• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

A. Analisis Semiotika Film Senyap

2. Analisis Semiotika Pada Dialog Yang Diucapkan

Dalam Adegan Ini Ibu Adi sedang memandikan suaminya yang tua renta sambil mengunggkapkan penderitaannya saat mengingat anaknya Ramli (kakak dari Adi) yang menjadi korban pembantaian. Adegan ini muncul Pada menit 04:11 sampai 06:09.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal  

Medium shoot

Medium shoot

Ibu Adi Sedang memandikan Suaminya yang tua renta, yang konon berusia 140 tahun.

bu Adi Sedang memandikan Suaminya yang tua renta.

Namanya juga anak, kubesarkan dari kecil, mamak rindu.

Kau dibuang ke sungai, disiksa kau, tinggal tulang dagingnya sudah tidak ada.

Ikon:

a. Ibu dan bapak dari Adi yang merupakan keluarga korban PKI. Indeks:

a. Dibuang kesungai, disiksa, tinggal tulang dagingnya adalah indeks dari kematian.

Simbol:

a. dibuang kesungai, disiksa, tinggal tulang dagingnya adalah simbol dari pelanggaran hak asasi manusia.

3. Analisis Semiotika Pada Hasil Wawancara Yang Dilakukan Kepada Pasien Saudara Adi Sebagai Adik Dari Ramli.

Adegan ini berawal saat Adi melakukan kunjungan kerumah tetangganya untuk memeriksa mata sambil bertanya tentang sejarah Pembantaian anggota PKI. Adegan ini muncul pada menit 06:11 sampai 08:01.

53

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal

Medium shoot Seorang ibu sedang

di tanya oleh Adi Rukun tentang PKI.

PKI kau bilang, itu tahu. entah apa salahnya dibawanya, ditutup nya matanya semua dibawa ke sungai di potongi di tembaki.

Ikon: Indeks:

a. Ditutup nya matanya semua dibawa ke sungai di potongi di tembaki adalah indeks dari kematian.

Simbol:

4. Analisis Semiotika Pada Adegan Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang Riuhnya Indonesia Ketika Era Pemberantasan PKI.

Dalam Adegan ini Adi sedang menonton Rekaman berita di Amerika Serikat (NBC News) Pada tahun 1967, terkait kekerasan dan kekalahan Partai Komunis. Adegan ini muncul pada menit 10:57 sampai 12:16.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal

Medium shoot Adi sedang

menonton video berita dr Amerika,

Enam belas bulan lalu kekerasan meledak di  

Medium shoot Medium shoot Medium shoot ditelevisi digambarkan peta indonesia.

Polisi militer terlihat sedang menendang warga sipil yang terlihat sedang berkerumun.

Polisi militer sedang baris berbaris.

Seorang pria sedang asal bali sedang diwawancarai media asing.

kepulauan indah ini. (narasi dalam Bahasa Inggris). Sering, seluruh keluarga dibunuh. Dan pembasmian berlanjuj sampai sekarang (narasi dalam Bahasa Inggris). Sukar dipercaya, dipulau seindah bali terjadi pembantaian setahun yang lalu (narasi dalam bahasa Inggris).

55

Ikon:

a. Orang berseragam polisi militer adalah dari ikon pemerintahan. b. Orang berpakaian biasa adalah ikon dari rakyat.

Indeks:

a. Seluruh keluarga dibunuh. dan pembasmian adalah indeks kekerasan. Simbol:

a. keluarga yang dibunuh dan pembasmian adalah simbol dari pelanggaran hak asasi manusia.

5. Analisis Semiotika Pada Adegan Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang Keadaan Para Anggota PKI Yang Menjadi Tahanan.

Dalam Adegan ini Adi sedang menonton Rekaman berita di Amerika Serikat (NBC News), dalam rekaman ini diperlihatkan Para buruh menjadi tahanan dan dipekerjakan di Pabrik Karet Good Year yang menjadi salah satu kekayaan Indonesia. Adegan ini muncul pada menit 12:17 sampai 13:02.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal Medium Shoot Visual: tong pabrik

good year salah satu potensi kekayaan alam

Verbal: indonesia punya potensi kekayaan alam yang luar biasa (narasi dalam Bahasa inggris)  

Wide Shoot

Group Shoot

Extreme Wide Shoot

Visual: pabrik good year

Visual: para tahanan komunis sedang berjalan dikawal oleh penjaga bersenjata

Visual: para tahanan komunis sedang berbaris diawasi oleh penjaga bersenjata

Verbal: contohnya kerajaan karet, good year sumatera serikat buruhnya dulu dikuasai komunis setelah G30S, banyak buruh dibunuh atau dipenjarakan (narasi dalam Bahasa inggris)

Verbal: yang selamat, masih bekerja sebagai tahanan yang

ditodong. (narasi dalam

Bahasa inggris) Verbal: di pulau lain, tahanan komunis dibiarkan mati kelaparan atau secara berkala dilepaskan untuk dibunuh warga setempat. (Narasi dalam Bahasa inggris)  

57

Ikon:

a. Para anggota PKI yang menjadi tahanan yang dikawal oleh penjaga berseragam.

b. Penjaga berseragam yang dedang mengawasi para tahanan. Indeks:

a. kerajaan karet good year sumatera serikat buruhnya dulu dikuasai komunis setelah G30S, banyak buruh dibunuh atau dipenjarakan, pembunuhan adalah indeks dari kekerasan..

b. yang selamat, masih bekerja sebagai tahanan yang ditodong. tahanan yang ditodong adalah indeks dari kekerasan.

Simbol:

a. di pulau lain, tahanan komunis dibiarkan mati kelaparan atau secara berkala dilepaskan untuk dibunuh warga setempat adalah simbol dari pelanggaran hak asasi manusia.

6. Analisis Semiotika Pada Adegan Yang Menunjukkan Kegiatan Belajar Mengajar Dimana Guru Sedangkan Menjelaskan Kekejaman PKI Di Masa Lalu.

Dalam Adegan terjadi di dalam kelas saat Pak Guru memberikan Pelajaran Sejarah G30SPKI kepada murid yang salah satunya adalah anak dari Adi Rukun. Adegan ini muncul pada menit 13:52 sampai 16:00.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal  

Close Up

Close Up

Visual: para murid SMP sedang mendapatkan pelajaran sejarah kelam partai komunis indonesia Visual: Guru sedang menceritakan pen -culikan jendral sambil memperagakannya

Verbal: Komunis itu kejam, semacam tidak mempunyai Tuhan

Verbal: para

pemberontakan G30S PKI, untuk melakukan

perubahan sistem, mereka melakukan penculikan terhadap dewan jendral, dewan jendral tersebut disayat wajahnya pakai pisau Inggris. “Kamu mau?.” Bayangkan kembali sebuah mata copot dari wajah kita. mereka, dicongkel matanya keluar. “Kalo kita motong ayam, ketika itu ayam kita ambil, tanpa dipotonng langsung ditarik lehernya kejam ga?”  

59

Medium Close Up Visual: Pak guru sedang

memberikan pelajaaran sejarah kelam PKI

kejam. Begitu kejamnya PKI.

Verbal: Kemudian mereka juga mendapatkan tekanan dari pemerintah. Para tahanan-tahanan yang ikut dalam G30SPKI masuk, dipenjarakan itu. Anak-anaknya tidak boleh menjabat dipemerintahan. “heii, ini anak-anak dari antek-antek PKI dulu, tidak boleh duduk

dipemerintahan, tidak boleh.” “heii dulu kakekmu ikut PKI ngak boleh jadi tentara.” “heii nenekmu dulu ikut menjadi gerombolan PKI ngak boleh, untuk menjadi Polisi.” Makanya kalo kita mau berontak terhadap negara, kalo nggak jelas  

bisa masuk penjara. Berterimakasihlah kita pada para pahlawan tadi itu yang telah

memperjuangkan negara kita sehingga menjadi negara yang demokrasi.

Ikon: Indeks:

a. disayat wajahnya pakai pisau adalah indeks dari kekerasan.. Simbol:

a. Anak-anak dari anggota PKI tidak boleh menjabat dipemerintahan adalah simbol dari pelanggaran hak asasi manusia.

7. Analisis Semiotika Pada Adegan Penuturan Cerita Kembali Dari Saudara Ali Sugito Tentang Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI.

Dalam adegan ini diperlihatkan kembali saat Adi menonton rekaman Joshua saat Ali sugito memperagakan proses pembantaian para Anggota PKI. Adegan ini muncul pada menit 17:45 sampai 19:13 .

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal  

61

Wide Shoot

Two Shoot

Visual: Ali Sugito sedang memperagakan pembunuhan

Visual: ali sugito sedang memperagakan

pembunuhan gerwani

Verbal: kalo gini kan enak, tangkap.. tangan aja dia diikat

Verbal: nah kalo ada gerwani begini, jiammpp. Buka bahunya, jiammpp

Ikon:

a. Ali Sugito adalah ikon dari pasukan komando aksi.

b. gerwani adalah ikon dari sekumpulan wanita yang berideologi komunis. Indeks:

a. tangan diikat adalah indeks dari kekerasan.. Simbol:

a. pembunuhan dengan cara menyembelih adalah indeks dari pelanggaran hak asasi manusia.

b. penusukan adalah indeks dari pelanggaran hak asasi manusia.

8. Analisis Semiotika Pada Cerita Yang Dituturkan Oleh Ibu Dari Ramli Sebagai Anggota PKI Yang Dieksekusi.

Dalam adegan ini Adi bertanya pada Ibunya tentang keikutsertaan orang-orang di lingkungan sekitarnya dalam terhadap pembunuhan Kakaknya (Ramli). Adegan ini muncul pada menit 19:14 sampai 21:10.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal Visualisasi Pesan Verbal Close Up Extreme Close Up Visual

Ibu dari dari Adi sedang memotong sayuran

Visual

Gambar menunjukkan fentilasi rumah terbuat dari kayu yang kotor dan tidak terawat dengan semilir angin menghembus kotoran-kotoran yang

bergelantungan.

Verbal

Mereka kaya karena merampok orang PKI, hidup enak dari merampok. Suaminya dibunuh, istrinya mereka dipermainkan.

Verbal

Di sekitar kita, guru, kepala desa mereka ikut membunuh.

Ikon:

a. Ibu Adi adalah ikon dari korban PKI karena Anaknya Ramli yang merupakan kakak dari Adi adalah anggota PKI.

Indeks: Simbol:  

63

a. gambar menunjukkan fentilasi rumah terbuat dari kayu yang kotor dan tidak terawat adalah simbol dari pelanggaran hak asasi manusia. Fentilasi rumah yang terbuat dari kayu yang kotor dan terawat menunjukan adanya kesejahteraan sosial yang tidak terlaksana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik indonesia Nomer 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Soial..

9. Analisis Semiotika Pada Reka Adegan Yang Dilakukan Oleh Saudara Amir Hasan Dan Inong Sebagai Anggota Komando Aksi Ketika Eksekusi Pemberantasan PKI Sedang Dilakukan.

Dalam adegan ini Adi sedang menonton rekaman dari dari Amir Hasan dan Inong yang merupakan anggota Pasukan Aksi dalam memperagakan pembantaian terhadap para Anggota PKI. Adegan ini muncul pada menit 23:19 sampai 25:23.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal

Medium Shoot Visual

Amir Hasan dan Inong yang merupakan anggota dari komando aksi manusia sedang menjelaskan kronologi kejadian di tempat perkara. Verbal Pimpinan pasukan pembunuh tingkat desa Amir Hasan dan Inong. "Di tempat ini orang yang kami tahan itu kami tarik, kami bawa dan kami seret langsung sampai  

Medium Close Up

Very Wide Shoot

Visual

Adi sedang menonton rekonstruksi perkara yang dijelaskan oleh Amir Hasan dan Inong.

Visual

Amir Hasan dan Inong menyesuri jalan sampai lokasi kejadian

seratus meter di hilir sana.

Verbal

Ada yang menjerit, ada yang menangis, ada yang minta tolong. Sebelumnya di atas truk sudah kami pukuli terlebih dahulu supaya tidak lari waktu

diturunkan.

Verbal

Jadi inilah kami seret lah dia disini, nah disini lah kami seret, yang tidak mau kami

campakkan lah dia itu. Tolong-tolong ampun pak, ampun pak. Kami tidak perduli malah kami pukul lagi dia supaya mulutnya tidak mempengaruhi  

65

Two Shoot Visual

Amir Hasan sedang mempraktekkan ketika algojo datang dan menebas kepala saat pemberantasan PKI.

pasukan kami dengan rasa takut.

Verbal

Dia tunduk begini maka algojo sudah datang dan ditebaslah lehernya sampai putus, setelah kepala jatuh barulah

ditunjangkan kesana dan hanyutlah dia, timbul tenggelam badan itu.

Ikon:

a. Amir Hasan dan Inong adalah ikon dari pasukan komando aksi. Indeks:

a. Orang yang diseret sampai seratus meter adalah indeks kekerasan.

b. Menjerit, menangis, meminta tolong, dipukuli adalah indeks dari kekerasan.

c. Leher yang ditebas hingga putus dan hanyut di kali adalah indeks dari kematian .

Simbol:

a. Leher yang ditebas hingga putus dan hanyut di kali adalah simbol dari pelanggaran Hak Asasi Manusia.

10. Analisis Semiotika Pada Cerita Yang Dituturkan Oleh Inong Ketika Ia Sedang Mengeksekusi Anggota PKI.

Dalam adegan ini Adi sedang memeriksa mata inong sambil bertanya tentang sejarah pembantaian PKI. Adegan ini muncul pada menit 33:50 sampai 42:06.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal

Close Up Visual

Adi sedang memeriksa mata Inong dengan memakaikan kacamata khusus (phropter) pendeteksi tingkatan minus dan Inong sambil bercerita tentang kejadian pemberantasan PKI.

Verbal

Satu syaratnya; kalau tidak meminum darah korbannya,

pembunuhnya menjadi gila. Oleh karena itu, karena meminum darah manusia saya jadi berani melakukan apa saja, masin-masin manis darah manusia itu rasanya, kalau payudara dipotong, terlihat seperti saringan kelapa. Ikon:

a. Inong adalah ikon dari Pasukan Komando Aksi karena inong adalah angota dari Pasukan Komando Aksi.

Indeks:  

67

a. Meminum darah manusia adalah indeks dari kegilaan. Simbol:

a. Payudara yang dipotong adalah simbol dari pelanggaran Hak Asasi Manusia , sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.

11. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang Dilakukan Kepada Amir Siahaan Sebagai Komandan Komando Aksi Sungai Ular.

Dalam adegan ini Adi sedang menonton rekaman Joshua saat mewawancarai Amir Siahaan yang merupakan Komandan Pasukan Pembunuh Sungai Ular. Adegan ini muncul pada menit 47:17 sampai 48:45.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal

Medium Shoot Visual

Amir Siahaan komandan pasukan aksi duduk berpakaian batik dan memakai peci sedang

menceritakan apa yang terjadi pada saat eksekusi

pemberantasan PKI. Di belakangnya terdapat

Verbal

Komandan pasukan pembunuh sungai ular, Amir Siahaan. Pada waktu pemberantasan PKI selama tiga bulan kami tidak kenal malam tidak kenal siang kami bawa kurang lebih tiga kilometer dari tempat  

beberapa orang sedang duduk-duduk tanpa ada penjelasan informasi tentang jabatan mereka.

yang kami lupa namanya, kami gali lubang lalu kami tanam hidup-hidup. Itu ada daftar nama-nama mereka yang dibawa dari tahanan ke sungai ulat itu, yang kami bawa sekian orang kami teken dan malam besok kami bawa sekian orang teken. Ikon:

a. Amir Siahaan adalah ikon dari Pasukan Komando Aksi karena ia adalah anggota dari Pasukan Komando Aksi.

Indeks: Simbol:

a. kami tanam hidup-hidup adalah simbol dari pelanggaran Hak Asasi Manusia.

12. Analisis Semiotika Pada Reka Adegan Kembali Yang Dilakukan Oleh Saudara Amir Hasan Dan Inong Ketika Mengeksekusi Ramli Sebagai Anggota PKI.

Dalam adegan ini diperlihatkan kembali saat Adi menonton rekaman saat pembantaian yang dilakukan oleh Amir Hasan dan Inong. Adegan ini muncul pada menit 56:42 sampai 59:46.

69

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal Visualisasi Pesan Verbal Two Shoot Wide Shoot Visual: Inong sedang melakukan reka adegan ketika proses eksekusi Ramli yaitu kakak dari Adi pemeran utama dalam film ini.

Visual: Amir Hasan memperagakan saat penganiayaan dilakukan terhadap Ramli di samping sungai

Verbal: Nah inikan senjata tajam, potong, terkoyak, tunjang, mati. Itulah cerita si Ramli yang saya katakan itu, itu kemaluannya dipotong dibelah lalu mati.

Verbal: Maka dibacoklah saudara ramli ini berkali-kali, maka kelihatan tidak berdaya maka saya tolakkan ke sungai maka dia bergelantungan sambil teriak tolong-tolong saya, maka mereka angkat ke motor maka dikerjai dan dimakamkanlah di pelintahan.  

Medium Shoot Visual

Amir dan Inong sedang melakukan tanya jawab disamping sungai tempat kejadian eksekusi berlangsung. Verbal

Joshua : Kalo beking dari tentara seperti apa misalnya?, Amir: mereka cuma berjaga disekitar truk saja enggak ke sini. Ini adalah perjuangan rakyat bukan

pemerintah atau ABRI, kalau ini dikatakan sebagai perjuangan pemerintah ini dunia marah, bahwa

pemerintah Indonesia membasmi PKI, maka mereka ini jaga diri, tidak mau mereka ikut langsung ya rakyat inilah yang

menggerakkan walaupun kita tau ya mereka inilah yang membeking di belakang.  

71

Ikon:

a. Ramli adalah ikon dari PKI karena ramli adalah anggota PKI. b. Tentara adalah ikon dari pemerintahan.

Indeks: Simbol:

a. kemaluannya dipotong dibelah lalu mati adalah simbol daari pelanggaran hak asasi manusia

b. dibacoklah saudara ramli ini berkali-kali adalah simbol dari pelanggaran hak asasi manusia.

c. tentara yang menyembunikan perannya dalam kegiatan pembantaian anggota PKI adalah simbol dar pelanggaran hak asasi manusia.

13. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang Dilakukan Kepada Saudara M. Y. Basrun Pimpinan DPRD Serdang Bedagai.

Dalam adegan ini Adi sedang mewawancarai M.Y. Basrun Pimpinan DPRD Serdang Bedagai yang menjabat Ketua Komando Aksi saat Pembantaian terjadi. Adegan ini muncul pada menit 01:00:07 sampai 01:03:52.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal Medium Close Up Visual

Adi sedang mewawancarai pimpinan DPRD Serdang Bedagai, M. Y. Basrun Verbal

Adi : Bagaimana mungkin (kesalahan itu) tidak besar satu juta orang dibunuh atau lebih. M. Y. Basrun : Itulah dia politik,  

mencapai idealisme prosesnya adalah proses politik dalam berbagai aspek

Ikon:

a. M.Y. Basrun adalah ikon dari Pasukan Komando Aksi karena M.Y. Basrun menjabat sebagai Ketua Komando Aksi pada saat pembantaian berlangsung.

b. DPRD Serdang Bedagai adalah ikon dari pemerintah. Indeks:

Simbol:

a. Pembunuhan adalah simbol dari pelanggaran hak asasi manusia, dalam adegan ini M.Y. Basrun pimpinan DPRD Serdang Bedagai yang dulu menjabat sebagai Ketua Komando Aksi menilai pembantaian anggota PKI sebagai sebuah proses Politik untuk mencapai idealisme.

14. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang Dilakukan Kepada Keluarga Amir Hasan Sebagai Anggota Dari Komando Aksi.

Dalam adegan ini Adi Sedang mewawancarai Keluarga dari almarhum Amir Hasan sambil menunjukan Buku Embun Berdarah (yang berisi tentang kejadian pembantaian yang dilakukan Pasukan Aksi di Sungai Ular) Adegan ini Muncul Pada menit 01:25:42 sampai 01:32:05.

Shoot size Visualisasi Pesan Non-Verbal

Visualisasi Pesan Verbal  

73

Close Up

Group Shot

Close Up

Visual: Adi sedang mengobrol dengan keluarga ketua komando pasukan aksi Visual: keluarga almarhum Amir Hasan ketua komando aksi sedang mendengarkan Adi Bercerita

Visual: Istri dari ketua kondo aksi sedang

mendengarkan Adi berbicara tentang pembantaian anggota PKI

Verbal: dari 32 orang yang dibunuh, itu yang paling, ceritanya yang paling seram, yang paling ngeri itu cerita abangku Ramli

Verbal: Abangku itu dibacok ininya, udah tuh perutnya di koyaklah, ususnya keluar, ino punggungnya ni jebol

Verbal: jadi bilang ke mamak, kalo ramli itu mau di obatin ke tebing tapi di mobil itu sudah di cincang-cincang, jadi di bawa dipotonglah kemaluannya baru dia meninggal.

Ikon:

a. Adi adalah Ikon dari PKI karena Adi adalah adik dari Ramli anggota PKI yang di bantai oleh Pasukan Komando Aksi.

Indeks:

a. dibacok bahunya, perutnya di koyak, ususnya keluar, punggungnya jebol adalah indeks dari Kematian, dalam adegan ini Adi menjelaskan proses pembantaian abangnya Ramli yang dilakukan oleh Amir Hasan dan Inong.

b. Dicincang-cincang, Dipotong kemaluannya adalah indeks dari kematian, disini Adi juga menjelaskan abai mana Abangnya Ramli dibununh dengan cara dicincang dan dipotong kemaluannya.

Simbol:

a. dibacok bahunya, perutnya di koyak, ususnya keluar, punggungnya jebol adalah indeks dari Kematian, dalam adegan ini Adi menjelaskan proses pembantaian abangnya Ramli yang dilakukan oleh Amir Hasan dan Inong.

b. Dicincang-cincang, Dipotong kemaluannya adalah indeks dari kematian, disini Adi juga menjelaskan abai mana Abangnya Ramli dibununh dengan cara dicincang dan dipotong kemaluannya.

B. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Menurut Islam dan Ketentuan Negara 1. Adegan Penuturan Cerita Dari Saudara Ali Sugito Tentang

Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI. Dalam Islam

75

a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup.

b. Hak pendukung (hajiyyah): Hak atas keselamatan hidup Menurut Ketentuan Negara

a. Hak Untuk Hidup.

a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).

2. Dialog Yang Diucapkan Oleh Ibu Dari Ramli Sebagai Anggota PKI Yang Dieksekusi.

Dalam Islam

a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup

b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup Menurut Ketentuan Negara

a. Hak Untuk Hidup.

a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).

3. Hasil Wawancara Yang Dilakukan Kepada Pasien Saudara Adi Sebagai Adik Dari Ramli.

Dalam Islam

a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup

b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup Menurut Ketentuan Negara

a. Hak Untuk Hidup.

a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).

b. Hak Atas Rasa Aman

a) Tentang Pengesahan Konvensi Intermasional Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965 (UU Republik Indonesia No. 29, Tahun 1999)

4. Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang Riuhnya Indonesia Ketika Era Pemberantasan PKI.

Dalam Islam

c. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup

d. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup Menurut Ketentuan Negara

a. Hak Untuk Hidup.

Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).

5. Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang Keadaan Para Anggota PKI Yang Menjadi Tahanan.

Dalam Islam

a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak hidup b. Hak-hak pendukung (hajiyyah):

a) Hak Atas Keselamatan Hidup,

b) Hak Memperoleh Kebutuhan Pokok, Hak untuk Bekerja. Menurut Ketentuan Negara

a. Hak Untuk Hidup.

a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).

77

b) Tentang Ketenagakerjaan. (UU Republik Indonesia No. 13, Tahun 2003).

b. Hak Atas Rasa Aman.

a) Tentang Pengesahan Konvensi ILO Mengenai Penghapusan Kerja Paksa. (UU Republik Indonesia No. 19, Tahun 1999)

6. Adegan Yang Menunjukkan Kegiatan Belajar Mengajar Dimana Guru Sedangkan Menjelaskan Kekejaman PKI Di Masa Lalu. Dalam Islam:

a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup, Hak Keturunan Dan Kehormatan.

b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Bekerja, Hak Mengeluarkan Pendapat

Menurut Ketentuan Negara: a. Hak Mengembangkan Diri.

a) Tentang Keterbukaan Informasi Publik. (UU Republik Indonesia No. 14, Tahun 2008)

b. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan

a) Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD. (UU Republik Indonesia No. 10, Tahun 2008)

7. Penuturan Cerita Kembali Dari Saudara Ali Sugito Tentang Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI.

Dalam Islam

a. Hak-hak pokok (dharuriyyah): Hak Hidup

b. Hak-hak pendukung (hajiyyah): Hak Atas Keselamatan Hidup  

Menurut Ketentuan Negara a. Hak Untuk Hidup.

a) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).

Dokumen terkait