• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Cash Flow

6. Analisis Sensitivitas

Menurut Ibrahim (2009), analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya disebabkan oleh perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya (cost over run), dan ketidaktepatan dan perkiraan hasil produksi.

2.6 Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi dan penuntun dalam penentuan metode dalam menganalisis data penelitian. Penelitian Mardliyah dan Supriyadi (2018) yang berjudul kelayakan finansial usaha

19 pengolahan ubi kayu menjadi tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur menyatakan bahwa usaha ini layak untuk dikembangkan dan menguntungkan. Pengambilan kesimpulan ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa, dari hasil perhitungan kelayakan finansial diperoleh Net Present Value (NPV) bisnis yang layak dengan nilai NPV positif adalah Rp 38.118.538; Tingkat pengembalian internal (IRR) adalah 98%; Rasio Manfaat Bruto (B/C Bruto) adalah 1,71; B/C bersih adalah 3,92; Rasio profitabilitas (PR) adalah 1,69; Payback period (PP) adalah 0,1; dan BEP adalah 1.31.

Pendapatan Usaha Tiwul Instan (KWT Tani Hidup) di Desa Wonosari Pekalongan Kecamatan Kabupaten Lampung Timur dalam satu bulan adalah Rp. 4.460.083 / bulan.

Penelitian Mustamin (2018), yang berjudul analisis kelayakan finansial agroindustri dodol strawberry( Studi kasus UD.Wisata Malino Dusun Parangbobo Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa) menyatakan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Pengambilan kesimpulan ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa, dari hasil perhitungan analisa finansial diperolehhasil analisis kelayakan finasial dengan 100 % modal pinjamandinyatakan layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada discountrate 12 persen, IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku (12%), dan nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 1 tahun 2 bulan 8 hari.

Menurut Simanjuntak (2018), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kelayakan Pasar dan Finansial Usaha Minuman Nata de Coco dari Limbah Cair Produksi Kopra (Studi Kasus di Desa Mekar Jati, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat), usaha ini layak untuk didirikan. Pengambilan kesimpulan ini berdasarkan hasil penelitian, yang menunjukkan bahwa perhitungan kriteria kelayakan finansial pada tingkat suku bunga 17,5% diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 82.497.895,29. Nilai Net B/C sebesar 1,97. Nilai IRR sebesar 54,65%.

Masa pengembalian investasi (payback period) usaha 3 tahun, 8 bulan. Titik impas selama umur proyek usaha minuman nata de coco berada pada saat usaha mengalami penerimaan sebesar Rp. 145.335.353.1 dengan harga jual minuman nata de coco per karton Rp. 37.695,23 dan produksi minuman nata de coco sebanyak

20 2.467,5 karton. Hasil analisis sensitivitas usaha minuman nata de coco terhadap perubahan komponen penerimaan mencapai 24,37% dan penurunan jumlah produksi mencapai 23,64%, serta tingkat toleransi penurunan harga mencapai 64%.

2.7 Karangka Pemikiran

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kalayakan finansial, sehingga dapat dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan. Sebelum mendirikan usaha bolen dari kulit singkong tersebut, perlu dilakukannya analisis secara finansial.Analisis ini dilakukan untuk mengetahui Cash Flow sebagai landasan untuk melakukan pengukuran dengan beberapa kriteria kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan B/C Ratio. Untuk mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis dengan Payback Period. Selain itu, Analisis Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya terhadap kelayakan usaha tersebut.

Setelah mendapatkan hasil tentang studi kelayakan pada usaha bolen dari tepung kulit singkong tersebut, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Apabila usaha dikatakan layak maka usaha dapat terus dilaksanakan atau dilanjutkan, sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka harus mengadakan perbaikan manajemen dan efisiensi terhadap biaya yang di keluarkan. Adapun alur pemikiran diatas dapat digambarkan oleh karangka pemikiran seperti yang terdapat pada gambar.

21 Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BOLEN DARI TEPUNG KULIT SINGKONG

Interpretasi Hasil Analisis

Layak Tidak Layak

Usaha ini dapat terus dilaksanakan

Efisiensi biaya dan perbaikan manajemen

Aspek Finansial

1. Cash Flow

• Inflow

• Outflow

2. Kriteria Kelayakan Investasi:

• NPV

• IRR

• PP

• B/C Ratio

• Analisis Sensitivitas

22 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November – Desember Tahun 2021 Di Kota Jambi.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dankuantitatif. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder. Data primerdiperoleh melalui observasi. Data primer yang dikumpulkan meliputi data mengenai :

a. Potensi dan harga kulit singkong

b. Jenis, ketersediaan dan harga bahan pembantu c. Harga tanah dan harga beli tanah

d. Harga bangunan dan biaya mendirikan bangunan e. Jenis dan harga peralatan, bahan bakar

f. Kondisi dan biaya instalasi listrik dan air g. Biaya promosi

h. Harga produk pesaing

Sedangkan data sekunder diperoleh dari kelembagaan pemerintah yang berhubungan dengan penelitian serta studi kepustakaan dengan membaca laporan, artikel ilmiah yang relevan dan jurnal penelitian sebelumnya yang berkaitan erat dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data mengenai : a. Ketersediaan Bahan Baku

b. Sistem kredit perbankan yang berlaku.

3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Tahapan Penelitian

Langkah langkah pengerjaan dijelaskan melalui diagram alir penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 4.

Penelitian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah berikut : a. Pengidentifikasian Masalah

Pengidentifikasian masalah dilakukan dengan menentukan topik penelitian, perumusan masalah, dan penentuan tujuan penelitian.

23 b. Landasan Teori

Pada tahapan ini dilakukan studi pustaka untuk dijadikan acuan pengetahuan pada penelitian.

c. Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan studi pustaka.

d. Pengolahan Data dan Analisis Data

Data diolah berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menentukan peluang usaha dan melakukan proyeksi keuangan serta menentukan total biaya yang dibutuhkan dalam membangun usaha kue bolen.

Selanjutnyadilakukan analisis kelayakan finansial sesuai data yang sudah diolah dengan kriteria kelayakan yang sudah ditentukan. Dari hasil analisis, akan didapatkan apakah usaha layak didirikan atau tidak.

e. Pengambilan Kesimpulan

Pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan serta pemberian saran kepada pelaku usaha olahan singkong mengenai kelayakan pembangunan usaha bolen berbasis tepung kulit singkong di Kota Jambi.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan guna menganalisa aspek finansial dari rencana pendirian usaha bolen. Data yang diperoleh diolah menggunakan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel 2010. Selain itu, metode yang digunakan dalam analisis data kuantitatif adalah analisis kelayakan finansial. Perhitungan analisis finansial akan dimulai dengan perhitungan arus tunai berupa penerimaan dan pengeluaran. Penerimaanberupa penerimaan penjualan yang direncanakan, sedangkanpengeluaran berupa biaya investasi dan biaya operasi (biaya tetap dan biaya tidak tetap) yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C), IRR, dan Payback Period (PP). Sedangkan untuk melihat sejauh mana kepekaan kelayakan maka akan digunakan analisis sensitivitas, untuk melihat titik dimana usaha mengalami penerimaan impas digunakan Break Event Point (BEP) dan Payback Period yang

24 dilakukan untuk melihat jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal dari usaha yang dilakukan.

3.4 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial

Dokumen terkait