• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Analisis Sistem

Menurut Marimin (2004 dan 2005, 2007) sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompeks atau suatu gugus elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka mencapai tujuan dari lingkungan yang kompleks. Kompleksitas dari sistem meliputi kerjasama antar bagian yang bersifat interdependent. Orientasi pencapaian tujuan pada sistem memberikan sifat dinamis, yaitu ciri perubahan yang terus menerus dalam usaha mencapai tujuan. Mekanisme pengendalian pada suatu sistem menyangkut sistem umpan balik, yaitu mekanisme yang bersifat memberikan informasi kepada sistem mengenai efek dari perilaku sistem terhadap pencapaian tujuan atau pemecahan persoalan yang dihadapi. Sifat- sifat dasar dari suatu sistem antara lain:

• Pencapaian tujuan. Orientasi pencapaian tujuan akan memberikan sifat dinamis kepada sistem, memberikan ciri perubahan yang terus menerus dalam usaha mencapai tujuan.

• Kesatuan usaha, mencerminkan suatu sifat dasar dari sistem dimana hasil keseluruhan melebihi dari jumlah bagian bagiannya atau sering disebut sinergi.

• Keterbukaan terhadap lingkungan.

• Transformasi, merupakan proses perubahan input menjadi output yang dilakukan oleh sistem.

• Hubungan antar bagian, kaitan antara sub sistem inilah yang akan memberikan analisis sistem suatu dasar pemahaman yang lebih luas.

• Sistem ada berbagai macam, antara lain sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem dengan umpan balik.

• Mekanisme pengendalian. Mekanisme ini menyangkut sistem umpan balik yang merupakan suatu bagian yang memberikan informasi kepada sistem mengenai efek dari perilaku sistem terhadap pencapaian tujuan atau pemecahan persoalan yang dihadapi.

Pendekatan berpikir sistem (system thinking) akan memberikan informasi yang lebih baik bagi pengelola atau pemegang kebijakan untuk mempelajari kompleksitas. Metode berpikir sistem juga menyediakan pengetahuan tentang sebuah mekanisme untuk membantu pengelola sumber daya dan pemegang kebijakan dalam mempelajari hubungan sebab dan akibat dari proses yang berlangsung, mengidentifikasi permasalahan utama, dan mendefinisikan tujuan yang ingin dicapai (Gao et al., 2003). Oleh karenanya maka pendekatan sistem tepat dipakai untuk membuat model pengelolaan sumber daya alam, seperti sumber daya air yang memerlukan pengembangan konsep yang bersifat interdisiplin dan interaktif. Menurut Eriyatno (1999) permodelan sistem juga merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kebijakan.

Sistem adalah perangkat elemen-elemen yang saling berhubungan atau berkaitan yang diorganisir untuk mencapai tujuan atau seperangkat tujuan (Mantsch dan Park, 1976). Menurut Djojomartono (1993), sistem adalah suatu gugus atau kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai tujuan. Menurut Eriyatno (1998), sistem adalah totalitas himpunan elemen-elemen yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta dimensional terutama dimensi ruang dan waktu, dalam upaya mencapai gugus tujuan (goals). Metodologi sistem dibagi dua yaitu hard system metodology (HSM) seperti teknik operasional riset dan sistem dinamik; serta soft system metodology (SSM). Riset kebijakan sebaiknya digunakan teknik-teknik dari SSM, namun sering juga dimanfaatkan kehandalan sistem dinamik dari HSM untuk analisis sebab-akibat.

Adapun yang dimaksud dengan analisis sistem adalah serangkaian teknik yang mencoba untuk: (a) mengindentifikasi sifat-sifat makro dari suatu sistem, yang merupakan perwujudan karena adanya interaksi di dalam dan di antara sub sistem; (b) menjelaskan interaksi atau proses-proses yang berpengaruh terhadap sistem secara keseluruhan sebagai akibat adanya masukan; (c) menduga apa yang mungkin terjadi pada sistem bila beberapa faktor yang ada dalam sistem perubah (Patten, 1972).

Elemen dari sistem adalah unsur (entity) yang mempunyai tujuan dan realitas fisik. Pola hubungan antara dua atau lebih elemen menentukan struktur

sistem. Oleh karena itu pendekatan kesisteman selalu mengutamakan kajian tentang struktur sistem, baik bersifat penjelasan maupun sebagai dukungan kebijakan. Sistem dinamik dititikberatkan pada analisis struktur sistem yang selanjutnya dipetakan secara nyata. Sistem dinamik dilakukan dalam rangka mencari permodelan dengan perangkat lunak powersim atau stela construction. Dipilihnya sistem dinamik karena sistem dinamik memiliki sifat yang lebih terbuka, sehingga pengembangan dan penyempurnaannya relatif lebih mudah dilakukan.

Menurut Soerianegara (1978) jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, maka penelitian dengan menggunakan sistem atau simulasi mempunyai banyak kelebihan, antara lain: (a) dapat melalukan eksperimental terhadap suatu sistem atau ekosistem tanpa harus menganggu atau mengadakan perlakuan terhadap sistem yang diteliti, (b) dapat digunakan untuk menciptakan suatu sistem yang diduga akan lebih baik dari keadaan sistem sesungguhnya yang diteliti, (c) dapat digunakan pada keadaan dimana eksperimen tak dapat dilakukan, (d) dapat melakukan penelitian yang bersifat multidisiplin dan terintergrasi yang seringkali tidak mungkin dilakukan dalam keadaan sebenarnya, (e) dari segi efisiensi dan kelayakan, analisis sistem dapat dilakukan dalam waktu singkat, dengan biaya yang murah dan dengan hasil yang meyakinkan.

Menurut Eriyatno (1999), metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahapan analisis sebelum tahap sintesa (rekayasa) yaitu: (a) analisis kebutuhan, (b) identifikasi sistem (c) formulasi masalah (d) pembentukan alternatif sistem, (e) determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik dan (f) penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Jadi penelitian yang berorientasi pada tujuan, maka penelitian tersebut sebaikannya menggunakan pendekatan sistem untuk menganalisa kumpulan pada beberapa sub-model. Tahapan yang dilakukan adalah (a) analisis kebutuhan, (b) formulasi masalah, (c) identifikasi sistem dan (d) permodelan. Pada analisis sistem dilakukan penentuan informasi yang terperinci dan dilakukan setahap demi setahap yang dimulai dari analisa kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan seterusnya .

Penyederhanaan atau abstraksi dari sistem yang sebenarnya dikenal dengan istilah model. Oleh karena itu maka model dapat dikatakan sebagai contoh

sederhana dari sistem dan menyerupai sifat-sifat sistem yang dipertimbangkan tetapi tidak sama dengan sistem. Menurut Hardjomidjojo (2007) model merupakan representasi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya. Selanjutnya dikatakan bahwa melalui permodelan akan dapat dilakukan analisis perubahan setiap komponen yang terdapat dalam sistem tersebut. Selain itu juga akan dapat memprediksi kemungkinan yang terjadi sebagai akibat perubahan sistem, serta akan dapat menentukan tindakan pengelolaan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mize dan Cox (1968) mendefinisikan model sebagai gambaran abstrak dari suatu sistem, yang menunjukkan hubungan sebab-akibat antara beberapa variabel.

Menurut Hairiah et al. (2002) model dikembangkan dengan tujuan untuk studi tingkah laku sistem, yang dilakukan melalui analisis rinci terhadap komponen atau unsur dan proses interaksinya antara yang satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem. Menurut Muhammadi et al. (2001) model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model dikelompokkan menjadi model kuantitatif, model kualitatif dan model ikonik. Model kuantitatif adalah model berbentuk rumus matematik, statistik atau komputer. Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram atau matrik yang menyatakan hubungan antar unsur. Model ikonik adalah model yang mempunyai bentuk fisik yang menirukan bentuk aslinya, dalam skala diperkecil atau diperbesar.

Gambar 12. Tahapan analisis sistem ,Mantech et al. 1977(diolah).   ya   ya ya ANALISIS KEBUTUHAN ABSAH  LENGKAP  PERSYARATAN KEBUTUHAN FORMULASI PERMASALAHAN CUKUP IDENTIFIKASI SISTEM DIAGRAM LINGKAR SEBAB AKIBAT DIAGRAM KOTAK GELAP  LENGKAP ? INPUT – OUTPUT

REKAYASA AWAL MODEL

       OK ? DIAGRAM  ALIR DESKRIPTIF tidak tidak  tidak tidak KEBUTUHAN DASAR Implementasi ISM Stop 

Kaitan antara model dengan sumber daya alam adalah sebagai berikut. Pada dasarnya sistem sumber daya alam bersifat kompleks dan dinamis, oleh karena itu maka dalam menganalisis sistem sumber daya alam yang bersifat kompleks dan dinamis idealnya dilakukan pendekatan yang bersifat kolaborasi lintas disiplin sehingga dapat menciptakan hubungan antara ilmu pengetahuan sumber daya alam, manajemen, dan kebijakan. Adapun alat yang digunakan idealnya juga menggunakan alat yang bersifat dinamis seperti permodelan sistem. Hal ini sesuai dengan pendapat Soerianegara (1978) yang mengatakan bahwa ada berbagai kelebihan yang akan didapatkan jika kita menggunakan model dalam penelitian sumberdaya alam dan lingkungan. Kelebihan tersebut antara lain adalah: 1) memungkinkan penelitian yang bersifat multidisiplin dengan ruang lingkup yang lebih luas, 2) dapat digunakan untuk menentukan bentuk kebijakan pengelolaan yang tepat sesuai dengan macam perbaikan yang diperlukan, dan 3) sebagai alat bantu dalam pemecahan masalah lingkungan tanpa harus melakukan eksperimen yang seringkali membutuhkan biaya besar dan waktu lama.

Gambar 13. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 1999)

INPUTLINGKUNGAN INPUT TAK  TERKENDALI  OUTPUT YANG  DIKEHENDAKI  INPUT TERKENDALI  MODEL 

OUTPUTYANG TIDAK 

DIKEHENDAKI 

MANAJEMEN  PENGENDALIAN 

Diagram kotak gelap atau juga dikenal dengan diagram input output di atas menjelaskan bahwa input terdiri dari input lingkungan yang dapat berupa aturan terkait permasalahan, input terkendali dan input tak terkendali. Semua input tersebut akan mempengaruhi model. Model tersebut menghasilkan output yang terdiri dari output yang dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki dan untuk output yang tidak dikehendaki diperlukan manajemen pengendalian, sehingga diolah menjadi input terkendali.

Regulasi  Analisa  Kebijakan  Analisa  MDS  Implikasi  Kebijakan Setting  Agenda  Analisis  Sistem  Dinamik  Analisis ISM  Rekomendasi  Kebijakan    Ketersediaan  Ketersediaan  Kebutuhan  Analisa  Supply  Demand  3.1 Rancangan Penelitian

Penyusunan model pengelolaan air bersih berkelanjutan yang berbasis otonomi daerah dilakukan dengan melakukan identifikasi kebijakan yang ada baik yang terkait dengan otonomi daerah maupun undang-undang tentang pengelolaan sumber daya air . Di wilayah DKI dilakukan analisis kebutuhan dan analisis ketersediaan air bersih dengan maksud untuk mengetahui kecukupan antara ”supply-demand” yang diperlukan. Analisis sistem dinamik dilakukan untuk melihat keberlanjutan dan pengelolaan ”supply-demand” tersebut dengan memperhatikan keberlanjutan dalam otonomi daerah. Secara sistematik rancangan penelitian dan hubungan berbagai analisis tersebut di atas, dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian