ANALISIS BENTUK DAN TERJEMAHAN FRASA NOMINADALAM BUKU
HALUSINASI KARYA ZURIYATI TERHADAP BUKU AL-KABUUS KARYA NAJIB KAILANI
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk menempuh Ujian Akhir Semester Seminar Linguistik I
Disusun Oleh
Gingin Ginanjar 180910080037
JURUSAN SASTRA ARAB FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk hidup yang sempurna yang telah dikaruniai oleh Allah SWT akal, pikiran dan perasaan. Manusia juga merupakan makhluk sosial yang berbudaya dan salah satu dari unsur kebudayaan itu adalah bahasa.
Bahasa merupakan satu-satunya alat komunikasi atau alat interaksi yang dimiliki manusia. Didalam kehidupannya bermasyarakat, sebenarnya manusia dapat juga menggunakan alat komunikasi lain, selain bahasa. Namun, nampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik, paling sempurna, dibandingkan dengan alat komunikasi lain. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:2). Bahasa bersifat sistemis. Sistemis artinya bahwa sistem bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, melainkan terdiri dari sebuah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem gramatika dan subsistem leksikon (Kridalakasana, 1982:4).
bahasa, secara populer orang sering menyebutkan dengan ilmu linguistik yaitu ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.
Linguistik (ilmu bahasa) memiliki dua tataran yaitu tataran fonologi dan tataran gramatikal atau tata bahasa. Dalam tata bahasa terdapat subbahasan morfologi dan sintaksis.
Menurut Marinet(1987:17) mengatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.
Sintaksis menurut Chaer (1994: 206) adalah membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu ujaran. Hal ini sesuai dengan asal usul kata sintaksis itu sendiri, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi sintaksis adalah menempatkan kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Dalam pembahasan sintaksis sering membicarakan tentang satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Frase menurut Chaer (1994: 222) adalah sebagai satuan sintaksis yang berada satu tingkat di bawah satuan kaluasa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata.
Menurut Ramlan dalam Asrori (2004: 32), frase adalah satuan gramatika yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melebihi batas fungsi.
Menurut Hassanain (1984:164-165) dalam Asrori (2004: 33), istilah frase
يف ةدحاو ةفيظ و لغشت نل هلصت و اهضعبب طبترت رصانعلا نم ةعومجم هب دصقي بيكرتلا
لعف وا امسا اهرصانع عومجمب لدبتسيف ،ةدرفم ةملك ايوحت يواست اهنأ يأ ،ةلمجلا
/al-tarkību yuqsadu bihi majmū‘atun min al-‘anāsiri turattabatu biba‘dihā wa taslihu lianna tasygila wazīfati wāhidatin fī al-jumlati, ayyi annahā tusāwī
nahwiyyan kalimatan mufradatan, fayastabaddilu bi majmū‘in ‘anāsirihā isman
aw fi‘lan/
Membicarakan frase, maka kita juga membicarakan kategori. Kategor ialah golongan satuan bahasa yang anggota-anggotanya mampunyai perilaku sintaksis dan mempunyai sifat hubungan yang sama.
Berdasarkan kategorinya, frase dapat dibedakan menjadi:
1.Frase Verbal
2.Frase Nominal
3.Frase Adjektiva
4.Frase Adverbia
5.Frase Numerella
Bahasa itu bervariasi, artinya bahasa di dunia ini sangat banyak ragamnya, setiap Negara memiliki bahasa masing-masing, bahkan di setiap daerah didalam Negarapun memiliki bahasa yang berbeda, misalnya masyarakat di Arab menggunakan bahasa yang berbeda dengan masyarakat yang ada di Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya dan meluasnya ilmu pengetahuan ke berbagai penjuru dunia maka semakin banyak buku yang diterjemahkan dari bahasa asli ke bahasa sasaran sebagai salah satu cara peluasan ilmu pengetahuan.
Pada definisi di atas dapat kita pahami, penerjemahan merupakan usaha untuk menyampaikan pesan yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Agar semua informasi atau pesan yang terkandung dalam bahasa sumber tepat tersampaikan dalam bahasa sasaran, dibutuhkan padanan alami yang tepat, yaitu tepat dalam hal makna dan tepat dalam gaya bahasanya.
Pemilihan padanan yang tepat ini menjadi suatu hal yang penting dalam penerjemahan karena pemilihan padanan tersebut akan mempengaruhi kualitas terjemahan. Dengan padanan yang tepat, masyarakat pembaca terjemahan akan lebih mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan dalam sebuah teks
terjemahan, lain halnya dengan terjemahan yang pemilihan padanannya langsung mengambil dari kamus tanpa melihat latar budaya dan situasi kata tersebut hidup dan berkembang. Dalam hal ini, Zenner dalam Hanafi (1986:32) menyatakan bahwa padanan merupakan kriteria mendasar bagi suatu terjemahan.
اذه ءام مملح/hāżā mā`un mumallihun/ ‘Ini air garam’
ءاذحلا كلذ ىل /zālika al-hizāu lī/ ‘Sepatu itu milik saya’
Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerjemahan “Frase Nomina dalam Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesaia dalam Novel Al Kabuus karya Najib Kailani( analisis ekuivalensi dan akurasi)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah, masalah-masalah yang dapat dirumuskan diantaranya sebagai berikut :
1. Apa saja bentuk frase nomina bahasa Arab dalam novel Al kabuus?
2. Bagaimana proses penerjemahan Prase Nomina dalam Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesaia?
3. Bagaimana keakuratan yang dilakukan Penerjemah dalam Menerjemahkan Prase Nomina Bahasa Arab?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. mengetahui bentuk prase nomina dala novel Al kabuus.
2. Mengetahui proses penerjemahan Prase Nomina dalam Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesaia.
3. Mengetahui padanan kata yang tepat dalam menerjemahkan prase nomina bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia.
Penulis berharap agar penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun secara praktis.
a. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini
1. Dapat menjadi sebuah sumbangan pemikiran untuk mengembangkan keilmuan di bidang linguistik mengenai proses penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia bagi masyarakat linguistik Arab di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran khususnya dan masyarakat linguistik Arab modern pada umumnya.
2. Dapat menjadi sebuah stimulan bagi para peneliti yang akan mengabdikan ilmunya di bidang linguistik khususnya linguistik Arab.
b. Secara praktis, semoga penelitian ini dapat:
1. Membantu mengidentifikasikan bentuk-bentuk prase nomina dalam bahasa Arab.
2. Membantu menentukan padanan kata yang lebih tepat.
1.5 Kerangka Pemikiran
Dalam mengkaji masalah penerjemahan penulis menggunakan teori moentaha(2006: 37) dan untuk teori ekuvalensi atau menentukan padanan kata yang tepat penulis menggunakan teori moentaha(2006: 45).
1.6 Metode Penelitian
Metode dalam ilmu pengetahuan adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditemukan (Djajasudarma, 2006:65). Metode penelitian adalah alat, prosedur, dan teknik yang di pilih dalam melaksanakan penelitian bahasa. Penelitian bahasa bertujuan mengumpulkan dan mengkaji data, serta mempelajari fenomena-fenomena kebahasaan (Djajasudarma, 2006:4).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis Deskriptif yaitu memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci (KBBI, 1997: 228).
Metode kajian yang digunakan adalah metode padan intralingual. Padan di sini diartikan sebagai menghubung-bandingkan; sedangkan intralingual mengacu pada makna yang berada dalam bahasa, seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks, tuturan dan lain-lain (Mahsun, 2005:112). Jadi, metode padan intralingual, adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda.
1. Inventarisasi, yaitu mengumpulkan data-data yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti dengan membandingkan buku teks dalam bahasa sumber dengan teks terjemahan dalam bahasa sasaran.
2. Klasifikasi, yaitu mengklasifikasikan data berdasarkan terjemahan tekstual dan kontekstual.
3. Analisis, yaitu menganalisis data yang telah diklasifikasi untuk mendapat gambaran yang jelas dalam memahami permaslahan yang sedang diteliti. 4. Simpulan, yaitu menarik simpulan dari hasil analisis data.
5. Penyusunan, yaitu menyusun hasil analisis ke dalam karya ilmiah secara sistematis.
1.7 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek di mana data dapat diperoleh (Arikunto, 1997:107). Penelitian ini merupakan studi literatur (kepustakaan). Artinya, data yang diperoleh sebagai bahan acuan dalam penelitian ini adalah data yang berbentuk tulisan.
Yang menjadi sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah data yang diambil dari novel Al-Kabuus karya najib kailani, Adapun alasan sumber data diambil dari novel “Al Kabuus” adalah frekuensi kemunculan data yang di dalamnya terdapat satuan masdar sangat banyak dan perilaku sintaksisnya beragam, kecintaan penulis terhadap karya-karya Najib Kailani, banyak pelajaran hidup yang terkandung dalam isi novel tersebut dan buku tersebut sangat relevan dengan kondisi masa kini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata latin lingua ‘bahasa’ (Verhaar, 2004:3). Kita bisa mengetahui dari pernyataan di atas bahwa objek linguistik adalah bahasa. Adapun menurut Kridalaksana dalam Chaer (2004:32), “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri”.
2.2 Terjemahan Sebagai Ilmu Linguistik
Salihen dalam bukunya bahasa dan Terjemahaan mengatakan bahwa: terjemahaan merupakan sumber data-data yang sangat menarik bagi ilmu linguistik, terutama sekali limguistik perbandingan (contrastive linguistics). G.Nickel pakar linguistik perbandingan mengatakan bahawa: linguistik perbandingan bertujuan diantaranya, untuk memudahkan penguasaan bahasa asing. Namun, bersamaan dengan itu, kita melihat adanya kesamaan tentang kepentingan perbandingan bahasa dengan tujuan linguistik terjemahaan.
Dalam literatur linguistik, teori terjemahan sering juga disebut ilmu terjemahan(science of translation, ubersetzungswissenchaft). Namun kata ilmu disini berarti teori, teknik dan bukan ilmu pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, mengingat linguistik terjemahan adalah bagian dari ilmu linguistic atau lebih tepatnya cabang dari linguistik aplikasi.
Para ahli linguistik yang menggeluti bidang penerjemahan masing-masing memiliki pandangan tersendiri tentang definisi terjemahan ini. Newmark dalam dalam Nugraha (2004:30) menyatakan definisi penerjemahan sebagai berikut:
Translation is an exercise which consist in the attempt to replace a written message in another language.
(Terjemahan adalah suatu pelatihan yang di dalamnya terdapat usaha untuk menggantikan suatu pesan tertulis dalam satu bahasa oleh pesan yang sama dalam bahasa lain).
Senada dengan Newmark, Catford dalam suryawinata (2003:11)
menyatakan sebagai berikut: (Translation is) the replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language
(penerjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa dengan materi tekstual yang padan dalam bahasa lain. Ahli linguistik terjemahan yang lain, yaitu Juliane House dalam Hanafi (1986: 26) menyatakan definisi
penerjemahan sebagai berikut: Translation is the replacement of a text in the source language by semantically equivalent text in the target language
(terjemahan merupakan penggantian kembali naskah berbahasa sumber dengan yang berbahasa sasaran yang secara semantik dan pragmatik sepadan.
2.4 jenis- jenis terjemahan
Terjemahan melahirkan bagian-bagian yang khusus yang masing-masing memiliki spesifikasi ragam bahasa yang satu dengan yang lain, tetapi setiap peraturan terjemahan ragam bahasa yang satu dengan yang lain memiliki
peraturan dan cirri-ciri yang sama secara umum.jenisa terjemahan menurut ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam: sastra, jurnalistik, surat kabar, ilmiyah dan
2.4.2 ekuivalensi
Ekuivalensi adalah padanan- padanan regular yang bermakna sama, seperti yang dicatat oleh beberapa pakar teori tarjamahan, diantaranya dari Kanada (49: 52), Inggris (5: 27-31), Rusia (44: 11), biasanya tidak tergantung pada konteks. Yang termasuk kedalam kelompok ekuivalensi ialah beberapa istilah, yaitu istilah yang mempunyai satu makna baik dalam bahasa yang satu, maupun yang lain. Misalnya, dalam bahasa Prancis: “Societte des Nations”, dalam bahasa Inggris “League of Nation”, dalam bahasa Indonesia: “Liga Bangsa-Bangsa”- adalah ekuivalensi-ekuivalensi, karena di antara mereka terdapat padanan-padanan yang ditugaskan sebelumnya, yang ditentukan oleh kamus dan bukannya oleh konteks. Demikian juga dengan istilah bahasa Jerman: “Luftabwehr” yang ekuivalensinya dalam bahasa Indonesia ialah “pertahanan anti serangan udara”.
Kalau hal ini kita terjemahkan ke dalam bahasa linguistik kontemporer, yang lebih menyukai formula matematis, maka boleh berbicara tentang
Tapi kesamaan makna satuan-satuan bahasa, terutama sekali yang menyangkut satuan-satuan leksikal, lebih tepatlah kalau dikatakan merupakan suatu perkecualian, ketimbang suatu peraturan. Karena itu, dipertimbangkan kelompok padanan kedua, yakni kalau satuan-satuan beraneka makna dari satu bahasa berpadanan dengan bermacam-macam satuan (berbentuk deret sinonim) dalam bahasa lain.
2.6 Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan adalah suatu model yang dimaksudkan untuk menerangkan proses pikir (internal) yang dilakukan manusia saat melakukan penerjemahan (Suryawinata, 2003:16).
Dalam hal ini Nida dan Taber dalam Suryawinata (2003:19) membagi proses penerjemahan ke dalam empat tahap, yaitu:
1. Tahap analisis dan pemahaman. Dalam tahap ini struktur lahir (atau kalimat yang ada dianalisis menurut hubungan gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual, atau bahkan makna kontekstual. Ini
merupakan proses transformasi balik.
2. Tahap transfer. Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya tadi diolah penerjemah dan dipindah dari Basu ke dalam Basa. Dalam tahap ini belum dihasilkan rangkaian kata; semuanya hanya terjadi di dalam batin penerjemah.
makna, dan pesan yang ada dalam teks Basu tadi bisa disampaikan sepenuhnya dalam Basa.
4. Tahap evaluasi dan revisi. Setelah didapat hasil terjemahan Basa, hasil itu dievaluasi dan dicocokkan kembali dengan teks aslinya. Kalau dirasa kurang padan maka dilkukan revisi.
2.7 Unit Terjemahan
Unit terjemahan menurut Nugraha (2004:105-124) digolongkan sebagai berikut:
1. Kata
Banyak kata yang memiliki lebih dari satu makna atau banyak makna yang dikandung oleh satu kata. Berdasarkan potensi makna yang dimiliki oleh suatu kata dapat dibagi menjadi:
a. Satu dengan satu (one-to-one correspondence)
ررممححأم
b. Satu dengan banyak (one-to-many correspondence)
ةرعماحسم
Sä atunҁ : Jam, saat, kiamat براتمكد
Kitäbun
ةرلماسمرد
Risälatun : Surat, misi, ajaran
بمرمضم
araba
ḍ : Memukul, membuat, mendirikan, pergi, berusaha
رةدحصنملا
a - adru
ɂ ṣ ṣ : dada, permulaan
d. Tak berlawan (one-to-nill/nothing correspondence) yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut: kutipan (quotation), unsur serapan (loan-word), batasan, (definition), dan catatan kaki (footnote). 2. Frase (بيكرت)
John E. Warriner dkk. dalam Hanafi (1986:49) menyatakan bahwa frasa adalah sekelompok kata yang digunakan sebagai bagian dari ungkapan dan tidak berkata kerja atau bersubjek. Jenis-jenis frase menurut Nugraha (2004: 111-118), yaitu:
a. Frase Nominal
Frase nominal adalah frasa yang penguasaannya berupa nomina. Macam-macam makna frasa nominal:
1. Bermakna posesif/milik (ةيمل ةيفاضإ)
انمتةعممداجم
jämi atunäҁ
: kampus kita
2. Bermakna lokatif (ةيناكم ةيفرظ ةيفاضإ)
بدرحغملحا دةوحنةجة
Junüdu ‘l-ġarbi
: tentara barat
3. Bermakna temporal (ةينمز ةيفرظ ةيفاضإ)
لديحلنملا مةايمقد
Qiyämu ‘l-layli
: bangun malam
4. Bermakna substantif (ةيضعب ةيفاضإ)
Xätamu ðahabin
5. Bermakna penyerupaan (ةيهيبشت ةيفاضإ)
عدمحدنملا ؤةلةؤحلة
lu lu u ‘d-dam iɂ ɂ ҁ
: mutiara (bagai) air mata
6. Bermakna objektif
نآرحقةلحا بةتداكم
: kemenangan kaum muslimin
8. Bermakna reseptif
dawä u ‘l-quwwatiɂ
: obat kuat
10. Bermakna benefaktif
جداجنمحةلحا ةةنميحددمم
Madïnatu ‘l- ujjäjiḥ
: kota jema’ah haji
11. Bermakna jenis kualitatif
ar-rajulu ‘l-karïmu ɂ
12. Kontruksi nominal final
ميحلدعحتنملا ةةقميحردطم
arïqatu ‘t-ta lïmi
ṭ ҁ
: metode mengajar
13. Kontruksi nominal diektif
باتمكدلحا كملدذذ
ðälika ‘l-kitäbu
: buku itu
14. Kontruksi nominal kuantitatif
محهةلنةكة
kulluhum
: setiap mereka
15. Kontruksi nominal dimana penguasaannya sebagai pemilik dan pembatasnya sebagai pemilik
Frase Adjektival adalah frasa yang penguasaannya berupa ajektiv.
مدسحجدلحا يةودقم
Qawiyu ‘l-jismi
: kuat tubuhnya
c. Frase Preposisional
Frase Preposisional adalah frase yang penguasaannya fresposisi/kata depan.
مدلمقملحبد
bilqalami
: dengan pena
هدللا ىلمإد
ila ‘llähi ɂ
: kepada Allah
تديحبملحا ىفد
Fi ‘l-bayti
: di rumah
d. Frase Numeralia
لببدانمسم عةبحسم
Sab u sanäbilinҁ
: tujuh tangkai
اببكموحكم رمشمعم دمحمأ
a ada ašara
ɂ ḥ ҁ
kawkaban
ةببنمحم ةةئمامد
Kalimat adalah satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, partikel penghubung (bila ada) dan intonasi final.
Nugraha (2004:119). Contoh:
-.ةدرمهداقملحابد بةيحبدطم انمأم anä abïbun bi ‘l-qähirati
ɂ ṭ
-.حدابمصنملا يفد ىفمشحتمسحمةلحا ىلمإد بةهمذحأم aðhabu ila ‘l-mustašfä fi ‘ - abähiɂ ṣ ṣ ɂ
4. Idiom
Idiom adalah satuan-satuan bahasa (berupa frasa atau kalimat) yang maknanya tidak bisa diramalkan dari makna leksikal setiap unsurnya atau makna gramatikal satuan-satuan tersebut (Nur, 2010:56). Contoh:
بدلةقةلحا فةيحفدخم
Xafïfu ‘l-qulubi : cerdas
لديحبدسنملا نةبحا
ibnu ‘s-sabïli
نحعم بمغدرم
Raġiba anҁ : benci ىفد بمغدرم
Raġiba fï
: senang
5. Istilah
Istilah adalah kata yang secara cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Contoh:
ليجسحت
tasjïlun
: registrasi
ةرينمندادميحمد تراسمارمدد
Diräsätun mïdäniyyatun
: Kuliah Kerja Nyata (KKN)
6. Peribahasa
Setiap bahasa memiliki peribahasa yang khas dan unik yang terkadang sulit dicarikan padanannya dalam bahasa lain. Peribahasa sebagaimana idiom dan istilah harus dipahami. Contoh:
كمعمطقم هةعحطمقحتم مل اذمإ فديحسنملاكم تقحوملحا
al-waqtu ka ‘s-sayfi iðä lam taq a hu qa a akaɂ ṭ ҁ ṭ ҁ ɂ
-ومهة مةدندقمية البجةرم رةخندؤميةوم رمخمآ
äxara wa yu axxiru rajulan yuqaddimu huwaɂ
BAB III
Analisis terhadap bentuk frasa dalam bahasa Arab dan penerjemahannya kedalam bahasa indonesia menjadi masalah yang menarik untuk dikaji. Pada bab ini penulis akan menguraikan analisis dari dua pertanyaan yang penulis ajukan dalam rumusan masalah melalui penggambaran secara sistematis. Dari analisis ini penulis akan menarik kesimpulan sebagai hasil dari penelitian ini.
3.1 Analisis Bentuk Frasa Nomina Bahasa Arab dalam cerpen “Al-Kabuus” karya Najib Kailani
Frasa nomina dalam bahasa Arab setingkat dengan frasa ghayr fi’li. Yaitu frasa yang distribusinya sama dengan kata non-verba (kalimah ghayr fi’liya) baik berupa kata nominal(ism), kata ajektiva (shifah), atau kata adverbia(zarf). Berikut adalah data-data bentuk frasa nomina bahasa Arab:
3.1.1 Frasa Na’ty
Frasa Na’ty ialah frasa yang dibentuk oleh nomina sebagai unsur pusat dan diikuti ajektif sebagai na’at atau atribut, perhatikan data dibawah ini :
رغصلا لافطلا
:
سوباكلا
)
5
(
Anak Kecil
Pada data diatas kata لافطلا yang berbentuk nomina yang menjadi pusat diikuti oleh kata رغصلا yang berbentuk adjektiva sebagai atributnya.
menghilangkan unsur kata ‘yang’. Sehingga frase رغصلالافطلا hanya bermakna “anak kecil”.
بيرغلا لجرلا
:
سوباكلا
)
6
(
Laki-laki Asing
Pada data diatas kata لجرلا yang berbentuk nomina yang menjadi pusat diikuti oleh kata بيرغلا yang berbentuk adjektiva sebagai atributnya.
Kata لجرلا + kata بيرغلا apabila diterjemahkan secara leksikal dan sesuai dengan kaidah frase na’ty akan memiliki makna “yang” sehingga frase tersebut akan bermakna “laki-laki yang asing”. Namun pada penerjemahannya penerjemah menghilangkan unsur kata ‘yang’. Sehingga frase بيرغلا لجرلا hanya bermakna “laki-laki asing”.
Berdasarkan kedua contoh di atas maka kita akan mendapatkan bahwa:
3.1.2 Frasa Athfy
Frasa athfy adalah frasa yang dibentuk oleh nomina diikuti nomina, atau verba diikuti verba, atau adjektiva diikuti adjektiva dan dihubungkan oleh huruf athaf, perhatikan data dibawah ini :
Frase Na’ty N (UP) + N (Atr)
Makna Leksikal N (UP) + ”yang” + N (Atr)
باجعلاو سامحلا
:
سوباكلا
)
5
(
Semangat dan Kekaguman
Pada data diatas kata سامحلا yang berbentuk nomina dan kata باجعلا yang berbentuk nomina yanng dirangkai oleh huruf athaf (و) .
ا
أمظلاو فوخل
:
سوباكلا
)
7
(
Ketakutan dan kehausan
Pada data diatas kata فوخلا yang berbentuk nomina dan kata باجعلا yang berbentuk nomina yanng dirangkai oleh huruf athaf (و).
3.1.3 Frasa Badaly
Frasa badaly juga terdiri atas nomina diikuti dengan nomina. Ada beberapa hal yang membedakan frasa badaly dari frasa na’ty dan athfy.secara semantik unsur N1 sama dengan unsur N2. Karenanya keduanya dapat saling menggantikan. Dan kedua N tidak dapat dirangkai dengan huruf athaf.
ةصنملا ناكملا
:
سوباكلا
)
6
(
Tempat Panggung
3.1.3 Frasa Sibhul jumlah
Frasa sibhuljumlah ialah frasa yang berunsurkan preposisi sebagai penanda dan diikuti nomina sebagai petanda, perhatikan data dibawah ini:
لافطلا ىتح
:
سوباكلا
)
5
(
Hingga Anak-anak
Pada data diatas, kata ىتح sebagai presosisi yang diikuti kata لافطلا nomina sebagai petanda.
ديعب ىلا
:
سوبكلا
)
6
(
ke yang jauh
Pada data diatas, kata ىلا sebagai presosisi yang diikuti kata ديعب nomina sebagai petanda.
3.1.4 Frasa Idhofi
Frasa idhofi ialah frasa yang dibentuk oleh nomina diikuti nomina, tetapi nomina yang pertama tidak perlu diberi partikel لا dan nomina yang kedua bisa diberi partikel tersebut dan nomina yang kedua selalu berI’rob majrur, perhatikan data dibawah ini :
ةبارغلا ةياغ
:
سوباكلا
)
5
Sangat Aneh
Pada data diatas kata ةياغ sebagai nomina yang pertama tidak dikasih partikel لا dan kata ةبارغلا sebagai nomina yang kedua berI’rob majrur.
تارشعلا ةايح
:
سوباكلا
)
7
(
kehidupan puluhan orang
Pada data diatas kata ةايح sebagai nomina yang pertama tidak dikasih partikel لا dan kata تارشعلا sebagai nomina yang kedua berI’rob majrur.
3.1.5 Frasa Adady
Frasa adady adalah frasa yang berunsurkan bilangan yang diikuti oleh nomina, perhatikan data dibawah ini:
ةثلاثلا هئف
Dari yang Ketiga
Pada data diatas kata ةثلاثلاyang merupakan kata bilangan dan diikuti kata هئف sebagai nomina.
نيماع ذنم
Pada data diatas kata ذنم yang merupakan kata bilangan dan diikuti kata نيماع sebagai nomina.
3.1.6 Frase Nida’i
Frase nidai adalah frasa yang berunsurkan kata seru ( sapaan) dan diikutin nomina sebagai unsur pusat, perhatikan data dibawah ini :
لوهلااي
hai peneror
Pada data diatas kata اي sebagai kata seru dan diikuti kata لوهلا sebagai nomina yang menjadi unsur pusat.
ناسنلا اهيأ
Hai para manusia
Pada data diatas kata اهيأ sebagai kata seru dan diikuti kata ناسنلا sebagai nomina yang menjadi unsur pusat.
3.1.7 Frasa Isyari
ناكملا اذه
:
سوباكلا
)
5
(
Tempat Ini
Pada data diatas kata ناكملا nomina sebagai unsur pusatnya di dahului kata اذه sebagai penunjuk.
عيبانيلا كانه
:
سوبكلا
)
6
(
itu sumber mataair
Pada data diatas kata عيبانيلا nomina sebagai unsur pusatnya di dahului kata كانه sebagai penunjuk.
3.1.8 Frase Tamyizy
Frasa tamyizy yaitu frasa yang berunsurkan mumayyaz dan tamyiz.perhatikan data dibawah ini:
هيوادلا نافاتهلا
tangisan yang melayukan
Pada data diatas kata نافاتهلا sebagai tamyiz yaitu nomina sebagai unsur pusat dan kata هيوادلا adjektiva sebagai mumayaz.
keramaian yang penuh sesak
Pada data diatas kata دشحلا sebagai tamyiz yaitu nomina sebagai unsur pusat dan kata دشاحلا adjektiva sebagai mumayaz.
3.1.9 Frase Naskhy
Frasa naskhy ialah frasa yang berunsurkan nomina sebagai unsur pusat dan didahului oleh penanda naskhy, perhatikan data dibawah ini:
ملقأ نإف
Sesungguhnya pulpen
Data diatas kata ملقأ nomina sebagai unsur pusat dan didahului oleh kata نإف sebagai penanda naskhy.
ريسم نع
untuk karir
Data diatas kata ريسم nomina sebagai unsur pusat dan didahului oleh kata نع sebagai penanda naskhy.
Frasa bayani adalah frasa yang berunsurkan dua nomina yang dipisahkan oleh partikel نم, perhatikan data dibawah ini:
بناج لك نم هلوح
Dari Tahunnya di tiap sisi
Pada data diatas kata هلوح sebagai nomina kesatu dipisahkan نم oleh dari kata بناج لك sebagai nomina kedua.
فرطأ نم فرط
inovatif
Pada data diatas kata فرط sebagai nomina kesatu dipisahkan oleh نم dari kata فرطأ sebagai nomina kedua.
3.2 Analisis Terjemahan frasa nomina dalam Buku Halusinasi Karya Zurriyati
Analisis terjemahan frasa nomina ini dilakukan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu mendeskripsikan terjemahan frasa nomina dalam terjemahan halusinasi karya Zuriyati terhadap buku al kabuus karya Muhammad Najib Kailani.
3.2.1 Frasa Na’ty
ىتح
راغصلا لافطللا
:
سوباكلا هنوئطخي ل
)
5
Bahkan dikalangan anak-anak namanya sudah menjadi buah bibir ( zurriyati, 2005:1)
Dari data diatas kata راغصلا لافطللاyang artinya anak kecil diterjemahkan oleh penerjemah sebagai anak-anak.
هقهق
بيرغلا لجرلا
:
سوباكلا لئاق
)
6
(
Orang itu tertawa terbahak-bahak sambil berkata
( zuriyati,2005:3)
Dari data diatas kata بيرغلا لجرلا yang artinya laki-laki asing diterjemahkan orang oleh penerjemah.
3.2.2 Frasa Athfy
ثعبي همسا ركذ درجم نإ
Penghargaan yang berlebihan itu satu sisi bisa membangkitkan semangat dan kekaguman dihati sekelompok rayat ( zuriyati,2005: 3)
Dari data diatas kata باجعلاو ساملا diterjemahkan secara harfiah oleh penerjemah yaitu semangat dan kekaguman.
. . .
))
Pada data diatas penerjemah menerjemahkan kata أمظلاو فوخلا dengan rasa takut dan haus.
3.2.3 Frasa Badaly
ةغلاب ةبوعصب زيمي نأ عاطتسا
ةصنملا ناكم
:
سوباكلا
) . .
6
(
Dengan susah payah dia dapat melihat panggung yang dimaksud
( zuriyati,2005:3)
Dari data diatas kata ةصنملا ناكم yang artinya tempat panggung diterjemahkan panggung yang dimaksud oleh penerjemah.
3.2.3 Frasa Sibhul jumlah
لافطللا ىتح
:
سوباكلا هنوئطخي ل راغصلا
)
5
(
Bahkan dikalangan anak-anak namanya sudah menjadi buah bibir ( zurriyati, 2005:1)
Dari data diatas kata لافطللا ىتحyang artinya hingga anak-anak ditambahkan terjemahan bahkan.
هرصبب لسرأ
ديعب ىلإ
:
سوبكلا
)
6
(
(zuriyati,2005:3)
Dari data diatas kata ديعب ىلإ yang artinya ketempat jauh penerjemah menerjemahkan secara harfiah yaitu ke tempat yang jauh.
3.2.4 Frasa Idhofi
Aneh seribu kali aneh (zuriyati,2005:1)
Dari data diatas kata ةبارغلا ةياغ yang artinya aneh diterjemahkan aneh seribu kali aneh untuk menjelaskan keadaan yang sangat aneh.
ىلع ءاضقلل
تارشعلا تايح
:
سوباكلا
)
7
(
Membunuh puluh-puluh orang (zuriyati,2005:3)
Pada data diatas kata تارشعلا تايح yang artinya hidup puluhan orang diartikan membunuh puluhan orang, menghilangkan kata hidupnya.
3.2.6 Frase Nida’i
لوهلااي
:
سوباكلا مفلاو قلخلا يف فافخ نم هبرعشي ام
)
7
(
Rasa kering di kerongkongan sangat menyiksa ( zuriyati,2005 :2)
Siapa yang telah membawanya ke tempat ini (zuriyati,2005:1)
Dari data diatas kata ناكملا اذه diterjemahkan secara harfiah yaitu tempat ini.
عيبانيلا كانه
:
سوبكلا
)
6
(
Disana sumber mata air
Dari data diatas kata عيبانيلا كانه diterjemahkan secara harfiah, di terjemahkan disana sumber mata air.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya tentang analisis bentuk frasa dan terjemahannya dalam terjemahan halusinasi karya Zuriyati terhadap buku al kabuus karya najib kailani, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Frasa nomina adalah frasa yang yang distribusinya sama dengan kata non-verba baik berupa kata nomina, kata adjectiva, atau kata adverbia. 2. Menurut distribusinya frase nomina terbagi ke beberapa sub
Frase athfy Frase Badaly Frase Sibhuljumlah Frase Manfy Frase Idhofi Frase Adady Frase Nida’i Frase Isyari Frase taukidy Frase Istisna Frase Naskhy Frase iktisasi Frase bayani
3. Terjemahan frase nomina dalam buku halusinasi tidak semuanya diterjemahan secara harfiah atau kontekstual tetapi memerlukan padanan yang sesuai dengan bahasa sasaran.
4.2 Saran
Bagi para peneliti selanjutnya yang akan menyusun skripsi dengan menggunakan teori terjemah, dapat menggunakan pendekatan lain misalnya: jenis-jenis terjemahan atau problematika padanan
Klasifikasi data
9 ةروثلا ثعاب penggerak revolusi
1
0 نم رطقلا dari pemberontak
1 1 1
2 ةبهرلاو بعرلا ketakutan dan kekaguman 1
3 رخأ بولق Hati Yang Lain
14 هراصنأ pertolongannya
15 هحادمب Mengharagainya
16 ءايبنلا فاصم golongan para nabi
17 هلوح Tahunnya
18 ةهرافلا تارايسلا Mobil yang hebat 19 تارايسلا قاوبل klakson mobil 20 ةيرخبلا تاجاردلا angkatam laut
21 مفلاو قلخلا pencipta mulut
22 ةيلاعلا ةصنملا panggung yang tinggi
23 هرصبب Pengelihatannya
24 ةبوعصب Kesusahannya
25
26 برشلاب dengan minuman
27 هلخاد Dalamnya
28 ءاملا راضحل mengambil air
29 بيرغلا لجرلا lelaki aneh
30 يت ريسم Karir saya
31 عودخملا ناسنلا manusia tertipu
32 هدي Tangannya
33 هقنع يلع Lehernya
34 هحور Ruhnya
36 هاوق Kekuatannya
3 بضغلاو روفنلا Dendam Kemarahan
4 أمظلاو فوخلا Ketakutan dan
kehausan 5 امإو بذعلا امإ
ميعنلا
Entah segar atau kebahagiaan
3. Frase Badaly N
o Kalimat Terjemahan
ةصنملا ناكم tempat panggung لاوهأو لاوهأ Ketakutan-ketakutan
4. Frase Sibhuljumlah N
o Kalimat Terjemahan
1 لوقعملا نم Masuk Akal
2 ملعلا يف Semua Kehebatannya
3 هئشاش ىلع
4 لافطلا ىتح Hingga Anak-anak
5 لوح نم Dati tahun
6 ةعرس ىف dalam kecepatan
7 فافج نم dari kekeringan
8 قلخلا يف penciptanya
5. Frase Manfy
5 تارشعلا ةايح kehidupan keluarga
6 ةرخاسلا هتماستبا Tersenyum sinis
7 بولقلا ضعب Sebagian Hati
2 نيماع ذنم Satu masyarakat
o
دشاحلا دشحلا keramaian yang penuh sesak هيوادلا نافاتهلا tangisan yang melayukan
ةغلاب dengan sangat
ءاضقلل ىلع Tentang Penghapusan
ديدش أمظب sangat haus
ةلهذم ةعرس kecepatan yang luar biasa
12. Frase Istisna
ملقأ نإف Sesungguhnya pulpen
هبرس نع untuk properti itu