• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAM Jaya dan mitra - Suplai air baku lancar dan stabil - Produksi air baku berkualitas dan

mencukupi

- Kualitas suplai air baku baik - Pengolahan air baku efisien - Harga jual air bersih

menguntungkan

- Jaringan pelayanan meningkat - Keuntungan tinggi

Pemerintah Pusat (Kemen PU, Kemendagri,

Kemenkes, Kemen Keuagan, Kemen Kehutanan ) dan Pemda DKI

- Kebutuhan air bersih terpenuhi - Kelestarian lingkungan terpelihara - Ketersediaan air baku

berkelanjutan

- PAD (devisa) meningkat

Masyarakat Pengguna - Kebutuhan air terpenuhi - Air bersih yang sehat - Supply air stabil - Harga murah

LSM - Kelestarian lingkungan

- Harga murah

- Masyarakat dapat menerima layanan air bersih

- Keseteraan antara PDAM dan Masyarakat LSM

2. Formulasi permasalahan

Keberadaan PAM Jaya dalam pemenuhan air bersih DKI Jakarta, sampai saat ini masih menemukan beberapa permasalahan diantaranya munculnya konflik penggunaan air dan eksploitasi air secara berlebihan dan mengakibatkan semakin besarnya tekanan terhadap lingkungan. Banyaknya limbah dari rumah tangga, perkotaan, industri, yang telah mengakibatkan menurunnya kualitas air, berkurangnya debit air di Waduk Juanda, serta terganggunya daerah tangkapan air di hulu Sungai Citarum, adanya ketidaksesuaian tarif air bersih PAM Jaya yang tidak memuaskan pihak PAM Jaya dan pihak pengguna, dan sebagainya. Permasalahan yang muncul tersebut harus segera diatasi guna meminimalkan terjadinya konflik dan menurunkan tekanan terhadap lingkungan dan munculnya konflik kepentingan para stakeholder, sehingga pengelolaan air baku untuk pemenuhan air bersih DKI Jakarta dapat berkesinambungan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka disusun suatu pendekatan paradigma dengan menggunakan analisis sistem yang mendorong disusunnya penelitian ini dengan suatu perumusan masalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya dilakukan formulasi masalah sebagaimana nampak pada Tabel 8.

Tabel 8. Formulasi masalah Kebutuhan Sinergis/tidak sinergis Kebijakan A. Masyarakat Kebutuhan air terpenuhi Sinergis

Perlu kerjasama lintas wilayah, 13 sungai, BKI, 3 R.

Air yang berkualitas Sinergis

Perlu teknologi dan metode pengelolaan, pipanisasi, ultraviltasi

Suplai air stabil Sinergis PES, dana otda, 13 Sungai, Harga murah Tidak Sinergis Perlu subsidi pemerintah, dana

otda, B. Pemerintah (Pusat

dan Pemda)

Kebutuhan masyarakat

ttg air tercukupi Sinergis Perlu pengelolaan yang terpadu Kelestarian lingkungan

terjaga Sinergis

Perlu kebijakan yang

berorientasi lingkungan, PES (Konservasi), dana otda PAD Meningkat

Pengelolaan air yang efisien, peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas pelayanan,

Keberlanjutan air

Perlu konservasi, PES, dana otda, 13 Sungai, desalinasi, pipanisasi (tunnel),

C. PDAM

Suplai air baku lancar

dan stabil Tidak Sinergis

Perlu sistem irigasi yang baik agar debit air teratur dan tidak berkurang

Air tidak tercemar Tidak Sinergis Pipasnisasi, teknologi modern, Suplai air stabil Tidak Sinergis Penambahan IPA (WTP),

pemanfaatan BKT, 13 Sungai Harga jual tinggi /

menguntungkan Tidak Sinergis Perlu subsidi dari pemerintah Jaringan pelayanan

meningkat Sinergis

Perlu penurunan tingkat kebocoran air di pipa distribusi dan komintmen dalam

memenuhi target MDGs D. LSM

Kelestarian

Lingkungan Sinergis Perlu pengawasan Harga murah Tidak Sinergis Perlu adanya subsidi Distribusi air besih

lancar dan mencukupi Sinergis

Perlu sosialisasi program 3R, keterlibatan dalam dewan SDA Kesetaraan antara

pengguna dan PDAM Tidak Sinergis

Perlu adanya kontrol dan keterlibatan dalam penentuan kebijakan

3. Identifikasi Sistem

Hal terpenting dalam identifikasi sistem adalah mengintepretasikan semua komponen yang berinteraksi ke dalam konsep kotak gelap (black box), untuk ini diperlukan informasi-informasi yang dikatagorikan menjadi tiga yaitu peubah input, peubah output dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem. Pada penelitian ini ada tiga variabel yakni variabel state (pendukung) dalam membangun model konseptual, dan selanjutnya ditentukan variabel non-state (variabel lainnya) yang meliputi variabel penggerak (driving), variabel pembantu (auxiliary), dan variabel tetap (constant) yang melengkapi suatu model (diagram black box).

4. Diagram sebab akibat (causal loop)

Setelah dilakukan identifikasi sistem, dilanjutkan dengan penyusunan diagram lingkar sebab akibat atau diagram causal loop yang mengambarkan hubungan sebab akibat tentang pengelolaan air bersih lintas wilayah yang digambarkan dalam bentuk diagram lingkar (Gambar 20).

5. Diagam input output

Diagram input output model kebijakan pengelolaan air lintas wilayah yang bersifat holistik dan keberlanjutan pada era otonomi daerah, diagram input-output mengambarkan beberapa permasalahan yang terkait dengan pengelolaan air baku untuk bersih baik permasalahan lingkungan global, jumlah penduduk, pencemaran sampai kepada konflik pengelolaan sumber daya air antara PAM Jaya dan mitra serta konflik air antar pemerintah daerah. Pada Gambar 20 disajikan diagram lingkar sebab akibat dalam pengelolaan air bersih. Kebutuhan air bersih mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, sedangkan produksi air bersih sangat dipengaruhi kualitas dan kuantitas sumber air baku dan seterusnya.

6. Rekayasa atau perancangan model

Perancangan model dilakukan berdasarkan hasil faktor-faktor penting yang harus dikelola dari hasil studi yang telah dilakukan berdasarkan kajian analisis prospektif serta dilakukan berdasarkan hubungan sebab akibat yang akan terjadi dari faktor-faktor yang terpilih. Hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan positif adalah hubungan sebab akibat dimana makin besar nilai faktor penyebab akan makin besar pula nilai faktor akibat, sedangkan hubungan negatif adalah hubungan sebab akibat dimana makin besar nilai faktor penyebab akan makin kecil nilai dari faktor akibat. Dampak atau akibat dari suatu sebab dapat mempengaruhi balik sebab tersebut, sehingga terdapat hubungan sebab akibat yang memiliki arah berlawanan dengan hubungan sebab akibat yang lain. Dalam hal ini terbentuk suatu umpan balik tertutup, yang sering kali disebut sebagai loop. Loop adalah suatu akibat yang dibalikkan ke penyebabnya, sehingga terbentuk apa yang dinamakan umpan balik atau feed back loop (Aminullah, dkk 2001).

Umpan balik dapat dibedakan atas dua macam yaitu umpan balik positif dan umpan balik negatif. Suatu umpan balik disebut positif bila perkalian tanda dari hubungan sebab akibat yang membentuknya adalah positif, sedangkan bila hasilnya negatif maka umpan balik tersebut disebut umpan balik negatif. Umpan balik dapat terjadi secara alamiah maupun karena adanya suatu kebijakan yang diterapkan pada sistemnya. Suatu umpan balik menyatakan mekanisme perubahan nilai faktor secara otomatis. Umpan balik positif memberikan penguatan terhadap perubahan yang terjadi, sehingga nilai perubahan tersebut makin lama makin besar. Sebaliknya umpan balik negatif memberikan pelemahan terhadap perubahan yang terjadi, sehingga nilai perubahan tersebut makin lama makin kecil dan akhirnya hilang.

7. Verifikasi, simulasi dan validasi model.

Verifikasi, yakni proses pembuktian model tanpa memasukkan data. Sedangkan validasi adalah proses penyelidikan keabsahan dari model yang dibuat dengan menggunakan data sekunder sebagai pembandingnya sehingga model tersebut dapat dijadikan pembenaran atas sistem yang sebenarnya. Proses validasi terdiri dari dua tahapan yakni validasi struktur dan validasi kinerja.

8. Analisis kebijakan

Analisis kebijakan dalam penelitian ini mengunakan analisa konten dan juga analisa legal review yaitu melakukan evaluasi terhadap konten suatu kebijakan yang bertujuan untuk menilai secara sistematis pengaruh negative dan positif regulasi yang sedang berjalan ataupun yang akan diusulkan, sehingga kebijakan yang sedang berjalan berlaku atau akan diberlakukan merupakan pilihan kebijakan yang paling efisien dan efektif.

Agar kebijakan publik dapat diimplementasikan dengan baik dan efisien diperlukan setting agenda. Setting agenda diperlukan diperlukan untuk mengkomunikasikan kebijakan publik. Proses dan tahapan setting agenda dapat dimulai dengan melakukan kajian akademis terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan focus grup discussion (FGD), seminar nasional, sosialisasi kebijakan publik, implementasi kebijakan publik dalam sekala kecil (uji coba), evaluasi kebijakan dan implementasi kebijakan publik di masyarakat.

BAB IV

ANALISIS SUPPLY DEMAND AIR BAKU