• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis LQ dan Shift Share

Dalam dokumen KONSEP KLASTER INDUSTRI UNTUK PENGEMBANG (Halaman 31-44)

BAB IV ANALISIS

4.1 Analisis LQ dan Shift Share

Untuk mengetahui sektor unggulan dan perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Jepara digunakan analisis LQ (Location Quotient) dan analisis shift share.

4.1.1 Analisis LQ (Location Quotient)

Di dalam analisis LQ atau Location Quotient terdapat dua analisa yaitu SLQ (Statistic Location Quotient) dan analisis DLQ (Dynamic Location Quotient) dimana data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jepara tahun 2013-2015 dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2015.

a. Analisis SLQ (Statistic Location Quotient)

SLQ (Statistic Location Quotient) merupakan suatu indeks yang mengukur apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau tidak bagi suatu daerah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SLQ =Vik/Vk Vip/Vp Keterangan:

Vik = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota) Vk = PDRB total semua sektor di daerah studi k

Vip =Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (propinsi) Vp =PDRB total semua sektor di daerah referensi p

Interpretasi:

 SLQ > 1

Peran sektor i di daerah k lebih menonjol dari pada peran sektor k di daerah p. Sehingga, sektor i merupakan sektor basis

 SLQ = 1

Peran sektor i di daerah k dan daerah p terspesialisasi baik.

 SLQ < 1

Peran sektor i di daerah k kurang menonjol dari pada peran sektor k di daerah p. Sehingga, sektor i bukan merupakan sektor non basis

Analisis DLQ (Dynamic Location Quotient) adalah Indeks yang melihat laju pertumbuhan suatu sektor basis di suatu wilayah untuk mengetahui potensi maupun tren perkembangan suatu sektor. Rumus yang digunakan untuk menghitung DLQ adalah sebagai berikut:

DLQ = [ 1 + g 1 + g ⁄ 1 + G 1 + G ⁄ ] t Keterangan:

DLQij = Indeks potensi sektor i di regional j gij = Laju pertumbuhan sektor i di regional j

gj = Rata-rata laju pertumbuhan sektor di regional j

Gi = Laju pertumbuhan sektor i di provinsi

G = Rata-rata laju pertumbuhan sektor di provinsi

t = Selisih tahun akhir dan tahun awal

Interpretasi:

 DLQ > 1

potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di provinsi

 DLQ = 1

sektor i mempunyai potensi perkembangan sama cepat dengan sektor yang sama di provinsi

 DLQ < 1

potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih rendah dibandingkan sektor yang sama di provinsi

c. Analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi sektor pada saat ini dan beberapa saat ke depan apakah akan terjadi pergeseran kondisi sektor ekonomi atau tidak. Hal tersebut dapat diketahui melalui hasil analisis SLQ dan DLQ sebagai input analisis

Tabel 1 Interpretasi Analisis Gabungan

Kriteria SLQ > 1 SLQ < 1 DLQ > 1 Sektor Unggulan Sektor Andalan

DLQ < 1 Sektor Prospektif Sektor Tertinggal

Keterangan :

 Sektor unggulan yaitu sektor yang pada saat ini merupakan sektor unggulan dan tetap berpotensi unggul pada beberapa tahun ke depan

 Sektor andalan adalah sektor yang pada saat ini belum unggul tetapi dalam beberapa waktu ke depan berpotensi unggul

 Sektor prospektif adalah sektor yang pada saat ini merupakan sektor unggulan tetapi tidak berpotensi unggul dalam beberapa waktu ke depan

 Sektor tertinggal adalah sektor yang dinyatakan tidak unggul untuk saat ini dan pada beberapa waktu ke depan pun belum berpotensi unggul untuk menjadi sektor unggulan

Berikut ini merupakan hasil analisis LQ yang telah dilakukan untuk mengetahui struktur perekonomian Kabupaten Jepara khususnya posisi sektor industri pengolahan apakah sektor tersebut menjadi salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan atau tidak.

Tabel 2 PDRB Kabupaten Jepara ADHK menurut lapangan usaha (juta rupiah) Tahun 2013-2015

Lapangan Usaha

PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN LAJU PERTUMBUHAN

PDRB LAJU RATA-RATA 2013 2014 2015 2013 2014 2015

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

2,442,708.34 2,374,196.79 2,444,155.23 4.55 -2.80 2.95 1.57

B Pertambangan dan Penggalian 284,627.47 296,113.92 300,899.51 0.20 4.04 1.62 1.95

C Industri Pengolahan 5,148,447.78 5,472,144.33 5,756,335.67 6.41 6.29 5.19 5.96

D Pengadaan Listrik dan Gas 18,713.12 18,858.57 18,910.60 6.76 0.78 0.28 2.61

E Pengadaan Air,Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

12,430.21 12,792.38 13,030.56 -2.66 2.91 1.89 0.71

F Konstruksi 1,007,476.42 1,050,528.89 1,103,072.38 3.62 4.27 5 4.30

G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

2,815,811.83 2,932,999.12 3,072,168.46 4.22 4.16 4.74 4.37

H Transportasi dan Pergudangan 650,517.88 695,080.64 735,840.20 8.91 6.85 5.86 7.21

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

613,255.35 661,862.82 715,421.07 2.04 7.93 8.09 6.02

J Informasi dan Komunikasi 394,600.74 468,279.84 523,714.48 10.83 18.67 11.84 13.78

K Jasa Keuangan dan Asuransi 329,642.67 339,180.07 357,149.54 2.17 2.89 5.3 3.45

M,N Jasa Perusahaan 69,868.85 75,579.32 83,665.47 12.23 8.17 9.38 9.93

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

399,799.87 399,358.96 417,005.74 1.24 -0.11 4.42 1.85

P Jasa Pendidikan 689,184.17 764,990.97 803,497.68 9.13 11.00 5.03 8.39

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial

127,999.85 146,363.42 157,930.65 7.49 14.35 7.9 9.91

R,S,T,U Jasa lainnya 349,344.06 378,981.47 390,149.20 8.55 8.48 2.95 6.66

Produk Domestik Regional Bruto 15,623,738.87 16,374,128.98 17,197,788.96 5.39 4.80 5.03 5.07 Sumber : BPS Kabupaten Jepara

Tabel 3 PDRB Provinsi Jawa Timur ADHK menurut lapangan usaha (juta rupiah) Tahun 2013-2015

Lapangan Usaha

PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN

LAJU PERTUMBUHAN PDRB

LAJU RATA-RATA 2013 2014 2015 2013 2014 2015

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

108,832,110.55 107,793,380.89 113,825,916.62 2.15 -0.95 5.6 2.27

B Pertambangan dan Penggalian 14,594,164.05 15,542,648.84 16,099,865.67 6.17 6.50 3.59 5.42

C Industri Pengolahan 254,694,118.95 271,561,473.20 284,100,055.43 5.45 6.62 4.62 5.56

E Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

549,040.44 567,980.08 577,261.68 0.23 3.45 1.63 1.77

F Konstruksi 73,465,919.37 76,681,876.60 81,286,113.22 4.90 4.38 6 5.09

G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

105,825,306.31 110,809,193.58 115,432,839.89 4.72 4.71 4.17 4.53

H Transportasi dan Pergudangan 22,760,150.97 24,802,180.75 26,762,196.74 9.33 8.97 7.9 8.73

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

21,812,570.05 23,465,641.07 25,129,775.14 4.51 7.58 7.09 6.39

J Informasi dan Komunikasi 26,663,583.07 30,130,161.63 33,001,271.38 7.99 13.00 9.53 10.17

K Jasa Keuangan dan Asuransi 19,311,454.80 20,115,572.55 21,745,557.76 3.89 4.16 8.1 5.38

L Real Estate 12,853,218.11 13,776,863.54 14,822,295.08 7.70 7.19 7.59 7.49

M,N Jasa Perusahaan 2,340,118.40 2,534,615.62 2,780,942.86 12.12 8.31 9.72 10.05

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

20,912,828.39 21,075,646.54 22,194,694.80 2.65 0.78 5.31 2.91

P Jasa Pendidikan 24,930,587.32 27,466,220.07 29,410,481.90 9.53 10.17 7.08 8.93

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial

5,321,609.80 5,907,510.61 6,324,015.26 7.12 11.20 7.05 8.46

R,S,T,U Jasa lainnya 10,983,732.87 11,917,818.01 12,300,030.67 9.24 8.50 3.21 6.98

Produk Domestik Regional Bruto 726,655,118.08 764,992,649.47 806,609,023.50 5.11 5.28 5.44 5.28 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Tabel 4 Hasil Perhitungan Analisis LQ Kabupaten Jepara

Lapangan Usaha SLQ Keterangan DLQ Keterangan

Analisis Gabungan SLQ

+ DLQ

A Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan

1.01 Sektor Basis 0.76 Lebih

Rendah Sektor Prospektif B Pertambangan dan Penggalian 0.88 Sektor Non Basis

1.24 Lebih Cepat Sektor Andalan

C Industri Pengolahan 0.95 Sektor Non

Basis

1.04 Lebih Cepat Sektor Andalan

D Pengadaan Listrik dan

Gas

1.09 Sektor Basis -0.59 Lebih

Rendah

Sektor Prospektif

E Pengadaan

Air,Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

1.06 Sektor Basis 1.78 Lebih Cepat Sektor

Unggulan

F Konstruksi 0.64 Sektor Non

Basis

0.99 Lebih

Rendah

Sektor Tertinggal

G Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.25 Sektor Basis 1.14 Lebih Cepat Sektor

Unggulan

H Transportasi dan

Pergudangan

1.29 Sektor Basis 0.91 Lebih

Rendah

Sektor Prospektif

I Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum

1.34 Sektor Basis 1.18 Lebih Cepat Sektor

Unggulan J Informasi dan Komunikasi 0.74 Sektor Non Basis 0.92 Lebih Rendah Sektor Tertinggal

K Jasa Keuangan dan

Asuransi 0.77 Sektor Non Basis 0.99 Lebih Rendah Sektor Tertinggal

L Real Estate 0.97 Sektor Non Basis

1.04 Lebih Cepat Sektor Andalan

M,N Jasa Perusahaan 1.41 Sektor Basis 0.98 Lebih

Rendah Sektor Prospektif O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

0.88 Sektor Non

Basis

1.18 Lebih Cepat Sektor Andalan

P Jasa Pendidikan 1.28 Sektor Basis 0.79 Lebih

Rendah

Sektor Prospektif

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

1.17 Sektor Basis 0.96 Lebih

Rendah

Sektor Prospektif

R,S,T,U Jasa lainnya 1.49 Sektor Basis 0.98 Lebih Rendah

Sektor Prospektif Sumber : Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa yang menjadi sektor basis di Kabupaten Jepara terdapat 10 sektor yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Jasa Perusahaan, sektor Jasa Pendidikan, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan sektor Jasa lainnya. Sedangkan 7 sektor lainnya bukan merupakan sektor unggulan (non basis) termasuk sektor industri pengolahan yang memiliki nilai SLQ sebesar 0.95. Namun, dari hasil analisis DLQ dengan nilai 1.04 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan di Kabupaten Jepara menjadi salah satu sektor yang lebih cepat berkembang jika dibandingkan dengan sektor industri pengolahan di lingkup Provinsi Jawa Tengah. Sehingga sektor industri pengolahan di Kabupaten Jepara memiliki

potensi yang besar untuk menjadi sektor unggulan di Kabupaten Jepara di beberapa waktu ke depan dimana kondisi tersebut juga tergantung dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat. Hal ini sesuai dengan hasil analisis gabungan SLQ dan DLQ yang mengkategorikan sektor industri pengolahan sebagai sektor andalan, yaitu SLQ < 1 dan DLQ > 1.

4.1.2 Analisis Shift Share

Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. (Tarigan, 2005). Dalam menganalisis pertumbuhan sektor ekonomi, terdapat tiga komponen pokok yaitu:

a. Komponen Share Nasional (N) / KPN adalah banyaknya pertambahan lapangan kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan nasional. Bagaimana pengaruh pertumbuhan nasional terhadap perekonomian daerah. Dapat digunakan sebagai kriteria untuk daerah mengukur apakah daerah tersebut tumbuh lebih cepat atau lebih.

b. Komponen Shift Proporsional (P) / KPP menunjukkan pertumbuhan relative kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di daerah refrensi. Komponen ini disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix), dapat membantu untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada insutri yang tumbuh lebih cepat daripada daerah refrensi.

c. Komponen Shift Differential (D) / KPPW memberikan informasi dalam menentukan

seberapa jauh daya saing industri daerah dengan daerah refrensi. Komponen ini disebut juga pengaruh keunggulan komparatif.

Perhitungan yang digunakan untuk menghitung perubahan struktur ekonomi adalah sebagai berikut:

PE = KPN + KPP + KPPW PE = �� ��− 1 + ��� ������� + ��� ��������� PB = KPP + KPPW Keterangan:

PE : Pertumbuhan Ekonomi

Yt : Indikator ekonomi wilayah Nasional (akhir tahun analisa) Yo : Indikator ekonomi wilayah Nasional (awal tahun analisa)

Yit : Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor i (akhir tahun analisa) Yio : Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor i (awal tahun analisa) yit : Indikator ekonomi wilayah lokal sektor I (akhir tahun analisa) yio : Indikator ekonomi wilayah lokal sektor i (awal tahun analisis) PB : Pendapatan Bersih Wilayah

KPN : Komponen Pertumbuhan Nasional KPP : Komponen Pertumbuhan Proporsional

KPPW : Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Untuk mengetahui interpretasi hasil KPP dan KPPW digunakan kuadran sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan Analisis Shift Share yang telah dilakukan terhadap PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5 Hasil Perhitungan Analisis Shift Share

Lapangan Usaha KPN KPP KPPW PE PB

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0.00 -0.10 -4.53 -4.63 -4.63

C Industri Pengolahan 0.12 0.02 0.26 0.40 0.28

D Pengadaan Listrik dan Gas 0.01 -0.09 0.80 0.72 0.71

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0.05 -0.05 -0.31 -0.31 -0.36

F Konstruksi 0.09 -0.01 -1.16 -1.07 -1.16

G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0.09 -0.01 0.03 0.11 0.02

H Transportasi dan Pergudangan 0.13 0.03 -4.47 -4.31 -4.44

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

0.17 0.07 1.45 1.68 1.52

J Informasi dan Komunikasi 0.33 0.23 8.95 9.50 9.18

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0.08 -0.02 -4.26 -4.19 -4.28

L Real Estate 0.14 0.03 -1.75 -1.58 -1.72

M,N Jasa Perusahaan 0.20 0.10 0.91 1.20 1.01

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

0.04 -0.06 -1.83 -1.84 -1.88

P Jasa Pendidikan 0.17 0.07 -1.38 -1.15 -1.32

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.23 0.13 4.55 4.91 4.68

R,S,T,U Jasa Lainnya 0.12 0.02 -0.30 -0.17 -0.29 Sumber : Hasil Analisis, 2017

Tabel 6 Interpetasi Perhitungan Analisis Shift Share

Lapangan Usaha KPP (+/-) KPPW (+/-) PB

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Tumbuh Lambat Tidak mempunyai daya saing Mundur Pertambangan dan Penggalian Tumbuh Lambat Tidak mempunyai daya saing Mundur

Industri Pengolahan Tumbuh Cepat Mempunyai daya

saing

Pengadaan Listrik dan Gas Tumbuh Lambat

Mempunyai daya saing

Progresif

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang Tumbuh Lambat Tidak mempunyai daya saing Mundur Konstruksi Tumbuh Lambat Tidak mempunyai daya saing Mundur

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor Tumbuh Lambat Mempunyai daya saing Progresif Transportasi dan Pergudangan

Tumbuh Cepat Tidak mempunyai

daya saing

Mundur

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Tumbuh Cepat Mempunyai daya

saing

Progresif

Informasi dan Komunikasi Tumbuh Cepat Mempunyai daya

saing

Progresif

Jasa Keuangan dan Asuransi Tumbuh Lambat

Tidak mempunyai daya saing

Mundur

Real Estate Tumbuh Cepat Tidak mempunyai

daya saing

Mundur

Jasa Perusahaan Tumbuh Cepat Mempunyai daya

saing

Progresif

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Tumbuh Lambat Tidak mempunyai daya saing Mundur

Jasa Pendidikan Tumbuh Cepat Tidak mempunyai

daya saing

Mundur

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Tumbuh Cepat Mempunyai daya

saing

Jasa Lainnya Tumbuh Cepat Tidak mempunyai daya saing

Mundur

Sumber : Hasil Analisis, 2017

Sehingga diperoleh kuadran yang menggambarkan hasil analisis Shift Share sektor PDRB Kabupaten Jepara Tahun 2013 – 2015

Diagram 1 Kuadran Interpretasi Hasil Perhitungan KPP dan KPPW KPPW (+)

KPP (-)

1. Pengadaan Listrik dan Gas

2. Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1. Industri Pengolahan

2. Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

3. Informasi dan Komunikasi

4. Jasa Perusahaan

5. Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial

KPP (+)

1. Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan

2. Pertambangan dan penggalian

3. Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4. Konstruksi

5. Jasa Keuangan dan Asuransi

6. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

1. Transportasi dan Pergudangan

2. Real Estate 3. Jasa Pendidikan 4. Jasa lainnya

KPPW (-)

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sektor yang secara nasional tumbuh cepat dan memiliki daya saing keunggulan komparatif terdiri dari lima sektor yakni sektor Industi Pengolahan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa perusahaan dan sektor kesehatan dan kegiatan sosial

2. Sektor yang secara nasional tumbuh lambat dan memiliki daya saing keunggulan komparatif terdiri dari dua sektor yakni sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3. Sektor yang secara nasional tumbuh cepat tetapi tidak memiliki daya saing keunggulan komparatif terdiri dari empat sektor yakni sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor real estate, sektor jasa pendidikan dan sektor jasa lainnya

4. Sektor yang secara nasional tumbuh lambat dan tidak memiliki daya saing keunggulan komparatif terdiri dari enam sektor yakni sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor pengadaan air, pengeloaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor jasa keuangan dan asuransi dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial

5. Hasil perhitungan PB (Pendapatan Bersih) menunjukan bahwa ada tujuh sektor progresif dan sepuluh sektor mundur. Dimana posisi industri pengolahan sebagai salah satu sektor yang bersifat progresif atau potensial untuk dikembangkan karena memiliki pertumbuhan yang cepat dalam skala nasional serta memiliki daya saing yang tinggi.

Dalam dokumen KONSEP KLASTER INDUSTRI UNTUK PENGEMBANG (Halaman 31-44)

Dokumen terkait