makanan. Dermis merupakan jaringan penghubung yang memberikan sistem penunjang pada epidermis. Semua darah dikulit, syaraf, struktur luar seperti folikel rambut terletak pada dermis. Dermis juga merupakan susunan dari komponen serat. Material serat utama pada dermis adalah kolagen, diikuti oleh elastin dan struktur lainnya. Kumpulan serat ini membentuk jaringan yang mendukung fleksibilitas, kekenyalan dan kelenturan pada kulit.
Sinar matahari dari hari ke hari membantu percepatan proses penuaan kulit sehingga kulit menjadi keriput. Lambat tetapi pasti sinar ultraviolet akan menghancurkan protein kulit, seperti kolagen dan elastin. Umumnya orang Indonesia mudah mengalami pigmentasi, tetapi sukar untuk terbakar surya (sun burn). Sinar ultraviolet A pada matahari berperan utama dalam proses pigmentasi dan menyebabkan kulit terlihat bercak-bercak hitam. Sementara ultraviolet B diketahui menyebabkan kulit menjadi kasar dan kering. Sifat ini dapat dikategorikan sebagai proses penuaan kulit (Santoso dan Gunawan, 2003).
Kekeringan dan sifat kurang lentur pada lapisan korneum dapat diperbaiki apabila kandungan air dapat dinaikkan lebih dari kondisi normal (10 %). Pemakaian krim kosmetik yang mengandung hidrofilik emollient dapat memperbaiki kulit kering. Krim pelembut (emollient) akan meninggalkan film yang rapat pada kulit, menjadikan permeabilitas terhadap air rendah, dan mensuplai komponen hidrofilik sehingga mampu menahan dehidrasi air dari kulit sehingga akan menjaga kelembutan kulit. Emulsi jenis O/W merupakan bentuk emulsi yang baik untuk menghasilkan film yang lembut pada kulit yang mampu mengurangi evaporasi (Tronnier, 1962).
2.7 Analisis Sensori
Analisis sensori atau pengujian dengan indera atau pengujian organoleptik telah ada sejak manusia mulai menggunakan inderanya untuk menilai kualitas dan keamanan suatu makanan dan minuman. Selera manusia sangat menentukan dalam penerimaan dan nilai suatu produk. Barang yang memiliki kesan subjektif yang menyenangkan dan memuaskan harapan konsumen disebut memiliki kualitas sensori yang tinggi (Setyaningsih et al., 2010).
Analisis sensori bertujuan untuk mengetahui respon atau kesan yang diperoleh oleh pancaindera manusia terhadap suatu rangsangan yang ditimbulkan oleh suatu produk. Analisis sensori umum digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai kualitas suatu produk dan pertanyaan yang berhubungan dengan pembedaan, deskripsi, kesukaan atau penerimaan (afeksi). Pada prisipnya terdapat 3 jenis metode analisis sensori yaitu uji pembedaan (discriminative test), uji deskripsi (descriptive test), dan uji afeksi (affective test). Pengujian analisis sensori dapat menggunakan satu jenis atau penggabungan beberapa metode yang dirancang sesuai dengan tujuan (Setyaningsih et al., 2010). Sedangkan Lawless dan Heymann (1999) menyatakan bahwa dua bidang utama dari analisis sensori adalah uji analitis dan uji afeksi, dimana uji pembedaan dan uji deskripsi digolongkan sebagai bagian dari uji analitis. Sedangkan uji afeksi dibagi lagi menjadi uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji preferensi (preference) dan uji penerimaan (acceptance) merupakan bagian dari uji kuantitatif (Meilgaard et al., 1999).
Tujuan utama dari uji konsumen (afektif) adalah untuk mengukur tanggapan atau kesan pribadi (preferensi, tingkat kesukaan dan atau penerimaan) oleh pelanggan potensial atau pelanggan yang sudah ada dari suatu produk, ide pengembangan produk, atau atribut produk tertentu (Guinard, 1998). Uji konsumen telah terbukti sangat efektif sebagai alat utama dalam merancang produk atau jasa yang akan dijual dalam kapasitas besar atau memiliki harga jual yang tinggi (Meilgaard et al., 1999). Uji konsumen merupakan metode yang sangat tepat dalam memprediksi keberhasilan produk di pasar dan manfaat atau khasiat yang dapat diperoleh dari produk berdasarkan umpan balik atau tanggapan dari konsumen. Uji konsumen dapat menggunakan panelis tidak terlatih dalam ukuran sampel yang besar.
Nilai sensori kulit yang sangat baik dari suatu produk perawatan kulit (personal care) merupakan faktor penting yang menjadi potensi suatu produk kosmetik di pasaran. Manfaat dan kegunaan suatu produk kosmetik dapat disimpulkan dari hasil pengujian secara klinis. Namun demikian, jika hasil uji klinis ini dapat didukung dengan hasil analisis sensori yang baik tentu produk ini akan lebih disukai dan laku di pasaran (Wortel dan Wiechers, 2000).
Pengembangan formula produk yang memiliki tingkat penerimaan optimal oleh konsumen merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh industri kosmetik. Jika hal ini tidak dapat dipenuhi, maka produk yang dikembangkan tentu tidak akan dipilih untuk digunakan, walaupun mereka memiliki efek biologis yang diperlukan (Loden et al., 1992).
Aplikasi langsung suatu produk kosmetik pada kulit akan menimbulkan
perubahan karakter kondisi dan penampakan permukaan kulit. Senyawa-senyawa
volatile dari produk akan mudah menguap sedangkan bahan-bahan lainnya berinteraksi dengan sel-sel dan komponen penyusun kulit. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi karakteristik krim yang akan diaplikasikan terhadap kulit diantaranya adalah seperti rasio minyak dan air, jenis dan jumlah minyak pada emulsi, serta jenis dan jumlah bahan penyusun lainnya (seperti emulsifier, humektan dan bahan lainnya). Kombinasi bahan-bahan yang terkandung pada krim ini akan mempengaruhi sensasi awal kulit saat digunakan, mempengaruhi
karakter penyebaran sediaan pada kulit, kemudahan dan kecepatan
penyerapannya, dan bagaimana rasa yang tinggal setelah produk digunakan (Loden et al., 1992).
Beberapa komponen penting untuk dapat dilakukannya analisis sensori terhadap suatu produk atau barang diataranya adalah panelis, laboratorium pengujian dan ketersediaan contoh atau sampel uji. Kepekaan panelis dalam proses analisis sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, kondisi fisiologis, faktor genetis dan kondisi psikologis. Ruangan yang mutlak ada pada laboratorium pengujian untuk analisis sensori diataranya adalah bagian persiapan, ruang cicip/ruang uji, dan ruang tunggu atau ruang diskusi. Sampel uji perlu memperhatikan cara penyajiannya dimana sampel harus seragam dalam penampilannya. Lebih lanjut Setyaningsih et al. (2010) menyatakan bahwa pada pengujian terdapat empat unsur yang terlibat yaitu penguji, panel, peralatan dan bahan yang diuji. Sebelum dimulai, penguji harus menjelaskan secara umum tujuan pengujian, cara melakukan pengujian, dan bagaimana cara mengisi lembar hasil pengujian. Pemberian penjelasan ini harus tepat sehingga tidak menimbulkan bias.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan
Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010 sampai Februari 2011.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan baku dan bahan kimia yang digunakan dalam penelitian untuk pembuatan sediaan hand & body cream diantaranya adalah minyak jarak pagar, minyak kelapa, dimetikon, emulsifier “ED” (merupakan kombinasi setil alkohol, gliseril stearat, PEG-75 stearat, ceteth-20 dan steareth-20), setil alkohol, propilen glikol, alantoin, buthylated hydroxy toluene (BHT), metil paraben, propil paraben, titanium dioksida, dan aquades. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis secara detail dituliskan pada masing-masing metode pengujian yang dapat dilihat pada bagian lampiran.
Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah gelas piala, hot plate stirer, magnetic stirer, homogenizer, inkubator/oven, freezer, pengaduk, termometer, erlenmeyer, labu takar, labu ukur, pH meter, neraca analitik, sudip, viscometer, density meter, chromameter, mikroskop dan alat gelas. Alat-alat yang dibutuhkan untuk analisis mikrobiologi adalah cawan petri, mikropipet, ose, bunsen, autoclave, dan tabung reaksi.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pengujian Sifat Fisikokimia Minyak Jarak Pagar
Fokus penelitian ini adalah pada pemanfaatan minyak jarak pagar pada formula sediaan hand & body cream. Minyak jarak pagar yang digunakan diperoleh dari hasil pengepresan secara manual biji jarak pagar berupa minyak jarak pagar kasar (Crude Jatropha Oil). CJO ini berasal dari petani tanaman jarak pagar di daerah Subang, Jawa Barat. Uji yang dilakukan terhadap CJO diantaranya meliputi FFA, bilangan penyabunan, bilangan iod, bilangan