ANALISIS SEMIOTIK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM FILM SENYAP KARYA JOSHUA OPPENHEIMER
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos)
Oleh: Ahcmad Fatawi NIM. 1111051000117
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/ 2018
i ABSTRAK
Ahcmad Fatawi NIM 1111051000117
ANALISIS SEMIOTIKA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA PADA FILM SENYAP KARYA JOSHUA OPPENHEIMER
Film merupakan satu-satunya media audio visual yang menghadirkan suara sekaligus gambar sehingga membuat penikmatnya betah duduk berjam-jam untuk menyaksikan film tersebut terlepas apakah tayangan yang mereka saksikan bermanfaat karena mendidik serta menambah wawasan atau sebaliknya menyesatkan. Film Senyap adalah film bergenre dokumenter, menceritakan tentang seorang pria bernama Adi Rukun yang mencari tahu peristiwa yang terjadi terhadap abangnya Ramli yang merupakan anggota PKI. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana Adi meawancarai beberapa orang yang dulunya merupakan anggota Pasukan Komando Aksi yang telah membunuh abangnya. Dalam film ini juga diperlihatkan beberapa reka adegan yang dilakukan oleh beberapa anggota pasukan komando aksi, yang kemudian ditulis ke dalam sebuah buku berjudul “Embun Berdarah”pleh Amir Hasan dan Inong yang merupakan anggota pasukan komando aksi.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti ingin mengetahui Bagaimana tanda-tanda yang terindikasi sebagai pelanggaran hak asasi manusia berdasarkan hasil analisis semiotik menggunakan teori Charles Sanders Pierce? Apa saja pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terdapat pada Film Senyap berdasarkan Hak Asasi Manusia menurut Islam dan Ketentuan Negara?.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Pierce yang melihat makna atas sign (ikon, indeks, simbol), objek, dan interpretan. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk menginterpretasikan sumber acuan melalui simulasi persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengidentifikasi sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan. Penelitian ini juga membagi pelanggaran Hak Asasi Manusia menjadi dua pandangan, yakni Hak Asasi Manusia menurut Islam dan menurut Ketentuan Negara.
Dari hasil Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce, didalam film Senyap terdapat Ikon dalam film ini adalah visualisasi yang ada pada tiap scene nya, terutama setiap adegan yang terdapat seorang atau tokoh yang mewakili suatu organisasi, seperti Ali sugito yang menjadi Ikon Karena Mewakili Pasukan Komando Aksi dan Adi yang merupakan Ikon dari PKI karena Adi adalah adik dari anggota PKI. Beberapa Dialog-dialog pada tiap scene yang yang dilakukan oleh Adi dan keluarganya kepada para anggota Pasukan Komando Aksi yang telah membnuh abangnya menjadi indeks terhadap kekerasan yang terjadi. Beberapa reka ulang adegan menjadi simbol dari pelanggaran Hak Asasi Manusia karena disitu terdapat unsur kekerasan. Berbagai tanda yang digunakan dalam Film Senyap mulai dari Ikon, Indeks, Simbol baik berupa tanda verbal dan non verbal merupakan serangkaian tanda yang mengindikasi adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia dari sisi HAM Menurut Islam dan Ham Menurut Ketentuan Negara. Kata kunci : Semiotik, Pelanggaran Hak Asasi Manusia, Film
ii
melimpahkan nikmat-Nya waktu, kesehatan serta kesadaran untuk menuntut ilmu, dan juga kasih sayang-Nya untuk menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebenaran, kearifan hidup manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman.
Berbagai halangan dan rintangan dalam penulisan skripsi ini, Alhamdulillah telah peneliti lewati. Memanglah penelitian ini jauh dari kata sempurna, namun skripsi ini penulis buat dengan penuh perjuangan yang memerlukan tenaga, waktu dan juga fikiran. Dan tanpa adanya pihak-pihak yang membantu, mungkin skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Maka dengan perasaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada mereka yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. DR. Dede Rosyada MA, sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Dr Suparto, S.Ag, M.Ed, sebagai Wakil Dekan Bidang Akdemik
iii
4. Dr. H. Roudhonah, M.Ag, Sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
5. Dr. Suhaimi, M.Si, Sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
6. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Drs. Masran, M.Ag, serta Sekertaris Jurusan Penyiaran Islam Fita Faturokhmah, M.Si yang selalu berkenan membantu peneliti.
7. Dosen Penasehat Akademik Drs. Jumroni, M.Si yang memberikan nasehat serta arahan bagi peneliti.
8. Terimakasih kepada Dosen Pembimbing skripsi saya, Ibu Siti Nurbaya, M.Si, yang sabar membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.
9. Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang membantu peneliti untuk menemukan referensi buku yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
10. Staf TU (Tata Usaha) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam kepengurusan terselesaikannya skripsi ini. 11. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmunya sehingga apa yang diajarkan dapat peneliti terapkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Terimakasih untuk kedua Orangtuaku yang senantiasa tak henti mendoakan putraya untuk menyelesaikan skripsi ini dan melihat putranya sukses dan menjadi sarjana.
iv
14. Teman-teman KPI D 2011, yang selalu saling mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan pendidikan.
15. Terima kasih untuk Zahid Husein Al-faruqi dan Istrinya Annisa Fasya dan keluarga yang telah sangat membantu penulis untuk menyelesaikan skripsinya.
16. Terima kasih untuk Mamik Sarmiki dan Rara yang telah sangat membantu penulis untuk menyelesaikan skripsinya.
17. Terimakasih untuk Bang Boim selaku UM Team Iklan Harian Rakyat merdeka yang memberikan kebijaksanannya perihal perizinan agar saya cepat menyelesaikan skripsi.
18. Terimakasih kepada Afrah Azlia yang telah mendukung dan mendoakan saya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan segenap keluarga besar jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 24 Juni 2018
Ahcmad Fatawi
v DAFTAR ISI ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... v BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Metodologi Penelitian ... 5
1. Paradigma Penelitian ... 5
2. Pendekatan Penelitian ... 6
3. Metode Penelitian ... 7
4. Subjek dan Objek Penelitian ... 7
5. Sumber Data ... 7
6. Teknik Pengumpulan Data ... 7
7. Teknik Analisis Data ... 9
E. Tinjauan Pustaka ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP 13 A. Film ... 13
1. Pengertian Film ... 13
2. Jenis dan Klasiikasi Film ... 14
3. Unsur-Unsur Pembentuk Film ... 17
vi
1. Tinjauan Umum Semiotika ... 21
2. Konsep Semiotika Charles Sanders Pierce ... 23
C. Hak Asasi Manusia ... 26
1. HAM Dalam Pandangan Islam ... 26
2. HAM Menurut Ketentuan Negara ... 30
BAB III GAMBARAN UMUM FILM SENYAP ... 41
A. Gambaran Umum ... 41
1. Profil Sutradara ... 42
2. Profil Produser ... 42
3. Profil Pemail ... 44
B. Sinopsis Film Senyap ... 44
C. Sejarah Singkat Peristiwa G30SPKI ... 45
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS ... 47
A. Analisis Semiotika Film Senyap ... 47
1. Analisis Semiotika Pada Adegan Penuturan Cerita Dari Saudara Ali Sugito Tentang Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI. ... 49
2. Analisis Semiotika Pada Dialog Yang Diucapkan Oleh Ibu Dari Ramli Sebagai Anggota PKI Yang Dieksekusi. ... 49
vii
3. Analisis Semiotika Pada Hasil Wawancara Yang Dilakukan Kepada Pasien Saudara Adi Sebagai Adik Dari Ramli. ... 52 4. Analisis Semiotika Pada Adegan Teaser Yang
Ditayangkan Pada Televisi Tentang Riuhnya
Indonesia Ketika Era Pemberantasan PKI. ... 53 5. Analisis Semiotika Pada Adegan Teaser Yang
Ditayangkan Pada Televisi Tentang Keadaan Para Anggota PKI Yang Menjadi Tahanan. ... 55 6. Analisis Semiotika Pada Adegan Yang
Menunjukkan Kegiatan Belajar Mengajar Dimana Guru Sedangkan Menjelaskan Kekejaman PKI Di Masa Lalu. ... 57 7. Analisis Semiotika Pada Adegan Penuturan Cerita
Kembali Dari Saudara Ali Sugito Tentang Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI. ... 60 8. Analisis Semiotika Pada Cerita Yang Dituturkan
Oleh Ibu Dari Ramli Sebagai Anggota PKI Yang Dieksekusi. ... 61 9. Analisis Semiotika Pada Reka Adegan Yang
Dilakukan Oleh Saudara Amir Hasan Dan Inong Sebagai Anggota Komando Aksi Ketika Eksekusi Pemberantasan PKI Sedang Dilakukan. ... 63 10. Analisis Semiotika Pada Cerita Yang Dituturkan
Oleh Inong Ketika Ia Sedang Mengeksekusi
Anggota PKI. ... 66
viii
12. Analisis Semiotika Pada Reka Adegan Kembali Yang Dilakukan Oleh Saudara Amir Hasan Dan Inong Ketika Mengeksekusi Ramli Sebagai Anggota PKI. ... 68 13. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang
Dilakukan Kepada Saudara M. Y. Basrun Pimpinan DPRD Serdang Bedagai. ... 71 14. Analisis Semiotika Pada Wawancara Yang
Dilakukan Kepada Keluarga Amir Hasan Sebagai Anggota Dari Komando Aksi. ... 72 B. Pelanggaran HAM Menurut Islam Dan Ketentuan
Negara ... 74 1. Penuturan Cerita Dari Saudara Ali Sugito Tentang
Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI. ... 74 2. Dialog yang diucapkan oleh ibu dari Ramli sebagai
anggota PKI yang dieksekusi. ... 75 3. Hasil Wawancara Yang Dilakukan Kepada Pasien
Saudara Adi Sebagai Adik Dari Ramli ... 75 4. Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang
Riuhnya Indonesia Ketika Era Pemberantasan PKI. ... 76
ix
5. Teaser Yang Ditayangkan Pada Televisi Tentang Keadaan Para Anggota PKI Yang Menjadi Tahanan. ... 76 6. Adegan Yang Menunjukkan Kegiatan Belajar
Mengajar Dimana Guru Sedangkan Menjelaskan Kekejaman PKI Di Masa Lalu… ... 77 7. Adegan Penuturan Cerita Kembali Dari Saudara Ali
Sugito Tentang Kejadian Dan Gambaran Eksekusi Pemberantasan PKI. ... 77 8. Cerita Yang Dituturkan Oleh Ibu Dari Ramli
Sebagai Anggota PKI Yang Dieksekusi. ... 78 9. Reka Adegan Yang Dilakukan Oleh Saudara Amir
Hasan Dan Inong Sebagai Anggota Komando Aksi Ketika Eksekusi Pemberantasan PKI Sedang
Dilakukan. ... 78 10. Cerita Yang Dituturkan Oleh Inong Ketika Ia
Sedang Mengeksekusi Anggota PKI... 79 11. Wawancara Yang Dilakukan Kepada Amir Siahaan
Sebagai Komandan Komando Aksi Sungai Ular. . 79 12. Reka Adegan Kembali Yang Dilakukan Oleh
Saudara Amir Hasan Dan Inong Ketika
Mengeksekusi Ramli Sebagai Anggota PKI. ... 80 13. Wawancara Yang Dilakukan Kepada Saudara M. Y.
Basrun Pimpinan DPRD Serdang Bedagai. ... 80 14. Wawancara Yang Dilakukan Kepada Keluarga Amir Hasan Sebagai Anggota Dari Komando Aksi. ... 81
x
B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 85
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahFilm tidak hanya semata menonjolkan unsur hiburan semata, ada jenis Film yang memang mengangkat kejadian sebenarnya seperti Film dokumenter, Film jenis ini biasa mengangkat kejadian dari seorang tokoh atau kelompok yang mempunyai nilai yang besar. Film dokumenter yang dibuat oleh pemerintah biasanya lebih menekankan kepada tanggung jawab moral untuk mengangkat nilai nasionalisme bangsa dan jati diri bangsa yang berbudaya. Tak hanya di situ tetapi Film juga sebagai penyampai pesan moral, informatif, sejarah maupun solusi atas tema-tema yang berkembang di masyarakat. Dengan standar kaidah sinematografi akan menambah kuatnya pesan yang akan disampaikan. Tak hanya di situ tetapi Film juga sebagai penyampai pesan moral, informatif, sejarah maupun solusi atas tema-tema yang berkembang di masyarakat.
Film karya sutradara Joshua Oppenheimer asal Amerika Serikat ini mengambil sudut pandang keluarga korban peristiwa 30 September 1965 sebagai jalan utama ceritanya. Meletusnya peristiwa 30 Septermber 1965 berdampak pada pembunuhan jutaan simpatisan PKI, tidak terkecuali di daerah Sumatera Utara tempat Ramli dan keluarganya tinggal. Film ini menarik kembali memori penonton dan para keluarga korban dengan menghadirkan sebuah rekaman video percakapan dan pengakuan para algojo yang membunuh Ramli serta para simpatisan PKI saat itu. Beberapa adegan para algojo itu mengeksekusi korban diperlihatkan kepada Adi, yang menjadi
pemain utama dalam Film yang berdurasi 98 menit tersebut. Adi yang saat ini berprofesi sebagai pembuat kaca mata lahir setelah kakaknya Ramli terbunuh. Di dalam Film ini, Adi menemui beberapa pelaku pembunuhan dan keluarga pelaku serta menjelaskan identitasnya sebagai adik Ramli yang telah dibunuh dengan kejam. Dalam beberapa pertemuan itu Adi akhirnya membuka identitasnya yang sebenarnya sebagai salah satu keluarga korban pembunuhan massal tahun 1965.
Hal menarik lainnya adalah ungkapan dari para pembunuh yang mengungkapkan bahwa para tentara menjaga proses eksekusi yang mereka lakukan dari jarak beberapa puluh meter dari lokasi. Selain itu mereka menyebutkan pembantaian itu dilakukan atas kesadaran mereka sebagai rakyat untuk menghilangkan paham komunis di Indonesia.
Dalam Film ini terlihat bagaimana emosi Adi yang meluap ketika bertemu pasukan pembunuh yang membunuh kakaknya, juga emosi bagaimana para mantan anggota pasukan pembunuh tampak kalutsaat mengenang yang dilakukannya tidak berperikemanusiaan. Dengan memutar ulang video reka adegan pembunuhan menunjukkan betapa kejamnya pasukan pembunuh dalam membantai anggota dansimpatisan PKI tanpa ada proses pengadilan hukum yang sah.
. Di dalam Film ini juga ditunjukkan kedua pembunuh Ramli tersebut menunjukkan buku berjudul “Embun Berdarah” yang mereka tulis untuk mengabadikan aksi pembantaian mereka tahun 1965, yang direkam Joshua tahun 2003. Kematian Ramli dinilai sebagai hal yang terbuka karena banyak saksi yang melihat saat akhir hidupnya dan para pembunuh meninggalkan
3
jasadnya di kebun sawit kurang lebih tiga kilometer dari kediaman orang tuanya.
Jauh sebelum Film Senyap ini di rilis, pada tahun 1984 Indonesia pernah merilis jenis Film yang sama, yang berjudul Film Penghianatan G30S
PKI. Film ini berisi propaganda kekejaman para anggota dan simpatisan PKI
dan disponsori oleh Pemerintah pada masa Orde Baru. Sedangkan Film
Senyap ini menceritakan keluarga anggota dan simpatisan PKI yang menjadi
korban pembataian. Jadi Film Senyap ini adalah antitesa dari Film
Penghianatan G30S PKI yang disponsori oleh Pemerintah Orde Baru.
Dari latar belakang inilah peneliti mengindikasi adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terekam dalam Film Senyap dengan menggunakan metode kualitatif untuk menafsirkan tanda-tanda dalam makna yang tersembunyi di balik sebuah film melalui analisis semiotika. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “ANALISIS SEMIOTIKA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM FILM SENYAP KARYA JOSHUA OPPENHEIMER”
B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Pembatasan skripsi ini, peneliti membatasi pengambilan adegan-adegan dalam Film Senyap/Senyap yang hanya peneliti anggap memiliki makna di dalam rangkaian gambar atau adegan (scene) Film untuk mengungkap tanda-tanda yang mengindikasi adamya pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang terekam dalam Film Senyap terlepas dari benar atau tidaknya kejadian dalam Film tersebut.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana tanda-tanda yang mengindikasi adanya pelanggaran hak asasi manusia dalam Film Senyap berdasarkan hasil analisis semiotik menggunakan teori Charles Sanders Pierce?
a. Apa saja pelanggaran hak-hak asasi manusia yang terdapat pada Film Senyap berdasarkan Hak Asasi Manusia menurut Islam dan Ketentuan Negara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian:
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
b. Untuk mengetahui tanda-tanda yang menindikasi pelanggaran hak asasi manusia yang terdapat dalam Film Senyap berdasarkan hasil analisis semiotik menggunakan teori Charles Sanders Pierce.
c. Untuk mengetahui pelanggaran hak-hak asasi manusia yang terdapat pada Film Senyap berdasarkan Hak Asasi Manusia menurut Islam dan Ketentuan Negara.
2. Manfaat Penelitian
5
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat dari segi teoritis dan praktis,yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Hasil yang diambil dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahaninformasi dan tambahan referensi bahan pustaka dan dokumentasi ilmiah untuk pengembangan keilmuan mahasiswa terutama di bidang komunikasi, khususnya penelitian tentang analisis dengan minat pada kajian Film dan semiotika.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah wawasan bagi kalangan teoritis serta praktisi, dan masyarakat umum. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian ini peleiti berharah masyarakat umum dapat memperkaya sudut pandang sehingga kedepannya kita dapat lebih bijak lagi dalam menanggapi sebuah konflik yang terjadi demi terciptanya keutuhan bangsa.
D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, mnunjukan pada praktisinya apa yang
harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang.1
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, yakni salah satu cara pandang dalam menganalisis realitas signifikanya isi film tersebut, paradigma dalam penelitian semiotika banyak mengacu pada paradigma konstruktivis.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang di dalamnya terdapat metode penelitian analisis semiotika. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tanda (sign), objek (referent) dan pemikiran manusia. Pendekatan semiotika mencakup bagaimana tanda mewakili objek, ide, siruasi, keadaan, perasaan dan sebagainya yang berada di luar diri. Metode penelitian analisis semiotik yang peneliti gunakan adalah model dari semiotik Charles Sanders Pierce.
Untuk mengkaji atau mendeskripsikan dan menganalisa, maka digunakan pendekatan deskriptif analisis. Tipe penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat.
Pengertian dari analisis deskriptif sendiri adalah suatu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran, dan mengualifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu baru disimpulkan.
3. Metode Penelitian
1Deddy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif. (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003) h.9.
7
Dalam menganalisis penelitian ini peneliti menggunakan analisis deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasikan dan mengklasifikasikan suatu fenomena atau dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenanaan dengan masalah dan unit yang diteliti.2
4. Subjek Dan Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah sebuah File film Senyap berformat Blue Ray Adapun yang menjadi unit analisisnya adalah potongan gambar, musik, dan dialog yang terdapat di dalam Film Senyap yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
3. Sumber Data
Sumber data terbagi dua di antaranya:
a. Data Primer, berupa dokumen elektronik, file berbentuk video Film Senyap.
b. Data Sekunder, berupa dokumen pendukung yang tertulis, seperti literatur-literatur resensi Film Senyap dari internet maupun media lain, serta buku-buku yang relevan dengan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik penelitian ini, peneliti mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan dengan cara menonton Film Senyap. Dalam konteks ilmu komunikasi, penelitian dengan metode pengamatan atau observasi biasanya dilakukan dengan
2Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Sosial, ( Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006),
melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultur masyarakat.3
a. Observasi unobtrusive
Observasi unobtrusive biasa disebut sebagai unobtrusive
measures-unobtrusive methods non teactive methods merupakan
observasi yang tidak mengubah perilaku natural subjek. Observasi jenis ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat ataupun menyembunyikan identitas sebagai observer. Contoh observasi unobtrusive methods adalah observasi yang dilakukan pada naskah, teks, tulisan, dan rekaman audio visual, materi budaya (objek fisik), jejak jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di museum, isi dari buku buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware techniques, kamera, video, dll, rekaman politik, dan demografi..4
b. Dokumentasi
Teknik Dokumentasi, Menurut Sugiyono dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
3Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif,Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2007)h.111
4Babbie, Earl, The Practice of Social Research, Belmot: Wodsworth Publishing Company,1998
hal: 308.
9
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
5. Teknik Analisis Data
Menurut Patton yang dikutip oleh Sugiono,5analisis data adalah proses mengatur uraian data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Setelah semua data dan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data dan informasi tersebut.
Peneliti akan menganalisisnya dengan menggunakan metode deskriptif, analisis semiotik dari Charles Sanders Pierce untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Unsur penting dalam analisis semiotik adalah makna yang ditonjolkan kepada khalayak berupa ikon, indeks dan symbol dalam beberapa adegan film.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul ini peneliti sudah melakukan tinjauan terhadap skripsi terdahulu. Peneliti menemukan ada penelitian yang pernah dilakukan mengenai semiotik. Judul yang digunakan dalam skripsi ini memang banyak kemiripan dengan judul-judul skripsi yang lain yang mencoba menganilisis film-film, dan objek lainnya, seperti skripsi-skripsi berikut ini:
5
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta), 2007, h. 88.
1. Mamik Sarmiki, mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dengan skripsi berjudul Propaganda
Media Dalam Bentuk Kekerasan Terbuka (Studi Semiotika Dalam Film Penghianatan G30S PKI), dalam penelitian ini, teori yang digunakan
adalah Ferdinand de Saussure. Hasil analisa penelitian ini para simpatisan atau anggota PKI digambarkan sebagai pihak yang bersalah dalam menghabisi tentara pemerintah. Persamaan dalam penelitian ini yaitu peneliti sama-sama mengangkat Film bertemakan G30S PKI. Perbedaan penelitian ini terletak pada teori dan fokus permasalahannya.
2. Representasi Toleransi Antar Umat Beragama “Analisis semiotik Charles Sanders Pierce Terhadap Film Tanda Tanya” oleh Rohmah Suci Handayani 2010, Konsentrasi Ilmu Komunikasi, Universitas Trunojoyo Madura. Hasil penelitian ini menujukan beberapa sikap toleransi antar beragama yakni toleransi beribadah, toleransi belajar mengenai agama lain, toleransi menolong antar agama, toleransi perayaan agama, toleransi makanan yang dibedakan peralatan masak babi dan yang bukan babi. Persamaan penelitian ini adalah sama sama menggunakan teori Charle Sanders Pierce, perbedaannya terletak pada objek film yang diteliti.
3. Studi Analisis Semiotik Tentang Analisis Semiotik Film CIN(T)A Karya
Sammaria Simanjuntak. yang ditulis oleh Nurlaelatul Fajria,
NIM:107051002056, mahasiswa Univerritas Islam Negeri Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Pisau analisis yang digunakan adalah Charles Sanders Pierce. Hasil penelitian ini makna Ikon, Indeks dan Simbol, Serta pesan yang disampaikan mengenai toleransi umat beragama.
11
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori Pierce, dan perbedaanya terletak pada objek film yang diteliti.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka dari itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori membahas Film, Semiotika,Tinjauan umum Semiotika, Semiotika Charles Sanders Pierce, Hak Asasi Manusia, Hak HAM Menurut Islam, HAM menurut Ketentuan Negara.
BAB III Gambaran Umum Film Senyap, tentang sinopsis film, profil Joshua Oppenheimer selaku sutradara Film Senyap, serta profil pemain dan kru produksi Film.
BAB IV Bab ini membahas tanda-tanda pelanggaran hak asasi manusia yang terdapat dalam Film Senyap berdasarkan hasil analisis semiotik menggunakan teori Charles Sanders
Pierce, Apa saja pelanggaran hak-hak asasi manusia yang terdapat pada Film Senyap.
BAB V Kesimpulan dan Saran. Peneliti mengakhiri skripsi dengan memberikan kesimpulan serta diikuti saran penulis.
13 BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. FILM
1. Pengertian film
Undang-undang Perfilman No. 6 tahun 1992, Bab I, Pasal 1, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunkasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya.6
Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena merupakana bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan menimbulkan efek tertentu. Film dan televisi memiliki kemiripan, terutama sifatnya yang audio visual, tetapi dalam proses penyampaian pada khalayak dan proses produksinya agak sedikit berbeda.7
Pada tingkat penanda, film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata.pada tingkat petanda, film merupakan cermin kehidupan
6Askurifai Baksin, Membuat Film Indie itu Gampang, (Bandung: Katarsis, 2003), h. 6
7Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014),
h.91
metaforis. Jelas bahwa topik film menjadi sangat pokok dalam semiotika media karena di dalam genre film terdapat sistem signifikasi yang ditanggapi orang-orang masa kini dan melalui film mereka mencari rekreasi, inspirasi, dan wawasan pada tingkat interpretant.8 Media film memiliki keampuhan yang besar untuk mempengaruhi publik. Medium ini dapat menyajikan gambar-gambar atau peragaan gerak, termasuk suara. Teknologi baru yang hampir sejenis dengan film adalah kaset video dengan piringan (laser disc). Teknologi baru mempunyai sifat praktis karena dengan menghubungkan melalui monitor televisi di rumah-rumah, kemudian muncul gambar dan sekaligus suaranya.9
2. Jenis Dan Klasifikasi Film a. Jenis-jenis film
Jika dilihat dari isinya, film dibedakan menjadi jenis film fiksi dan non fiksi. Sebagai contoh, untuk film non fiksi adalah film dokumenter yang menjelaskan tentang dokumentasi sebuah kejadian alam, flora, fauna maupun manusia. Adapun penjelasan dari jenis-jenis film itu sebagai berikut:
1) Film Dokumenter adalah film yang menyajikan fakta berhubungan dengan orang orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan lain sebagainya.
8Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134 9Y.S. Gunadi dan Djony Heffan, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: PT Grasido, 1998), h.
11-12
15
2) Film fiksi adalah film yang menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep pengadegaan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terkait hukum kausalitas. Cerita fiksi juga seringkali diangkat dari kejadian nyara dengan menggunakan beberapa cuplikan rekaman gambar dari peristiwa aslinya (fiksi-dokumenter).
3) Film Experimental merupakan film yang berstruktur namun tidak berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun (anti-naratif) adegannya menantang logika sebab-akibat (anti-rasionalitas).10 b. Klasifikasi film
Menurut Himawan Pratista dalam buku Memahami Film-nya, metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) sebagai berikut11:
1. Aksi, yaitu film yang berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, dan nonstop dengan cerita yang cepat.
2. Drama, yaitu film yang kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. Tema umumnya mengangkat isu-isu sosial, seperti kekerasan, ketidakadilan, masalah kejiawaan, penyakit, dan sebagainya.
10Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1 h. 4-8 11Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h. 13-20
3. Epik Sejarah, yaitu film dengan tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa, atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda, atau kisah biblical.
4. Fantasi, yaitu film yang berhubungan dengan tempat, peristiwa dan karakter yang tidak nyata, dengan menggunakan unsur magis, mitos, imajinasi, halusional, serta alam mimpi.
5. Fiksi Ilmiah, yaitu film yang berhubungan dengan teknologi dan kekuatan di luar jangkauan teknologi masa kini yang atificial.
6. Horror, yaitu film yang berhubungan dengan dimensi spiritual atau sisi gelap manusia.
7. Komedi, yaitu jenis film yang tujuannya menghibur dan memancing tawa penonton.
8. Kriminal dan Gangster, yaitu film yang berhubungan dengan aksi-aksi criminal dengan mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata.
9. Musikal, yaitu film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi).
10. Petualangan, yaitu film yang berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. 11. Perang, yaitu film yang mengangkat tema ketakutan serta teror yang
ditimbulkan oleh aksi perang dengan memperlihatkan kegigihan, dan perjuangan.
12. Western, yaitu film dengan tema seputar konflik antara pihak baik dan jahat berisi aksi tembak-menembak, aksi berkuda dan aksi duel.
17
Film ini masuk dalam kategori film dokumenter yang menyajikan fakta berhubungan dengan orang orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata.
3. Unsur-Unsur Pembentuk Film
Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu dengan lainnya. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, berhubungan dengan aspek cerita atau tema film, terdiri dari unsur-unsur seperti: tokoh, masalah, lokasi, dan waktu. Sedangkan unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Sementara unsur sinematik atau gaya sinematik atau gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terdiri dari empat elemen pokok, yaitu:
a. Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada di depan kamera.
b. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil.
c. Editing, yakni transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. d. Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui
indera pendengaran.12
Film juga mengandung unsur-unsur dramatik. Unsur dramatik dalam istilah lain disebut dramaturgi, yakni unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya, antara lain: konflik, suspense, curiousity, dan surprise. Konflik merupakan
12Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h. 1-2
suatu pertentangan yang terjadi dalam sebuah film misalnya, pertentangan antar tokoh. Suspense merupakan ketegangan yang dapat menggiring penonton ikut berdebar menantikan adegan selannjutnya. Curiousity merupakan rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap jalannya cerita sehingga penonton terus mengikuti alur film sampai selesai. Surprise adalah kejutan. Kejutan ini biasanya digunakan pada alur film yang sulit ditebak.13 4. Teknik Pengambilan Gambar
a. Sinematografi
Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu:14
1) Extreme long shot
Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dariobyeknya. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas.
2) Long shot
Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering kali digunakan sebagai establishing shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.
3) Medium long shot
13Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta: Grasindo, 2004), cet. 3, h. 100-103 14Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h.104-106
19
Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. 4) Medium shot
Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.
5) Close-up
Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gestur yang mendetil. Close-up biasanya digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga memperlihatkan sangat mendetil sebuah benda atau obye
6) Extreme close-up
Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetil bagian dari wajah, seperti telinga, mata hiudung, dan lainnya atau bagian dari sebuah obyek.
b. Pergerakan Kamera
Pergerakan kamera adalah istilah untuk memudahkan komunikasi dengan operator kamera, yakni istilah untuk menyebut arah gerak kamera yang dimaksudkan. Disebut pergerakan kamera karena posisi perangkat kamera yang berubah dalam proses pengambilan gambar. Pergerakan kamera, secara teknis sebenarnya variasinya tidak terhitung namun secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:15
15Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h.108-110
1) Pan
Pan merupakan singakatn dari kata panorama. Istilah panorama
digunakan karena umumnya menggambarkan pemandangan (menyapu pandangan) secara luas. Pan adalah pergerakan kamera secara horizontal (kanan dan kiri) dengan posisi kamera statis.
2) Tilting
Tilt merupakan pergerakan kamera secara vertikal (atasbawah atau
bawah-atas) dengan posisi kamera statis. Tilt sering digunakan untuk memperlihatkan obyek yang tinggi atau raksasa di depan seorang karakter (kamera), seperti misalnya gedung bertingkat, patung raksasa, atau obyek lainnya.
3) Tracking
Tracking shot atau dolly shot merupakan pergerakan kamera akibat
perubahan posisi kamera secara horizontal. Pergerakan dapat ke arah manapun sejauh masih menyentuh permukaan tanah. Pergerakan dapat bervariasi yakni, maju (track forward), melingkar, menyamping (track left/right) dan sering kali menggunakan rel atau
track. Tracking shot juga dapat dilakukan dengan menggunakan truk
atau mobil.
4) Crane Shoot
Crane shot adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi
kamera secar vertikal, horisontal, atau kemana saja selama masih di atas permukaan tanah (melayang). Crane shot umumnya menggunakan alat crane yang mampu membawa kamera bersama
21
operatornya sekaligus dan dapat bergerak turun dan naik hingga beberapa meter. Crane shot umumnya menghasilkan efek highangle dan sering digunakan untuk menggambarkan situasi lansekap luas, seperti kawasan kota, bangunan, areal taman, dan sebagainya.
B. SEMIOTIKA
1. Tinjauan Umum Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani
Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu
yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirene mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota
Secara terminologis, semiotika dapat diintefikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.16Analisis semiotika merupakan suatu pemaknaan lebih lanjut terhadap proses pencarian makna ‘berita di balik berita’.
Sejak pertengahan abad ke-20, semiotika telah tumbuh menjadi bidang kajian yang sungguh besar, melampaui di antaranya, kajian bahasa tubuh, bentuk-bentuk seni, wacana retoris, komunikasi visual, media, mitos, naratif, bahasa, artefak, isyarat, kontak mata, pakaian, iklan, makanan, upacara pendeknya, semua yang digunakan, diciptakan, atau diadopsi oleh manusia untuk memproduksi makna.17
16
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan
Skripsi,h.7
17Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori
Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 6
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua itu dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, semua itu dianggap sebagai tanda.18
Charles Morris memudahkan kita memahami ruang lingkup kajian semiotika yang menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda. Menurut dia, kajian semiotika pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam tiga cabang penyelidikan (Branches of inquiry) yakni sintaktik, semantik dan pragmatik.19 a. Sintaktik (syntactics) atau sintaksis (syntax): suatu cabang penyelidikan
semiotika yang mengkaji “hubungan formal di antara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain.” Dengan begitu hubunganhubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang mengendalikan tuturan dan iterpretasi, pengertian sintaktik kurang lebih adalah semacam ‘gramatika’.
18Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2013), h.12
19Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan
Skripsi, h. 5
23
b. Semantic (semantics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan designate adalah tanda-tanda sebelum digunakan didalam tuturan tertentu.
c. Pragmatik (pragmatics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan interpreterinterpreter atau para pemakainya” – pemakaian tanda-tanda. Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan.
2. Konsep Semiotika Charles Sanders Pierce
Charles Sanders Pierce (1839-1914) seorang filsafat dari Amerika, secara mandiri telah mengerjakan sebuah tipologi tentang tanda-tanda dan sebuah metabahasa untuk membicarakannya. Tetapi semiotika Pierce lebih dipahami sebagai perluasan logika dan sebagian kerjanya dalam semiotika memandang linguistik melebihi kecanggihan logika sebagai model.20
Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain dari pada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.21 Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda melainkan dunia itu sendiri terkait dengan pikiran manusia.22 penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.
Pierce dalam teorinya mengatakan bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu tanda yang lain. Tanda yang
20Yasraf Amir Piliang, Serba-Serbi Semiotika, (Jakarta: Gramedia, 1992), hal. 96 21Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hal.11. 22Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal.2.
mewakilinya disebut representamen (referent). Jadi jika sebuah tanda mewakilinya, hak ini adalah fungsi utama tanda. contohnya, setuju yang diwakili anggukan kepala, tidak setuju yang diwakili gelengan kepala. Agar dapat berfungsi, tanda harus ditangkap, dipahami, misalnya dengan bantuan kode. Proses bantuan itu disebut semiosis, yaitu suatu proses dimana suatu tanda berfungsi sebagai tanda, yaitu mewakili sesuatu yang ditanyainya.
Pierce membedakan hubungan antara tanda dengan acuan kedalam tiga jenis hubungan, yaitu :
a. Ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan. Ikon bisa berupa, foto, peta geografis, penyebutan atau penempatan.
b. Indeks, jika berhubungan dengan kedekatan eksistensi. Misalnya, asap hitam tebal membubung menandai kebakaran, wajah yang muram menandai hati yang sedih, dan sebagainya.
c. Simbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi.23 Proses pemaknaan tanda pada pierce mengikuti hubungan prosesual antara tiga titik, yaitu :
1) Representamen [R] [R] adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi (secara fisik atau mental) yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya [O].
2) Objek [O]
3) Iterpretan [I] [I] adalah bagian dari proses yang menafsirkan hubungan [R] dengan [O].
23Diakses pada 25 Maret 2017 www.id.wikipedia.org/wiki/kajian-semiotik, pukul 13:36
25
Dalam buku Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya karya Benny H. Hoed yang dikutip dari W. Noth, membedakan tiga jenis tanda dalam kaitanya dengan objek (hal yang dirujuk), yaitu indeks, ikon dan lambang. Indeks adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya bersifat langsung, bahkan didasari hubungan kontinguitas atau sebab akibat. Ikon adalah tanda yang representamennya berupa tiruan identitas objek yang dirujuknya. Lambang adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya didasari konvensi.24
Peirce dikenal dengan teori segitiga maknanya (triangle meaning). Menurutnya, semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yaitu tanda (sign atau represetamen), acuan tanda (object), pengguna tanda (interpretant). Yang dikupas teori segitiga adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.25
Karena proses semiosis seperti tergambarkan pada skema di atas ini menghasilkan rangkaian hubungan yang tak berkesudahan, maka pada gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen , menjadi
24Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya,
(Jakarta: Komunitas Bambu,2011), h. 246.
25Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.263.
interpretan lagi, menjadi representamen lagi, dan seterusnya. Gerakan yang tak berujung-pangkal ini oleh Umberto Eco dan Jacques Derrida kemudian dirumuskan sebagai proses semiosis tanpa batas.26
Inti dari pemikiran seorang Pierce pada dasarnya adalah bahwa jagat raya (the universe) ini terdiri atas tanda-tanda (signs). Ini merupakan pandangan pansemiotik tentang jagat raya. Semiotik bagi Peirce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerjasama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant).27
Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.28
C. HAK ASASI MANUSIA 1. HAM Dalam Pandangan Islam
a. Pengertian hak asasi manusia
Istilah hak asasi sebenarnya terbentuk dari dua buah kata yang berasal dari bahasa Arab, yakni kata hak ( ّﻖﺣ) dan kata asas (ﺱﺎﺳﺃ). Kata asas berarti dasar atau fondasi sesuatu. Kata hak secara etimologis mempunyai beberapa arti. Kamus Lisan Al-'Arab mengartikan kata hak dengan ketetapan, kewajiban, yaqin, yang patut dan yang benar. Sedangkan secara terminologis, hak berarti suatu kekhususan yang
26Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h.18.
27Alex Sobur, “Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing, h. 109.
28Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 246.
27
ditetapkan oleh syarak dalam bentuk kekuasaan atau tanggung jawab. Jadi kata hak tidak hanya bermakna sesuatu yang bisa diambil tetapi juga mengandung arti sesuatu yang harus diberikan. Dengan memahami makna kata-kata pembentuknya, maka hak asasi manusia dapat diartikan dengan kekuasaan dan tanggung jawab yang dimiliki setiap manusia yang bersifat mendasar dan fundamental.29
Abul A'la al-Maududi“ mengemukakan defenisi hak asasi manusia yang lebih menekankan segi asal dan sifat hak tersebut. Dia menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak pokok yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia tanpa melihat perbedaan-perbedaan yang ada di antara sesama manusia, di mana hak tersebut tidak dapat dicabut oleh siapapun atau lembaga apapun." Dengan demikian, ada beberapa kriteria hak asasi manusia yang diberikan al-Maududi. Pertama, hak itu berasal dari Tuhan. Kedua, hak itu bersifat mendasar. Ketiga, hak itu bersifat umum, dalam arti diberikan kepada setiap manusia. Keempat, hak itu bersifat tetap dan melekat pada diri manusia dan tidak bisa dicabut.30
b. Sumber hak asasi manusia
Dengan melihat hakekat hak asasi manusia dan batasan batasan tentang hak asasi manusia yang diberikan oleh para ulama, dapat dipahami bahwa hak asasi manusia adalah hak yang langsung diberikan
29
Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 17
30 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H. 18
olehTuhan kepada setiap manusia sejak keberadaannya atau sejak hak tersebut dibutuhkan dalam kehidupannya sebagai manusia.
Abul A'la al-Maududi menegaskan bahwa ketika bicara tentang hak-hak asasi manusia dalam Islam, maka yang dimaksud adalah hak-hak yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia tanpa melihat kepada perbedaan warga negara, agama, dan lainnya. Semua manusia memiliki hak asasi yang pokok semata-mata karena kemanusiaannya. Kerena hak-hak ini merupakan pemberian Tuhan, maka tidak ada yang berhak untuk mencabutnya selainTuhan. Hak asasi manusia ini juga merupakan bagian integral dari kepercayaan Islam. Semua muslim dan penguasa muslim harus menerima, mengakui, dan melaksanakannya.31
Menurut Abu Ishaq al-Syathibi, berdasarkan hasil penelitian para ulama terhadap ayat-ayat al-Quran dan sunnah Rasulullah, dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum-hukum ditetapkan oleh Syari' untuk kemaslahatan ummat manusia, baik dalam kehidupan dunia maupun di akhirat. Kemaslahatan yang akan diwujudkan tersebut terbagi dalam tiga tingkatan, yakni kebutuhan dharuriyyah, kebutuhan
hajiyyah, dan kebutuhan tahsiniyyah.32
c. Hak-hak pokok (dharuriyyah)
Hak-hak pokok adalah hak-hak yang dibutuhkan manusia untuk menjaga kelangsungan eksistensinya dan keselamatan kehidupannya. Apabila hak-hak pokok ini dilanggar, maka menyebabkan
31
Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 18 - 19
32 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H. 19
29
berakhirnya kehidupan manusia atau kehidupan manusia aka mengalami kerusakan dan kehancuran yang parah. Yang termasuk ke dalam kelompok hak-hak pokok adalah hak-hak sebagaiberikut.
1) Hak Memeluk Agama Atau Keyakinan.33 2) Hak Hidup.34
3) Hak Keturunan Dan Kehormatan.35 4) Hak Atas Harta.36
5) Hak Akal-Pikiran.37
d. Hak-hak pendukung (hajiyyah)
Hak pendukung adalah hak-hak yang sifat mendukung dan menyempurnakan hak-hak pokok. Jika hak pendukung terabaikan, manusia akan mengalami kesulitan hidup dan tidak sempurna menikmati hak-hak pokoknya. Yang termasuk ke dalam kategori hak pendukung antara lain sebagai berikut:
1) Hak atas Keselamatan Hidup.38 2) Hak Beribadah.39
3) Hak tentang unsur atau simbol Keagamaan.40
33
Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 21
34 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H.23
35
Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 26
36 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H. 28
37 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H. 29
38 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H. 31
39
Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 32
40 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H. 33
4) Hak Memperoleh Kebutuhan Pokok.41 5) Hak untuk Bekerja.42
6) Hak untuk mengeluarkan pendapat.43 7) Hak untuk Menikah dan Berkeluarga.44 e. Hak-hak pelengkap (tahsiniyyah)
2. HAM Menurut Ketentuan Negara
Hak asasi manusia (HAM) sebagai hak dasar yang dimiliki manusia, eksistensinya melekat pada kodrat manusia sejak dilahirkan. Hal tersebut juga sebagai tanda bahwa ia adalah "manusia" Manusia yang dimaksud dalam hal ini ialah,pertama "manusia seutuhnya" yang merupakan ciptaan TuhanYME dilengkapi dan dianugerahi seperangkat hak kodrati yang bersifat sangat asasi, karenanya tidak boleh diabaikan dandimarjinalkan oleh siapa pun. HAM dimiliki manusia semata - mata karena ia manusia, bukan karena diberikan oleh negara, hukum ataupun pemberian manusia lainnya. Oleh karena itu, eksistensinya pun sama sekali tidak bergantung pada pengakuan dari negara, hukum atau manusia lainnya. Kedua, manusia yang dimaksud adalah "sernua manusia" bukan hanya manusia-manusia tertentu, dan tetap harus diakui bahwa "semua manusia" memiliki hak asasi yang dianugerahi oleh Sang Penciptanya, yakni Tuhan YME, sehingga "sernua manusia" karena hak yang dimilikinya itu mempunyai martabat tinggi dan
41 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H. 33
42 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H. 34
43
Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),Cet.K-1, H. 35
44 Ikhwan, S.H.,M.Ag, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2004),Cet.K-1, H. 36
31
keberadaannya harus diakui, dihormati serta dijunjung tinggi oleh "sernua manusia" di dunia.45
Karel Vasak, seorang ahli hukum dari Perancis membantu kita untuk memahami dengan lebih baik perkembangan substansi hak-hak yang terkandung dalam konsep HAM. Karel Vasak, mengklasifikasikan perkembangan HAM ini ke dalam kategorisasi "generasi" berdasarkan slogan Revolusi Perancis yang terkenal, generasi hak yang pertama, yakni kebebasan,tercemin dalam hak-hak sipil dan politik (Sipol). Adapun generasi hak kedua, ialah persamaan, tercermin dalam hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya (Ekosob). Sementara generasi hak ketiga, adalah persaudaraan yang tampak pada hak-hak solidaritas dan kelompok.46
Istilah HAM dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai istilah hak-hak dasar manusia atau hak-hak dan kewajiban dasar manusia (Kuntjoro Purbopranoto, Hak-Hak Dasar Manusia Dan Pancasila Negara Republik Indonesia, PN. Pradnya Paramita, Jakarta, 1960, H. 28). Sedangkan dalam bahasa asing dikenal berbagai istilah, misalnya human rights, droit de
l'homme dan menselijkerechten atau grondrechten. (48). Hak adalah
kepentingan yang dilindungi oleh hukum. sedangkan "hak asasi" adalah kepentingan mendasar yang bersifat sangat mutlak yang harus dilindungi oleh hukum. Jadi pada umumnya, hak itu (HAM) adalah sesuatu yang dimiliki secara mutlak oleh manusia sebagai subjek hukum dan terhadap sesuatu yang menjadi haknya itu. ia mempunyai kebebasan yang dijamin oleh aturan hukum untuk melakukan sesuatu apapun tanpa halangan dari pihak manapun.
45
A. Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), h.1.
46
A. Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), h.17.
Oleh karena ia memiliki hak (HAM), maka dengan sendirinya ia juga memiliki kebebasan dan kewenangan mutlak atas haknya tersebut untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu, asalkan tidak melanggar hak (HAM) orang lain.47
Seiring dengan perkembangan konsep HAM di dunia, pada tanggal 10 Desember 1948, sidang umum PBB yang diselenggarakan di istana Chaillot Paris, mengeluarkan sebuah deklarasi HAM atau disebut dengan UDHR (Universal Declaration Of Human Rights) yang terdiri dari 30 pasal. Di dalam UDHR ditetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak, antara lain: a. Hak hidup.
b. Hak kemerdekaan, keamanan dan badan. c. Hak diakui kepribadiannya.
d. Hak memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti sah. e. Hak masuk dan keluar wilayah suatu negara.
f. Hak mendapatkan asylum.
g. Hak mendapatkan suatu kebangsaan. h. Hak mendapatkan hak milik atas benda.
i. Hak bebas mengutarakan pikiran dan perasaan. j. Hak bebas memeluk agama.
k. Hak mengeluarkan pendapat. l. Hak berapat dan berkumpul.
47
A. Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), h.51.
33
m. Hak mendapat jaminan sosial. n. Hak mendapat pekerjaan. o. Hak berdagang.
p. Hak mendapatkan pendidikan.
q. Hak turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat. a. Hak menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.48
Sedangkan di Negara Republik Indonesia pun hak asasi manusia telah diatur dalam perundang-undangan yang berlaku, termasuk di dalamnya peraturan pemerintah, peraturan presiden, keputusan presiden, instruksi presiden dan keputusan bersama menteri. Berikut adalah peraturan yang telah disahkan dan berlaku di Indonesia :
a. Hak Untuk Hidup.
1) Tentang pengelolaan lingkungan hidup. (UU Republik Indonesia No. 23, Tahun 1997).
2) Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. (UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 1974).
3) Tentang Pangan. (UU Republik Indonesia No.7, Tahun 1996). 4) Tentang Kesehatan. (UU Republik Indonesia No. 23, Tahun 1992). 5) Tentang Ketenagakerjaan. (UU Republik Indonesia No. 13, Tahun
2003).
6) Tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup. (PPRepublik Indonesia No. 51, Tahun 1993).
48
A. Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), h.39-40.
7) Tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin. (PPRepublik Indonesia No. 42, Tahun 1981).
8) Tentang Ketahanan Pangan. (PP Republik Indonesia No. 68, Tahun 2002).
9) Tentang Kebijakan Reformasi Sistem Pendapatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. (Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 6, Tahun 2006).
10) Tentang Kebijakan Perberasan. (Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1, Tahun 2008).
11) Tentang Penghematan Energi Dan Air. (Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 2, Tahun2008).
12) Tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Untuk Rumah Tangga Sasaran. (Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3, Tahun 2008).
13) Tentang Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin. (Keputusan Bersama Mentri Dalam Negeri Dan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 nomor : PKK 12/07/2.003). b. Hak Berkeluarga Dan Melanjutkan Keturunan.
1) Tentang Perkawinan. (UU Republik Indonesia No. 1, Tahun 1974). 2) Tentang Administrasi Kependudukan. (UU Republik Indonesia No.
23, Tahun 2006).
3) Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. (PP Republik Indonesia No. 9, Tahun1975).
35
4) Tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan. (Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2004). c. Hak Mengembangkan Diri.
1) Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di MukaUmum. (UU Republik Indonesia No. 9, Tahun 1998)
2) Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (UU Republik Indonesia No. 20, Tahun 2003)
3) Tentang Perpustakaan. (UU Republik Indonesia No. 43, Tahun 2007)
4) Tentang Keterbukaan Informasi Publik. (UU Republik Indonesia No. 14, Tahun 2008)
5) Tentang kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di MukaUmum. (PP Pengganti UU Nomor 2 Tahun 1998)
6) Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan (PP Republik Indonesia No. 55, Tahun 2007)
7) Tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Dan Pemberantasan Buta Aksara. (Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5, Tahun 2006)
d. Hak Memperoleh Keadilan.
1) Tentang Kekuasaan Kehakiman. (UU Republik Indonesia No. 4, Tahun 2004)
2) Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban. (UU Republik Indonesia No. 13, Tahun 2006)
3) Tentang Pengesahan Perjanjian Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana. (UU Republik Indonesia No. 15, Tahun 2008)
4) Tentang Susunan Panitia Seleksi, Tata Cara Pelaksanaan Seleksi Dan Pemilihan Calon Anggota Lembaga Perlidungan Saksi Dan Korban. (Peraturan Presiden Republik Indonesia No.13, Tahun 2007)
5) Tentang Pemberian Kompensasi Restitusi, Dan Bantuan Kepada Saksi Dan Korban. (PP Republik Indonesia No. 44, Tahun 2008) e. Hak Atas Kebebasan Pribadi.
1) Tentang Organisasi Kemasyarakatan. (UU Republik Indonesia No. 8, Tahun 1985)
2) Tentang Keimigrasian. (UU Republik Indonesia No. 9, Tahun 1992) 3) Tentang Pengesahan Konvensi Ilo Mengenai Penghapusan
KerjaPaksa. (UU Republik Indonesia No. 19, Tahun 1999)
4) Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. (UU Republik Indonesia No. 21, Tahun 2007)
5) Tentang Partai Politik. (UU Republik Indonesia No. 2, Tahun 2008) 6) Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985
Tentang Organisasi Kemasyarakatan. (PP Republik Indonesia No. 18, Tahun 1986)
7) Tentang Visa, Izin, Masuk, Dan Izin Keimigrasian. (PP Republik Indonesia No. 32, Tahun 1994)
8) Tentang Pencegahan Penyalahgunaan Dan/Atau Penodaan Agama. (Penetapan Presiden Republik Indonesia No. 1, Tahun 1965)
37
f. Hak Atas Rasa Aman.
1) Tentang Pengesahan Konvensi Intermasional Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965 (UU Republik Indonesia No. 29, Tahun 1999)
2) Tentang Pengesahan Konvensi ILO Mengenai PenghapusanKerjaPaksa. (UU Republik Indonesia No. 19, Tahun 1999)
3) Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. (UU Republik Indonesia No. 21, Tahun 2007)
4) Tentang Partai Politik Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. (UU Republik Indonesia No. 2, Tahun 2008)
5) Tentang Pengesahan Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman OlehTeroris, 1997. (UU Republik Indonesia No. 5, Tahun 2006)
g. Hak Atas Kesejahteraan.
1) Tentang Penyandang Cacat. (UU Republik Indonesia No. 4, Tahun 1997)
2) Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. (UU Republik Indonesia No. 13, Tahun 1998)
3) Tentang pengesahan Konvebsi ILO No.81 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri Dan Perdagangan. (UU Republik Indonesia No. 21, Tahun 2003)
4) Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. (UU Republik Indonesia No. 40, Tahun 2004)
5) Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah. (UU Republik Indonesia No. 20, Tahun 2008)
6) Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. (PP Republik Indonesia No. 43, Tahun 1998)
7) Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. (PP Republik Indonesia No.43, Tahun 2004)
h. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan.
1) Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (UU Republik Indonesia No. 31, Tahun 1999)
2) Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme. (UU Republik Indonesia No. 28, Tahun 1999)
3) Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003. (UU Republik Indonesia No. 7, Tahun 2006)
4) Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD. (UU Republik Indonesia No. 10, Tahun 2008)
5) Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan
39
Tindak Pidana Korupsi. (PP Republik Indonesia No. 71, Tahun 2000)
6) Tentang Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 11, Tahun 2005)
i. Hak Wanita.
1) Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. (UU Republik Indonesia No. 7, Tahun 1984)
2) Tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. (UU Republik Indonesia No. 23, Tahun 2004)
3) Tentang penyelenggara kerjasama pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga. (PP Republik Indonesia No. 4, Tahun 2006) 4) Tentang peningkatan peranan wanita dalam pembangunan didaerah.
(Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5, Tahun 1995) j. Hak Anak.
1) Tentang pengesahan konvensi ILO mengenai usia minimum untuk diperbolehkan bekerja. (UU Republik Indonesia No. 20, Tahun 1999)
2) Tentang pengesahan Konvensi ILO Nomor 182 mengenai pelanggaran dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk untuk anak. (UU Republik Indonesia No. 1, Tahun 2000)
3) Tentang perlindungan anak. (UU Republik Indonesia No. 23, Tahun 2002)
4) Tentang komite aksi nasional penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. (Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 12, Tahun 2001)
5) Tentang rencana aksi nasional penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. (Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 59, Tahun 2002)49
49 Landasan Hukum Dan Rencana Aksi Nasional Ham Di Indonesia 2004 - 2009, (Jakarta:
Kedeputian Menteri Sekertaris Negara Bidang Dukungan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan HAM Departemen Hukum Dan HAM , 2004-2009), h.21-252.
41 BAB III
GAMBARAN UMUM FILM SENYAP
A. Gambaran Umum
Sejak dirilis pada tahun 2014 lalu, Film bergendre dokumenter ini telah memenangkan beberapa penghargaan. Beberapa di antaranya adalah Penghargaan Utama Juri (Grand Jury Prize) dalam Festival Film Internasional Venezia ke 71 (Venice International Film Festival) di Italia.50
Selain memenangkan penghargaan utama tersebut, Film Senyap juga memenangkan hadiah lainnya, yaitu FIPRESCI Award (Penghargaan Federasi Kritikus Film Internasional) untuk Film terbaik, Mouse d'Oro Award (Penghargaan Kritikus Online) untuk Film terbaik, Fedeora Award (Federasi Kritikus Film Eropa dan Mediterania) untuk Film terbaik Eropa-Mediterania, dan Human Rights Nights Award untuk Film terbaik bertema hak azasi manusia. Film Senyap menjadi Film dokumenter pertama yang memenangi penghargaan Mouse d’Oro. Film Senyap menerima penghargaan sebagai Film bertema hak azasi terbaik bersama Film Io Sto con la Sposa karya Antonio Augugliaro, Gabriele Del Grande, dan Khaled Soliman Al Nassiry.51
Selama lima tahun terakhir, jumlah penonton film Indonesia terus bertambah. Di 2016, jumlah penonton film Indonesia mecapai 34,5 juta
50
Diakses pada 25 Maret 2017http://www.antaranews.com/berita/452528/film-senyap-raih-lima-penghargaan-di-italia#, pukul 13.36
51Diakses pada 25 Maret 2017 http://www.antaranews.com/berita/452528/film-senyap-raih-lima
penghargaan-di-italia#, pukul 13.36