• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Ruang-ruang public dapat ditonjolkan ke luar untuk menanggapi view ke dalam tapak

IV.3 Aspek Bangunan

IV.3.6 Analisis Sistem Utilitas 1. Penghawaan

Penghawaan ini dapat dibagi menjadi dua jenis : a. Penghawaan alami

Contohnya dengan menggunakan cross ventilation. Dengan memanfaatkan penghawaan alami pada fungsi-fungsi tertentu pada ruang kumpul pada masing-masing unit, koridor-koridor wisma atlet, dan kamar mandi.

Penghawaan alami bisa dengan membuat cross ventilation pada bangunan maupun pada unit-unit wisma atlet. cross ventilation pada bangunan bisa dipenuhi dengan adanya jarak antara bangunan yang cukup luas dan juga terdapat ruang terbuka untuk memasukan udara skycourt.

Untuk cross ventilation pada unit-unit bangunan harus memilih jenis sirkulasi udara yang menyilang, terdapat inlet maupun outlet. Outlet hendaknya lebih besar dibandingkan dengan inlet agar udara bisa mengalir. Tapi pada iklim tropis lembab arah angina agak sulit ditentukan, tapi rancangan mengacu pada arah angin yang dominan. Pada bangunan Wisma Fajar sekarang, kondisi penghawaan alaminya masih cukup baik, dengan beberapa jendela yang dapat dibuka dan memiliki inlet dan outlet yang cukup.

b. Penghawaan buatan

Penghawaan buatan contohnya adalah dengan menggunakan Air Conditioner (AC). Air Conditioner disini hanya digunakan untuk ruang tidur, fitness center, dan ruang briefing. AC yang digunakan adalah tipe AC Split karena dapat menghemat ruang AHU, chiller dan cooling tower.

Gambar IV-28 Cross Ventilation

Namun yang jadi masalah dari penggunaan AC split adalah peletakan outdoor unit. Dalam kasus wisma atlet yang mempunyai balkon atau teras maka peletakan outdoor di balkon.

2. Pencahayaan

Pencahayaan pada bangunan terdapat dua macam pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang didapat dari cahaya matahari. Pemanfaatan pencahayaan alami harus semaksimal mungkin. Penempatan bukaan bukaan harus lebih di tata secara baik sehingga cahaya dapat masuk kedalam ruangan secara cukup dan tidak berlebihan. Pencahayaan alami pada bangunan Wisma Fajar sekarang cukup baik dan nyaman bagi orang di dalamnya. Bukaan-bukaan yang cukup lebar dapat memaksimalkan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan.

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dilakukan dengan menggunakan lampu. Tipe lampu yang dapat digunakan adalah lampu transclucent (lampu TL) karena cahaya yang dihasilkan nyaman untuk mata.

3. Proteksi Kebakaran

Sistem proteksi kebakaran berfungsi sebagai daerah atau tempat perlindungan yang di manfaatkan oleh penghuni gedung apabila terjadi kebakaran atau situasi darurat.Daerah ini seharusnya mampu bertahan hingga 2 jam. Jarak radius untuk mencapai tangga darurat adalah 32 meter dan 12 meter dari dead corridor (koridor buntu).

Gambar IV-29

Hubungan Indoor dan Outdoor AC Split

Perletakkan outdoor 

Proteksi kebakaran ini terdiri dari 2, yaitu berupa proteksi aktif contohnya hidran, sprinkler, smoke detector, dan proteksi pasif berupa tangga darurat atau struktur bermaterial tahan api.

Pemadam api berupa hidran juga perlu disediakan. Hidran dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam tangga kebakaran, dilengkapi selang, katup, tabung pemadam, serta alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari menara air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk keperluan darurat. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang. Sumber airnya dari sistem hidran kota.

4. Pengolahan dan Pembuangan Limbah

Pada jaringan instalasi air akan terdiri dari dua macam yaitu pipa air saluran air bersih dan pipa air saluran air kotor. Pipa saluran air bersih ini berfungsi mengalirkan air bersih yang biasanya bersumber dari PDAM ke reservoir bawah kemudian dipompa naik melalui ruang pompa (yang berisi pipa sprinkler, hidran, dan air bersih) ke reservoir atas yang kemudian disalurkan ke seluruh ruangan yang membutuhkan, seperti kamar mandi, wastafel, dan lain lain.

Sedangkan pipa saluran air kotor berfungsi mengalirkan air kotor atau air yang sudah dipakai dari ruangan ke tempat pembuangan seperti Septic tank, STP, dan lain lain. Pipa pembuangan limbah kamar mandi sebaiknya mudah diakses untuk mempermudah maintenance apabila terjadi kerusakan, maka biasanya kamar mandi dalam tiap unit kamar ditempatkan pada sisi yang berbatasan dengan koridor agar shaf-shaft pipa dapat diakses dari koridor.

Limbah kamar mandi padat disalurkan ke STP (Sewage Treatment Plant) untuk diolah agar dapat dibuang ke lingkungan dan riol kota dengan

Gambar IV-30 Tangga Kebakaran

aman dan tidak mencemari. Limbah kamar mandi cair pun disalurkan ke STP (Sewage Treatment Plant) untuk diolah. Hasil olahannya biasanya cukup bersih, dapat digunakan kembali untuk penyiram taman dan flush toilet.

Di wisma ini air hujan akan dimasukkan ke dalam sumur resapan (sesuai peraturan pemerintah PP No.36) dan sebagian ada yang dialirkan ke dalam bak kontrol dan kemudian disalurkan ke roil kota. Pembuatan sumur resapan perlu diupayakan terkait dengan upaya perbaikan drainase tapak.

5. Instalasi Listrik

Pada Wisma Fajar saat ini, instalasi listrik mengambil arus dari PLN. Selain dari PLN, disiapkan pula pembangkit listrik cadangan berupa generator atau genset yang akan dioperasikan apabila PLN mengalami gangguan.

Penempatan ruang genset dan ruang-ruang panel utama bisa ditempatkan pada basement agar bunyi dan getaran yang mungkin dihasilkan tidak mengganggu kenyamanan wisma. Selain itu pengantaran bahan bakar untuk solar juga dapat dilakukan dengan mudah tanpa menggangu penghuni begitu juga saat terjadi kerusakan.

6. Penangkal Petir

Wisma atlet ini sebagai tempat tinggalnya ratusan orang untuk beristirahat harus diberikan proteksi terhadap penangkal petir sebagaimana telah diatur dalam PP No. 36. Hal ini dibutuhkan mengingat bangunan ini mempunyai ketinggian yang cukup tinggi dibanding dengan bangunan di sekitarnya. Sehingga apabila ada petir yang menyambar, maka bangunan ini riskan untuk terkena petir.

Sistem penangkal petir yang lazim digunakan adalah sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125 m. sistem ini dianggap cocok karena terbilang efisien apabila di taruh di bagian tower wisma untuk jangka panjang. Sehingga bisa melindungi bangunan-bangunan rendah, pohon-pohon dalam tapak.

7. Pembuangan Sampah.

Sistem pembuangan sampah dapat dilakukan dengan sistem shaft, yaitu menyediakan sebuah ruangan shaft yang langsung berhubungan dengan lantai dasar tanpa penyekat antar lantai. Pada bagian bawah terdapat ruangan penampungan. Penggunaan shaft ini lebih efisien pada wisma atlet karena sampah sudah terkumpul pada bagian lantai dasar bangunan yang berada pada titik tertentu.       Unit  bangunan  Shaft  sampah  TPA   Penampung  sementara Gambar IV-31

Skematik Penangkal Petir Sistem Thomas

Gambar IV-33 Shaft Sampah Gambar IV-32 Skematik Pembuangan Sampah

Sumber : Jimmy S. Juwana, 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi Sumber : Jimmy S. Juwana, 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi

Dokumen terkait