ini sebagai transit-site ketika mereka melakukan pengumpulan kerang atau berburu ikan yang kemudian ketika aktivitasnya selesai dilakukan maka gua tersebut ditinggalkan, dan kembali ke homebase-nya.

Gua dan ceruk lain yang masih berada di daerah pesisir, namun letaknya tidak sangat dekat dengan pantai adalah Song Jrebeng, Song Porangan, dan Gua Gupak Warak. Kelompok gua dan ceruk ini kemungkinan mempunyai hubungan dengan kelompok Song Watu Lawang, Song Ngringin, dan Song Ngleses. Kelompok gua tersebut mempunyai fenomena yang berbeda dengan gua dan ceruk yang berada dekat dengan pantai. Gua dan ceruk ini berada pada lereng atas dan lereng tengah bukit karst, dimensi ruang gua cukup luas, serta ditemukan temuan

arkeologis yang terdeposit pada lantainya. Dengan sumberdaya pendukung yang hampir sama dengan yang dimiliki oleh Song Ngringin, Song Watu Lawang, maupun Song Ngleses namun kemungkinan gua dan ceruk ini dijadikan sebagai homebase cukup besar, walaupun masih memerlukan beberapa pembuktian lebih lanjut. Aksesibilitas ke gua dan ceruk tersebut relatif sulit namun dimensi ruang gua yang cukup luas memungkinkan adanya penghunian oleh suatu kelompok besar dan menetap di gua dan ceruk tersebut.

Kelompok Song Jrebeng, Song Porangan, dan Gua Gupak Warak menjadi lokasi homebase juga dibuktikan dengan adanya temuan artefak-artefak tulang dan juga ekofak-ekofak tulang, cangkang kerang, serta operculum. Song Jrebeng kemungkinan lokasi homebase yang utama, karena pada permukaan lantai gua paling banyak ditemukan temuan arkeologis daripada dua gua lainnya, Song Porangan dan Gua Gupak Warak, baik itu temuan artefak maupun ekofak tulang dan cangkang kerang. Lingkungan sekitar gua-gua yang didominasi oleh morfologi bukit-bukit karst yang relatif rapat. Walaupun demikian, aksesibilitas menuju ke pantai atau daerah pesisir lainnya cukup mudah dengan memanfaatkan celah-celah di antara bukit-bukit karst tersebut yang relatif datar sehingga cukup mudah dilalui (lihat foto 1).

Dalam dokumen DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA (Halaman 110-113)