• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Musik Populer Batak Toba dan perjalanan bermusik kelompok

4.4 Analisis Semiotik Pertunjukan

Setelah mendeskripsikan pertunjukan Marsada Band melalui video klip mereka dalam album pertamanya. Juga penulis mengikuti pertunjukan-pertunjukan langsung mereka, maka perlu dianalisis keempat belas repertoar tersebut dengan pendekatan semiotic pertunjukan, seperti yang ditawarkan Kowzan dan Pavis.

Dengan mengikuti pendekatan semiotik, maka dua pakar pertunjukan budaya, Tadeuz Kowzan dan Patrice Pavis dari Perancis, mengaplikasikannya dalam pertunjukan. Kowzan menawarkan 13 sistem lambang dari sebuah pertunjukan teater--8 berkaitan langsung dengan pemain dan 5 berada di luarnya. Ketiga belas lambang itu adalah:

(1) Kata-kata, atau teks nyanyian yang dipertunjukan oleh Marsada Band semuanya adalah berbahasa Batak Toba. Ini sesuai dengan pemilihan lagu-lagu yang mereka lakukan adalah sepenuhnya lagu Batak Toba. Teks lagu ini berisikan tentang cinta kepada kampong halaman, seperti yang tercermin dalam lagu Pulo Samosir dan Sitogol. Ada pula lagu yang mengingatkan kenangan akan kampong halaman dan kawan-kawan satu permainan. Begitu juga tema tentang pujian kepada gadis idaman seperti pada lagu Maria dan Rosita memberikan dimensi yang khas pada kelompok ini. Umumnya penyampaian kata-kata terdengar dengan jelas dan pasti, baik oleh telinga Batak Toba atau di luar Batak Toba. Penyampaian teks musik populer Marsada Band ini tidak sama dengan para penyanyi musik pop Batak Toba lainnya. Mereka tidak begitu menggunakan vibrasi pada ujung-ujung frase lagu. Mereka menyanyi mengalir apa danya saja.

(2) Nada penyampaian yang dipertunjukan oleh Marsada Band dalam lagu-lagu yang telah dipilihnya sepenuhnya menggunakan nada-nada melodi seperti yang dikehendaki para pencipta lagunya. Nada-nada ini disajikan dalam bentuk satu

kesatuan secara berkelompok. Teknik yang disajikan ada yang berupa responsorial, yaitu satu penyanyi disahuti sekelompok penyanyi lain. Atau ada yang bertekstur hhomofoni, dengan mengguanakn ritme yang sama tetapi dilakukan “pecah suara”, artinya menggunakan kaidah-kaidah seri harmonik, yang juga menjadi ciri khas musik populer Batak Toba.

(3) Mimik atau ekspresi yang ditampilkan oleh personil Marsada Band juga mengikuti kehendak suasana lagu yang ingin disampaikannya. Untuk lagu-lagu yang bertempo cepat dan biasanya untuk mengekspresikan kegembiraan, wajah dan ekspresi tubuh keseluruhannya adalah gembira. Bahkan untuk mendukung suasana ini mereka menggunakan klip penari perempuan yang manortor dan mengekspresikan kegembiraan. Tidak upa juga mereka memasukkan suasana pertunjukan langsung (live) mereka dalam menambah suasana gembira tersebut. Untuk menampilkan efek ekspresif pujaan kepada gadis pujaan, dimasukkan gambar gadis pujaan tersebut, sebagai ekspresi mereka menyukai gadis yang digambarkan dalam lagu tersebut. Begitu juga dengan kenangan indah di kampung halaman bersama rekan, mereka mengekspresikan mimik wajah rindu tentang kampung halaman. Jadi ekspresi wajah disesuaikan dengan tuntutan lagu yang dinyanyikannya.

(4) Gestur, para panortor gesturnya mengikuti pola-pola gestur yang diwarisi dari tari tradisi mereka. Gestur ini menurut tortor Batak adalah mengekspresikan keindahan dan kesopanan sekali gus. Begitu juga dengan pemusik dan penyanyi melakukan gestur sesuai dengan norma-norma gestur dalam budaya Batak Toba.

(5) Gerak yang ditampilkan oleh kelompok musik Marsada Band berakar dari gerak-gerak tradisi tari dan musik Batak Toba. Para panortor yang mengisi dan mengiringi pertunjukan musik Marsada Band ini tampaknya faham tentang gerak,

jenis gerak, teknik bergerak, dan pebentukan pola lantai gerak tari Toba. Dalam pertunjukannya mereka melakukan gerak-gerak seperti urdot, manomba, memasu- masu, manerser, dan lain-lainnya. Gerakan yang mereka lakukan jelas berdasar kepada norma-norma dan etikan budaya Batak Toba. Para pemusik juga bergerak sesuai perannya memainkan alat musik dan menyanyi. Pergerakan pemusik dan penyanyi juga diselaraskan dengan suasana lagu yang hendak mereka pertunjukan. Dengan demikian, gerak yang dilakukan oleh penari dan pemusik mengikuti pola-pola gerak dalam seni pertunjukan Batak Toba.

(6) Make-up, sebagai sebuah indutri hiburan populer, lagu-lagu yang dipertunjukan oleh Marsada band, para senimannya tidak lupa memperhatikan make- up. Dalam pertunjukan mereka biasanya melakukan make-up. Para penari Batak Toba yang mengiringi pertunjukan mereka selalu mempersiapkan rias wajah ini. Misalnya mereka berbedak, dengan sapuan tipis. Begitu juga dengan bincu supaya lebih indah dipandang penonton. Bagi para pemusik dan penyanyi juga tidak ketinggalan dirias wajahnya sebagai bahagian dari profeionalitas. Mereka selalu membewa peralatan rias di manapun mereka mau melakukan pertunjukan.

(7) Gaya rambut. Para penyanyi dan pemusik laki-laki menggunakan gaya rambut sebagaimana para lelaki Toba bergaya rambut pada umumnya. Mereka menggunakan rambut yang dipotong sedang, tidak panjang da tidak pendek. Dalam pertunjukannya untuk mempertindah bahagian rambut mereka menutupinya dengan penutup kepala yang khas Batak Toba, umumnya mereka menggunakan kain penutup kepala yang berwarna merah. Untuk penari wanita, mereka umumnya menggunakan gaya rambut yang disanggul, kemudian dilengkapi dengan sortali berwarna merah. Bahkan salah satu repertoar yang mereka bawa yaitu Sihutur Sanggul, adalah menceritakan bagaimana gadis-gadis Batak Toba mempersiapkan dirinya dalam

melakukan atau menyanggul rambutnya agar cantik dan indah dipandang mata yang melihatnya. Dalam pementasan langsung (live) para penari bersanggul bersama-sama, tidak pergi ke salon kecantikan. Mereka tampaknya mandiri dalam melakukan aktivitas bersanggul ini.

(8) Kostum atau busana. Busana yang digunakan oleh pemusik dan penyanyi laki-laki adalh menggunakan busana ala Batak Toba. Mereka mengguanakan penutup kepala. Kemudian baju kaos putih, ditutupi rompi yang terbuat dari ulos, dan dililiti kain ulos. Kemudian memakai celana hitam atau celana warna gelap seperti biru tua, hijau tua, dan lainnya. Mereka juga memakai sepatu. Para penari perempuan menggunakan busana kebaya disertai kain ulos, kain, sepatu wanita, dan properti-properti lainnya. Busana yang digunakan oleh para personil Marsada Band ini tampaknya mengikuti busana tradisional Batak Toba secara umum. Jadi busana juga emngekspresikan nilai budaya. Mereka sadar tentang hal ini.

(9) Properti yang mereka gunakan juga adalah properti yang biasa digunakan oleh orang-orang Batak Toba dalam melakukan pertunjukan kesenian. Para penari perempuan yang mengirigi pertunjukan musik mereka menggunakan properti hiasan rambut yaitu sortali, dan biasanya berwarna merah. Ada juga yang menggunakan cincin emas, gelang emas, anting-anting emas, dan kalung emas. Dalam klip lagu Maria, pemeran Maria menggunakan jaket kulit dan kacamata hitam, sebagai ikon wanita modern. Para penyanyi dan pemusik laki-laki bisa dikatakan tidak banyak mengguanakan properti pertunjukan. Namun ada di antara mereka yang memakai kalung emas dan cincin emas.

(10) Setting pertunujukan. Dalam melakukan pertunujukannya, para pemain musik, penyanyi, dan penari Marsada Band ini biasanya menyusun peralatan musik dan pemainnya dengan teknik sebagai berikut. Penari di barisan paling depan, disusul

penyanyi. Kemudian di belakang adalah pemain alat-alat musik. Pemain alat-alat musik juga bisa berganti posisi tergantung dari repertoar yang disajikan mereka. Dalam pertunjukan langsung mereka juga mempertimbangkan sound yang digunakan.

(11) Lighting atau pencahayaan. Dalam pertunjukan langsung, terutama di malam hari, Marsada Band juga menggunakan tata cahaya. Urusan tata cahaya ini mereka serahkan kepada penyelenggara atau dibawa sendiri oleh Marsada Band. Tata cahaya panggung adalah sama dengan pertunjukan band-band lainnya di kawasan ini. Misalnya diadakan lampu atas, dan bawah panggung. Lampu-lampu ini diharapkan dapat menambah suasana estetis yang diinginkan.

(12) Musik. Ini adalah bahagian terpenting dalam pertunjukan Marsada Band. Musiklah yang mereka komunikasikan kepada penonton. Dari pengamatan penulis, musik yang disajikan oleh Marsada Band berciri utama akustik. Mereka tidak dan kurang menggunakan musik elektrofon. Dari alat musik akustik tersebut, peran yang paling menonjol adalah gitar, baik itu melodi, ritme, maupun bas. Alat-alat musik tradisional Batak Toba juga cukup meononjol mereka pergunakan sebagai bahagian dari strategi identitas dan pemasaran mereka. Alat-alat musik tradisional yang mereka pergunakan antara lain adalah sulim, garantung, taganing, hesek, hasapi, dan garantung. Alat-alat musik tradisional ini dimainkan dan dipilih sesuai dengan kepentingan estetika dan budaya menurut persepsi dan pengalaman para pemain Marsada Band ini. Musik yang mereka pertunjukan menggunakan teknik responsorial dan bertekstur homofoni, dengan memanfaatkan harmoni seri. Musik populer Batak Tiba memang memiliki ciri khas dan identitas seperti ini. Untuk lagu- lagu yang menggunakan teks, ada kecenderungan mereka menggunakan alat musik sheker (celesta). Ini juga menjadi ciri utama Marsada Band. Selain itu sebagai bahagian dari mencari identitas dan ciri khas mereka menggunakan alat musik

balanga, yang mereka sebut juga sebagai Sambo (Samosir bonggo). Ini tidak dijumpai dalam kelompok-kelompok musik band populer Batak Toba lainnya.

(13) Efek suara. Ini penting bagi menunjukan eksistensi mereka. Efek suara yang mereka hasilkan lebih menonjolkan suara akustik, bukan suara elektronis. Menurut penulis ini mereka mendasarkan pertunjukan musik yang berbasis tradisi musik Batak Toba, yaitu gondang, yang pada dasarnya adalah akustik. Mereka juga perduli kepada ekspresi spontanitas, dan selalu menggunakan kata-kata seru seperti i mada, ima tutu, bahen naga, dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa mereka ini penting memberikan efek suara untuk berkomunikasi secara alamiah dengan penontonnya.

Dokumen terkait