• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUKSI PANGAN LOKAL KUE BOLEN BERBASIS TEPUNG KULIT SINGKONGDI KOTA JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUKSI PANGAN LOKAL KUE BOLEN BERBASIS TEPUNG KULIT SINGKONGDI KOTA JAMBI"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUKSI PANGAN LOKAL KUE BOLEN BERBASIS TEPUNG KULIT

SINGKONGDI KOTA JAMBI

SITI JULIANTI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(2)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUKSI PANGAN LOKAL KUE BOLEN BERBASIS TEPUNG KULIT

SINGKONGDI KOTA JAMBI

SITI JULIANTI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(3)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUKSI PANGAN LOKAL KUE BOLEN BERBASIS TEPUNG KULIT

SINGKONGDI KOTA JAMBI

SITI JULIANTI J1A217005

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

di Program Studi Teknologi Industri PertanianFakultas Pertanian Universitas Jambi

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(4)
(5)
(6)

SITI JULIANTI. J1A217005. Analisis Kelayakan Finansial Produksi Pangan Lokal Kue Bolen Berbasis Tepung Kulit Singkong Di Kota Jambi. Dosen Pembimbing : Ibu Ade Yulia, S.TP.,M.Sc dan Ibu Lisani, S.TP.,M.P.

RINGKASAN

Singkong merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Menurut data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jambi di tahun 2019, luas tanam singkong sebanyak 156,6 Ha, luas panen sebanyak 134,7 Ha, produksi sebanyak 3.522,41 ton, dan produktivitas sebanyak 26,15 Ton/Ha.

Dalam produksi singkong biasanya akan menghasilkan hasil samping berupa kulit singkong. Kulit singkong dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk pangan maupun non pangan diantaranya yaitu tepung kulit singkong. Tepung kulit singkong dapat digunakan menjadi produk pangan berupa kue, yaitu bolen. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial produksi pangan lokal kue bolen berbasis tepung kulit singkong di Kota Jambi.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kriteria investasi yaitu dengan melihat nilai dari NPV, IRR, Net B/C Ratio, Payback Period dan analisis sensitivitas.

Berdasarkan hasil penelitian Kriteria kelayakan finansial pada tingkat suku bunga 11% diperoleh nilai NPV sebesar Rp258.596.224> 0. Nilai IRR sebesar 104,6% > suku bunga. Nilai Net B/C sebesar 1,29> 1. Payback Periodnya menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikkan investasinya dalam waktu 2 tahun 10 bulan . Titik impas (BEP) selama umur proyek usaha bolen berada pada saat usaha mengalami penerimaan sebesar Rp317.054.332. Hasil analisis sensitivitas usaha bolen terhadap perubahan komponen penerimaan mencapai 49,85% dan penurunan jumlah produksi mencapai 49,85%, serta tingkat toleransi penurunan harga mencapai 77,21%. Usaha bolen berbasis tepung kulit singkong dinyatakan layak untuk didirikan secara finansial.

Kata Kunci : Tepung Kulit Singkong; Bolen; Analisis Finansial

(7)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Analisis Kelayakan Finansial Produksi Pangan Lokal Kue Bolen Berbasis Tepung Kulit Singkong Di Kota Jambi“. Penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang tua saya, Bapak Katno dan Ibu Pujinah beserta keluarga saya.

2. Bapak Prof. Sutrisno, Ph.D.Selaku Rektor Universitas Jambi.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Suandi, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

4. Ibu Dr. Fitry Tafzi, S.TP., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

5. Ibu Yernisa,S.TP., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

6. Ibu Ade Yulia, S.TP.,M.Sc. Selaku pembimbing Akademik sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

7. Ibu Lisani, S.TP.,MP. Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

8. Ibu Ir. Emanauli, M.P dan Meri Arisandi, S.TP., M.M. Selaku dosen penguji atas segala saran dan masukannya.

9. Bapak Basori selaku pemilik Ukm Keripik Singkong Bojonegoro yang telah memberikan tempat untuk penelitian.

Menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi dan pengalaman, penyusun mengharapkan saran dan masukan demi lebih baiknya skripsi ini.

Akhirnya harapan penyusun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, Januari 2023

Penulis

(8)

ii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Singkong ... 5

2.2. Kulit Singkong ... 6

2.3. Tepung Kulit Singkong ... 8

2.4. Bolen ... 9

2.5. Studi Kelayakan Finansial ... 11

2.5.1. Pengertian Studi Kelayakan Finansial ... 11

2.5.2. Aspek Finansial ... 12

2.6. Penelitian Terdahulu ... 19

2.7. Karangka Pemikiran ... 20

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 22

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.2. Jenis dan Sumber Data... 22

3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.4. Analisis Kriteria dan Kelayakan Finansial ... 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Jambi ... 28

4.2. Ketersediaan Bahan Baku ... 28

4.3.Penggunaan Bahan Baku ... 28

4.3.1. Pengolahan Bolen ... 29

4.3.2. Bahan Dan Alat Produksi Bolen ... 30

4.4. Analisis Kelayakan Finansial ... 32

4.4.1. Asumsi Perhitungan Analisis Finansial ... 32

4.5. Biaya Investasi ... 33

4.5.1.Perhitungan Penyusutan (Depresiasi) ... 34

4.6. Komponen Biaya Pengeluaran, Penerimaa, dan Cash Flow ... 35

4.6.1.Pengeluaran ... 36

4.6.2.Penerimaan ... 36

4.6.3.Arus Kas (Cash Flow) ... 37

4.7. Peminjaman Modal Usaha ... 38

4.8. Analisis Kriteria Kelayakan Investasi ... 38

4.8.1. NPV (Net Present Value) ... 38

4.8.2. IRR (Internal Rate Of Retxurn) ... 39

(9)

iii

4.8.3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) ... 39

4.8.4. Pay Back Period (PBP) ... 39

4.8.5. Break Event Point (BEP) ... 40

4.8.6. Analisis Sensitivitas ... 40

BAB V PENUTUP ... 41

5.1.Kesimpulan ... 41

5.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(10)

iv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Gizi Singkong ... 6

2. Kandungan Gizi Tepung Kulit Singkong ... 8

3. Bahan Pembuatan Tepung Kulit Singkong... 34

4. Bahan Pembuatan Bolen ... 34

5. Alat Produksi Bolen ... 35

6. Rincian Pengeluaran Usaha Bolen Per Tahun ... 38

7. Penerimaan Usaha Bolen Per Tahun ... 38

8. Cash flowUsaha Bolen ... 39

9. Jadwal Pengembalian Kredit Usaha Bolen ... 40

10. Hasil Analisis Kelayakan Investasi ... 40

11. Hasil Perhitungan Break Event Point ... 41

12. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas ... 42

(11)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Singkong ... 5

2. Kulit Singkong ... 7

3. Bolen ... 9

4. Diagram Alir Proses Produksi Bolen ... 10

5. Kerangka Pemikiran Operasional ... 21

(12)

vi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pelaksanaan Penelitian ... 45

2. Diagram Alir Produksi Tepung Kulit Singkong ... 46

3. Diagram Alir Produksi Bolen ... 47

4. Perhitungan Hari Orang Kerja (HOK) ... 48

5. Asumsi- Asumsi Untuk Analisis Finansial Bolen ... 49

6. Analisis Biaya ... 50

7. Biaya Operasional ... 51

8. Biaya Penyusutan dan Biaya Pemeliharaan Investasi Usaha Bolen ... 52

9. Biaya Operasional Usaha Bolen ... 53

10. Prakiraan Penerimaan Penjualan ... 54

11. Cash Flow ... 55

12. Perhitungan NPV,IRR ... 56

13. Perhitungan Net B/C dan PBP ... 57

14. Perhitungan Harga Produk Per Unit ... 58

15. Perhitungan Break Event Point ... 59

16. Perhitungan Analisis Sensitivitas ... 60

17. Dokumentasi Penelitian ... 61

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanaman singkong merupakan salah satu komoditas hasil pertanian di Indonesia. Tanaman ini juga dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis dan memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan kondisi berbagai tanah. Singkong merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Di Indonesia,singkong cukup tersedia dalam jumlah yang besar, terkhusus di Provinsi Jambi (Sunarminto, 2014).

Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi penghasil singkong yang cukup banyak. Menurut BPS (2018),pada tahun 2014 sampai 2018 produksi singkong di Provinsi Jambi mengalami peningkatan. Produksi singkong mengalami peningkatan terus menerus pada tahun 2014 sampai 2017. Pada tahun 2014 produksi singkong sebanyak 35.550 ton dengan produktivitas 156,75Ku/Ha, padatahun 2015 produksi singkong sebanyak 43.433 ton dengan produktivitas 215,23Ku/Ha,pada tahun 2016 produksi singkong sebanyak 53.944 ton dengan produktivitas254,98 Ku/Ha, dan pada tahun 2017 produksi sebanyak 64.489 ton dengan produktivitas 240,04 Ku/Ha. Pada tahun 2018 produksi singkong sebanyak 56.605 ton dengan produktivitas 243,55 Ku/Ha,walaupun mengalami sedikit penurunan jumlah produksi singkong masih dikatakan banyak jika di bandingkan dengan jumlah produksi singkong pada tahun 2014.

Provinsi Jambi yang terdiri dari 11 Kabupaten/Kota merupakan penghasil singkong, salah satunya Kabupaten/Kota Jambi. Menurut data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jambi di tahun 2019, luas tanam singkong sebanyak 156,6 Ha,luas panen sebanyak 134,7 Ha, produksi sebanyak 3.522,41 ton, dan produktivitas sebanyak 26,15 Ton/Ha. Kecamatan Kota Baru yang berada di Kota Jambi merupakan sentra produksi singkong terbanyak. Produksi singkong yang dihasilkan diwilayah ini mencapai 1.961,25 ton dengan produktivitas sebanyak 26,15 Ton/Ha.

Menurut data Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Ukm Kota Jambi tahun 2021, terdapat 40 Ukm Produksi ubi/singkong dengan total kapasitas produksi 2.818 Kg per minggu. Produksi ubi/singkong di Kota Jambi antara lain keripik

(14)

2 singkong, tape, kerupuk, opak. Dari produksi ubi/singkong menghasilkan limbah berupa kulit singkong.

Kulit singkong adalah limbah kupasan hasil pengolahan gaplek, keripik, tape, tapioka, dan pangan berbahan dasar singkong lainnya. Kulit singkong masih terdapat beberapa kandungan zat gizi. Kandungan nutrisi yang terkandung pada kulit singkong adalah karbohidrat 64,6 gram, 44-59% pati dan serat kasar 15,20 gram pada 100 gram kulit singkong (Rukmana,1997). Berdasarkan potensi kandungan zat gizi berupa karbohidrat, serat dan pati yang tinggi maka dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bolen. Di Indonesia, angka impor gandum sangat tinggi maka perlu dilakukan pengembangan produk untuk meminimalkan konsumsi tepung terigu. Salah satu upaya diantaranya adalah dengan memanfaatkan hasil samping berupa kulit singkong yang dapat diolah menjadi tepung.

Bolen dengan substitusi tepung kulit singkong merupakan salah satu inovasi pengembangan produk. Bahan baku dan proses pembuatan bolen dapat dikatakan sederhana dan mudah. Untukpemasaran bolen dapat dilakukan dengan cara yaitu mendirikan outlet dan melalui sosial media.

Analisis ekonomi pada suatu usaha menjadi salah satu acuan mengetahui biaya yang akan digunakan selain itu untuk memperhitungkan resiko atau hambatan yang dihadapi dalam proses produksi sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk menghindari kerugian, atau kegiatan efisiensi biaya usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan (keuntungan).Dalam mendirikan suatu usaha diperlukannya studi kelayakan finansial untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha secara ekonomis. Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis. Aspek finansial yang dikaji adalah Cash Flow (inflow dan outflow),NPV,IRR,PP,B/C Ratio dan analisis sensitivias.

Pengolahan tepung kulit singkong dan bolen kulit singkong telah dilakukan oleh penulis pada saat melaksanakan magang merdeka dengan skema kewirausahaan mandiri. Sehingga penulis melanjutkan penelitian mengenai analisis kelayakan finansial usaha produksi bolen kulit singkong di Kota Jambi.

(15)

3 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Kelayakan Finansial Produksi Pangan Lokal Kue Bolen Berbasis Tepung Kulit Singkongdi Kota Jambi” sebagai salah satu upaya untuk mengetahui kelayakan pendirian usaha pemanfaatan tepung kulit singkong.

1.2 Rumusan Masalah

Kota Jambi merupakan salah satu wilayah penghasil singkong yang cukup besar di Provinsi Jambi. Singkong yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Jambi sebanyak 3.522,41 ton di tahun 2019. Di Kota Jambi terdapat 40 Ukm yang memproduksi Ubi/singkong dengan total kapasitas produksi 2.818 Kg per minggu.

Penelitian ini berdasarkan lanjutan dari magang yang telah dilakukan.

Pemanfaatan limbah kulit singkong yang diolah menjadi tepung kulit singkong, kemudian dijadikankue bolen merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan, meminimalkan konsumsi tepung terigu serta menjadikan produk tersebut memiliki nilai jual yang relatif tinggi. Untuk membangun usaha pengolahan ini perlu dilakukan analisis kelayakan, hal ini dapat dilihat dari aspek kelayakan finansial. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kelayakan produksi pangan lokal kue bolen berbasis tepung kulit singkong di Kota Jambi ditinjau dari aspek finansial?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dihadapi, tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial produksi pangan lokal kue bolen berbasis tepung kulit singkong di Kota Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa

a). Sebagai bahan bagi penulis untuk membuat atau merencanakan sebuah bisnis.

b). Sebagai bahan bagi akademisi untuk menjadi acuan atau rujukan suatu metode yang dapat dibandingkan dengan penelitian berikutnya.

(16)

4 2. Bagi Masyarakat

Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya dalam dunia usaha. Sebagai bahan bagi pelaku usaha singkong mengenai alternatif pemanfaatan kulit singkong melalui sistem usaha yang berpotensi meningkatkan keuntungan bagi pelaku usaha.

1.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis untuk penelitian ini adalah “Produksi pangan lokal kue bolen berbasis tepung kulit singkong di Kota Jambi layak secara finansial”.

(17)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Singkong

Singkong (Manihot esculenta) atau yang lebih dikenal dengan ubi kayu merupakan tanaman umbi-umbian yang sangat banyak dibudidayakan di Indonesia.

Singkong sendiri merupakan makanan pokok ketiga setelah beras dan jagung.

Pemanfaatan singkong sekarang telah beragam mulai dari dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan (Prihatman, 2017).

Menurut (Richana, 2013) Ubi kayu diklarifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Division :Magnoliophyta Klass : Magnoliopsida Order : Malpighales Family : Euphorbiaceae Sub Family : Crotonodeae Genus : Manihot

Species : Manihot esculenta

Gambar 1.Singkong(sumber: jagapati.com)

Tanaman singkong dapat tumbuh dimana-mana karena disebabkan oleh kemampuan adaptasi lingkungan yang tinggi dan sensitif terhadap suhu rendah, sehingga resiko kegagalan pada singkong kecil. Berdasarkan sifat fisik dan kimia, singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan rata-rata bergaris

(18)

6 tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkongyang ditanam.

Singkong berwarna putih dan ada juga bewarna kekuningan (Susilawati, dkk, 2008).

Singkong dapat dibagi dua berdasarkan umur panennya yakni singkong berumur pendek (genjah) dan singkong berumur panjang. Singkong berumur pendek berarti usia sejak mulai tanam sampai musim panen relatif lebih singkat yakni berumur antara 5-8 bulan. Sedangkan singkong yang berumur panjang dipanen pada umur 9-10 bulan. Sedangkan menurut Khasanah (2009), singkong dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen singkong yang telah mencapai 6-8 bulan untuk varietas genjah dan 9-12 bulan untuk varietas dalam.

Singkong memiliki kandungan berbeda pada setiap bagian nya.

Kandungan dari singkong sendiri dapat diihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi Singkong Kandungan

nutrisi

Daun (%) Batang (%) Umbi(%) Kulit umbi (%)

Protein kasar 23,2 10,9 1,7 4,8

Serat kasar 21,9 22,6 3,2 21,2

Ekstrak eter 4,8 9,7 0,8 1,22

Abu 7,8 8,9 2,2 4,2

Ekstrak tanpa N

42,2 47,9 92,1 68

Ca 0,972 0,312 0,091 0,36

P 0,576 0,341 0,121 0,112

Mg 0,451 0,452 0,012 0,227

Energi Metabolis

2590 2670 1560 2960

Sumber : Hasrianti (2017) 2.2 Kulit Singkong

Kulit singkong merupakan hasil samping industri ketela pohon seperti kripik singkong dan tepung tapioka. Kulit singkong cukup banyak jumlahnya, setiap kilogram umbi ketela pohon biasanya dapat menghasilkan 10-20% kulit umbi, maka semakin tinggi jumlah produksi singkong, semakin tinggi pula kulit yang dihasilkan.

(19)

7 Gambar 2. Kulit Singkong(sumber: remas.nu)

Kulit singkong merupakan limbah dari ubi kayu yang biasanya hanya dijadikan pakan ternak atau dibuang begitu saja .Presentase sejumlah kulit singkong bagian luar adalah sebesar 0,5-2% dari berat total, dan kulit singkong bagian dalam adalah sebesar 8-15% (Sukmawati dkk, 2009). Kulit singkong masih mengandung bebarapa zat gizi. Dalam setiap 100 gram kulit singkong mengandung serat kasar 15,2 gram, protein 8,11 gram, lemak 1,29 gram, kalsium 0,63 gram, dan pektin sebanyak 0,22 gram. Berdasarkan kandungan nutrisi dari kulit singkong tersebut, sangat disayangkan apabila kulit singkong dibuang begitu saja (Rukmana 1997).

Pada kulit singkong masih terdapat rasa pahit yang ditimbulkan akibat kandungan kadar asam biru atau asam sianida (HCN), bahkan pada kulit singkong dapat mencapai 3-5 kali lipat dari umbi singkong. Asam sianida mudah hilang selama diproses dalam perendaman, pengeringan, perebusan, dan fermentasi(Richana, 2013).Menurut Purawisata (2001) dikenal beberapa proses pengolahan ubi kayu untuk mengurangi kadar HCN, antara lain dengan cara pencucian, perendaman, pemasakan, dan pengeringan hingga terbentuk gaplek.

Perendaman dan perebusan yang berulang hanya dapat menghilangkan kadar HCN 50% serta terjadi pengurangan kadar pati dalam ubi kayu. Cara tersebut membutuhkan waktu yang lama dan penurunan kadar HCN yang belum optimal.

Dosis letal dari HCN pada manusia ialah sekitar 60-90 mg (muhlisin,2014). Menurut Hutami (2014), cara yang dapat menurunkan kadar HCN secara optimal adalah perendaman dengan menggunakan natrium bikarbonat (NaHCO3). Perendaman ubi kayu yang telah dibelah menjadi empat potongan di dalam larutan natrium bikarbonat konsentrasi 4% mampu memengaruhi permeabilitas dinding sel sehingga senyawa HCN dapat dikeluarkan dari dalam sel.

(20)

8 Pemanfaatan kulit singkong menjadi produk makanan ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah dari singkong dan menambah nilai gizi serat kasar pada hasil produk tersebut. Serat telah lama diketahui sebagai komponen pangan yang menyehatkan pencernaan. Serat berperan dalam pencegahan kanker kolon (Winaktu, 2011), berguna mengurangi asupan kalori sehingga mencegah obesitas (Puspitasari, 2018), menurunkan kadar kolesterol, serta baik bagi penderita Diabetes Mellitus.

2.3 Tepung Kulit Singkong

Tepung kulit singkong adalah tepung yang dibuat dari kulit singkong bagian putihnya dengan cara pengeringan dan penggilingan kulit singkong.Penggilingan yang dimaksud adalah cara yang digunakan untuk menepungkan atau menghaluskan kulit singkong yang dikeringkan.

Tepung kulit singkong merupakan bentuk karbohidrat yang diperoleh dari sumber biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian, dan buah tanaman. Pembuatan tepung dari kulit singkong bagian putihnya dengan cara pengeringan dan penggilingan. Penggunaan tepung kulit singkong merupakan salah satu bahan penting dalam proses produksi bolen dari tepung kulit singkong untuk membentuk struktur adonan bolen, warna, dan penambah cita rasa. Kandungan gizi yang terdapat pada tepung kulit singkong dapat dilihat pada Tabel2.

Tabel 2. Kandungan Gizi Tepung Kulit Singkong

Bahan Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar

air abu lemak kasar serat protein

(%) (%) (%) kasar kasar

(%) (%)

Tepung Kulit

8,6035 5,2577 2,9774 20,9497 6,8208 Singkong

Sumber: Wikanastri dkk.(2012)

Adapun sifat fisik tepung kulit singkong, antara lain : a. Aroma : khas tepung gaplek

b. Warna : putih agak kecoklatan

c. Tekstur : agak kasar apabila dibandingkan dengan tepung terigu.

(21)

9 2.4 Bolen

Bolen adalah suatu hidangan ringan yang biasanya berbahan baku pisang yang dilapisi lembar-lembar adonan dan kemudian dipanggang. Bolen merupakan salah satu kue pastry yang terbuat dari adonan tepung dicampur dengan sejenis mentega yang diolah dengan teknik lipatan dan digulung untuk menghasilkan tekstur dengan lapisan-lapisan yang memukau.

Gambar 3. Bolen (sumber:merdeka.com)

Pastry memiliki kenampakan seperti roti. Bedanya di cara pengolahan dan campuran bahannya. Pastry umumnya tidak menggunakan ragi, tetapi hampir selalu menggunakan sejenis lemak yang karena proses pembuatan tertentu membuat pastry menjadi mengembang dengan lapisan berlipat-lipat saat dipanggang dalam oven(Sufi, 2006).Adonan pastry dibuat untuk kulit pai, tart, croissant dan sebagainya (Hidayat,2006).

Bolen jika dilihat juga sangat menggoda, karena bentuknya yang mengembang, selain itu juga ada yang ditabur dengan keju parut dan olesan kuning telur pada bagian atasnya yang membuatnya terlihat lebih ranum. Kue seperti ini merupakan favorit bagi masyarakat dari segala lapisan karena rasanya yang nikmat namun selain dari pada itu bolen ini bisa diisi dengan berbagaimacam varian rasa seperti coklat dan keju tapi tetap menggunakan pisang sebagai ciri khasnya, sehingga tentu saja rasanya akan lebih nikmat.

(22)

10 2.4.1 Proses pengolahan bolen dari tepung kulit singkong (Wikanastri, dkk.2012 dimodifikasi)

v

v

Gambar 4. Diagram Alir Proses Produksi Bolen Persiapan bahan

Penimbangan bahan

Tepung kulit singkong A 25 %, Tks B 20%

Ditempatkan ke wadah untuk disubstitusikan pada bolen

Substitusi Tepung kulit singkong A, tepung terigu 120 gr,mentega 100 gr

diaduk

Substitusi Tepung kulit singkong B, tepung terigu 250 gr, mentega 110 gr, Gula halus 50gr, Air 75ml diaduk

Adonan A 8 gr, Adonan B 17 gr ditimbang dan adonan B dipipihkan

Adonan A dimasukkan kedalam adonan B lipat dan dipipihkan

Pisang dan selai dimasukkan ke adonan dilipat

Adonan diletakkan dalam loyang dan dipanggang dalam oven

T= 1700C, t= 15 s

Oleskan kuning telur, tambahkan topping dan dipanggang dalam oven

T= 1700C, t= 15 s

Bolen Kulit Singkong Tahap Persiapan

Tahap pelaksanaan

(23)

11 Gambar 4 menjelaskan proses produksi dalam industri bolen. Tahapan proses produksi dimulai dengan persiapan bahan, kemudian dilakukan penimbangan bahan menjadi 2 bagian yaitu Tks A 25% dan Tks B 20%. Substitusi Tks A dengan mentega dan tepung terigu kemudian diaduk. Substitusikan juga Tks B dengan mentega, gula haus, air dan tepung terigu lalu diaduk. Adonan A dan B ditimbang kemudian adonan B dipipihkan. Masukkan adonan A kedalam adonan B lipat kemudian pipihkan, teknik ini dilakukan berulang-ulang. Adonan yang telah di pipihkan kemudian ditambahkan pisang dan coklat lalu lipat kembali dan pipihkan setiap ujung lipatan. Kemudian letakkan adonan kedalam loyang lalu dipanggang menggunakan oven dengan suhu 1700C selama 15 menit. Setelah 15 menit dipanggang keluarkan loyang kemudian oleskan kuning telur pada permukaan atas adonan lalu tambahkan topping dan panggang kembali selama 15 menit dengan suhu 1700 C. Bolen yang sudah matang didinginkan. Bolen Kulit singkong siap didistribusikan.

2.5 Studi Kelayakan Finansial

2.5.1 Pengertian Studi Kelayakan Finansial

Studi kelayakan merupakan penilaian yang menyeluruh untuk menilai keberhasilan suatu proyek atau usaha. Keberhasilan proyek memiliki pengertian yang berbeda antara pihak yang berorientasi laba dan pihak yang tidak berorientasi laba semata. Namun, semua ditujukan untuk mencapai keberhasilan dalam agroindustrialisasi. Studi kelayakan proyek harus dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam agroindustrialisasi suatu negara.

Menurut Kasmir et al. (2010), dapat disimpulan bahwa pengertian Studi Kelayakan Bisnis (SKB) adalah “Suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan”. Mempelajari secara mendalam artinya meneliti secara benar informasi serta data-data yang telah ada, kemudian diukur, dihitung, dan dianalisis hasil penelitian tersebut dengan menggunakan metode-metode yang dibutuhkan dalam menganalisis kelayakan proyek atau suatu usaha. Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek yang memiliki suatu standar nilai tertentu.

(24)

12 Tujuan studi kelayakan finansial adalah untuk mengetahui usaha layak dijalankan atau tidak. Analisis tersebut merupakan bagian dari perencanaan usaha. 2.5.2 Aspek Finansial

Aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan, karena sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan manfaat ekonomi (Umar, 2003 dalam Widodo, 2011).

Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2003 dalam Widodo, 2011).

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan proyek tersebut menguntungkan atau tidak, dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Adapun komponen yang diperlukan dalam analisis kelayakan finansial adalah sebagai berikut:

A. Cash Flow

Aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan- penggunaannya (Umar, 2003 dalam Widodo, 2011).

Berdasarkan jenis transaksinya kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas.

2. Arus kas keluar (cash outflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Arus kas keluar dalam usaha bolen dapat digolongkan menjadi:

• Pengeluaran investasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan untuk membiayai kegiatan pembangunan atau pengadaan proyek. Arus kas ini biasanya disebut dengan arus kas awal.

(25)

13

• Pengeluaran operasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan untuk membiayai kegiatan operasi proyek sesudah memasuki fase operasi komersial.

Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya operasinya merupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan (Nurcahyo,2011).

➢ Bunga

Bunga (interest) adalah sejumlah uang yang dibayarkan akibat pemakaian uang yang dipinjam sebelumnya (Giatman, 2005). Tingkat bunga (rate of interest) merupakan rasio antara bunga yang dibebankan per periode waktu dengan jumlah 10 uang yang dipinjam pada awal periode dikalikan 100%. Bunga didefinisikan menjadi 2 jenis yaitu:

a) Bunga Sederhana Bunga sederhana (simple interest), yaitu sistem perhitungan bunga hanya didasarkan atas besarnya pinjaman semula, dan bunga periode sebelumnya yang belum dibayar tidak masuk faktor pengali bunga.

b) Bunga Majemuk Bunga majemuk (compound interest), yaitu sistem perhitungan bunga di mana bunga tidak hanya dihitung terhadap besarnya pinjaman awal, tetapi didasarkan atas besarnya utang awal periode yang bersangkutan, dengan kata lain bunga yang berbunga.

Tingkat Bunga Terinflasi Pujawan (2003) menjelaskan tingkat bunga yang digunakan sebagai dasar dalam mengevaluasi dan membandingkan berbagai alternatif dinamakan Minimum Attractive Rate of Return (MARR). MARR adalah nilai minimal dari tingkat pengembalian atau bunga yang bisa diterima investor.

Suatu investasi yang menghasilkan bunga atau tingkat pengembalian (Rate of Return) lebih kecil dari MARR maka investasi tersebut dinilai tidak ekonomis sehingga tidak layak untuk dikerjakan.

➢ Depresiasi

Depresiasi adalah penyusutan atau penurunan nilai aset bersamaan dengan berlalunya waktu (Giatman, 2005). Pengertian aset mencakup current aset dan fixed aset, namun aset yang terkena depresiasi hanya fixed aset yang umumnya bersifat fisik, seperti bangunan, mesin/peralatan, armada, dan lain-lain.

(26)

14 Tujuan dilakukannya perhitungan depresiasi yaitu:

1) Menyediakan dana pengembalian modal yang telah diinvestasikan dalam kekayaan fisik, dana ini sifatnya sebagai saving unuk menjaminkontinuitas/keberlanjutan usaha bila mesin sudah habis masa pakainya dan perlu adanya penggantian mesin.

2) Memungkinkan adanya biaya penyusutan yang dibebankan pada biaya produksi atau jasa yang dihasilkan dari penggunaan aset.

3) Sebagai dasar pengurangan pembayaran pajak-pajak yang harus dibayarkan.

Metode dalam perhitungan depresiasi terdapat beberapa jenis, dalam penelitian ini menggunakan metode yang umum digunakan. Berikut adalah metode perhitungan depresiasi yang digunakan :

➢ Metode Garis Lurus (Straight Line Depreciation)

Metode depresiasi garis lurus atau SLD adalah metode paling sederhana dan yang paling sering dipakai dalam perhitungan depresiasi aset,karena metode relatif sederhana. Hasil yang diperoleh dari perhitungan dengan metode ini adalah nilai depresiasi sama setiap tahun selama umur perhitungan aset. Parameter yang diperlukan dalam perhitungan ini adalah nilai investasi, umur produktif aset/

lamanya aset.

Investasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam, Investasi diartikan sebagai penanaman uang di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.Menurut Martono dan Harjito (2005) jika dilihat dari jangka waktunya, investasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1) Investasi jangka panjang.

Investasi jangka panjang adalah jangka waktu investasi lebih dari lima tahun.

2) Investasi jangka pendek.

Investasi jangka menengah adalah jangka waktu investasi dari noltahun tahun hingga satu tahun.

3) Investasi jangka menengah.

Investasi jangka menengah adalah jangka waktu investasi dari satu tahun hingga lima tahun.

(27)

15 B. Kriteria Kelayakan Investasi

Dalam analisis kelayakan investasi diperlukan data biaya. Biaya terdiri dari biaya tetap dan tidak tetap.

a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah untuk suatu periode tertentu. Biaya ini tidak akan naik atau turun meskipun volume kegiatannya bervariasi. Semakin besar volume kegiatan maka semakin kecil biaya tetap per unitnya. Sebaliknya semakin kecil volume kegiatan maka semakin besar biaya tetap per unitnya. Jadi, biaya tetap adalah biaya yang totalnya tetap untuk satu periode tertentu dan per unitnya berubah-ubah berbanding terbalik dengan volume kegiatan (Sugiri dan Sulastiningsih, 2004).

Menurut (Yunita, 2017) biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu, yang terdiri dari beberapa faktor tergantung jenis kegiatan usahanya. Faktor-faktor yang menjadi biaya tetap pada masing-masing usaha antara lain biaya peralatan, biaya penyusutan peralatan, dan biaya-biaya lain-lain.

b) Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya bervariasi secara proporsional dengan variasi volume kegiatan, tetapi jumlah per unitnya tetap. Biaya bahan baku, komisi penjualan berdasarkan persentase penjualan, dan biaya telepon berdasarkan lamanya penggunaan merupakan contoh biaya variable (Sugiri dan Sulastiningsih, 2004). Menurut (Yunita, 2017) biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan kegiatan, dimana sama seperti biaya tetap setiap usaha memiliki variabel yang berbeda-beda. Faktor- faktor biaya yang menjadi biaya variabel yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku yang digunakan selama proses produksi.

Biaya Penerimaan adalah pembayaran yang diterima perusahaan dari penjualan barang atau jasa (Soeharto, 1997). Sedangkan menurut Soekartawi (1986) penerimaan tunai usaha adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usaha. Dengan kata lain penerimaan ini merupakan hasil perkalian dari jumlah produk total dengan harga per satuan.

(28)

16 Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan.

Keuntungan Menurut (Yunita, 2017) keuntungan merupakan kondisi dimana terjadinya peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut.

Biaya Penyusutan Menurut (Avisa, 2018) seiring dengan waktu pemakaian sebuah aset tetap, maka pada saat yang sama aset tetap tersebut akan mulai berkurang kemampuannya atau mulai mengalami keusangan (obsolescence) untuk menciptakan barang dan jasa. Berkurangnya kemampuan aset tetap ini disebut sebagai penyusutan atau depresiasi (depreciation).Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menghitung beban penyusutan adalah:

a. Biaya perolehan (initial cost/ capitalized cost), yaitu jumlah keseluruhan biaya biaya yang dikeluarkan oleh sebuah organisasi bisnis untuk memperoleh aset tetap.

b. Umur manfaat (usefull life), yaitu estimasi atau perkiraan lamanya waktu penggunaan aset tetap tersebut.

c. Nilai sisa/ residu (residual value/ scrap value/ salvage value/ trade-in value), yaitu estimasi nilai tunai aset tetap yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.

d. Jumlah biaya yang dapat disusutkan/ jumlah tersusutkan (asset’s depreciable cost), yaitu selisih antara biaya perolehan aset tetap dengan nilai residunya.

Jumlah ini kemudian akan dialokasikan secara sistematis sebagai beban penyusutan.

e. Jumlah tercatat/ nilai buku (book value) adalah selisih antara biaya perolehan dengan akumulasi penyusutan.

1. Net Present Value (NPV)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2016) secara umum mendefinisikan net present value adalah selisih antara manfaat dan biaya atau yang disebut dengan arus kas. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya

(29)

17 melebihi biaya yang dikeluarkan. Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode net present value (NPV) yaitu :

i. NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya, bisnis atau usaha yang dijalankan tidak menguntungkan atau tidak merugikan

ii. NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya, bisnis atau usaha yang dijalankan menguntungkan atau memberikan manfaat.

iii. NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0) artinya, bisnis atau usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan atau memberikan kerugian.

2. Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif, atau disebut juga manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu kegiatan investasi atau bisnis dapat dikatakan layak jika Net B/C lebih besar dari satu dan diakatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina dkk., 2009 dalam Widodo, 2011).

Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) yaitu:

i. Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak merugikan.

ii. Net B/C Ratio lebih dari satu (Net B/C > 1) artinya, usaha tersebut menguntungkan atau layak untuk dijalankan.

iii. Net B/C Ratio kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak dijalankan.

3. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2016), penilaian suatu bisnis dapat dikatakan layak dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan, ditujukan dengan mengukur besarnya IRR. IRR adalah tingkat rata- rata keuntungan interval tahunan bagi perusahaan yang melakukan kegiatan investasi dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Dalam metode penghitungan tingkat IRR, metode yang umumnya digunakan adalah dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah (menghasilkan

(30)

18 NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (menghasilkan NPV negatif).

4. Payback Period (PP)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2016), payback period adalah suatu analisis yang berfungsi untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanam pada suatu bisnis dapat kembali. Oleh karena itu bisnis yang payback period-nya cepat pengembaliannya, maka memiliki kemungkinan untuk dijalankan. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback period maksimum yang diisyaratkan, untuk digunakan sebagai angka pembanding. Kelemahan- kelemahan lain dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Untuk mengatasi masalah diabaikannya time value of money maka kadang dipakai discounted payback period.

5. Break Event Point (BEP)

Break event point titik pulang pokok dimana total penerimaan=biaya.

Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya (Ibrahim, 2009). Bagi pengusaha yang mempunyai dana/modal dalam jumlah relatif besar kendatipun dalam waktu yang relatif lama baru mencapai titik pulang pokok, tapi proyeknya layak dalam jangka panjang, mungkin pemilihan proyek ini merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam penanaman investasi.

6. Analisis Sensitivitas

Menurut Ibrahim (2009), analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya disebabkan oleh perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya (cost over run), dan ketidaktepatan dan perkiraan hasil produksi.

2.6 Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi dan penuntun dalam penentuan metode dalam menganalisis data penelitian. Penelitian Mardliyah dan Supriyadi (2018) yang berjudul kelayakan finansial usaha

(31)

19 pengolahan ubi kayu menjadi tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur menyatakan bahwa usaha ini layak untuk dikembangkan dan menguntungkan. Pengambilan kesimpulan ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa, dari hasil perhitungan kelayakan finansial diperoleh Net Present Value (NPV) bisnis yang layak dengan nilai NPV positif adalah Rp 38.118.538; Tingkat pengembalian internal (IRR) adalah 98%; Rasio Manfaat Bruto (B/C Bruto) adalah 1,71; B/C bersih adalah 3,92; Rasio profitabilitas (PR) adalah 1,69; Payback period (PP) adalah 0,1; dan BEP adalah 1.31.

Pendapatan Usaha Tiwul Instan (KWT Tani Hidup) di Desa Wonosari Pekalongan Kecamatan Kabupaten Lampung Timur dalam satu bulan adalah Rp. 4.460.083 / bulan.

Penelitian Mustamin (2018), yang berjudul analisis kelayakan finansial agroindustri dodol strawberry( Studi kasus UD.Wisata Malino Dusun Parangbobo Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa) menyatakan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Pengambilan kesimpulan ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa, dari hasil perhitungan analisa finansial diperolehhasil analisis kelayakan finasial dengan 100 % modal pinjamandinyatakan layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada discountrate 12 persen, IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku (12%), dan nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 1 tahun 2 bulan 8 hari.

Menurut Simanjuntak (2018), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kelayakan Pasar dan Finansial Usaha Minuman Nata de Coco dari Limbah Cair Produksi Kopra (Studi Kasus di Desa Mekar Jati, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat), usaha ini layak untuk didirikan. Pengambilan kesimpulan ini berdasarkan hasil penelitian, yang menunjukkan bahwa perhitungan kriteria kelayakan finansial pada tingkat suku bunga 17,5% diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 82.497.895,29. Nilai Net B/C sebesar 1,97. Nilai IRR sebesar 54,65%.

Masa pengembalian investasi (payback period) usaha 3 tahun, 8 bulan. Titik impas selama umur proyek usaha minuman nata de coco berada pada saat usaha mengalami penerimaan sebesar Rp. 145.335.353.1 dengan harga jual minuman nata de coco per karton Rp. 37.695,23 dan produksi minuman nata de coco sebanyak

(32)

20 2.467,5 karton. Hasil analisis sensitivitas usaha minuman nata de coco terhadap perubahan komponen penerimaan mencapai 24,37% dan penurunan jumlah produksi mencapai 23,64%, serta tingkat toleransi penurunan harga mencapai 64%.

2.7 Karangka Pemikiran

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kalayakan finansial, sehingga dapat dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan. Sebelum mendirikan usaha bolen dari kulit singkong tersebut, perlu dilakukannya analisis secara finansial.Analisis ini dilakukan untuk mengetahui Cash Flow sebagai landasan untuk melakukan pengukuran dengan beberapa kriteria kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan B/C Ratio. Untuk mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis dengan Payback Period. Selain itu, Analisis Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya terhadap kelayakan usaha tersebut.

Setelah mendapatkan hasil tentang studi kelayakan pada usaha bolen dari tepung kulit singkong tersebut, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Apabila usaha dikatakan layak maka usaha dapat terus dilaksanakan atau dilanjutkan, sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka harus mengadakan perbaikan manajemen dan efisiensi terhadap biaya yang di keluarkan. Adapun alur pemikiran diatas dapat digambarkan oleh karangka pemikiran seperti yang terdapat pada gambar.

(33)

21 Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BOLEN DARI TEPUNG KULIT SINGKONG

Interpretasi Hasil Analisis

Layak Tidak Layak

Usaha ini dapat terus dilaksanakan

Efisiensi biaya dan perbaikan manajemen

Aspek Finansial

1. Cash Flow

• Inflow

• Outflow

2. Kriteria Kelayakan Investasi:

• NPV

• IRR

• PP

• B/C Ratio

• Analisis Sensitivitas

(34)

22 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November – Desember Tahun 2021 Di Kota Jambi.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dankuantitatif. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder. Data primerdiperoleh melalui observasi. Data primer yang dikumpulkan meliputi data mengenai :

a. Potensi dan harga kulit singkong

b. Jenis, ketersediaan dan harga bahan pembantu c. Harga tanah dan harga beli tanah

d. Harga bangunan dan biaya mendirikan bangunan e. Jenis dan harga peralatan, bahan bakar

f. Kondisi dan biaya instalasi listrik dan air g. Biaya promosi

h. Harga produk pesaing

Sedangkan data sekunder diperoleh dari kelembagaan pemerintah yang berhubungan dengan penelitian serta studi kepustakaan dengan membaca laporan, artikel ilmiah yang relevan dan jurnal penelitian sebelumnya yang berkaitan erat dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data mengenai : a. Ketersediaan Bahan Baku

b. Sistem kredit perbankan yang berlaku.

3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Tahapan Penelitian

Langkah langkah pengerjaan dijelaskan melalui diagram alir penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 4.

Penelitian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah berikut : a. Pengidentifikasian Masalah

Pengidentifikasian masalah dilakukan dengan menentukan topik penelitian, perumusan masalah, dan penentuan tujuan penelitian.

(35)

23 b. Landasan Teori

Pada tahapan ini dilakukan studi pustaka untuk dijadikan acuan pengetahuan pada penelitian.

c. Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan studi pustaka.

d. Pengolahan Data dan Analisis Data

Data diolah berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menentukan peluang usaha dan melakukan proyeksi keuangan serta menentukan total biaya yang dibutuhkan dalam membangun usaha kue bolen.

Selanjutnyadilakukan analisis kelayakan finansial sesuai data yang sudah diolah dengan kriteria kelayakan yang sudah ditentukan. Dari hasil analisis, akan didapatkan apakah usaha layak didirikan atau tidak.

e. Pengambilan Kesimpulan

Pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan serta pemberian saran kepada pelaku usaha olahan singkong mengenai kelayakan pembangunan usaha bolen berbasis tepung kulit singkong di Kota Jambi.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan guna menganalisa aspek finansial dari rencana pendirian usaha bolen. Data yang diperoleh diolah menggunakan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel 2010. Selain itu, metode yang digunakan dalam analisis data kuantitatif adalah analisis kelayakan finansial. Perhitungan analisis finansial akan dimulai dengan perhitungan arus tunai berupa penerimaan dan pengeluaran. Penerimaanberupa penerimaan penjualan yang direncanakan, sedangkanpengeluaran berupa biaya investasi dan biaya operasi (biaya tetap dan biaya tidak tetap) yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C), IRR, dan Payback Period (PP). Sedangkan untuk melihat sejauh mana kepekaan kelayakan maka akan digunakan analisis sensitivitas, untuk melihat titik dimana usaha mengalami penerimaan impas digunakan Break Event Point (BEP) dan Payback Period yang

(36)

24 dilakukan untuk melihat jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal dari usaha yang dilakukan.

3.4 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial

1. Net Present Value (NPV) (Kasmir dan Jakfar, 2016)

Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima perusahaan selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu usaha dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan, atau jika NPV lebih besar dari pada nol. Secara sistematis rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:

NPV =

𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+𝑖)1

𝑛𝑡=1 ...(1)

Keterangan :

Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t N = Tahun kegiatan (t = 1,2,3,…,n)

i = Tingkat discount rate (persen) yang ditetapkan Kriteria Penilaian :

• Jika NPV > 0, maka usaha tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan.

• JikaNPV = 0, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, keputusan diserahkan pada pihak manajemen.

• Jika NPV < 0, maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak dilaksanakan.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) (Ibrahim, 2009)

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan dibanding dengan pengeluaran selama umur usaha. Usaha dikatakan layak apabila Net B/C Ratio yang dihasilkan dalam pengembangan usaha tersebut lebih besar dari satu. Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C ratio adalah sebagai berikut :

Net B/C =

𝑛𝑡=1𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+𝑖)𝑡

𝑛𝑡=1𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+𝑖)𝑡

untuk[𝐵𝑡−𝐶𝑡]>0

[𝐵𝑡−𝐶𝑡]<0...(2)

(37)

25 Keterangan :

Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t i = Discount rate (persen) t = Tahun

Kriteria penilaian :

• Net B/C > 1, maka usaha layak atau menguntungkan

• Net B/C = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi

• Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau merugikan 3. Internal Rate of Return (IRR) (Siregar, 2009)

Internal rate of return (IRR) merupakan presentase tingkat pengembalian investasi yang diperoleh selama umur proyek. IRR berupa tingkat suku bunga yang menjadikan nilai NPV suatu investasi sama dengan nol. IRR juga merupakan tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen.

Biasanya dalam menentukan nilai IRR (dicari nilai i-nya) tidak dapat dipecahkan secara langsung, namun dilakukan dengan cara interpolasi (mencoba- coba). Prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Dipilih nilai discount rate i yang dianggap dekat dengan nilai IRR yang benar, lalu hitung NPV dari arus benefit dan biaya.

b. Jika hasil NPV tersebut negatif, hal ini berarti nilai percobaan i terlalu tinggi (benefit di waktu yang akan datang di-discount rate dengan terlalu berat yang membuat present value biaya melebihi present value benefit). Jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih rendah.

c. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, hasil present value tersebut positif, hal ini berarti percobaan i terlalu rendah (benefit di waktu yang akan datang belum di- discount dengan berat untuk disamakan dengan present value biaya). Jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih tinggi.

d. Nilai discount rate pada percobaan pertama dilambangkan dengan i1 dan i2 untuk percobaan kedua. Nilai percobaan pertama untuk NPV dilambangkan dengan NPV1 dan NPV2 untuk percobaan kedua, asalkan salah satu dari kedua perkiraan NPV tidak terlalu jauh dari nol (yang merupakan nilai NPV yang

(38)

26 benar apabila i=IRR), maka perkiraan IRR yang dekat akan diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut ini:

IRR = i1 + [ 𝑁𝑃𝑉1

𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2x (i2-i1)] ………(3) Keterangan :

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif Kriteria Penilaian :

• IRR > tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti usaha layak untuk dilaksanakan.

• IRR = tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti usaha tidak menguntungkan dan tidak merugikan juga.

• IRR < tingkat suku bunga yang ditetapkan, berarti usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

4. Pay Back Period (PBP) (Ibrahim, 2009)

Pay back period (PBP) atau analisis waktu pengembalian investasi merupakan perhitungan terhadap lamanya periode waktu yang diperlukan oleh suatu usaha untuk dapat mengembalikan biaya investasi. Perhitungan dilakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow didiskontokan dan dikumulatifkan. Semakin kecil angka yang dihasilkan, semakin cepat tingkat pengembalian suatu investasi, sehingga usaha yang dijalankan semakin baik untuk dikembangkan. Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan PBP adalah sebagai berikut :

PayBackPeriod = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙

𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 ………...(4) Kriteria penilaian :

Lamanya periode waktu pengembalian biaya investasi harus lebih cepat dibandingkan umur usaha yang diproyeksikan dalam cashflow, semakin cepat pengembalian biaya investasi maka semakin baik usaha tersebut untuk dijalankan.

(39)

27 5. Break Even Point (BEP) (Kasmir dan Jakfar, 2016)

Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus berikut.

BEPPenerimaan =

Biaya Tetap 1− Biaya variabel

Total Penerimaan

BEPProduksi

=

BEP Penerimaan Harga

BEP Harga = ProduksiBiaya 6. Analisis Sensitivitas (Simanjuntak, 2018)

Setelah analisis kelayakan perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas jika terjadi perubahan pada beberapa variabel komponen cashflow terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan.

Variabel-variabel yang digunakan untuk analisis ini adalah perubahan volume produksi dan kenaikan biaya produksi. Variabel-variabel tersebut berpengaruh besar terhadap pendapatan atau keuntungan karena keduanya merupakan output dan input utama dalam kegiatan produksi bolen. Cara melakukan analisis sensitivitas adalah dengan melakukan perhitungan terhadap toleransi penerimaan, produksi dan harga.

ToleransiPenerimaan

=

Penerimaan minimum

Penerimaan direncanakan

x 100%

Toleransi Produksi = Produksi minimum

Produksi direncanakanx 100%

Toleransi Harga = Harga minimum

Harga direncanakan

x 100%

(40)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Jambi

Kota Jambi sebagai pusat wilayah dan Ibukota Provinsi Jambi. Kota Jambi memiliki luas 205,38 Km2 atau seluas 20.538 hektar. Secara administrasi wilayah kota Jambi terdiri dari 11 kecamatan, yaitu Kota Baru, Alam Barajo, Jambi Selatan, Paal Merah, Jelutung, Pasar Jambi, Telanaipura, Danau Sipin, Danau Teluk, Pelayangan dan Jambi Timur. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Alam Barajo (41,56 Km2) dan Kecamatan Kota Baru (36,11 Km2), sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Pasar Jambi (4,02 Km2).

Luas wilayah Kota Jambi yang digunakan sebagai lahan perkebunan singkong adalah 156 hektar. Pendapatan utama petani singkong diperoleh dari komoditas perkebunan singkong dengan produksi singkong yang mencapai 3.522,41 ton per tahun, jika terjadi musim panen yang bersamaan maka harga jual singkong menjadi murah. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Ukm Kota Jambi 2021 menunjukkan bahwa terdapat 40 Ukm produksi olahan singkong dengan kapasitas produksi 2.818 kg per minggu. Dari Ukm produksi olahan singkong di Kota Jambi banyak menghasilkan limbah padat berupa kulit singkong yang belum termanfaatkan dengan baik. Selama ini limbah padat kulit singkong hanya menjadi limbah yang mencemari lingkungan. Padahal didalam kulit singkong masih terdapat kandungan zat gizi. Untuk itu kulit singkong sangat memungkinkan dijadikan tepung kulit sebagai bahan subtitusi kue bolen.

4.2 Ketersediaan Bahan Baku

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Jambi Tahun 2019 menunjukkan bahwa produksi singkong di Kecamatan Kota Baru sebesar 1.961,25 ton pertahun. Bahan baku berupa kulit singkong diperoleh langsung dari salah satu pelaku usaha keripik singkong yaitu UKM keripik singkong Bojonegoro. Setiap pelaku UKM olahan singkong di Kota Jambi hanya mengolah singkong menjadi produk pangan. Singkong yang diproduksi UKM Keripik Singkong Bojonegoro sebesar 200 Kg/hari sehingga menghasilkan kulit singkong 55 Kg. Kebutuhan bahan baku kulit singkong adalah 48 kg untuk sekali produksi.

(41)

29 4.3 Penggunaan Bahan Baku

Atas dasar pertimbangan terhadap potensi bahan baku dan potensi investasi, maka bahan baku kulit singkong diolah menjadi tepung kulit singkong.Tepung Kulit singkong kemudian digunakan sebagai bahan substitusi bolen. Proses produksi tepung kulit singkong dilakukun sebanyak dua kali dalam seminggu karena dalam proses pembuatan tepung diperlukan waktu 3 hari untuk pengeringan.

Bahan baku kulit singkong yang dibutuhkan untuk satu kali produksi yaitu 48 Kg.

Kapasitas produksi dalam setahun yaitu 4.608 Kg/tahun. Kebutuhan tepung kulit singkong untuk satu hari produksi bolen yaitu 2.24 kg dan direncanakan menghasilkan 924 pcs bolen/hari atau 92 mika/hari dengan berat 35 gr/ pcs. Maka bolen yang dihasilkan sebanyak 26.496 mika dalam 288 hari produksi/tahun.

4.3.1 Proses Produksi Pengolahan Bolen 1. Pembuatan Tepung Kulit Singkong

Pada pembuatan tepung kulit singkong sebagai bahan dasar bolen kulit singkong, bagian singkong yang digunakan adalah kulit singkong bagian dalam yang dicuci dengan air mengalir, dipotong kecil - kecil kemudian direndam 1 ± 2 hari. Selanjutnya dijemur hingga benar - benar kering dan ditepungkan (Fitriani, 2012).

Tahap awal dalam pembuatan tepung kulit singkong adalah memisahkan kulit bagian luar yang berwarna coklat dengan kulit bagian dalam. Kulit singkong yang dipilih adalah kulit singkong bagian dalam yang berwarna putih. Kulit singkong bagian dalam yang telah dipisahkan dengan kulit bagian luar kemudian dicuci dengan air mengalir sampai bersih hingga tidak ada kotoran yang menempel pada kulit singkong. Setelah dicuci dilakukan pengecilan ukuran agar mempercepat proses pengeringan dan penghancuran kulit singkong menjadi tepung.

Tahap berikutnya adalah perendaman dengan air bersih sebanyak 480 liter dan ditambahkan garam sebanyak 3,14 kg selama 3 jam. Tujuan perendaman dan adalah untuk mengurangi kadar HCN yang terdapat pada kulit singkong.Menurut Richana (2012) asam sianida mudah hilang selama diproses, sianida hilang dalam perendaman, pengeringan, perebusan, dan fermentasi. Perendaman dan perebusan yang berulang hanya dapat menghilangkan kadar HCN 50% Penjemuran dilakukan selama ± 3 hari dengan menggunakan energi panas dari matahari. Tujuan dari

(42)

30 penjemuran adalah mengurangi kadar asam sianida, mengurangi kadar air agar dapat menghasilkan tepung dengan karakteristik berbau nertal dan tekstur yang lembut (Kurniawan, 2010).

Kulit singkong yang telah kering dihaluskan menggunakan mesin giling tepung selama ± 5 menit. Penghalusan bertujuan untuk mendapatkan kulit singkong dalam bentuk tepung. Untuk mendapatkan tepung yang lembut kemudian diayak menggunakan saringan dengan ukuran 100 mesh.

2. Proses Produksi Bolen

Tahap awal proses pembuatan bolen kulit singkong dimulai dengan persiapan alat dan bahan yang digunakan. Kemudian dilakukan penimbangan bahan menjadi 2 bagian yaitu adonan A dan adonan B. Adonan A berupa 0,84 kg tepung kulit singkong 3,36 kg tepung terigu dan margarin 2,8 kg. Adonan B berupa 1,4 kg tepung kulit singkong, 7 Kg tepung terigu, margarin 3,08 kg, gula halus 1,4 kg dan air 2,1 liter.

Pencampuran bahan dilakukan dengan 2 tahap, dimana pencampuran I yaitu adonan A 3,36 kg tepung terigu dan margarin 2,8 kg dengan menambahkan 0,84 kg tepung kulit singkong, lalu diaduk. Pencampuran II yaitu adonan B 7 Kg tepung terigu, 3,08 kg margarin, dan 2,1 liter air dengan menambahkan 1,4 kg tepung kulit singkong, lalu diaduk. Tujuan pencampuran dilakukan dengan dua tahap agar bolen memiliki tekstur yang renyah. Penimbangan adonan dilakukan dengan menimbang adonan A seberat 8 gr dan adonan B seberat 17 gr. Tujuan penimbangan agar memiliki ukuran yang sama pada saat pencetakan.

Pencetakan adonan dilakukan dengan memipihkan adonan A dan B lalu dilipat, di gabungkan dan dipipihkan kembali. Tambahkan pisang dan selai lalu lipat dan pipihkan setiap ujungnya. Oleskan dengan kuning telur, pemberian topping dan dilakukan pemanggangan adonan selama 30 menit dengan pengaturan suhu 170◦C. Pemanggangan dilakukan sebanyak 3 kali dikarenakan kapasitas oven hanya bisa menampung sebanyak 308 pcs bolen. Bolen yang telah dipanggang didinginkan pada suhu ruang kemudian dikemas dalam kemasan.

(43)

31 4.3.2 Bahan Dan Alat Produksi Bolen Dari Tepung Kulit Singkong

Proses pengolahan bolen cukup sederhana. Bahan dan alat produksi dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 3. Bahan Pembuatan Tepung Kulit Singkong

Bahan Keterangan

Kulit Singkong Sebagai bahan baku utama.

Air Digunakan untuk pencucian, perendaman dan perebusan kulit singkong.

Garam Digunakan untuk perendaman dan perebusan kulit singkong.

Tabel 4. Bahan Pembuatan Bolen

Bahan Keterangan

Tepung kulit singkong Sebagai bahan baku untuk membuat tekstur, warna, dan cita rasa.

Tepung terigu Sebagai bahan baku untuk membuat struktur adonan roti bolen.

Mentega Sebagai bahan pembantu untuk merenyahkan bolen.

Gula halus Sebagai bahan pemanis, pengawet dan cita rasa pada bolen.

Air Sebagai bahan pembantu untuk membuat struktur adonan bolen.

Telur Sebagai bahan olesan untuk bagian atas permukaan dan mempercantik bolen.

Pisang Sebagai bahan isian untuk penambah cita rasa bolen.

Selai coklat Sebagai bahan isian untuk penambah cita rasa bolen.

Meses coklat Sebagai topping dan penambah cita rasa.

Keju Sebagai bahan isian dan topping untuk penambah cita rasa bolen.

(44)

32 Tabel 5. Alat Produksi Bolen

Nama Alat Keterangan

Baskom Alat yang digunakan untuk menampung, mencuci dan merendam kulit singkong.

Keranjang Alat yang digunakan untuk menyaring kulit singkong setelah pencucian dan perebusan.

Pisau Alat yang digunakan untuk memisahkan kulit bagian luar dan dalam.

Gunting Alat yang digunakan untuk memperkecil ukuran kulit singkong.

Spatula steinless Alat yang digunakan untuk mengaduk kulit singkong pada saat perebusan.

Nampan steinless Alat yang digunakan untuk menjemur kulit singkong.

Timbangan digital Alat untuk menimbang kulit singkong dan untuk menimbang bahan-bahan serta adonan.

Blender Alat yang digunakan untuk menghancurkan Kulit singkong menjadi tepung.

Saringan Alat yang digunakan untuk menyaring tepung kulit singkong.

Stoples Alat yang digunakan untuk menyimpan tepung kulit singkong.

Baskom kecil Alat yang digunakan untuk menampung dan mencampur semua bahan.

Oven listrik Alat yang digunakan untuk memanggang bolen.

Nampan stainless Alat yang digunakan sebagai wadah untuk memanggang adonan.

Kuas kue Alat yang digunakan untuk mengoles kuning telur diatas permukaan adonan yang telah dicetak.

Ampia Alat yang digunakan untuk memipihkan adonan.

Mika plastik Sebagai wadah untuk meyimpan bolen yang telah dikemas untuk dipasarkan.

Mangkok kaca Alat yang digunakan sebagai wadah untuk kuning telur.

Cup kertas Sebagai alas untuk kemasan bolen.

4.4 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria kelayakan usaha yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan B/C Ratio, Pay Back Period, dan Break Event Point. Arus kas (cashflow) digunakan untukmenganalisis kelima kriteria tersebut, untuk mengetahui besarnya manfaat

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Media Promosi Neezha Florist Toko Bunga dan Boneka di Jepara, Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Nahdlatul

Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan produksi setiap bulannya pada lahan yang diberikan limbah cair pabrik kelapa sawit, total produksi pada lahan yang diberikan

erdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan: (1) pengembangan modul pembelajaran fisika SMA berbasis Contextual Teaching

Dari hasil pengujian t melalui spss 21 yang digambarkan pada tabel 4.3 menerangkan bahwa nilai t hitung untuk tingkat kepatuhan (X 1 ) sebesar 2,990 dengan

Hal tersebut menunjukkan bahwa persilangan antara pasangan tetua yang berjarak genetik dekat dapat menghasilkan progeni F 1 yang memiliki kedekatan jarak genetik terhadap salah

Dilihat dari kebanyakan mesin injektor cleaner yang pengukuran uji volumenya masih menggunakan gelas ukur, dan untuk mempermudah operator dalam pembacaan volume

Rasio efisiensi usaha bertujuan untuk mengukur performa manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor-faktor produksinya dengan tepat, maka melalui

Untuk itu berdasarkan hasil yang diperoleh dari seminar proposal Tugas Akhir yang dilaksanakan pada hari ……… tanggal …… bulan ……… tahun ………..,