• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Simulasi Kebijakan Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

B. Persamaan Upah Riil Sektoral Pedesaan

5.6. Analisis Simulasi Kebijakan Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

Analisa simulasi kebijakan dimaksudkan untuk melihat dampak berbagai kebijakan terhadap kesempatan kerja sektoral dan nilai tambah bruto sektoral serta terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Simulasi ini dilakukan dengan cara memberi shock terhadap berbagai variabel sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran.

Dari sisi permintaan sumber pertumbuhan ekonomi, simulasi dilakukan terhadap variabel konsumsi masyarakat (CS), investasi (INV), ekspor (EXPR), impor (IMP) dan PAD (dengan variabel endogen GOV). Besarnya perubahan yang dilakukan terhadap variabel tersebut masing- masing sebesar 25 persen. Besaran perubahan (shock) tersebut dianggap sebagai nilai moderat, mengingat fluktuasi aktual pertumbuhan tahunan masing- masing variabel tersebut sangat variatif. Variabel CS memiliki Range Pertumbuhan tahunan sekitar -1.74 – 8.8 persen pertahun, Variabel GOV sekitar -5.45 – 25.49 persen per tahun; INV berkisar -20.61 – 24.88 persen pertahun ; ekspor berkisar -33.32 – 69.06 persen pertahun dan impor berkisar -27.53 – 80.85 persen pertahun.

Sedangkan simulasi terhadap sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi supply, dilakukan terhadap pertumbuhan teknologi untuk seluruh sektor (TFP), serta pertumbuhan teknologi sektoral (TFPP, TFPI dan TFPL). Besaran shock yang dilakukan adalah meningkatkan 2 persen untuk masing- masing variabel. Besaran ini juga dianggap nilai moderat untuk melihat dampaknya terhadap pertumbuhan kesempatan kerja sektoral, nilai tambah sektoral serta terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan.

Metode simulasi yang digunakan adalah model deterministic dengan static solution. Persamaan yang diestimasi adalah kesempatan kerja sektoral di wailayah perkotaan dan pedesaan serta variabel nilai tambah bruto sektoral dan pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis kelayakan estimasi dari persamaan-persamaan ini menghasilkan nilai Theil Inequality Coeficient yang berkisar antara 0.006526 hingga 0.070756 (Lampiran 7). Gambaran ini menunjukkan bahwa simulasi layak dilakukan untuk mengestimasi persamaan tersebut, karena nilai Theil Inequalitiy Coeficient jauh lebih kecil dari satu sebagai nilai batas kelayakan.

Output simulasi ini di sajikan dalam dua bentuk yakni secara grafik dan secara tabel. Penyajian grafik dimaksudkan untuk melihat perilaku persamaan kesempatan kerja, nilai tambah sektoral dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sebelum perubahan (aktual) dan setelah perubahan (simulasi). Sedangkan penyajian tabel dimaksudkan untuk melihat besarnya perubahan nilai rata-rata yang dinyatakan dalam persen (%) berbagai variabel endogen yang diestimasi sebagai dampak dari dari simulasi tersebut. Pembahasan hasil masing- masing simulasi akan diuraikan satu persatu sebagai berikut.

Simulasi peningkatan konsumsi masyarakat (CS = 25%). Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi masyarakat di Sulawesi Selatan sebesar 25 persen akan berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral di perkotaan, khususnya di sektor industri pengolahan dan sektor lainnya di perkotaan, sementara dampaknya terhadap kesempatan kerja sektoral di pedesaan tidak besar, bahkan berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja sektor pertanian pedesaan. Akan tetapi dampak simulasi ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Gambaran ini menujukkan bahwa peningkatan konsumsi masyarakat, menyebabkan “pola permintaan” masyarakat terhadap barang produksi perkotaan meningkat dengan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan permintaan terhadap barang yang diproduksi di pedesaan, sehingga permintaan tenaga kerja di perkotaan meningkat lebih besar dibandingkan peningkatan tenaga kerja pedesaan, bahkan menurunkan tenaga kerja pertanian pedesaan.

Gambaran ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berbasis terhadap pertumbuhan konsumsi, memang dapat merangsan berkembangnya

sektor industri pengolahan dan sektor lainnya di perkotaan, akan tetapi kondisi akan memberi dampak buruk bagi pasar tenaga kerja keseluruhan, mengingant konsentrasi tenaga kerja umumnya (lebih 70%) berada di daerah pedesaan terutama di sektor pertanian.

Besarnya perubahan relatif (%) kesempatan kerja sektoral dari perubahan konsumsi masyarakat ini adalah meningkat sekitar 0.0461 persen dan 6.6736 persen untuk kesempatan kerja industri perkotaan dan sektor lain perkotaan. Sedangkan di pedesaan peningkatan konsumsi ini hanya berdampak positif terhadap kesempatan kerja sektor lain di pedesaan dengan dampak sebesar 1.0439 persen. Selanjutnya hasil simulasi ini memberi dampak penurunan kesempatan kerja sebesar -12.8581 persen; -1.3016 persen dan -0.0064 persen untuk masing-masing sektor pertanian perkotaan, sektor pertanian pedesaan dan sektor industri pedesaan. Dampak peningkatan konsumsi ini terhadap kesempatan kerja total adalah menurun sekitar 0.2778 persen. Dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sekitar sekitar 0.1351 persen. Besaran perubahan variaebl estimasi dapat dilihat pada Tabel 20 dan perilaku variabel yang diestimasi dari simulasi konsumsi masyarakat terlihat pada Gambar 31

0 40000 80000 120000 160000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPK (CS 25%) KPK 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KIK (CS 25%) KIK 200000 400000 600000 800000 1000000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLK (CS 25%) KLK 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 2000000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPD (CS 25%) KPD 80000 90000 100000 110000 120000 130000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KID (CS 25%) KID 300000 400000 500000 600000 700000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLD (CS 25%) KLD -8 -4 0 4 8 12 86 88 90 92 94 96 9 8 00 02 04 Actual PE (CS 25%) PE 0 5 10 15 20 25 8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04 Actual UK (CS 25%) UK -5 0 5 10 15 8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04 Actua l UD (CS 25%) UD

Gambar 31 Dampak peningkatan konsumsi masyarakat (CS) 25% terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesempatakan kerja Sulawesi Selatan

Simulasi peningkatan Investasi (INV = 25%). Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan investasi di Sulawesi Selatan sebesar 25 persen akan berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan, demikian pula berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja sektor industri pengolahan dan kesempatan kerja sektor lainnya baik di perkotaan maupun dipedesaan mengalami peningkatan yang cukup besar dari simulasi ini, yakni masing- masing diatas lima persen. Sedangkan sektor pertanian di perkotaan dan pedesaan masing-masing kurang dari satu persen. Gambaran ini sekaligus menunjukkan bahwa iklim investasi di Sulawesi Selatan bias terhadap industri pengolahan dan sektor lainnya. Secara total dampak peningkatan investasi terhadap kesempatan kerja total di Sulawesi Selatan adalah sebesar 3.88 persen. Selanjutnya, peningkatan investasi ini memberi dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dari sekitar rata-rata 5.93 persen per tahun (nilai aktual) menjadi sekitar 6.07 persen per tahun (hasil simulasi), atau meningkat sekitar 0.1241 persen (Tabel 20).

0 40000 80000 120000 160000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPK (INV 25%) KPK 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KIK (INV 25%)

KIK 200000 400000 600000 800000 1000000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLK (INV 25%) KLK 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 2000000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPD (INV 25%) KPD 80000 90000 100000 110000 120000 130000 140000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KID (INV 25%)

KID 300000 400000 500000 600000 700000 800000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLD (INV 25%) KLD -8 -4 0 4 8 12 86 88 90 92 94 96 9 8 00 02 04 Actual PE (INV 25 %) PE 0 5 10 15 20 25 8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04 Actua l UK (INV 25 %) UK -5 0 5 10 15 8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04 Actual UD (INV 25 %) UD

Gambar 32 Dampak peningkatan investasi (INV) 25 % terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesempatakan kerja Sulawesi Selatan

Simulasi peningkatan Ekspor (EXPR = 25%). Simulasi peningkatan ekspor sebesar 25 persen akan memberi dampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja di seluruh sektor baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan, demikian pula pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sektor yang paling besar peningkatan kesempatan kerjanya dari simulasi ini adalah sektor pertanian pedesaan yakni meningkat sekitar 5.96 persen dari nilai aktualnya, kemudian diikuti oleh sektor lainnya di pedesaan yakni sebesar 1.67 persen. Hasil simulasi ini memberi dampak cukup besar terhadap kesempatan kerja total di Sulawesi Selatan yakni sebesar 3.85 persen. Selanjutnya, peningkatan ekspor ini memberi dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang paling besar yakni sekitar 0.1669 persen (Tabel 20). Perilaku kesempatan kerja sektoral dan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak peningkatan ekspor terlihat pada Gambar 33

0 40000 80000 120000 160000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPK (EXPR 25%) KPK 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KIK (EXPR 25%)

KIK 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLK (EXPR 25%) KLK 800000 1200000 1600000 2000000 2400000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPD (EXPR 25%) KPD 80000 90000 100000 110000 120000 130000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KID (EXPR 25%)

KID 300000 400000 500000 600000 700000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLD (EXPR 25%) KLD -8 -4 0 4 8 12 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual PE (EXPR 25%) PE 0 5 10 15 20 25 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual UK (EXPR 25%) UK -5 0 5 10 15 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual UD (EXPR 25%) UD

Gambar 33 Dampak peningkatan ekxpor (Expr) 25% terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesempatakan kerja sektoral Sulawesi Selatan

Simulasi peningkatan Impor (IMP = 25%). Simulasi peningkatan impor sebesar 25 persen, tampaknya akan menimbulkan kontraksi kesempatan kerja pada semua sektor, serta kontraksi pertumbuhan ekonomi. Penciutan kesempatan kerja paling besar terjadi di sektor pertanian, baik di pertanian perkotaan, maupun pertanian pedesaan. Terjadinya kontraksi kesempatan kerja di sektoral di daerah

ini pada saat terjadi peningkatan impor, disebabkan karena terjadi penyempitan pasar hasil- hasi produksi domestik, terutama sektor pertanian. Kondisi ini tentunya akan berdampak buruk terhadap permintaan tenaga kerja sektoral, demikian pula pada kondisi perekonomian secara keseluruhan, sehingga terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar minus 0.1397 persen (Tabel 20). Perilaku kesempatan kerja sektoral dan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak peningkatan impor terlihat pada Gambar 34.

0 40000 80000 120000 160000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPK (IMP 25%) KPK 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KIK (IMP 25%)

KIK 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLK (IMP 25%) KLK 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPD (IMP 25%) KPD 80000 90000 100000 110000 120000 130000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KID (IMP 25%)

KID 300000 400000 500000 600000 700000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLD (IMP 25%) KLD -8 -4 0 4 8 12 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual PE (IM P 25%) PE 0 5 10 15 20 25 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual UK (IMP 25%) UK -5 0 5 10 15 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual UD (IMP 25%) UD

Gambar 34 Dampak peningkatan impor (IMP) 25% terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesempatakan kerja sektoral Sulawesi Selatan

Simulasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD = 25%). Simulasi peningkatan PAD sebesar 25 persen, tampaknya tidak memberi dampak yang besar terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral, maupun terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan peningkatan PAD ini dapat menyebabkan terjadinya penciutan kesempatan kerja di sektor pertanian baik di perkotaan maup un di pedesaan. Gambaran ini menunjukkan bahwa kedua sektor ini cukup rentang terhadap peningkatan pajak dan retribusi sebagai sumber PAD, sekaligus menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah daerah ini masih bias terhadap industri pengolahan dan sektor lainnya, ketimbang ke sektor pertanian. Besaran perubahan variabel kesempatan kerja sektoral dan pertumbuhan ekonomi, sebagai dampak

peningkatan PAD dapat dilihat pada Tabel 20, sedangkan perilaku variabel yang diestimasi dari simulasi ini terlihat pada Gambar 35.

0 40000 80000 120000 160000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPK (PAD 25%) KPK 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KIK (PAD 25%)

KIK 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLK (PAD 25%) KLK 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 2000000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KPD (PAD 25%) KPD 80000 90000 100000 110000 120000 130000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KID (PAD 25%)

KID 300000 400000 500000 600000 700000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLD (PAD 25%) KLD -8 -4 0 4 8 12 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual PE (PAD 25%) PE 0 5 10 15 20 25 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual UK (PAD 25%) UK -5 0 5 10 15 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual UD (PAD 25%) UD

Gambar 35. Dampak peningkatan PAD = 25% terhadap kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan

Simulasi peningkatan pertumbuhan TFP (2%). Simulasi peningkatan input residual (Total factor productivity) ini tidak hanya pada teknologi seluruh sektor (TFP), tetapi juga dilakukan simulasi terhadap TFP sektoral. Simulasi TFP dilakukan untuk mengetahui dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, sedangkan simulasi TFPP, TFPI dan TFPL, dimaksudkan untuk mengetahui dampaknya terhadap kesempatan kerja di masing- masing sektor, serta dampaknya terhadap peningkatan nilai tambah sektoral.

Hasil analisa simulasi terhadap TFP, menunjukkan bahwa dengan meningkatkan input residual TFP (misalnya teknologi) 2 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sekitar 1.1838 persen, atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 5.93 persen per tahun (nilai actual) menjadi rata-rata 7.12 persen per tahun. Dampak ini, merupakan dapak pertumbuhan ekonomi yang paling besar dibandingkan dampak dari sumber-sumber pertumbuhan lainnya.

Selanjutnya simulasi terhadap pertumbuhan input residual (TFP) secara sektoral, menunjukkan bahwa peningkatan input residual pertanian (TFPP) sebesar 2 persen, akan meningkatkan kesempatan kerja di sektor ini baik di pertanian perkotaan, maupun di pertanian pedesaan. Gambaran ini menunjukkan bahwa sifat input residual ini di pertanian umumnya tidak bersifat menghemat atau mereduksi tenaga kerja. Peningkatan TFP pertanian ini, juga akan meningkatkan nilai tambah bruto sektor pertanian yang cukup besar yakni meningkat sekitar 1.56 persen. Sedangkan peningkatan input residual industri (TFPI) akan berdampak pada menciutnya kesempatan kerja industri perkotaan, tetapi meningkatkan kesempatan kerja pada industri pedesaan. Dampaknya terhadap nilai tambah sektor industri pengolahan sekitar 1.1721 persen. Gambaran ini menunjukkan bahwa peningkatan input residual industri (misalnya teknologi industri) pedesaan memberikan dampak yang lebih baik dalam hal perluasan kesempatan kerja dibandingkan teknologi industri perkotaan. Sementara peningkatan TFPL, meskipun dampaknya terhadap peningkatan nilai tambah bruto sektor, cukup besar yakni sekitar 1.21 persen, namun sifat TFPL (teknologi) di sektor ini bersifat mereduksi kesempatan kerja, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Besaran perubahan variabel kesempatan kerja sektoral dan pertumbuhan ekonomi, sebagai dampak peningkatan teknologi terlihat pada Tabel 20, sedangkan perilaku variabel yang diestimasi dari simulasi ini terlihat pada Gambar 36 – Gambar 39. -8 -4 0 4 8 12 86 88 90 92 94 96 9 8 00 02 04 Actual PE (TFP 2%) PE 0 5 10 15 20 25 8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04 Actual UK (TFP 2%) UK -5 0 5 10 15 8 6 88 90 9 2 94 96 98 0 0 02 04 Actua l UD (TFP 2%) UD

Gambar 36 Dampak peningkatan total factor productivity (TFP) 2% terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan

0 40000 80000 120000 160000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 A ct ual KP K (TFPP 2%) KPK 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 A ct ual KI K (TFP P 2%) KIK 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KLK (TFPP 2%) KLK 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 2000000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 A ct ual KP D (TFP P 2%) KPD 80000 90000 100000 110000 120000 130000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KI D (TFP P 2%) KID 300000 400000 500000 600000 700000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual K LD (TFPP 2%) KLD

Gambar 37. Dampak peningkatan total factor productivity pertanian (TFPP) 2% terhadap kesempatan kerja pertanian dan nilai tambah bruto sektor pertanian di Sulawesi Selatan

0 40000 80000 120000 160000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 A ctual KP K (TFPI 2%) KPK 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 A ct ual KI K (TFPI 2%) KIK 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual K LK (TFPI 2%) KLK 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 2000000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 A ctual KP D (TFP I 2%) KPD 80000 90000 100000 110000 120000 130000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual KID (TFPI 2%)

KID 300000 400000 500000 600000 700000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 A ctual KLD (TFPI 2%) KLD

Gambar 38 Dampak peningkatan total factor productivity sektor industri pengolahan (TFPI) 2% terhadap kesempatan kerja dan nilai tambah bruto sektor industri pengolahan di Sulawesi Selatan

0 40000 80000 120000 160000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual K PK (TFPL 2% ) KPK 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 A ctual KIK (TFPL 2%) KIK 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 A ctual KLK (TFPL 2%) KLK 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 2000000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual K PD (TFP L 2%) KPD 80000 90000 100000 110000 120000 130000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual K ID (TFPL 2%) KID 300000 400000 500000 600000 700000 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 Actual K LD (TFPL 2%) KLD

Gambar 39 Dampak peningkatan total factor productivity sektor lain (TFPL) 2% terhadap kesempatan kerja dan nilai tambah bruto sektor lain di Sulawesi Selatan

Sebagai rangkuman dari hasil analisa simulasi terhadap berbagai factor determinan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan, maka, maka berikut ini disajikan Tabel 20 yang mengkomparasi dampak masing-masing simulasi terhadap perubahan kesempatan kerja sektoral dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pada tabel tersebut, terlihat bahwa peningkatan investasi, ekspor dan peningkatan penggunaan input residual (misalnya teknologi), tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat mendorong perluasan kesempatan kerja, sedangkan strategi peningkataan konsumsi masyarakat, impor dan peningkatan PAD, kurang bermakna bagi perluasan kesempatan kerja dan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Gambaran lain dari simulasi ini bahwa kegiatan investasi, maupun kebijakan pemerintah masih bias terhadap sector industri pengolahan maupun sector lainnya, baik di perkitaan maupun di pedesaan. Tabel 20 Hasil estimasi dampak simulasi kebijakan terhadap variabel

kesempatan kerja dan nilai tambah sektoral, serta terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan

Dampak Simulasi Terhadap K.Kerja dan Pert. Ekonomi dan Nilai Tambah Sektoral (persen)

No Simulasi

KPK KIK KLK KPD KID KLD Tot.K PE/NTB

1 Kon. Msy (CS=∼25%) -12.8581 0.0461 6.6736 -1.3016 -0.0064 1.0439 -0.2778 0.1351 a) 2 Investasi (INV=∼25%) 0.9002 5.0526 10.5081 0.4445 5.1769 8.3881 3.8780 0.1241 a) 3 Ekspor (EXPR=∼25%) 0.3774 0.8685 0.8051 5.9567 0.4438 1.6674 3.8487 0.1669 a) 4 Impor (IMP = ∼25%) -6.5748 -0.7491 -0.7103 -6.4468 -0.2018 -0.8910 -4.1358 -0.1397 a) 5 P.Asli D. (PAD=∼25%) -0.0175 0.0055 0.0114 -0.0064 0.0055 0.0352 0.0043 0.0029 a) 6 TFP (∼2%) 0 0 0 0 0 0 0.0000 1.1838 a) 7 TFPP (∼2%) 1.1031 0 0 0.8666 0 0 0.5215 1.5620 b) 8 TFPI (∼2%) 0 -3.3652 0 0 1.6521 0 -0.0004 1.1721 b) 9 TFPL (∼2%) 0 0 -0.5584 0 0 -0.5315 -0.1910 1.2148 b)

Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004

Keterangan : a) Dampak simulasi terhadap pertumbuhan ekonomi (%) b) Dampak simulasi terhadap nilai tambah bruto sektoral (%)

Berdasarkan hasil komparasi dampak dari masing- masing simulasi, maka terdapat tiga agenda makro yang dianggap strategis untuk mengatasi persoalan pengangguran yang sekaligus dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Tiga angenda makro tersebut adalah (1) penciptaan iklim investasi yang baik; (2) peningkatan daya saing dan pengurangan hambata- hambatan bagi komoditi ekspor dan (3) peningkatan sumberdaya manusia dan pengembangan riset untuk menunjang peningkatan teknologi.

Simulasi peningkatan input residual (TFP) pada masing- masing sektor yang menunjukkan bahwa peningkatan TFP di sektor pertanian dan industri pedesaan memberi dampak positif terhadap perluasan kesempatan kerja dan pertumbuhan nilai tambah sektor. Karena itu pengembangan input residual ini (misalnya teknologi) sangat strategis dikembangkan di sektor padat karya ini (pertanian dan industri pedesaan)

6.1. Simpulan

Berdasarkan tujuan penelitian serta hasil dan pembahasan, maka beberapa temuan-temuan dalam studi ini yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut. 1. Dari sisi supply, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sebesar 5.66

persen dala m dua dekade terakhir, terutama di dorong oleh pertumbuhan input residual (total factor productivity) dengan kontribusi sekitar 2.09 persen, sementara pertumbuhan tenaga kerja dan modal memberi kontribusi sekitar 1.70 dan 1.87 persen. Hasil ini menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, tidak berbasis pada sektor-sektor yang padat karya, tapi lebih banyak di dorong oleh sektor yang padat modal dan pada teknologi

2. Pertumbuhan input residual sektoral (TFP) yang tinggi terutama terjadi di sektor industri pengolahan dan sektor lainnya, sementara TFP di sektor pertanian justru mengalami pertumbuhan negatif, terutama sejak terjadinya krisis ekonomi. Kemerosotan pertumbuhan TFP pertanian ini, tidak hanya menunjukkan terjadinya kemerosotan produktivitas tenaga kerja, tapi juga menunjukkan bahwa peranan input residual (termasuk teknologi, keterampilan petani, kelembagaan petani dan kebijakan pemerintah) sangat kecil, bahkan cenderung menurun kontribusinya dalam mendorong pertumbuhah output pertanian. Dengan asumsi teknologi bersifat konstan, maka merosotnya TFP pertanian di duga terkait dengan input residual di luar teknologi seperti sikap ignorancen pemerintah terhadap pertanian (pencabutan subsidi pupuk dan sistem distribusi yang buruk, menciptakan transaction cost dalam pemasaran hasil- hasil pertanian), infrastruktur pengairan banyak mengalami kerusakan, tidak kuatnya kelembagaan petani dan lain- lain.

3. Dalam persamaan kesempatan kerja, dari semua variabel sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan output agregat, hanya investasi dan ekspor yang secara konsisten berpengaruh terhadap perluasan kesempatan kerja sektoral baik di perkotaan maupun di pedesaan, sedangkan

variabel lainya bahkan dapat mereduksi kesempatan kerja di sektor tertentu. Variabel impor secara konsisiten mereduksi kesempatan kerja di semua sektor secara signifikan, konsumsi masyarakat dapat menciutkan kesempatan kerja pertanian, demikian pula pengeluaran pemerintah bersifat mereduksi kesempatan kerja pertanian, tapi berkorelasi positif dengan kesempatan kerja di sektor industri pengolahan dan sektor lainnya. Dengan demikian pengeluaran pemerintah cenderung bias terhadap sektor industri pengolahan dan sektor lainnya.

4. Input residual atau TFP (seperti teknologi) di sektor pertanian dan industri pedesaan berpengaruh signifikan terhadap perluasan kesempatan kerja. Sedangkan TFP di sektor industri perkotaan dan sektor lainnya mereduksi tenaga kerja, akan tetapi pengaruh terhadap penghematan tenaga kerja sangat kecil yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas terhadap permintaan tenaga kerja bersifat sangat in-elastis.

5. Signifikannya input residual (teknologi) terhadap perluasan kesempatan kerja pertanian dan industri pedesaan disebabkan oleh ”efek nilai tambah”

yang diciptakan dari input residual (teknologi) lebih kuat

dibandingkan ”efek substitusinya” terhadap faktor produksi tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan oleh respon kesempatan kerja sektor pertanian dan industri pedesaan bersifat elastis terhadap perubahan nilai tambah sektor. Gambaran ini sekaligus dapat diartikan bahwa peningkatan teknologi (input residual) pada sektor padat karya (pertanian dan industri pedesaan) tidak selamanya mereduksi kesempatan kerja (meningkatkan pengangguran), sepanjang output yang diciptakannya mampu mendorong perluasan kesempatan kerja yang lebih besar.

6. Sektor pertanian, terutama pertanian pedesaan masih merupakan sektor penampumg ”para pekerja sementara” yang ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel angkatan kerja terhadap kesempatan kerja sektor pertanian paling besar. Sektor pertanian dan sektor lain perkotaan juga menjadi ”katup pengaman” tenaga kerja di masa krisis. Akan tetapi dengan surplus tenaga kerja yang sedemikian besar di sektor pertanian, menyebabkan pertambahan

tenaga kerja di sektor ini tidak lagi memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan nilai tambah pertanian.

7. Meskipun kesempatan kerja terbatas (TPK tidak signifikan), upah riil yang tinggi menjadi daya tarik yang signifikan terjadinya migrasi masuk, migrasi masuk juga signifkan pada saat terjadinya konflik horisontal di KTI. Selanjutnya migrasi masuk ini, berpengaruh signifikan terhadap peningkatan angkatan kerja di perkotaan, tetapi menurunkan angkatan kerja pedesaan yang berarti arus migrasi ini terutama migrasi dari desa ke kota. Hasil ini, sekaligus dapat diartikan bahwa jika terjadi perbedaan tajam antara upah riil perkotaan dengan upah riil pedesaan yang lebih rendah, maka migrasi dari desa ke kota tak dapat dihindari, meskipun kesempatan kerja di perkotaan terbatas, sehingga dapat berdampak pada pengangguran perkotaan yang semakin tinggi.

8. Pengangguran perkotaan dan pedesaan secara konsisiten di pengaruhi secara negatif oleh kesempatan kerja dan secara positif oleh angkatan kerja, tetapi pertumbuhan ekonomi tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap pengurangan pengangguran baik di perkotaan maupun di pedesaan.

9. Pertumbuhan ekonomi yang tidak mampu memberi pengaruh signifikan

terhadap pengurangan pengangguran disebabkan oleh beberapa hal yakni (a) dari sisi supply, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tidak berbasis pada sektor padat pekerja, tapi berbasis pada sektor yang padat modal dan padat teknologi; (b) dari sisi demand, komponen konsumsi masyarakat yang memberi pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi, akan tetapi bersifat mereduksi kesempatan kerja di sektor padat pekerja seperti pertanian dan industri pedesaan. Selain itu, investasi dan pengeluaran pemerintah juga bias terhadap sektor indusri pengolahan dan sektor lainnya, yang ditunjukkan oleh hasil simulasi bahwa investasi lebih besar dampaknya terhadap kesempatan kerja industri pengolahan dan sektor lainnya dibandingkan dampaknya terhadap sektor pertanian. Bahkan komponen pengeluaran pemerintah bersifat mereduksi kesempatan kerja sektor yang paling padat pekerja (pertanian), sedangkan di sektor industri pengolahan dan sektor lainnya berkorelasi positif.

10. Hasil analisa kekakuan upah yang ditaksir dengan persamaan ECM, menunjukkan bahwa upah riil di Sulawesi Selatan secara umum bersifat kaku baik di pedesaan maupun diperkotaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai upah riil pada periode awal lebih tinggi dari upah keseimbangannya. Kekakuan upah ini, terutama terjadi di sektor industri yang di dasarkan pada periode waktu yang dibutuhkan oleh upah sektor indusri untuk mencapai keseimbangannya diatas satu tahun, sedangkan sektor pertanian dan sektor lain membutuhkan waktu kurang dari satu tahun.

6.2. Saran-Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan berbagai temua-temuan yang telah di simpulkan pada bagian terdahulu, maka beberapa saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Perlunya penciptaan iklim investasi yang baik. Penciptaan iklim investasi ini tidak hanya berkaitan dengan perbaikan infrastruktur tetapi juga berkaitan kualitas pelayanan publik dari pemerintah, perbaikan regulasi yang membebani sektor produksi serta regulasi yang dapat menjamin fleksibilitas pasar tenaga kerja. Sehingga dengan terciptanya iklim investasi yang baik ini diharapkan dapat mendorong sektor riil guna penyediaan.lapangan kerja. 2. Perlunya peningkatan daya saing komoditi ekspor Sulawesi Selatan, serta

upaya untuk mengurangi hambatan- hambatan dalam perdagangannya. Upaya ini dipandang urgen mengingat ekspor tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berdampak luas (dengan efek multifliernya) terhadap perluasan kesempatan kerja di semua sektor

3. Perlunya peningkatan sumberdaya manusia, pengembangan riset dan

perbaikan kelembagaan guna menunjang peningkatan teknologi. Mengingat variabel ini terbukti telah memberi kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sul-Sel

4. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan hendaknya berbasis pada

pertumbuhan sektor padat karya seperti sektor pertanian dan industri pedesaan. Karena hal ini tidak saja untuk menciptakan pemerataan (memperkecil kesenjangan produktivitas tenaga kerja pertanian dengan produktivitas tenaga kerja sektor industri dan sektor lainnya), tetapi juga dipandang strategis untuk