PEMANFAATAN
MINYAK
JARAK
PAGAR
(Jatropha
curcas,
Linn.)
SEBAGAI
KOMPONEN
SEDIAAN
DALAM
FORMULASI
PRODUK
HAND
&
BODY
CREAM
ANDI
RAHMANTO
SEKOLAH
PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN
BOGOR
PERNYATAAN
MENGENAI
TESIS
DAN
SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas, Linn.) sebagai Komponen Sediaan dalam Formulasi Produk Hand & Body Cream” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2011
ABSTRACT
ANDI RAHMANTO. F351074021. Utilization of Jatropha curcas Oil (Jatropha curcas, Linn.) as a Dosage Component for the Hand & Body Cream Formulation.
Supervised by ERLIZA HAMBALI and ANI SURYANI.
Jatropha oil (Jatropha curcas, Linn.) is one of potential vegetable oils are constantly being developed in Indonesia. However, the utilization of jatropha oil is still very limited. Previous research showed that jatropha oil is one of the renewable resources which have good potential for fuel and personal care products. This study aimed to improve the utilization of jatropha oil especially for the development of hand & body cream products. The function of Jatropha oil in this product is to replace the oil supplier material commonly used such as mineral oil, olive oil or virgin coconut oil (VCO). The purpose of this research is to obtain the right composition of Jatropha oil concentration, to know its influence on the hand & body cream products physicochemical characteristics, and to know the consumer’s acceptance level on hand & body cream products generated.
This research is using one factor (the concentration of pure jatropha oil) with 4 standard treatments (0%, 3%, 6% and 9%). Pure jatropha oil (PJO) is obtained from the purification of the crude jatropha oil (CJO) through the process of degumming, neutralization and bleaching. The result of PJO has a low FFA value that is equal to 0.16%. PJO concentration effects used on the hand & body cream products are observed on the effect of pH value, density, viscosity, color, globula size, total of microbial and emulsion stability. The entire hand & body cream sample being produced has a homogeneous appearance with a pH value range of 4.23 to 4.49, 0.9953 to 1.0008 g/cm3 density, 37.45 to 41.08 cP viscosity,
the globula emulsion average size of 9.6 to 13.8 μm and a negative contamination for microbiological testing. Statistical tests showed that the PJO concentration has no significant effect on the pH value, density and viscosity. Emulsion stability test shows a very stable result for creams with a concentration of 6% PJO.
Sensory analysis is also conducted in this research to determine consumer preferences for hand & body cream product. The preference attribute being examined includes the color, aroma, homogeneity, viscosity, softness, ease of deployment, ease of absorbing, the impression skin soft and sticky skin impression. The analysis showed that the increasing of PJO concentration was decreasing the spread on the skin, it actually increases the spread of skin homogeneity. Overall, the sample with PJO 6% was preferred and chosen by consumers because it has a better value attribute preference than the sample of 3% and 9% PJO content.
RINGKASAN
ANDI RAHMANTO. F351074021. Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha
curcas, Linn.) sebagai Komponen Sediaan dalam Formulasi Produk Hand & Body Cream. Dibimbing oleh ERLIZA HAMBALI dan ANI SURYANI.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan kesehatan
kulit merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya peningkatan permintaan produk-produk perawatan kulit. Penggunaan produk perawatan kulit ditujukan sebagai salah satu upaya perlindungan dari dampak negatif kondisi cuaca yang semakin ekstrim karena pemanasan global dan penipisan lapisan ozon.
Produk krim (yang biasanya bersifat semi padat) memiliki peran yang sangat penting dalam aplikasi kosmetik perawatan kulit. Hal ini karena bentuk sediaan krim memiliki kestabilan yang lebih baik dalam berbagai kondisi dibandingkan bentuk sediaan losion. Bahkan minyak, humektan dan air dapat ditambahkan dalam proporsi yang cukup besar pada bentuk sediaan krim.
Salah satu bahan penting pembentuk emulsi untuk sediaan krim perawatan tubuh adalah fase minyak. Fungsi minyak pada krim adalah sebagai bahan pelembut (emollient) kulit melalui mekanisme pembentukan lapisan tipis pada permukaan kulit.
Jarak pagar (Jatropha curcas, Linn.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati potensial yang terus dikembangkan di Indonesia. Seperti sumber minyak nabati lainnya, minyak jarak pagar juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan produk perawatan kulit seperti sabun, losion dan krim. Pada saat ini, informasi atau gambaran yang jelas mengenai pemanfaatan minyak jarak pagar untuk produk perawatan kulit seperti hand & body cream masih sangat terbatas. Dasar penelitian ini adalah pengembangan formula sediaan hand & body cream dengan memanfaatkan sumber minyak nabati. Kajian mengenai aplikasi konsentrasi minyak jarak pagar yang tepat pada produk hand & body cream sangat penting dilakukan untuk melihat karakteristik fisikokimia produk hand & body cream yang dikembangkan. Selain itu kajian ini juga dilakukan untuk melihat tingkat penerimaan konsumen untuk produk krim berbahan dasar minyak jarak pagar.
Pengujian yang dilakukan pada minyak jarak pagar kasar (CJO) yang digunakan diantaranya meliputi kadar asam lemak bebas (FFA), bilangan penyabunan, bilangan iod, bilangan peroksida, viskositas dan bobot jenis. Hasil analisis menunjukkan bahwa CJO yang diperoleh memiliki karakteristik yang cukup baik dengan rincian hasil ujinya adalah nilai FFA 4,15 %, bilangan penyabunan 211,09 mg KOH/g minyak, bilangan iod 94,72 mg I2/g minyak,
bilangan peroksida 8,55 mg meq peroksida/g minyak, viskositas 56,59 cP dan nilai densitas 0,92 g/cm3. Sebelum diaplikasikan pada produk hand & body
cream, FFA dan bahan lainnya dihilangkan dari minyak melalui proses pemurnian dengan tahapan degumming, netralisasi dan pemucatan sehingga dihasilkan minyak jarak pagar murni (PJO). PJO hasil proses pemurnian memiliki nilai FFA yang rendah yaitu sebesar 0,16 %.
penelitian yang diteliti secara umum dapat diterima untuk menggambarkan bentuk produk sediaan krim. Seluruh sampel memiliki penampakan yang homogen dengan rentang nilai pH pada kisaran 4,23-4,49, densitas 0,9953-1,0008 g/cm3,
viskositas 37,45-41,08 cP, rataan ukuran globula emulsi 0,6-13,8 µm dan kontaminasi negatif untuk uji mikrobiologi. Uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi PJO tidak memiliki pengaruh nyata terhadap nilai pH, bobot jenis dan viskositas. Uji stabilitas emulsi menunjukkan hasil yang stabil untuk krim dengan PJO 6 %, agak stabil untuk krim dengan PJO 3 dan 9 %, serta kurang stabil untuk PJO 0 %.
Analisis sensori dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk hand & body cream dengan tambahan minyak jarak pagar. Atribut preferensi yang diteliti diantaranya meliputi warna, aroma,
homogenitas, kekentalan, kelembutan, kemudahan penyebaran, kemudahan
menyerap, kesan lembut dikulit, dan kesan lengket dikulit. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi PJO dalam formulasi krim ternyata menurunkan sifat penyebaran dikulit, namun homogenitasnya meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi PJO. Secara keseluruhan, sampel dengan PJO 6 % lebih disukai dan dipilih oleh konsumen karena memiliki nilai atribut preferensi yang lebih baik dibandingkan sampel dengan kandungan PJO sebesar 3 % dan 9 %.
©
Hak
Cipta
milik
IPB,
tahun
2011
Hak
Cipta
dilindungi
Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
PEMANFAATAN
MINYAK
JARAK
PAGAR
(Jatropha
curcas,
Linn.)
SEBAGAI
KOMPONEN
SEDIAAN
DALAM
FORMULASI
PRODUK
HAND
&
BODY
CREAM
ANDI
RAHMANTO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH
PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN
BOGOR
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul Tesis : Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas, Linn.)
sebagai Komponen Sediaan dalam Formulasi Produk
Hand & Body Cream
Nama : Andi Rahmanto
NIM : F351074021
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Erliza Hambali Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA
Ketua Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Teknologi Industri Pertanian
Dr. Ir. Machfud, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menuangkan hasilnya dalam bentuk tesis yang berjudul “Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas, Linn.) sebagai Komponen Sediaan dalam Formulasi Produk Hand & Body Cream”. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Erliza Hambali sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Indah Yuliasih, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan perbaikan penulisan tesis ini. Terima kasih yang tak terhingga tak lupa penulis sampaikan kepada orang tua serta seluruh keluarga, istriku dan anakku tercinta Rini Kesenja dan Daffa Rahman Zani atas doa dan semangat hidup yang selalu tercipta; rekan-rekan di Program Studi Teknologi Industri Pertanian; serta kepada semua pihak yang telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan tesis ini, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan tesis ini. Penulis berharap karya ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan bagi siapa saja
yang membacanya.
Bogor, Juli 2011
RIWAYAT
HIDUP
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...xix
DAFTAR GAMBAR ...xxi
DAFTAR LAMPIRAN... xxiii
1 PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Tujuan Penelitian ...3
1.3 Hipotesa ...3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ...4
2 TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1 Tanaman Jarak Pagar... 5
2.2 Minyak Jarak Pagar... 6
2.3 Hand & Body Cream ... 7
2.4 Komponen Hand & Body Cream... 9
2.5 Stabilitas Emulsi ... 12
2.6 Kulit... 15
2.7 Analisis Sensori... 16
3 METODOLOGI PENELITIAN... 19
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 19
3.2 Bahan dan Alat... 19
3.3 Metode Penelitian... 19
3.3.1 Pengujian Sifat Fisikokimia Minyak Jarak Pagar... 19
3.3.2 Penyusunan Formula Dasar Hand & Body Cream ... 20
3.3.3 Pembuatan dan Pengujian Produk Hand & Body Cream ... 22
3.4 Rancangan Penelitian ... 24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1 Analisis Fisikokimia Minyak Jarak Pagar ... 27
4.2 Pemurnian Minyak Jarak Pagar ... 31
4.3 Formulasi dan Pembuatan Hand & Body Cream... 33
4.4 Uji Sifat Fisikokimia Hand & Body Cream ... 36
4.4.1 pH... 36
4.4.2 Viskositas ... 37
4.4.3 Bobot Jenis ... 39
4.4.4 Mikrobiologi (TPC) ... 41
4.4.5 Ukuran Globula ... 44
4.4.6 Stabilitas Emulsi ... 47
4.4.7 Warna ... 49
4.5 Analisis Sensori... 53
4.5.1 Warna ... 54
4.5.2 Aroma... 56
4.5.3 Homogenitas... 58
4.5.4 Kekentalan... 60
4.5.5 Kehalusan ... 62
4.5.6 Kemudahan Menyebar ... 63
4.5.7 Kemudahan Menyerap ... 65
4.5.8 Kesan Lembut Dikulit ... 67
4.5.9 Kesan Lengket Dikulit ... 68
4.6 Keterkaitan Antar Atribut pada Analisis Sensori... 69
5 KESIMPULAN DAN SARAN... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN ... 61
DAFTAR
TABEL
Halaman
1 Komposisi asam lemak pada minyak jarak pagar ...7
2 Syarat mutu sediaan tabir surya menurut SNI 16-4399-1996 ...9
3 Komponen utama produk krim ...9
4 Pengawet kosmetik yang umum digunakan ...12
5 Formula ujicoba produk hand & body cream...21
6 Komposisi minyak penyusun hand & body cream ...23
7 Hasil analisa fisikokimia minyak jarak pagar kasar (CJO) ...27
8 Hasil analisa kadar FFA minyak jarak pagar murni (PJO)... 33
9 Hasil analisa fisikokimia produk hand & body cream...36
10 Nilai derajat hue (ho) dan kisaran warna kromatisitas (C) ...50
16 Hubungan antara nilai L, C dan h ... 51
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
1 Proses terjadinya kerusakan emulsi (demulsifikasi) ...13
2 Bagian-bagian kulit ...14 3 Diagram alir pembuatan hand & body cream...22 4 Reaksi hidrolisis trigliserida ...28 5 Reaksi penyabunan trigliserida (a) dan asam lemak (b) ...29 6 Penampakan visual CJO (a) dan PJO (b) ...33 7 Proses homogenisasi ...34 8 Produk hand & body cream ...35 9 Diagram hubungan antara konsentrasi PJO dan pH produk...37
10 Diagram hubungan antara konsentrasi PJO dan viskositas produk ...38
11 Diagram hubungan antara konsentrasi PJO dan bobot jenis produk ...40
12 Uji total plate count (TPC) produk hand & body cream ...43
13 Distribusi globula sampel produk hasil pengadukan manual yang diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x...45
14 Distribusi globula produk hand & body cream yang diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x...46
15 Sampel produk hand & body cream setelah uji stabilitas freeze-thaw (6 siklus) ...48
o
17 Diagram hubungan antara konsentrasi PJO dan nilai L (lightness) ...52
18 Pengaruh konsentrasi PJO terhadap nilai C dan h°...52
19 Hasil uji hedonik untuk warna produk ...55
20 Hasil uji hedonik untuk aroma produk...57
21 Hasil uji hedonik untuk homogenitas produk...59
22 Hasil uji hedonik untuk kekentalan produk...61
23 Hasil uji hedonik untuk kehalusan tekstur produk...62
24 Hasil uji hedonik untuk kemudahan menyebar produk...64
25 Hasil uji hedonik untuk kemudahan menyerap produk...65
26 Hasil uji hedonik untuk kesan lembut produk dikulit ...67
27 Hasil uji hedonik untuk kesan lengket produk dikulit ...68
28 Diagram spider web nilai sensori produk hand & body cream ...70
DAFTAR
LAMPIRAN
Halaman
1 Prosedur analisis fisikokimia minyak jarak pagar ...77
2 Prosedur analisis produk hand & body cream ...81 3 Kuisioner uji preferensi konsumen (uji hedonik) ...84 4 Hasil analisa minyak jarak pagar kasar (CJO)...85 5 Hasil analisa dan analisis ragam nilai pH...86 6 Hasil analisa dan analisis ragam nilai viskositas ...87 7 Hasil analisa dan analisis ragam nilai bobot jenis ...88 8 Hasil analisa dan analisis ragam nilai warna ...89 9 Hasil dan analisis ragam uji sensori untuk atribut warna ...92
10 Hasil dan analisis ragam uji sensori untuk atribut aroma...94
11 Hasil dan analisis ragam uji sensori untuk atribut homogenitas...97
12 Hasil dan analisis ragam uji sensori untuk atribut kekentalan... 100 13 Hasil dan analisis ragam uji sensori untuk atribut kehalusan ... 102 14 Hasil dan analisis ragam uji sensori untuk atribut kemudahan menyebar . 104
15 Hasil dan analisis ragam uji sensori untuk atribut kemudahan menyerap . 106
16 Hasil dan analisis ragam uji sensori untuk atribut kesan lembut di kulit ... 109 17 Hasil dan analisis ragam uji sensori untuk atribut kesan lengket di kulit .. 111
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan kesehatan
kulit merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya peningkatan permintaan
produk-produk perawatan kulit. Penggunaan produk perawatan kulit ditujukan
sebagai salah satu upaya perlindungan dari dampak negatif kondisi cuaca yang
semakin ekstrim karena pemanasan global dan penipisan lapisan ozon. Beberapa
dampak negatif yang dapat muncul dari paparan langsung sinar matahari atau
radiasi sinar ultraviolet secara terus menerus terhadap kulit manusia diantaranya
adalah pencoklatan/perubahan warna kulit menjadi lebih gelap (tanning), kulit
kemerahan, kulit kering, kulit terbakar, keriput, kerusakan kulit, iritasi, serta
promotor kanker kulit.
Mitsui (1997) menyatakan bahwa produk krim (yang biasanya bersifat semi
padat) memiliki peran yang sangat penting dalam aplikasi untuk kosmetik
perawatan kulit. Hal ini karena bentuk sediaan krim memiliki kestabilan yang
lebih baik dibandingkan bentuk sediaan lotion terhadap beragam kondisi. Bahkan
minyak, humektan dan air dapat ditambahkan dalam proporsi yang cukup besar
pada bentuk sediaan krim. Produk krim dengan sistem emulsi minyak didalam air
(O/W) merupakan jenis produk yang paling banyak digunakan. Tipe emulsi ini
lebih banyak disukai karena tidak terasa berlemak dan memerlukan biaya
produksi yang lebih murah terkait besarnya kandungan air dalam produk. Emulsi
W/O secara historis tidak terlalu dipilih karena sifatnya yang berlemak dan terasa
berminyak saat diaplikasikan ke kulit (Eipstein, 2009).
Bentuk sediaan krim yang cukup potensial pengembangannya adalah jenis
krim perawatan tubuh atau umum dikenal dengan istilah hand & body cream.
Produk ini sangat potensial karena memiliki fungsi merawat dan melembutkan
kulit. Selain itu, bentuk produk ini sangat memungkinkan untuk dapat
ditambahkan bahan aktif tertentu seperti anti UV sehingga produk ini akan
memiliki fungsi tambahan sebagai pelindung kulit dari efek paparan sinar
akan meningkatkan fungsi krim sehingga mampu mencegah terjadinya iritasi,
kulit memerah (erythema) dan pembentukan pigmen kulit yang berlebih.
Keunggulan hand & body cream akan semakin menarik apabila dalam
pengembangannya mengutamakan pemanfaatan bahan-bahan alami dan aman
sehingga kulit selalu sehat terawat.
Salah satu bahan penting pembentuk emulsi untuk sediaan krim perawatan
tubuh adalah fase minyak. Fungsi minyak pada krim adalah sebagai bahan
pelembut (emollient) kulit melalui mekanisme pembentukan lapisan tipis pada
permukaan kulit. Lapisan ini akan mencegah proses evaporasi air yang
terkandung pada bagian dalam kulit karena efek panas yang ditimbulkan oleh
paparan sinar matahari. Sehingga proses evaporasi dapat diminimalisir, dan proses
terjadinya kekeringan pada permukaan kulit dapat dihindari. Karakter inilah yang
menyebabkan kelembaban kulit tetap terjaga.
Produk-produk krim yang beredar dipasaran hingga saat ini banyak yang
tetap menggunakan minyak mineral (white oil) sebagai bahan utama untuk fase
minyak. Minyak mineral merupakan parafin cair hasil produk samping
pengolahan minyak bumi untuk bahan bakar. Beberapa alasan mendasar
pemanfaatan minyak mineral oleh produsen kosmetik perawatan kulit adalah
karena sifatnya yang jernih transparan, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
dan terutama harganya yang sangat murah. Alternatif lain pengganti minyak
mineral pada sediaan perawatan kulit adalah dengan memanfaatkan minyak yang
dapat diekstraksi dari tumbuhan (minyak nabati).
Jenis minyak nabati yang telah berkembang dengan baik di Indonesia
diantaranya adalah minyak kelapa dan minyak sawit. Potensi kedua minyak ini
cukup besar namun pemanfaatan utama kedua jenis minyak nabati ini adalah
untuk aplikasi pangan atau sebagai minyak makan. Jarak pagar (Jatropha curcas,
Linn.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati potensial yang
terus dikembangkan di Indonesia. Berbeda dengan tanaman lainnya, minyak jarak
pagar bersifat non edible atau tidak dapat dimakan karena mengandung senyawa
yang bersifat toksik jika dikonsumsi. Sehingga pemanfaatannya lebih cenderung
diarahkan untuk pengembangan produk-produk non pangan seperti untuk
satu kelebihan minyak jarak pagar dibanding minyak lainnya, karena tidak adanya
kompetisi pemanfaatan minyak jarak untuk konsumsi manusia. Minyak jarak
pagar juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan produk
perawatan kulit seperti losion dan krim. Pemanfaatan minyak jarak pagar pada
produk sediaan krim memiliki fungsi utama sebagai pelembut (emollient) bagi
kulit.
Namun demikian, pada dasarnya informasi atau gambaran yang jelas
mengenai pemanfaatan minyak jarak untuk produk perawatan kulit seperti hand & body cream masih sangat terbatas. Sehingga perlu dilakukan kajian yang lebih
mendalam mengenai potensi pemanfaatannya. Dasar penelitian ini adalah
pengembangan formula sediaan hand & body cream dengan memanfaatkan
sumber minyak nabati. Kajian mengenai aplikasi konsentrasi minyak jarak pagar
yang tepat pada produk hand & body cream sangat penting dilakukan untuk
melihat karakteristik fisikokimia produk hand & body cream yang dikembangkan.
Selain itu kajian ini juga dilakukan untuk melihat tingkat penerimaan konsumen
untuk produk krim berbahan dasar minyak jarak pagar.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk meningkatkan pemanfaatan
minyak nabati, terutama minyak jarak pagar melalui aplikasinya sebagai
komponen sediaan hand & body cream. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan komposisi konsentrasi minyak jarak pagar yang tepat serta
mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik fisikokimia produk hand & body cream yang dikembangkan.
2. Mengetahui komposisi penerimaan konsumen dengan melihat tingkat
kesukaan terhadap produk hand & body cream yang dikembangkan.
1.3 Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah bahwa semakin tinggi konsentrasi
karakteristik fisikokimia dan preferensi konsumen terhadap produk hand & body cream yang dihasilkan
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Formulasi produk hand & body cream dengan menggunakan minyak nabati
yaitu minyak kelapa dan minyak jarak pagar sebagai bahan pensuplai minyak
pada produk.
2. Minyak jarak pagar yang digunakan adalah hasil pengolahan biji jarak pagar
secara mekanis oleh petani tanaman jarak pagar di daerah Subang, Jawa Barat.
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Tanaman Jarak Pagar
Jarak pagar (Jatropha curcas, L.) merupakan tanaman dengan beragam
potensi pemanfaatan. Tanaman ini dapat hidup pada areal dengan curah hujan
rendah hingga tinggi, dapat dijadikan sebagai tanaman reklamasi lahan, sebagai
tanaman pelindung dan bahkan terus berkembang menjadi tanaman komersial.
Pengembangan dan pemanfaatannya dapat menciptakan lapangan pekerjaan,
memperbaiki kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan
(Openshaw, 2000).
Syah (2006) menyatakan bahwa tanaman ini tahan kekeringan dan dapat
tumbuh di tempat dengan curah hujan 200-1500 mm/tahun. Suhu optimum yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman jarak adalah 20-26 oC. Tanaman jarak
memiliki sistem perakaran yang mampu menahan air sehingga tahan terhadap
kekeringan. Tanaman ini dapat tumbuh di atas tanah berpasir, tanah berbatu, tanah
lempung, atau tanah liat.
Tanaman jarak termasuk dalam keluarga Euphorbiaceae. Empat spesies
tanaman jarak yang terkenal ada di Indonesia diantaranya yaitu jarak kaliki/kastor
(Ricinus communis), jarak pagar (Jatropha curcas L.), jarak gurita (Jatropha multifida), dan jarak landi (Jatropha gossypifolia). Tanaman ini berasal dari
Amerika Tengah dan saat ini banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan
Tengah, Asia Tenggara, India dan Afrika (Gubitz et al., 1999).
Heyne (1987) melakukan klasifikasi tanaman jarak pagar dengan tatanama
sebagai berikut :
Divisi : Spermatohyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Menurut Padua et al. (1999), tanaman jarak pagar merupakan tanaman
perdu dengan tinggi sekitar 2 m, memiliki tekstur daun yang kasar dan bertajuk
majemuk, bijinya yang masih muda berwarna hijau muda, namun setelah tua akan
berubah menjadi kuning dan akan mencapai kadar minyak optimum ketika bijinya
berubah menjadi kehitaman.
Tanaman jarak pagar dapat menghasilkan beragam produk yang berguna.
Produk dari tamanan jarak terutama diturunkan dari pemanfaatan bijinya sebagai
penghasil minyak melalui proses ekstraksi. Minyak yang dihasilkan dari biji jarak
pagar memiliki karakteristik yang hampir serupa dengan minyak sawit
(Openshaw, 2000). Tanaman jarak pagar telah sejak lama dipergunakan sebagai
salah satu alternatif untuk penyembuhan tradisional. Pemanfaatan tanaman ini
adalah seperti untuk antiseptik, antiradang, penyembuh luka, pengobatan lainnya
dan juga sebagai insektisida.
2.2 Minyak Jarak Pagar
Minyak jarak pagar diperoleh dari hasil ekstraksi daging biji jarak pagar.
Kandungan minyak dalam biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) sebesar 25-35%
(Hambali et al., 2006). Heyne (1987) menyatakan bahwa minyak jarak pagar tidak
digolongkan sebagai minyak makan, berwarna kekuningan dan menjadi
kemerahan jika terkena udara.
Syah (2006) menyatakan bahwa minyak jarak pagar yang berasal dari biji
umumnya diperoleh dengan menerapkan dua metode dasar yaitu metode
pengepresan dan ekstraksi pelarut. Proses pengepresan biasanya dilakukan dengan
pengepresan hidrolik atau ulir yang digerakkan secara manual atau dengan mesin.
Proses pengepresan biasanya meninggalkan ampas yang masih mengandung 7-
10% minyak, sedangkan proses dengan ekstraksi pelarut mampu mengambil
minyak optimal sehingga ampasnya hanya mengandung minyak kurang dari 0,1%
berat keringnya.
Senyawa kimia yang terkandung dalam biji jarak pagar antara lain:
alkaloida, saponin, tripsin dan sejenis protein beracun (kursin). Menurut Gubitz et al. (1999) biji jarak mengandung 35-45 % minyak yang terdiri dari berbagai
minyak jarak pagar didominasi oleh asam lemak non jenuh yaitu asam oleat dan
asam linoleat dan dalam jumlah kecil asam palmitoleat dan linolenat. Priyanto
(2007) menyatakan bahwa minyak jarak berwarna kuning muda dan memiliki
bilangan iod yang tinggi (105,2 mg I2/g minyak), dimana semakin tinggi bilangan
iodnya maka kandungan minyak tak jenuhnya juga tinggi. Komposisi lengkap
minyak jarak pagar ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi asam lemak pada minyak jarak pagar
Sumber : Gubitz et al. (1999)
2.3 Hand & Body Cream
Krim merupakan bentuk emulsi dari dua jenis cairan yang tidak dapat
bercampur seperti air dan minyak yang dibentuk menjadi suatu sistem dispersi
yang stabil dengan menjadikan salah satu bahan sebagai fase terdispersi dan
bahan lainnya sebagai fase pendispersi dengan bantuan emulsifier.
Mitsui (1997) menyatakan bahwa produk krim (yang biasanya bersifat semi
padat) memiliki peran yang sangat penting dalam aplikasi untuk kosmetik
perawatan kulit. Hal ini karena bentuk sediaan krim memiliki kestabilan yang
lebih baik dibandingkan bentuk sediaan losion terhadap beragam kondisi. Bahkan
minyak, humektan dan air dapat ditambahkan dalam proporsi yang cukup besar
pada bentuk sediaan krim. Menurut Schmitt (1996), umumnya produk krim
berbentuk O/W dengan fase minyak dan humektan yang lebih banyak dari produk
losion. Terdiri dari 15-40 % fase minyak dan 5-15 % fase humektan, karakteristik
penampakannya hampir sama dengan produk losion.
Asam lemak Komposisi (% berat)
Asam miristat (14:0) 0 – 0,1
Asam palmitat (16:0) 14,1 – 15,3
Asam palmitoleat (16:1) 0 – 1,3
Asam stearat (18:0) 3,7 – 9,8
Asam oleat (18:1) 34,3 – 45,8
Asam linoleat (18:2) 29,0 – 44,2
Asam linolenat (18:3) 0 – 0,3
Asam arakhidat (20:0) 0 – 0,3
[image:31.612.133.405.227.413.2]Emulsi O/W biasanya mengandung 10-35 % fase minyak, emulsi dengan
viskositas rendah biasanya mengandung fase minyak rendah sekitar 5-15 %. Air
dalam fase eksternal emulsi membantu melembabkan lapisan korneum kulit.
Emulsifier gabungan dengan nilai HLB antara 7-16 umum digunakan untuk
membentuk sistem emulsi O/W. Gugus hidrofilik harus menjadi gugus dominan
pada emulsi untuk menghasilkan sistem emulsi yang baik. Campuran gliserol
monostearat dan campuran polioksietilen stearat merupakan emulsifier yang
paling dipilih untuk kondisi diatas (Epstein, 2009).
Emulsi O/W merupakan jenis produk yang paling banyak digunakan. Tipe
emulsi ini lebih banyak disukai karena tidak terasa berlemak dan memiliki biaya
produksi yang lebih murah terkait besarnya kandungan air dalam produk. Emulsi
W/O secara historis tidak terlalu dipilih karena sifatnya yang berlemak dan terasa
berminyak saat diaplikasikan ke kulit (Epstein, 2009).
Sediaan krim merupakan produk sederhana dan mudah digunakan oleh
manusia. Dalam pembuatan sediaan krim, diperlukan beberapa bahan dasar
diantaranya adalah pengemulsi, pengental, emollient, humectant, pengawet, air
dan bahan aktif lainnya. Hand & body cream merupakan jenis krim O/W yang
memiliki fungsi utama menjaga kelembutan dan kelembaban kulit terutama
sebagai pelindung terhadap kondisi lingkungan. Menurut Mitsui (1997), bahan
utama pembuatan krim diantaranya adalah bahan fase lemak, fase air, surfaktan
atau emulsifier, pengawet, bahan pengkelat, parfum dan bahan aktif farmasi.
Metode umum dalam pembuatan sediaan krim tipe O/W diawali dengan
pencampuran humektan dan bahan yang larut air kedalam air murni dan
dipanaskan hingga suhu 70 oC. Dibagian lain bahan yang tergolong kedalam fase
minyak dilarutkan dan dicampur terpisah juga pada suhu 70 oC. Setelah semua
bahan bercampur homogen, fase lemak dituangkan sedikit demi sedikit sambil
diaduk untuk mempersiapkan proses emulsifikasi. Emulsi yang sempurna
dibentuk dengan bantuan alat emulsifikasi seperti homomixer. Setelah terbentuk
emulsi yang sempurna selanjutnya dilakukan deaerasi, penyaringan, pendinginan
dan penyimpanan sebelum ketahap akhir filling dan pengemasan (Mitsui, 1997).
Syarat mutu bentuk sediaan krim mengacu pada salah satu SNI yang berlaku di
Tabel 2 Syarat mutu sediaan tabir surya menurut SNI 16-4399-1996 Mikroba i
2.4 Komponen Hand & Body Cream
Mitsui (1997) menguraikan beberapa komponen utama yang umumnya ada
dan ditemukan pada sediaan krim. Secara global komponen sediaan ini
dikelompokkan kedalam 4 golongan yaitu fase air, fase minyak, surfaktan dan
bahan lainnya seperti terangkum pada Tabel 3.
Tabel 3 Komponen utama produk krim
Komponen Jenis Bahan
Fase minyak Minyak/lemak : minyak zaitun, minyak kastor, lemak coklat
Wax ester : bees wax, lanolin
Hidrokarbon (>C15) : parafin, squalan, petrolatum, ceresin Asam lemak : asam stearat, asam oleat, asam miristat Lemak alkohol : setil alkohol, stearil alkohol
Ester : IPM, gliserin triester, pentaeritritol tetraester Lainnya : minyak silikon (dimetikon, siklometikon)
Fase air Humektan : gliserin, propilen glikol, sorbitol
Bahan pengental : pektin, turunan selulosa, xanthan gum, karagenan, alginat
Alkohol : etanol, isopropil alkohol Air murni : aqua DM
Surfaktan Nonionik : glycerin monostearat, ester asam lemak sorbitan
Anionik : sabun asam lemak, sodium alkil sulfat
Bahan lainnya Antioksidan, agen sekuesteran, pewarna, parfum, alkalis, pengawet, buffer, bahan aktif farmasi (vitamin, UV absorber, asam amino, agen pemutih)
No Kriteria Uji Persyaratan
1. Penampakan homogen
2. pH 4,5-8,0
3. Bobot jenis, 20°C 0,95-1,05
4. Viskositas, 25°C (cp) 2.000-50.000
5. SPF min 4
6. Bahan aktif sesuai permenkes No.376/Menkes/Per/ VIII/1990.
7. Pengawet sesuai permenkes No.376/Menkes/Per/ VIII/1990.
Penggunaan minyak nabati sebagai komponen fase lemak pada sediaan krim
dimaksudkan untuk memanfaatkan karakteristik khas dari asam lemak yang
dikandungnya. Asam lemak pada minyak jarak pagar didominasi oleh asam oleat
dan asam linoleat. Aplikasi asam oleat pada kosmetik berfungsi sebagai bahan
pelembab yang sangat efektif. Masyarakat Italia dan Greece telah rutin
menggunakan asam oleat dalam bentuk alami melalui aplikasi langsung minyak
zaitun pada kulit. Asam linoleat semakin dikenal dan banyak digunakan oleh
industri produk kecantikan terkait dengan karakteristik manfaatnya terhadap kulit.
Fokus penelitian telah menemukan manfaat asam linoleat sebagai anti inflamasi,
pengurangan jerawat, serta fungsi sebagai penjaga kelembaban saat diaplikasikan
pada kulit (Anonim, 2010).
Mitsui (1997) menyatakan bahwa dimetikon atau polidimetilsiloksan
(PDMS) adalah turunan dari minyak silikon yang merupakan minyak transparan
tidak berwarna, dapat berwujud minyak dengan viskositas rendah sampai tinggi
tergantung bobot molekulnya. Umumnya bahan yang digunakan pada produk
adalah dimetikon dengan kekentalan yang rendah karena lebih aplikatif.
Dimetikon berfungsi untuk menurunkan kesan lengket yang umumnya dibawa
oleh minyak sehingga memberi kesan ringan saat digunakan. Dimetikon juga
banyak digunakan berbagai jenis produk kulit dan rambut terkait sifatnya yang
mudah menyebar. Pada sistem emulsi, dimetikon juga berfungsi sebagai
defoaming agent yang dapat menurunkan pembentukan gelembung udara pada
sediaan emulsi.
Fase lemak lainnya yang digunakan umumnya adalah seperti asam stearat
dan setil alkohol sebagai penstabil dan pembentuk kekentalan. Menurut Mitsui
(1997), asam stearat dapat diproduksi melalui dua cara yaitu : (1) dengan
mengekstraksi cairan asam (asam oleat) dari asam lemak yang berasal dari lemak
sapi; atau (2) dengan proses destilasi asam lemak yang berasal dari minyak
kacang kedelai atau minyak biji kapas serta beragam minyak nabati lainnya. Asam
stearat yang tersedia secara komersial seringkali merupakan campuran asam-asam
lemak rantai C16 dan C18.
Setil alkohol berbentuk butiran atau serpihan kecil dan licin, berwarna putih,
pelembut dan emulgator lemah. Selain itu, setil alkohol juga dapat memperbaiki
stabilitas emulsi O/W, memperbaiki konsistensi atau zat pembentuk, serta sebagai
surfaktan nonionik dan bahan pelembut efektif pada produk krim. Setil alkohol
merupakan lemak putih agak keras yang mengandung gugus hidroksil dan
digunakan sebagai penstabil emulsi pada produk seperti krim dan losion (Mitsui,
1997).
Gliserin, propilen glikol dan sorbitol merupakan komponen humektan yang
banyak digunakan pada sediaan kosmetik karena karakteristik khas yang dimiliki
bahan-bahan ini. Loden (2009) menyatakan bahwa aplikasi gliserin pada produk
perawatan kulit berfungsi sebagai humektan dan pelindung kulit. Gliserin bahkan
digunakan sebagai moisturizer untuk perawatan kulit kering dan penggunaannya
pada produk kosmetik atau perawatan kulit dapat meminimumkan terjadinya
iritasi kulit.
Propilen glikol berwujud cairan jernih, tidak berwarna, kental dan tidak
berbau serta memiliki rasa manis dan sedikit tajam seperti gliserol. Pada kondisi
normal bersifat sangat stabil, serta dapat bercampur sempurna dengan gliserin, air
maupun alkohol. Propilen glikol umum digunakan sebagai pelarut pada
pembuatan produk kosmetik dan farmasi. Terutama sebagai pembawa bahan yang
tidak larut dalam air. Propilen glikol memiliki fungsi sebagai humektan,
keratolitik (pengelupas lapisan tanduk pada kulit), anti bakteri dan anti jamur
(Loden, 2009).
Sorbitol adalah alkohol hexahydric berwujud kristal bubuk berwarna putih,
tidak berbau, dan memiliki rasa segar dan manis. Sorbitol terbentuk secara alami
dalam buah dan sayuran dan diproduksi secara komersial melalui modifikasi
glukosa. Sorbitol umum tersedia dalam bentuk larutan sorbitol 70% dalam air,
yang berwujud jernih, tidak berwarna, dan kental. Sorbitol mudah larut dalam air,
tetapi tidak begitu baik dalam alkohol. Sorbitol praktis tidak larut dalam pelarut
organik. Sorbitol digunakan dalam tablet farmasi dan permen. Sorbitol juga
digunakan sebagai pemanis pada makanan diabetes dan pasta gigi. Sorbitol
berguna juga sebagai pencahar dan dipercaya menghasilkan efek samping yang
lebih kecil dibandingkan gliserin. Sifat higroskopisnya pun lebih rendah
juga berfungsi untuk mencegah hilangnya air dari bahan sehingga akan menjaga
kelembaban kulit saat digunakan.
Bahan anti mikroba umum ditambahkan pada produk pangan, obat-obatan
dan kosmetika karena sangat penting sebagai media perlindungan terhadap
mikroba. Bahan anti mikroba hasil sintesis kimiawi yang paling banyak atau
umum digunakan pada produk kosmetik dapat dikelompokkan dalam 5 golongan
dan ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengawet kosmetik yang umum digunakan
Ester dari golongan asam para-hidroksibenzoat (paraben) Metil paraben
Etil paraben Propil paraben Butil paraben
Golongan formaldehida
Imidazolidinil urea Diazolidinil urea
Dimetil dimetilol hidantoin (DMDM hidantoin)
Kuarternium 15 (triaza-azoniaadamantin klorida)
Golongan isothiazolinon
Klorometil isothiazolinon/metil isothiazolinon
Golongan asam organik (termasuk dalam bentuk garam logam)
Asam benzoat
Asam Sorbat
Asam dehidroasetat
Alkohol organik
Etil alkohol Benzil alkohol Fenoksietil alkohol
Golongan lainnya
Benzalkonium klorida
Benzotenium klorida
Klorheksiden diglukonat
Iodopropenil butilkarbamat
Geis (2006)
2.5 Stabilitas Emulsi
Emulsi merupakan suatu sistem heterogen yang mengandung dua fase
cairan, yaitu fase terdispersi sebagai globular-globular dalam medium pendispersi.
Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna
adalah keseimbangan antara gaya tarik menarik dan gaya tolak menolak yang
terjadi antara partikel dalam sistem emulsi.
Sistem emulsi yang stabil tidak mengalami satupun kondisi seperti
pengendapan atau kriming dari fase terdispersi, pengumpulan (agregasi) atau
flokulasi globula emulsi dan penggabungan (koalesen) globula-globula emulsi
menjadi bentuk globula yang lebih besar (Greenwald, 1955). Lebih lanjut,
Greenwald (1955) menyatakan bahwa stabilitas terhadap flokulasi dan koalesen
sangat dipengaruhi oleh kekuatan lapisan emulsifier pada globula emulsi,
sedangkan kecepatan proses kriming sangat ditentukan oleh rata-rata ukuran
globula emulsi, dimana semakin kecil ukuran globula maka emulsi akan semakin
stabil terhadap proses kriming. Ukuran distribusi globula yang semakin kecil pada
sistem emulsi akan meningkatkan luas permukaan total globula emulsi sehingga
untuk menjaga kestabilan emulsi ini maka emulsifier yang dibutuhkan menjadi
lebih banyak. Ilustrasi proses demulsifikasi ditampilkan pada Gambar 1.
Koalesen Flokulasi
Sistem emulsi
Kriming Pemisahan
Gambar 1 Proses terjadinya kerusakan emulsi (demulsifikasi)
Proses kriming dapat diminimalisasi dengan memperkecil perbedaan nilai
densitas antara fase terdispersi dan fase kontinu. Kondisi ini dapat dicapai dengan
[image:37.612.105.508.365.613.2]kedua fase yang akan dibentuk emulsi. Teknik penting lainnya adalah dengan
memperkecil ukuran distribusi globula melalui proses homogenisasi. Kondisi ini
didukung oleh hukum Stokes, dimana kecepatan proses kriming akan meningkat
seiring dengan peningkatan ukuran globula (Binks, 1998). Flokulasi dan koalesen
merupakan dua hal yang saling terkait. Proses koalesen dapat terjadi dengan
didahului oleh flokulasi globula emulsi. Proses koalesen sangat ditentukan oleh
kekuatan emulsifier dalam menurunkan tegangan antar muka dari fase terdispersi
dan pendispersi. Semakin tinggi penurunan tegangan antar muka maka akan
semakin stabil emulsi terhadap proses koalesen. Sehingga pemilihan jenis
emulsifier yang sangat sesuai dengan karakteristik bahan penyusun suatu emulsi
menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Sistem emulsi yang telah
mengalami flokulasi, koalesen dan kriming dapat diatasi dengan memperbaiki
karakteristik emulsi. Proses yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan
emulsifier untuk menurunkan tegangan antar muka, pengadukan dan
homogenisasi untuk menurunkan ukuran globula serta penambahan bahan polimer
yang akan meningkatkan viskositas sistem emulsi yang dapat menurunkan
pergerakan globula pada sistem emulsi.
Salah satu kondisi pengujian yang perlu dilakukan terhadap produk
kosmetik adalah kondisi penyimpanan. Kondisi ini mencakup karakteristik iklim
pada wilayah dimana suatu produk kosmetik dibuat serta dipasarkan, termasuk
didalamnya kondisi distribusi atau pengangkutan yang dilakukan terhadap produk.
Beberapa teknik pengujian kestabilan suatu sediaan kosmetik pada kondisi
penyimpanan yang paling umum dilakukan adalah (1) pengujian penyimpanan
produk pada suhu ruang atau suhu normal; (2) pengujian penyimpanan produk
pada suhu tinggi (37, 40, 45 dan 50 oC) atau suhu rendah (5, -5 dan -10 oC); (3)
penyimpanan produk dengan terkena langsung paparan sinar matahari atau
menggunakan penyinaran buatan yang serupa dengan panjang gelombang sinar
tampak; dan (4) pengujian siklus freeze thaw dimana produk disimpan dengan
interval waktu yang tetap pada suhu dingin dan pada suhu panas, misalnya : 24
jam pada suhu ruang/40 oC/45 oC /50 oC dan 24 jam pada suhu 5 oC/-5 oC/-10 oC
2.6 Kulit
Kulit merupakan bagian organ terluas pada tubuh manusia yang berfungsi
untuk melindungi organ tubuh dari radiasi sinar ultraviolet, mengatur suhu tubuh,
sebagai tempat saraf bekerja, dan sebagai indera peraba (Schmitt, 1996). Menurut
Santoso dan Gunawan (2003) kulit manusia berfungsi untuk menutupi dan
melindungi permukaan tubuh serta merupakan pembungkus elastis yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan
komponen penyusun tubuh yang paling berat, yakni sekitar 15% dari berat badan.
Rata-rata tebal kulit manusia 1-2 mm. Kulit manusia yang paling tebal terletak di
telapak tangan dan kaki, yaitu 6 mm. Bagian-bagian kulit ditampilkan pada
Gambar 2.
Gambar 2 Bagian-bagian kulit (Anonim, 2010)
Epidermis merupakan bagian kulit terluar yang kontak langsung dengan
lingkungan, yang terdiri dari beberapa lapisan meliputi stratum corneum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale. Stratum corneum adalah
lapisan terluar epidermis dan merupakan bagian yang paling diperhatikan oleh
ahli kimia kosmetik. Stratum corneum terdiri dari 15-20 lapisan dari keratinosit
[image:39.612.180.459.325.525.2]Lapisan epidermis bergantung pada lapisan dermis dalam hal suplai
makanan. Dermis merupakan jaringan penghubung yang memberikan sistem
penunjang pada epidermis. Semua darah dikulit, syaraf, struktur luar seperti
folikel rambut terletak pada dermis. Dermis juga merupakan susunan dari
komponen serat. Material serat utama pada dermis adalah kolagen, diikuti oleh
elastin dan struktur lainnya. Kumpulan serat ini membentuk jaringan yang
mendukung fleksibilitas, kekenyalan dan kelenturan pada kulit.
Sinar matahari dari hari ke hari membantu percepatan proses penuaan kulit
sehingga kulit menjadi keriput. Lambat tetapi pasti sinar ultraviolet akan
menghancurkan protein kulit, seperti kolagen dan elastin. Umumnya orang
Indonesia mudah mengalami pigmentasi, tetapi sukar untuk terbakar surya (sun burn). Sinar ultraviolet A pada matahari berperan utama dalam proses pigmentasi
dan menyebabkan kulit terlihat bercak-bercak hitam. Sementara ultraviolet B
diketahui menyebabkan kulit menjadi kasar dan kering. Sifat ini dapat
dikategorikan sebagai proses penuaan kulit (Santoso dan Gunawan, 2003).
Kekeringan dan sifat kurang lentur pada lapisan korneum dapat diperbaiki
apabila kandungan air dapat dinaikkan lebih dari kondisi normal (10 %).
Pemakaian krim kosmetik yang mengandung hidrofilik emollient dapat
memperbaiki kulit kering. Krim pelembut (emollient) akan meninggalkan film
yang rapat pada kulit, menjadikan permeabilitas terhadap air rendah, dan
mensuplai komponen hidrofilik sehingga mampu menahan dehidrasi air dari kulit
sehingga akan menjaga kelembutan kulit. Emulsi jenis O/W merupakan bentuk
emulsi yang baik untuk menghasilkan film yang lembut pada kulit yang mampu
mengurangi evaporasi (Tronnier, 1962).
2.7 Analisis Sensori
Analisis sensori atau pengujian dengan indera atau pengujian organoleptik
telah ada sejak manusia mulai menggunakan inderanya untuk menilai kualitas dan
keamanan suatu makanan dan minuman. Selera manusia sangat menentukan
dalam penerimaan dan nilai suatu produk. Barang yang memiliki kesan subjektif
yang menyenangkan dan memuaskan harapan konsumen disebut memiliki
Analisis sensori bertujuan untuk mengetahui respon atau kesan yang
diperoleh oleh pancaindera manusia terhadap suatu rangsangan yang ditimbulkan
oleh suatu produk. Analisis sensori umum digunakan untuk menjawab pertanyaan
mengenai kualitas suatu produk dan pertanyaan yang berhubungan dengan
pembedaan, deskripsi, kesukaan atau penerimaan (afeksi). Pada prisipnya terdapat
3 jenis metode analisis sensori yaitu uji pembedaan (discriminative test), uji
deskripsi (descriptive test), dan uji afeksi (affective test). Pengujian analisis
sensori dapat menggunakan satu jenis atau penggabungan beberapa metode yang
dirancang sesuai dengan tujuan (Setyaningsih et al., 2010). Sedangkan Lawless
dan Heymann (1999) menyatakan bahwa dua bidang utama dari analisis sensori
adalah uji analitis dan uji afeksi, dimana uji pembedaan dan uji deskripsi
digolongkan sebagai bagian dari uji analitis. Sedangkan uji afeksi dibagi lagi
menjadi uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji preferensi (preference) dan uji
penerimaan (acceptance) merupakan bagian dari uji kuantitatif (Meilgaard et al., 1999).
Tujuan utama dari uji konsumen (afektif) adalah untuk mengukur tanggapan
atau kesan pribadi (preferensi, tingkat kesukaan dan atau penerimaan) oleh
pelanggan potensial atau pelanggan yang sudah ada dari suatu produk, ide
pengembangan produk, atau atribut produk tertentu (Guinard, 1998). Uji
konsumen telah terbukti sangat efektif sebagai alat utama dalam merancang
produk atau jasa yang akan dijual dalam kapasitas besar atau memiliki harga jual
yang tinggi (Meilgaard et al., 1999). Uji konsumen merupakan metode yang
sangat tepat dalam memprediksi keberhasilan produk di pasar dan manfaat atau
khasiat yang dapat diperoleh dari produk berdasarkan umpan balik atau tanggapan
dari konsumen. Uji konsumen dapat menggunakan panelis tidak terlatih dalam
ukuran sampel yang besar.
Nilai sensori kulit yang sangat baik dari suatu produk perawatan kulit
(personal care) merupakan faktor penting yang menjadi potensi suatu produk
kosmetik di pasaran. Manfaat dan kegunaan suatu produk kosmetik dapat
disimpulkan dari hasil pengujian secara klinis. Namun demikian, jika hasil uji
klinis ini dapat didukung dengan hasil analisis sensori yang baik tentu produk ini
Pengembangan formula produk yang memiliki tingkat penerimaan optimal oleh
konsumen merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh industri
kosmetik. Jika hal ini tidak dapat dipenuhi, maka produk yang dikembangkan
tentu tidak akan dipilih untuk digunakan, walaupun mereka memiliki efek
biologis yang diperlukan (Loden et al., 1992).
Aplikasi langsung suatu produk kosmetik pada kulit akan menimbulkan
perubahan karakter kondisi dan penampakan permukaan kulit. Senyawa-senyawa
volatile dari produk akan mudah menguap sedangkan bahan-bahan lainnya
berinteraksi dengan sel-sel dan komponen penyusun kulit. Faktor-faktor penting
yang mempengaruhi karakteristik krim yang akan diaplikasikan terhadap kulit
diantaranya adalah seperti rasio minyak dan air, jenis dan jumlah minyak pada
emulsi, serta jenis dan jumlah bahan penyusun lainnya (seperti emulsifier,
humektan dan bahan lainnya). Kombinasi bahan-bahan yang terkandung pada
krim ini akan mempengaruhi sensasi awal kulit saat digunakan, mempengaruhi
karakter penyebaran sediaan pada kulit, kemudahan dan kecepatan
penyerapannya, dan bagaimana rasa yang tinggal setelah produk digunakan
(Loden et al., 1992).
Beberapa komponen penting untuk dapat dilakukannya analisis sensori
terhadap suatu produk atau barang diataranya adalah panelis, laboratorium
pengujian dan ketersediaan contoh atau sampel uji. Kepekaan panelis dalam
proses analisis sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin,
umur, kondisi fisiologis, faktor genetis dan kondisi psikologis. Ruangan yang
mutlak ada pada laboratorium pengujian untuk analisis sensori diataranya adalah
bagian persiapan, ruang cicip/ruang uji, dan ruang tunggu atau ruang diskusi.
Sampel uji perlu memperhatikan cara penyajiannya dimana sampel harus seragam
dalam penampilannya. Lebih lanjut Setyaningsih et al. (2010) menyatakan bahwa
pada pengujian terdapat empat unsur yang terlibat yaitu penguji, panel, peralatan
dan bahan yang diuji. Sebelum dimulai, penguji harus menjelaskan secara umum
tujuan pengujian, cara melakukan pengujian, dan bagaimana cara mengisi lembar
hasil pengujian. Pemberian penjelasan ini harus tepat sehingga tidak menimbulkan
3
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan
Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai
bulan September 2010 sampai Februari 2011.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan baku dan bahan kimia yang digunakan dalam penelitian untuk
pembuatan sediaan hand & body cream diantaranya adalah minyak jarak pagar,
minyak kelapa, dimetikon, emulsifier “ED” (merupakan kombinasi setil alkohol,
gliseril stearat, PEG-75 stearat, ceteth-20 dan steareth-20), setil alkohol, propilen
glikol, alantoin, buthylated hydroxy toluene (BHT), metil paraben, propil paraben,
titanium dioksida, dan aquades. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis
secara detail dituliskan pada masing-masing metode pengujian yang dapat dilihat
pada bagian lampiran.
Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah gelas
piala, hot plate stirer, magnetic stirer, homogenizer, inkubator/oven, freezer,
pengaduk, termometer, erlenmeyer, labu takar, labu ukur, pH meter, neraca
analitik, sudip, viscometer, density meter, chromameter, mikroskop dan alat gelas.
Alat-alat yang dibutuhkan untuk analisis mikrobiologi adalah cawan petri,
mikropipet, ose, bunsen, autoclave, dan tabung reaksi.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pengujian Sifat Fisikokimia Minyak Jarak Pagar
Fokus penelitian ini adalah pada pemanfaatan minyak jarak pagar pada
formula sediaan hand & body cream. Minyak jarak pagar yang digunakan
diperoleh dari hasil pengepresan secara manual biji jarak pagar berupa minyak
jarak pagar kasar (Crude Jatropha Oil). CJO ini berasal dari petani tanaman jarak
pagar di daerah Subang, Jawa Barat. Uji yang dilakukan terhadap CJO
peroksida, densitas/bobot jenis, dan viskositas. Setelah diketahui karakteristik
awal bahan yang digunakan selanjutnya dilakukan pemurnian untuk memperbaiki
kualitas dan tingkat kemurnian minyak jarak pagar. Minyak jarak pagar murni
(Pure Jatropha Oil) hanya diujikan nilai FFA untuk melihat efektifitas proses
pemurnian dalam menurunkan kadar FFA pada CJO Metode analisis yang
digunakan dalam pengujian sifat fisikokimia minyak jarak pagar dijelaskan pada
Lampiran 1.
3.3.2 Penyusunan Formula Dasar Produk Hand & Body Cream
Penyusunan formula dilakukan dengan memperkirakan konsentrasi bahan-
bahan yang digunakan melalui studi literatur dari beragam formula krim yang
telah publikasikan oleh berbagai pihak. Bahan pensuplai minyak yang umum
menggunakan minyak mineral atau ester dari suatu asam lemak (misalnya :
isopropil palmitat atau isopropil miristat) diganti dengan penggunaan langsung
minyak nabati. Pada tahap ujicoba formulasi digunakan minyak kelapa sebagai
pensuplai minyak pada sediaan hand & body cream yang dikembangkan. Bahan
lainnya yang digunakan meliputi setil alkohol dan asam stearat sebagai penstabil
dan pembentuk konsistensi kekentalan pada krim; emulsifier untuk pembentuk
emulsi O/W; dimetikon sebagai anti busa dan pelembut; titanium dioksida sebagai
pigmen putih, anti UV dan pemberi kesan kering pada sediaan cream; alantoin
untuk anti iritasi; metil paraben dan propil paraben untuk anti mikroba; BHT
untuk antioksidan; gliserol, propilen glikol dan sorbitol sebagai humektan; serta
air sebagai fase pendispersi.
Uji coba formula menggunakan minyak sebesar 15 % dan 10 %.
Peningkatan atau penurunan minyak diimbangi terhadap jumlah air yang
digunakan dari total formulasi. Hasil uji coba formulasi pada tahapan ini menjadi
acuan penetapan konsentrasi minyak yang digunakan pada sediaan hand & body cream. Formula dasar produk hand & body cream selanjutnya disempurnakan
dengan sedikit modifikasi untuk memperbaiki karakteristik produk yang
dihasilkan. Produk yang diperoleh dari formula dasar juga menjadi kontrol
Tabel 5