BAB IV ANALISIS
Permasalahan dianalisis dengan berdasarkan pada metode G. Broadbent, sebagai pendekatan arsitektur yang berisi pembahasan mengenai aspek manusia, aspek lingkungan, dan aspek bangunan.
IV.1 Aspek Manusia
IV.1.1 Pelaku, Jenis Kegiatan, Karakteristik
Pelaku kegiatan yang utama di dalam wisma atlet ini adalah atlet dengan berbagai cabang olahraga yang berbeda. Selain itu, pelaku kegiatan lainnya yang juga mempengaruhi wisma atlet ini adalah pengelola, pengunjung, dan pelatih. Atlet memerlukan ruang-ruang yang sesuai dengan kebutuhan guna mengakomodasikan mobilitas kegiatan harian mereka.
Berdasarkan gambar IV-1, dapat dilihat bahwa kegiatan utama harian atlet secara umum selain beristirahat adalah latihan (berdasarkan hasil survei lapangan terhadapa beberapa atlet cabang olahraga). Latihan yang dilakukan oleh atlet sehari-hari dapat menghabiskan waktu rata-rata sampai ± 6 jam ditambah ± 2 jam waktu pemanasan dan pendinginan. Selain itu, kegiatan harian yang kerap kali dilakukan oleh atlet adalah makan, briefing, dan test kesehatan (fisik dan psikis). Hal ini membuktikan bahwa atlet adalah individu yang memiliki keunikan dengan pola perilaku dan kepribadian tersendiri.
Gambar IV-1
Rata-Rata Waktu dari Kegiatan Harian Atlet
Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011
Latihan Sepakbola
Latihan merupakan fokus kegiatan dari para atlet sebelum suatu pertandingan dilakukan. Latihan dari masing-masing atlet pun fokusnya berbeda-beda tergantung dari cabang olahraga yang mereka geluti. Selain itu, karakteristik latihan ini pun akan berbeda satu sama lainnya tergantung lingkungan di mana tempat para atlet ini berada.
IV.1.2 Analisis Perilaku Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet
Mobilitas/pergerakan khususnya atlet tidak terlepas dari suatu aktifitas/kegiatan yang dilakukan mereka. Pencapaian mobilitas kegiatan harian yang baik perlu didukung oleh suatu rancangan ruang yang dapat mengintegrasikan hubungan antara kegiatan tersebut. Maka dapat dikatakan, kegiatan akan menghasilkan ruang, dan ruang tersebut dilakukan untuk melakukan pergerakan/mobilitas. Mobilitas kegiatan harian ini akan membentuk dan mempengaruhi kecenderungan perilaku dari seorang atlet.
Berdasarkan gambar IV-2, mobilitas kegiatan harian atlet dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas kegiatan harian atlet, antara lain hubungan ruang, akses pencapaian, lingkungan, bentuk ruang, besaran ruang, dan sebaginya. Faktor hubungan ruang dan akses pencapaian merupakan faktor utama yang mempengaruhi mobilitas kegiatan harian atlet. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Rapoport. A, 1986, ukuran terjadinya suatu mobilitas/pergerakan adalah apabila terjadi suatu interaksi antara seorang atau beberapa orang terhadap jenis kegiatan yang dilakukan, terhadap lingkungan, dan bagaimana akses pencapaian yang menyangkut sirkulasi. Beliau juga
Gambar IV-2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Kegiatan Harian Atlet
menambahkan bahwa suatu pergerakan perlu didukung oleh suatu integrasi hubungan dan pencapaian yang mudah.
Berdasarkan gambar tersebut, atlet secara garis besar memilih aspek kemudahan, kenyamanan, dan keamanan daripada aspek kecepatan. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan yaitu faktor hubungan ruang (aspek kemudahan) dan akses pencapaian/pola sirkulasi (aspek kenyamanan dan keamanan) merupakan faktor utama yang mempengaruhi mobilitas kegiatan harian atlet. Menurut salah satu atlet yang tinggal di dalam Wisma Atlet Ragunan, para atlet tidak membutuhkan cepat atau tidaknya mereka berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya tetapi yang mereka butuhkan adalah kemudahan dan kenyamanan dari kegiatan yang mereka lakukan.
Atlet adalah individu yang memiliki pola perilaku dan kepribadian yang unik. Kecenderungan perilaku yang agresif tercermin dari mobilitas kegiatan harian para atlet yang terorganisir dengan rapi dan baik serta menginginkan kemudahan, kenyamanan, dan juga keamanan, yang sekaligus membuktikan bahwa atlet memiliki keunikan tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengaturan perilaku (behaviour setting) yang membedakan dengan orang pada umumnya untuk menempatkan para atlet sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungannya berada. Setting perilaku tidak terlepas dari 2 hal yang membangun, yakni system of activity (sistem kegiatan) dan system of setting (sistem tempat atau ruang).
IV.1.3 Analisis Kegiatan
PPeellaakkuuKKeeggiiaattaann
- Atlet (pelaku utama dan menjadi perhatian utama) - Pengelola
- Pengunjung (pengunjung umum dan khusus, seperti pers /reporter) - Pelatih
AAlluurrKKeeggiiaattaann - Atlet
Berdasarkan hasil survei lapangan, kegiatan utama atlet yang menjadi fokus adalah kegiatan latihan. Beberapa rutinitas kegiatan harian lainnya menjadi kegiatan pendukung/penunjang dan kegiatan tambahan.
Berdasarkan gambar IV-3, kegiatan pendukung/penunjang atlet yang utama adalah kegiatan briefing dan test kesehatan (fisik dan psikis). Dari total sampel 30 atlet yang dikumpulkan, 22 atlet mengatakan kegiatan pendukung/penunjang yang penting dari kegiatan latihan adalah briefing dan sisanya 8 atlet memilih test kesehatan (fisik dan psikis).
Berdasarkan hasil survei lapangan yang didapatkan dari lima kelompok cabang olahraga pilihan (atletik, beladiri, bulutangkis, sepakbola, renang), fokus kegiatan briefing atlet dibedakan menjadi 3 hal, yakni briefing porsi latihan, briefing fokus latihan, dan briefing strategi.
Gambar IV-3
Kegiatan Pendukung/Penunjang Atlet
Sumber : Survei Lapangan, Minggu, 27 Maret 2011
Gambar IV-4
Kegiatan Briefing Harian Atlet
Sumber : Survei Lapangan, Minggu, 27 Maret 2011
Briefing Strategi dari Pelatih Test Kesehatan Fisik Atlet Futsal
Berikut ini adalah data mengenai kegiatan harian atlet secara umum yang didapatkan berdasarkan hasil survei lapangan :
S
Seenniinn––JJuummaatt
05.00 – 07.00 = Olahraga pagi/pemanasan 07.00 – 08.00 = Sarapan
08.00 – 10.00 = Briefing (strategi, fokus latihan, porsi latihan, dsb) 10.00 – 12.00 = Test kesehatan (fisik dan psikis)
12.00 – 13.00 = Makan siang dan persiapan sebelum latihan 13.00 – 18.00 = Latihan + pemanasan dan pendinginan 18.00 – 19.30 = Istirahat, makan malam, dsb
19.30 – 21.00 = Briefing 21.00 – 05.00 = Tidur S Saabbttuu––MMiinngggguu 05.00 – 07.00 = Olahraga pagi/pemanasan 07.00 – 08.00 = Sarapan 08.00 – 10.00 = Briefing 10.00 – 21.00 = Kegiatan dibebaskan 21.00 – 05.00 = Tidur K Keeggiiaattaannppeerrssiiaappaannppeerrttaannddiinnggaann 05.00 – 07.00 = Olahraga pagi/pemanasan 07.00 – 08.00 = Sarapan
08.00 – 10.00 = Briefing (strategi, fokus latihan, porsi latihan, dsb) 10.00 – 12.00 = Test kesehatan (fisik dan psikis)
12.00 – 13.00 = Makan siang
13.00 – 15.00 = Latihan ringan + pemanasan dan pendinginan 15.00 – 18.00 = Bebas (dengan porsi mencari konsentrasi pribadi) 18.00 – 19.30 = Istirahat, makan malam, dsb
19.30 – 21.00 = Briefing 21.00 – 05.00 = Tidur
Berdasarkan gambar IV-5, dapat dilihat bahwa kegiatan makan tidak dapat lepas dari kegiatan utama maupun kegiatan pendukung/penunjang dari para atlet. Hampir pada setiap kegiatan harian atlet, kegiatan utama tidak pernah berhubungan langsung dengan kegiatan pendukung/penunjangnya dan selalu diselingi dengan kegiatan makan (service untuk atlet). Kegiatan utama menjadi perhatian sehingga diutamakan lebih dahulu dibandingkan kegiatan penunjang/pendukung.
Istirahat
Olahraga Pagi/Pemanasan
Makan
Briefing
Test Kesehatan (Fisik & Psikis)
Latihan Makan Makan Briefing Istirahat Gambar IV-5 Alur Kegiatan Harian Atlet
- Pengelola
Kegiatan harian pengelola secara umum untuk melayani para atlet dibagi menjadi sub-sub kegiatan utama mereka, antara lain :
• Melayani kegiatan administrasi. • Melayani kegiatan makan.
• Melayani kegiatan briefing, pers, pertemuan, dan sebagainya. • Melayani kegiatan kesehatan.
• Melayani kegiatan latihan.
• Melayani kegiatan service, seperti masuk keluar barang, operasional, dan sebagainya.
• Melayani kegiatan tambahan lainnya.
- Pengunjung
Pengunjung dibagi menjadi dua, yakni pengunjung umum dan pengunjung khusus, seperti pers/wartawan/reporter. Pengunjung umum, alur kegiatannya, seperti bertemu atlet, makan, test kesehatan, dan sebagainya. Sedangkan pengunjung khusus memiliki alur kegiatan, seperti bertemu atlet, melakukan kegiatan wawancara, menghadiri konferensi pers, dan sebagainya.
Masuk Administrasi Kerja Makan Receptionist Administrasi Operasional Service Keluar Gambar IV-6
Alur Kegiatan Harian Pengelola
Atlet memiliki kecenderungan untuk menghindari pers/wartawan/reporter. Mereka menganggap tekanan dari pers/wartawan/reporter dapat mengganggu konsentrasi mereka. Mereka siap ditemui oleh pers/wartawan/reporter pada waktu-waktu tertentu saja, seperti selesai latihan, selesai pertandingan, dan juag tergantung mood dari para atlet.
- Pelatih
Secara garis besar kegiatan harian pelatih hampir sama dengan kegiatan harian atlet pada umumnya. Hubungan antara keduanya tidak dapat terlepaskan, karena pelatih akan mempengaruhi atlet dan atlet akan menjadi perhatian pelatih.
Masuk Gambar IV-7
Alur Kegiatan Harian Pengunjung
Administrasi Tunggu Bertemu Atlet Test Kesehatan Makan Konferensi Pers Wawancara Meliput Keluar
- Hubungan Kegiatan Atlet, Pengelola, Pengunjung, dan Pelatih
Atlet memiliki mobilitas kegiatan harian yang berbeda dengan orang pada umumnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengaturan perilaku (behaviour setting) yang membedakan dengan yang lainnya. Beberapa hal terkait kegiatan atlet perlu dipisahkan dengan kemungkinan kegiatan dari pengguna wisma atlet lainnya untuk pembentukan perilaku atlet tersebut agar lebih baik.
Gambar IV-8
Hubungan Kegiatan Atlet, Pengelola, Pengunjung, dan Pelatih
Istirahat Olahraga Pagi/Pemanasan Makan Briefing Test Kesehatan Latihan Makan Makan Briefing Istirahat Operasional Service Service Receptionist Meliput & Wawancara Bertemu Atlet
Test Kesehatan Service
Operasional
Barang
Barang
Kegiatan Atlet & Pelatih
Kegiatan Pengunjung Kegiatan Pengelola
Kegiatan Bersama Keterangan :
IV.1.4 Analisis Kebutuhan Ruang
Ruang yang menjadi kebutuhan para atlet adalah ruang yang dapat mengakomodasikan seluruh kegiatan harian atlet dengan baik. Mobilitas kegiatan harian atlet sangat ditentukan oleh keberadaan ruang ini. Ruang menjadi kebutuhan atlet yang utama untuk mendukung mobilitas kegiatan harian mereka.
Berdasarkan gambar IV-9, kebutuhan ruang yang diharapkan oleh para atlet adalah ruang-ruang yang mampu mengakomodasikan kegiatan harian mereka. Cafetaria dan ruang briefing merupakan pilihan atlet yang terbanyak. Alasan mereka memilih ruang ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pendukung/penunjang dari para atlet. Sedangkan ruang-ruang yang dianggap paling utama bagi para atlet adalah ruang tinggal/unit tinggal dan lapangan latihan. Ruang-ruang lainnya yang menjadi kebutuhan atlet berdasarkan survei lapangan, antara lain ruang serbaguna, poliklinik, ruang test psikis, dan hall of fame (ruang pameran).
Gambar IV-9
Kebutuhan Ruang untuk Atlet
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari sampel di atas, identifikasi analisis kegiatan, dan hasil studi banding baik lapangan maupun literatur (terlampir), maka berikutnya didapatkan kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh para atlet di dalam wisma ini.
Kebutuhan ruang secara garis besar yang dibutuhkan pada wisma atlet, antara lain :
- Hunian (unit kamar) - Cafetaria
- Ruang briefing - Ruang serbaguna - Poliklinik (test fisik) - Ruang test psikis - Ruang bersama/kumpul - Hall of fame
- Kantor pengelola - Lapangan latihan
- Kebutuhan ruang lainnya, seperti lobby, mini market, warnet, laundry, ATM, musholla, ruang utilitas, parkir, dan sebagainya.
Berikut ini adalah tabel analisis kebutuhan ruang di dalam wisma atlet dengan pembagian yang lebih rinci berdasarkan aktivitas di dalam ruang tersebut, persyaratan/suasana ruang, dan sifat ruang.
Kebutuhan Ruang Wisma Atlet
Tabel IV-1
Analisis Kebutuhan Ruang Wisma Atlet
Aktivitas Utama Ruang Persyaratan/Suasana Sifat
Istirahat Hunian Bersih, kering, pencahayaan baik,
penghawaan baik, proteksi suara baik.
Private Makan Cafetaria - Ruang makan - Ruang penyajian - Dapur - Ruang cuci - Gudang - Ruang pengelola - Ruang ganti - Toilet pengunjung - Toilet pengelola - Ruang kasir Bersih, pencahayaan baik, penghawaan baik, sirkulasi gerak baik.
Public
Briefing Ruang briefing - Briefing area - Toilet - Gudang kecil Bersih, kering, pencahayaan baik, penghawaan baik, tenang, sirkulasi gerak baik.
Semi Private
Konferensi pers, dsb Ruang serbaguna - Hall serbaguna - Backstage - Ruang operasional - Toilet - Gudang - Gudang alat Bersih, kering, pencahayaan baik, penghawaan baik, tenang, sirkulasi gerak baik.
Semi Public
Tabel IV-2
Analisis Kebutuhan Ruang Wisma Atlet (Lanjutan-1)
Aktivitas Utama Ruang Persyaratan/Suasana Sifat
Test fisik dan kesehatan Poliklinik - Receptionist - Ruang tunggu - Ruang test fisik - Ruang dokter - Kamar rawat - Laboratorium - Ruang diagnosa - Apotek - Toilet - Ruang pengelola
Bersih, kering, tidak bau, pencahayaan baik, penghawaan baik, tenang, sirkulasi gerak baik.
Public
Test psikis Ruang test psikis Bersih, kering, tidak bau, pencahayaan baik, penghawaan baik, tenang.
Semi Private
Santai, kumpul, dsb Lounge dan ruang bersama/kumpul
Bersih, pencahayaan baik, penghawaan baik, sirkulasi gerak baik.
Semi Public
Pameran Hall of fame - Ruang pamer - Ruang pengelola - Gudang - Toilet Bersih, kering, pencahayaan baik, penghawaan baik, sirkulasi gerak baik.
Public
Kerja Pengelola Kantor pengelola (office) Bersih, kering, pencahayaan baik, penghawaan baik, proteksi suara baik.
Tabel IV-3
Analisis Kebutuhan Ruang Wisma Atlet (Lanjutan-2)
Aktivitas Utama Ruang Persyaratan/Suasana Sifat
Melayani Lobby - Receptionist - Ruang ganti - Ruang tunggu - Ruang pengelola - Toilet Bersih, pencahayaan baik, penghawaan baik, sirkulasi gerak baik.
Public
Olahraga Fitness center Bersih, pencahayaan baik, penghawaan baik, sirkulasi gerak baik.
Semi Private
Belanja Mini market Bersih, kering, pencahayaan baik,
penghawaan baik, sirkulasi gerak baik.
Public
Internet Warnet Bersih, kering, pencahayaan baik,
penghawaan baik, sirkulasi gerak baik.
Public
Transaksi ATM Bersih, nyaman, sirkulasi gerak baik.
Publik
Cuci Laundry Bersih, pencahayaan baik, penghawaan baik,
sirkulasi gerak baik.
Semi Public
Kontrol ME Ruang utilitas Bersih, kering, proteksi baik, sirkulasi baik.
Private
Parkir Parkir Bisa tertutup bisa terbuka, sirkulasi baik.
Public
Olahraga Lapangan olahraga Bisa tertutup bisa terbuka, sirkulasi gerak baik.
Semi Public
Santai Taman Terbuka, nyaman, tenang, sirkulasi baik.
IV.1.5 Analisis Luasan Ruang
Setelah didapatkan hasil kebutuhan ruang yang dibutuhkan pada wisma atlet, berikutnya ditentukan luasan ruang. Analisis luasan ruang ini ditentukan berdasarkan standart ruang, kapasitas ruang, dan jumlah ruang.
Bangunan wisma atlet, tentu ruang yang dominan adalah kamar tidur atlet. Kamar tidur ini akan dirancang masing-masing kamar dihuni oleh dua orang, karena menurut Dra. Yuanita Nasution, M.App.Sc, Psi(2001) atlet akan lebih merasa relaks apabila memiliki teman sekamar, namun tidak boleh terlalu banyak, dua orang adalah jumlah ideal. Kegiatan-kegiatan pada kamar tidur antara lain :
Kegiatan Perabot Kegiatan Perabot
Tidur Tempat tidur Gosok Gigi Washtafel
Ganti Baju Lemari Cuci Muka Washtafel
Mandi Shower Box Membuat Mental
Log & Membaca
Meja Tulis/ Komputer
Buang Air Closet Ngobrol ---
Meletakkan Barang Pribadi Nakash Bersantai/ Menikmati pemandangan Balkon
Setelah menganalisa kegiatan-kegiatan dan perabot-perabot yang dibutuhkan, serta mempertimbangkan efisiensi ruang, maka muncul denah skematik sebagai berikut :
Tabel IV-4
Kegiatan dan Kebutuhan Perabot Kamar
Gambar IV-10 Denah Skematik Kamar Tidur
Space yang cukup
untuk 2 atlet
bergerak dan
melakukan kegiatan,
seperti latihan ringan
push‐up.
Lemari build in dengan
system sliding untuk
membuat ruang lebih
bersih, rapi , dan
memudahkan
pergerakan sehingga
lebih efisien. Meja
dijadikan satu dengan
lemari built in sebagai
tempat untuk untuk
membuat mental log Penempatan mini pantry untuk member
kemudahan kepada atlet melakukan
Ukuran kamar tersebut masing-masing memiliki luas 26 m2 dengan kapasitas dua orang atlet telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasikan kegiatan-kegiatan atlet dalam kamar guna pencapaian mobilitas.
Hal yang paling mendasar dalam menentukan program ruang adalah mengetahui kapasitas dari kegiatan-kegiatan yang hendak diakomodasi.
Metode yang digunakan dalam menentukan luasan ruang adalah dengan membagi luas yang boleh terbangun dengan persentase-persentase sifat kegiatan yang hendak diakomodasi. Terkait tema mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan-Jakarta, diidentifikasi ada tiga jenis sifat kegiatan, yaitu :
• Hunian
Berupa kamar tidur, sebagai tempat atlet tidur dan beristirahat • Fasilitas Penunjang
Ruang-ruang penunjang seperti poliklinik, ruang briefing, ruang makan, dapur, laundry, dan lain sebagainya.
• Latihan
Yang termasuk dalam kategori ini adalah tempat-tempat atlet berlatih, untuk meningkatkan kemampuannya, secara fisik maupun mental, namun karena terletak pada kawasan pemusatan latihan, fasilitas latihan dialihkan ke Kawasan Gelora Bung Karno sebagai kawasan pemusatan latihan.
Untuk menentukan seberapa besar masing-masing bobot untuk hunian, latihan, dan penunjang, dapat dilakukan dengan metode studi banding dengan wisma atlet lainnya.
Fungsi Wisma Atlet Olimpiade London 2012 Wisma Atlet Vancouver Kesimpulan Hunian 60% 61% 60% Penunjang 18% 15% 17% Latihan 22% 24% 23% Tabel IV-5
Tabel Perbandingan Bobot dari Studi Banding Wisma Atlet
Berdasarkan tema terkait, terlihat dari adanya mobilitas yang jelas berbeda antara atlet dengan orang pada umumnya terutama yang membedakan adalah kegiatan hariannya, serta dikarenakan adanya situasi lingkungan yang dekat dengan Kawasan Gelora Bung Karno Senayan (sebagai kawasan pemusatan latihan) sehingga diperlukan integrasi ruang yang jelas baik di dalam bangunan maupun dengan luar bangunan. Untuk memudahkan alur mobilitas tersebut, segala kegiatan latihan dipusatkan pada Kawasan Gelora Bung Karno yang merupakan kawasan pemusatan latihan. Jadi, di dalam wisma atlet ini benar-benar dapat dimanfaatkan untuk kategori hunian (60%) dan fasilitas penunjang saja (40%).
Perlu diingat bahwa wisma atlet ini berfungsi untuk menampung atlet-atlet dari berbagai macam olahraga yang akan melakukan kegiatan pemusatan latihan terutama di Kawasan Gelora Bung Karno, seperti para pelatnas, atlet binaan muda, maupun atlet profesional. Berdasarkan data dari tabloid Bola, 15 Oktober 2009, atlet pelatnas dan atlet binaan muda memiliki sifat yang berkala artinya hanya pada waktu-waktu tertentu saja mereka melakukan pemusatan latihan, demikian pula atlet profesional lainnya. Selebihnya mereka akan latihan pada tempat-tempat lainnya yang telah ditunjukkan. Hal ini diperkuat dari pernyataan salah seorang pengelola Wisma Atlet Ragunan bernama Pak Musa. Menurut Beliau, terkadang wisma atlet ini malah sering ditinggal kosong, hal ini dikarenakan oleh keberadaan atlet pelatnas, atlet binaan, dan atlet profesional yang berkala. Beliau menjelaskan apabila sedang ada kegiatan pemusatan latihan di Wisma Atlet Ragunan, maka keberadaan atlet di wisma ini bisa mencapai ± 200 atlet.
Wisma atlet di Senayan ini akan didesain untuk memenuhi kebutuhan ruang tinggal untuk atlet yang akan melakukan pemusatan latihan. Menurut Toni salah seorang atlet muda binaan yang pada saat diwawancarai berada di Hotel Atlet Century menuturkan bahwa jika sedang ada kegiatan pemusatan latihan di Senayan keberadaan atlet pelatnas, atlet binaan muda, maupun atlet profesional dapat mencapai ± 400 atlet secara keseluruhan.
Untuk memaksimalkan penggunaan wisma atlet ini, maka akomodasi jumlah atlet dapat ditekan dan terutama untuk memenuhi kebutuhan ruang tinggal atlet yang akan melakukan kegiatan pemusatan latihan di Senayan menjadi 400 atlet ditambah dengan 100 atlet untuk memberikan akomodasi service yang memuaskan. Jadi, secara keseluruhan desain wisma atlet ini dapat mengakomodasi
± 500 atlet di dalamnya.
Lebih jauh lagi, maka total jumlah kamar yang dibutuhkan adalah 500 : 2 =
± 250 kamar hunian dengan luas 250 kamar x 26 m2 = 6.500 m2.
Berikut ini adalah tabel analisis luasan ruang untuk fasilitas-fasilitas penunjang dari wisma atlet :
Ruang Standart Ruang (m2) Kapasitas (Orang) Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Total Luasan Ruang (m2) Cafetaria - Ruang makan - Ruang penyajian - Dapur - Ruang cuci - Gudang - Ruang pengelola - Ruang ganti - Toilet pengunjung - Toilet pengelola - Ruang kasir - 1,2 m2/orang 3,5 m2/orang 5 m2/orang 2 m2/orang 4 m2/orang 9 m2/orang 1,5 m2/orang 1,5 m2/orang 1,5 m2/orang 1 m2/orang - 300 orang 4 orang 4 orang 2 orang 1 orang 1 orang 3 orang 3 orang 2 orang 1 orang - 360 m2 14 m2 20 m2 4 m2 4 m2 9 m2 4,5 m2 4,5 m2 3 m2 1 m2 - 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 2 ruang 2 ruang 1 ruang 436 m2 360 m2 14 m2 20 m2 4 m2 4 m2 9 m2 9 m2 9 m2 6 m2 1 m2 Ruang briefing - Briefing area - Toilet - Gudang kecil - 1,2 m2/orang 1,5 m2/orang 3 m2/orang - 20 orang 3 orang 1 orang - 24 m2 4,5 m2 3 m2 - 3 ruang 2 ruang 1 ruang 84 m2 72 m2 9 m2 3 m2 Ruang serbaguna - Hall serbaguna - Backstage - Ruang operasional - Toilet - Gudang - Gudang alat - 2,5 m2/orang 2,5 m2/orang 4 m2/orang 1,5 m2/orang 4 m2/orang 4 m2/orang - 200 orang 20 orang 3 orang 5 orang 1 orang 1 orang - 500 m2 50 m2 12 m2 7,5 m2 4 m2 4 m2 - 1 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang 585 m2 500 m2 50 m2 12 m2 15 m2 4 m2 4 m2 Tabel IV-6
Ruang Standart Ruang (m2) Kapasitas (Orang) Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Total Luasan Ruang (m2) Poliklinik - Receptionist - Ruang tunggu - Ruang test fisik - Ruang dokter - Kamar rawat - Laboratorium - Ruang diagnosa - Apotek - Toilet - Ruang pengelola - 4 m2/orang 1,2 m2/orang 3,5 m2/orang 9 m2/orang 3,5 m2/orang 3,5 m2/orang 3,5 m2/orang 6 m2/orang 1,5 m2/orang 9 m2/orang - 3 orang 15 orang 10 orang 1 orang 10 orang 4 orang 4 orang 2 orang 4 orang 1 orang - 12 m2 18 m2 35 m2 9 m2 35 m2 14 m2 14 m2 12 m2 6 m2 9 m2 - 1 ruang 1 ruang 4 ruang 5 ruang 10 ruang 3 ruang 3 ruang 1 ruang 2 ruang 1 ruang 724 m2 12 m2 18 m2 140 m2 45 m2 350 m2 42 m2 42 m2 12 m2 12 m2 9 m2 Ruang test psikis 3,5 m2/orang 10 orang 35 m2 4 ruang 140 m2 Ruang bersama 2,5 m2/orang 30 orang 75 m2 3 ruang 225 m2 Hall of fame - Ruang pamer - Ruang pengelola - Gudang - Toilet - 2,5 m2/orang 9 m2/orang 4 m2/orang 1,5 m2/orang - 60 orang 1 orang 1 orang 3 orang - 150 m2 9 m2 4 m2 4,5 m2 - 1 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 172 m2 150 m2 9 m2 4 m2 9 m2 Office 4 m2/orang 50 orang 200 m2 1 ruang 200 m2 Lobby - Receptionist - Ruang ganti - Ruang tunggu - Ruang pengelola - Toilet - 4 m2/orang 1,5 m2/orang 1,2 m2/orang 9 m2/orang 1,5 m2/orang - 2 orang 4 orang 15 orang 1 orang 3 orang - 12 m2 6 m2 18 m2 9 m2 4,5 m2 - 1 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 60 m2 12 m2 12 m2 18 m2 9 m2 9 m2 Fitness Center 3,5 m2/orang 30 orang 105 m2 1 ruang 105 m2 Mini market 3,5 m2/orang 15 orang 52,5 m2 1 ruang 52,5 m2 Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir mobil - Parkir motor - Parkir bus - 12,5m2/mobil 2 m2/motor 49 m2/bus - 100 mobil 100 motor 3 bus - - - - - - - - 1.597 m2 1.250 m2 200 m2 147 m2
Total Luasan Ruang Fasilitas Penunjang 4.410,5m2 Tabel IV-7
Total luasan ruang 6.500 m2 untuk unit hunian dan 4.410,5m2 untuk fasilitas penunjang apabila didistribusikan ke dalam presentase menjadi 60% untuk hunian dan 40% untuk fasilitas penunjang (memenuhi standart). Hal tersebut dapat saja lebih atau pun kurang mengingat belum terhitungnya 20% dari sirkulasi atlet maupun pengguna lainnya. Standart ruang didapatkan berdasarkan data-data yang terkumpul dari buku standart, literatur, dan studi lapangan. Kapasitas dan jumlah ruang disesuaikan dengan kebutuhan.
IV.1.6 Analisis Hubungan Ruang
HHuubbuunnggaannRRuuaannggSSeeccaarraaUUmmuumm
Hubungan ruang secara umum dianalisis dengan mengaitkan hubungan kegiatan harian pelaku dengan kebutuhan ruang yang telah didapatkan sebelumnya. Erat tidaknya suatu hubungan ruang tergantung bagaimana pergerakan/mobilitas dan pencapaian antar kegiatan harian pelakunya. Beberapa ruang yang memiliki sifat dan fungsi yang hampir sama dapat dijadikan satu dengan dasar system of setting sebagai salah satu faktor yang membangun pengaturan perilaku khususnya para atlet.
Gambar IV-11
Hubungan Ruang Secara Umum
Tidak Ada Hubungan Sangat Erat Erat Cukup Erat
HHuubbuunnggaannRRuuaannggSSeeccaarraaKKhhuussuuss - Cafetaria - Ruang Briefing Entrance Ruang Makan Toilet Pengunjung Toilet Pengelola Ruang Pengelola Service Dapur Ruang Penyajian Kasir Gambar IV-12
Hubungan Ruang di Dalam Cafetaria
Gambar IV-13
Hubungan Ruang di Dalam Ruang Briefing
Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan
Entrance
Toilet
Gudang
Briefing Area
Tidak Ada Hubungan Sangat Erat Erat Cukup Erat
- Ruang Serbaguna
- Poliklinik
Gambar IV-14
Hubungan Ruang di Dalam Ruang Serbaguna
Entrance Hall Serbaguna Toilet Gudang Ruang Operasional Backstage
Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan
Ruang Dokter Entrance Receptionist Ruang Tunggu Kamar Rawat Ruang Test Fisik Apotek Ruang Diagnosa Laboratorium Toilet Gambar IV-15
Hubungan Ruang di Dalam Poliklinik
- Hall of Fame
Skala Hubungan Ruang Terkait Mobilitas
Memiliki hubungan ruang yang sangat dekat (fungsi sejenis, fungsi berkaitan), akses dan pencapain sangat mudah
Memiliki hubungan ruang yang terjangkau (berbeda fungsi), akses dan pencapaian mudah Memiliki hubungan ruang yang tidak langsung namun saling berkaitan, akses dan pencapaian cukup mudah
Tidak memiliki hubungan ruang yang khas, akses dan pencapaian sulit
Sangat Erat Erat Cukup Erat Tidak Ada Hubungan
Entrance
Toilet
Gudang Ruang Pamer
Gambar IV-16
Hubungan Ruang di Dalam Hall of Fame
Ruang Pengelola
Tidak Ada Hubungan Erat
Cukup Erat Sangat Erat
IV.1.7 Skema Organisasi Ruang
Berikut ini adalah penyajian skema organisasi ruang secara umum dengan akses dan sarana pencapaian (pola sirkulasi) yang dipilih oleh para atlet.
Berikut ini adalah analisis terkait dengan akses dan sarana pencapaian (pola sirkulasi) yang mempengaruhi skema organisasi ruang tersebut. Erat tidaknya hubungan suatu ruang dengan yang lainnya tergantung bagaimana pencapaian antar ruang tersebut. Hubungan yang erat antar ruang perlu diimbangi dengan pencapaian yang mudah. Kebebasan bergerak dan berpindah dari satu ruang ke ruang lain menjadi faktor penentu mudah tidaknya pencapaian. Akses dan sarana sirkulasi (horizontal dan vertikal) menjadi penting untuk memudahkan pencapaian.
Gambar IV-17
Berdasarkan gambar IV-16, dari total sampel yang dikumpulkan, sarana koridor menjadi pilihan terbanyak dari para atlet terutama yang sifatnya terbuka karena dengan bentuk koridor yang demikian dapat menenangkan perasaan mereka dibandingkan dengan koridor yang tertutup dan sesak yang dapat membuat psikologi mereka terganggu. Selain itu, atlet memilih menggunakan tangga daripada lift karena tangga dapat dijadikan sarana olahraga ringan sehari-hari mereka. Para atlet tidak ingin dimanjakan dengan keberadaan lift ataupun eskalator (tangga berjalan). Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah penggunaan ramp, untuk mendukung mobilitas pencapaian kegiatan harian atlet, penggunaan ramp sangat membantu selain penggunaan tangga. Penggunaan ramp dapat memudahkan pergerakan seseorang terutama seorang atlet dan dapat juga dijadikan sebagai sarana latihan gerak ringan selain penggunaan tangga.
Gambar IV-18
Akses/Sarana Sirkulasi yang Memudahkan Pencapaian
•
• SSiirrkkuullaassiiHHoorriizzoonnttaall
Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan
Linier • Menerus • Bertekuk • Berpotongan • Bercabang • Berbelok • Melingkar Radial
• Sesuai dengan bangunan wisma atlet dalam hal efisiensi ruang
• Cocok untuk bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur
• Cocok untuk bangunan dengan banyak klasifikasi ruang
• Sesuai dengan bangunan wisma atlet dengan banyak unit hunian dan fasilitas
• Cocok untuk bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur
• Cocok untuk bangunan pameran atau museum
• Memusatkan kegiatan/ orientasi
• Mudah untuk mencapai ke titik tertentu
• Cenderung statis
• Tidak efisien pada koridor wisma atlet
• Tidak cocok
dengan bentuk wisma atlet yang memanjang
• Perlunya penunjuk arah yang jelas
• Membentuk
suasana yang patah/terhenti
• Sulit memberi aksen pada jenis ruang
• Cocok diterapkan pada bangunan fungsi ruang seragam
Karena wisma atlet ini memiliki ruang-ruang yang fungsinya cenderung homogen (kamar unit atlet), maka pola sirkulasi yang paling cocok adalah pola menerus supaya memudahkan pengguna atlet pada saat berjalan. Namun lebih daripada itu, dikarenakan pada wisma atlet ini juga akan dibangun beberapa fasilitas-fasilitas penunjang di dalamnya, maka harus juga diterapkan pola bercabang untuk memudahkan pencapaian bagi penggunanya.
Tabel IV-8
Sedangkan untuk sistem koridor yang digunakan adalah single loaded supaya psikilogis atlet tidak terasa sesak dan merasa bebas karena dapat melihat pemandangan di luar kamarnya. Hal ini akan mengakibatkan bangunan cenderung akan memipih dan memanjang ke samping.
• • SSiirrkkuullaassiiVVeerrttiikkaall Jenis sirkulasi Kelebihan Kekurangan Tangga Eskalator Lift Ramp
• Tidak menggunakan listrik
• Fleksibel dan murah, sesuai dengan bangunan wisma atlet
• Dapat dipakai setiap saat
• Berguna di saat kebakaran
• Fleksibel diletakkan di mana saja
• Perjalanan arsitektur lebih baik
• Efisien
• Daya angkut yang besar
• Tidak melelahkan
• Cocok untuk wisma atlet saat mengangkut perabotan besar ke lantai atas
• Bernilai estetika
• Efisien bagi trolley
• Melelahkan bagi pengguna, namun tidak bagi atlet
• Butuh listrik dan space besar, tidak efisien bagi wisma atlet
• Butuh listrik dan waktu tunggu
• Butuh space besar, tidak efisien bagi wisma atlet
Mengingat bangunan ini berfungsi sebagai wisma atlet, maka diusahakan atlet yang tinggal di dalamnya dapat “berlatih” secara langsung maupun tidak langsung. Aspek secara tidak langsung inilah yang menjadi ciri khas unik dalam desain, yakni melatih atlet secara tidak langsung melalui desain tangga.
Tabel IV-9 Analisis Sirkulasi Vertikal
Tangga sebagai sarana sirkulasi vertikal dapat dimanfaatkan sebagai sarana latihan atlet pasif. Tangga dirancang sedemikian rupa sehingga atlet dapat berlatih di tangga untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet.
Dasar teori yang mendasari adalah bahwa menurut Edi Songo (2007), kalori yang terbakar untuk menaiki 10 (sepuluh) anak tangga adalah 0,036 kalori/kg/jam, sedangkan untuk menuruni tangga adalah 0,012 kalori/kg/jam. Hal ini berarti seseorang yang memiliki berat badan 60 kg dalam menaiki adalah 60 kg x 0,036 = 2,16 kalori dan untuk menuruni tangga adalah 60 kg x 0,012 = 0,72 kalori. Jumlah ini cukup besar dan cocok untuk diterapkan dalam wisma atlet.
Selain untuk membakar kalori, penggunaan tangga juga dapat menyebabkan atlet secara langsung melatih otot kakinya sehingga otot kakinya menjadi lebih kuat.
Efektivitas tangga menjadi dominan sebagai transportasi vertikal, karena berdasarkan hasil survei lapangan, para atlet lebih banyak memilih menggunakan tangga. Menurut para atlet, naik turun tangga merupakan olahraga ringan yang menyehatkan bagi mereka.
Selain tangga, penggunaan ramp juga diperlukan untuk memudahkan pencapaian. Hal ini didasari oleh seorang arsitek terkenal Frank Lloyd Wright dalam desain Guggeinhem Musem-nya yang banyak menggunakan ramp. Menurut Beliau, penggunaan ramp akan lebih efektif jika dihadirkan suasana-suasana yang berbeda pada setiap titik klimaksnya. Penggunaan ramp dapat mendukung pergerakan seseorang secara menerus dan memudahkan mobilitas seseorang.
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan dan mempercepat suatu pergerakan/mobilitas. Penggunaan ramp akan lebih efektif jika disediakan untuk pengguna lainnya, selain atlet.
Menurut Rasy Janatunnisa dalam desainnya Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh di Lahan Berkontur, menuturkan bahwa persyaratan ramp, antara lain sebagai berikut :
a. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7 derajat, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp (curb ramps landing). Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6 derajat.
b. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7 derajat) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
c. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman dan 136 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.
d. Bordes (muka datar) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar.
e. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
f. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu pencahayaan di ramp waktu malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian bagian yang membahayakan.
g. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin kekuatannya denga ketinggian yang sesuai.
Selain itu, penggunaan lift juga diperlukan mengingat bangunan ini adalah tipe medium rise, dimana lift merupakan sebuah persyaratan. Namun lift ini tidak menjadi prioritas karena wisma ini dirancang agar atlet secara tidak langsung berlatih dengan menaiki tangga. Lift pada wiswa ini lebih berfungsi sebagai pencapaian unit hunian yang lebih tinggi, support bagi staf-staf administrasi ataupun maintenance.
Lift yang digunakan adalah lift dengan kapasitas 24 orang dan 20 orang. Penggunaan lift ini dibedakan dari segi siapa pemakainnya. Untuk lift berkapasitas 24 orang, digunakan untuk mengakomodasi pengguna-pengguna lainnya selain atlet, karena pengguna-pengguna lainnya lebih membutuhkan kecepatan dibandingkan atlet. Sedangkan untuk lift berkapasitas 20 orang, digunakan untuk mengakomodasikan para atlet yang lebih membutuhkan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan dibandingkan kecepatan. Namun penggunaan lift tersebut semuanya ditekan waktu tunggunya hingga 45-50 detik mengingat adanya fungsi hunian dan penunjang lainnya seperti kantor dan sebagainya (sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2005, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE).
Penggunaan lift berkapasitas 20 orang untuk atlet juga dilihat dari penggunaan koridor single loaded yang memungkinkan jumlah hunian yang akan ditekan atau lebih sedikit, sehingga jumlah 20 orang tersebut apabila dihitung secara akomodasi per lantainya adalah 20 orang untuk 1 lantai bahkan dapat ditekan lebih sedikit lagi untuk memberikan segi kecepatan yang memudahkan walaupun para atlet tidak terlalu membutuhkan aspek kecepatan.
Wisma atlet ini mampu mengakomodasi keberadaan 500 atlet, jika keberadaan 1 buah tower memiliki 2 unit lift berkapasitas 20 orang, maka kemungkinan waktu tercepat untuk mendukung mobilitas seluruh atlet ke unit hunian bila menggunakan lift adalah 500 : (2 x 20) = 12,5 kali bolak balik lift x 45 detik = 562,5 detik (9,375 menit). Apabila 2 tower, maka kemungkinan waktu tercepat untuk mendukung mobilitas seluruh atlet ke unit hunian bila menggunakan lift adalah dapat ditekan 2 kali lipat dari penggunaan 1 tower menjadi 4,6875 menit atau hanya sekitar 5 menit waktu tunggu ke unit masing-masing seluruh atlet.
IV.2 Aspek Lingkungan
IV.2.1 Deskripsi Tapak Lokasi
Letak lokasi proyek secara administratif berada dalam wilayah DKI Jakarta, Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan Gelora, Kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Lokasi proyek itu sendiri terletak di arah selatan dari Kawasan Gelora Bung Karno tepatnya di Jalan Pintu Satu Senayan.
Lahan Tapak
a. Luas Lahan : ± 10.892 m2
b. Bentuk Lahan : Persegi panjang, sisi bagian barat relatif tidak beraturan
c. Regulasi Lahan : KDB 20%, KLB 2,5, Ketinggian max.24 lantai d. Batas Area Lahan :
∗ Utara : Jalan Pintu Satu Senayan & Kawasan Gelora Bung Karno Senayan
∗ Timur : Hotel Atlet Century, Gedung Pendidikan, & FX Lifestyle X’nter
∗ Barat : Gedung Koni Pusat & Jalan Asia Afrika ∗ Selatan : Wisma Serba Guna
e. Tata Ruang Lahan : Dengan tipe masa bangunan tunggal dan sebagian besar tata ruang untuk taman umum f. Peruntukan Lahan : Kut (Karya Umum Taman), 80% lahan
diperuntukkan untuk taman umum
g. Kontur Lahan : Topografi lahan secara garis besar relatif datar h. Kondisi Eksisting Lahan : Merupakan lahan terbangun (Wisma Fajar)
Kondisi Fisik
Lahan tapak memiliki karakteristik fisik memanjang dari arah samping kanan sebagai batas timur terus ke arah barat dengan sisi bagian barat relatif tidak beraturan. Lokasi lahan tapak sangat strategis karena tepat berada di Kawasan Gelora Bung Karno Senayan tepatnya di Jalan Pintu Satu Senayan. Demikian pula visibilitas lahan tapak secara keseluruhan memiliki keunggulan dengan letaknya yang strategis dan mudah dijangkau.
Kondisi fisik lahan tapak sebagian besar arealnya memiliki tendensi secara keseluruhan rata. Dengan keadaan topografi demikian, lahan ini memiliki potensi untuk didesain dengan perancangan lansekap untuk menyempurnakan kondisi muka tanah tanpa proses cut & fill yang berlebih.
IV.2.2 Analisis Tapak
Menurut Ir. Tin Budi Utami, M.T., analisis tapak merupakan proses pemahaman kualitas tapak dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi karakter tapak, dengan memadukan program kebutuhan. Kategori dari analisis tapak ini terdiri dari potensi tapak, persoalan tapak, fitur tapak, dan tanda bahaya/peringatan di dalam tapak. Adapun unsur analisis tapak secara garis besar, antara lain bentuk tapak, peraturan, kondisi sekitar, vegetasi, arah angin, matahari, sirkulasi kendaraan, sirkulasi pejalan kaki, view dari dan ke dalam tapak, utilitas, dan sebagainya.
Menurut Beliau, unsur analisis tapak yang terkait hubungannya dengan mobilitas kegiatan harian para atlet khususnya di Senayan adalah analisis sirkulasi baik sirkulasi kendaraan maupun sirkulasi pejalan kaki dengan hasil tanggapan rancangan berupa suatu pencapaian yang terkait dengan hal tersebut. Sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki akan dianalisis secara lebih tajam dengan fokus utama, yakni mobilitas kegiatan harian para atlet khususnya di Senayan.
Berikut ini akan dijabarkan proses analisis tapak dalam bentuk tabel dengan 3 tahapan, yakni data kondisi tapak (unsur analisis tapak), analisis, dan tanggapan rancangan.
A
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-10
Analisis Tapak
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
-
Bentuk Tapak dan Peraturan
Bentuk Tapak dan Peraturan :
-
Luasan tapak ± 10.892 m
2-
Bentuk tapak persegi panjang, sisi bagian barat
relatif tidak beraturan.
-
Regulasi tapak :
∗
GSB 10 meter bagian depan dan 8 meter
bagian belakang
∗
KDB 20%
∗
KLB 2,5
∗
Ketinggian maksimum 24 lantai
U
Lokasi Tapak
U
-
KDB = (Luas Keseluruhan Lantai Dasar/Luas
Keseluruhan Tapak) x 100%
Total luas keseluruhan lantai dasar yang diijinkan
adalah ± 10.892 m
2x 20% =
≤
2.178,4 m
2-
KLB = (Luas Keseluruhan Lantai/Luas
Keseluruhan Tapak)
Total luas keseluruhan lantai yang diijinkan adalah
± 10.892 m
2x 2,5 = 27.230 m
2-
Ketinggian maksimum 24 lantai
-
Garis Sepadan Bangunan 10 meter dan 8 meter
GSB 10m GSB 8m
U
GSB 10m GSB 8mL
L
u
u
a
a
s
s
a
a
n
n
t
t
a
a
p
p
a
a
k
k
±
±
1
1
0
0
.
.
8
8
9
9
2
2
m
m
22G
G
S
S
B
B
=
=
1
1
0
0
m
m
e
e
t
t
e
e
r
r
d
d
a
a
n
n
8
8
m
m
e
e
t
t
e
e
r
r
K
K
D
D
B
B
=
=
2
2
0
0
%
%
K
K
L
L
B
B
=
=
2
2
,
,
5
5
M
M
a
a
k
k
s
s
i
i
m
m
u
u
m
m
2
2
4
4
l
l
a
a
n
n
t
t
a
a
i
i
(
(
l
l
a
a
p
p
i
i
s
s
)
)
-
Ketinggian bangunan berkisar antara 20 – 24 lapis.
Jumlah podium berkisar antar 4-5 lapis dan sisanya
untuk memaksimalkan hunian. Hal ini telah
dijelaskan sebelumnya bahwa kategori hunian
sekitar 60% dan fasilitas penunjang sekitar 40%.
A
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-11
Analisis Tapak (Lanjutan-1)
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
-
Kondisi Sekitar
Kondisi Sekitar :
a. Dekat dengan Kawasan Gelora Bung Karno
b.Mobilitas kendaraan pada jalan utama c. Kawssan sekitar yang cukup hijau
dengan pemandangan bangunan tinggi. d.Gedung KONI.
e. Kondisi belakang tapak, sepi dan cukup hijau.
f. Hotel Atlet Century, bangunan yang cukup tinggi.
- Kawasan dengan mobilitas yang cukup tinggi,berupa area perkantoran, perdagangan, olahraga, hotel, dsb. - Bangunan yang diberi warna ungu merupakan bangunan yang paling dekat dan berdampak terhadap lokasi tapak.
- Bangunan sekitar dengan rata-rata bangunan lapis menengah - tinggi. - Kondisi masyarakat yang heterogen.
- Bangunan dan ruang luar menanggapi dan
mengadaptasi aktivitas sekitar dan kondisi sekitar. - Desain bangunan dan ruang luar di dalam tapak yang
mampu mengakomodasikan mobilitas kegiatan harian pengguna bangunan dan tapak.
- Bentuk bangunan akan menanggapi mobilitas kegiatan harian yang sangat cepat.
- Bentuk bangunan akan merupakan bangunan lapis tinggi dengan mengikuti peraturan dan kondisi bangunan sekitar.
U
U
Rutinitas kegiatan selalu bergerak dari pagi hingga malam di sekitar lokasi tapak. Mobilitas pergerakannya
sangat cepat, apalagi terdapat di sekitar Kawasan Gelora Bung Karno Senayan.
Proyeksi kemacetan harian yaitu cukup macet. Sering terjadi kemacetan pada waktu-waktu tertentu. Pedestrian untuk mendukung mobilitas kegiatan masyarakat Lokasi Tapak
Banyak gedung tinggi di sekitar tapak
U
Daerah peruntukan bangunan
Bangunan dan ruang luarnya menanggapi dan mengadaptasi aktivitas sekitar dan kondisi sekitar
Rutinitas kegiatan di dalam bangunan dan tapak selalu bergerak sepanjang hari
- Bangunan sekitar dengan tingkat lapis yang cukup tinggi. Hal ini berdampak juga pada peruntukan tapak. - Banyak bangunan sekitar berfungsi sebagai bangunan
komersial (kantor, apartemen, mall,dsb).
- Beberapa bangunan sekitar dapat mendukung fungsi peruntukkan bangunan di dalam tapak.
- Kepadatan di sekitar lokasi tapak.
- Rutinitas kegiatan selalu bergerak sepanjang hari. - Mobilitas pergerakannya sangat cepat.
- Proyeksi kemacetan harian yaitu cukup macet. Sering terjadi kemacetan pada waktu-waktu tertentu.
- Lebar antar kedua bahu jalan 26 meter dan merupakan jalan boulevard.
- Pedestrian yang cukup lebar untuk mendukung mobilitas kegiatan masyarakat sekitarnya.
a d b e c f Lokasi Tapak
a
b
c
d
e
f
Parkir bersama gedungKONI dengan
peruntukkan bangunan di dalam tapak
Masjid
Hotel Atlet Century
Wisma Serbaguna Gedung KONI
Gedung Dikti
Banyak gedung tinggi di sekitar tapak
FX
A
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-12
Analisis Tapak (Lanjutan-2)
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
-
Vegetasi
Vegetasi :
a.Kawasan Senayan merupakan kawasan yang masih sangat hijau dengan banyaknya ditemukan hutan kota dan ruang terbuka hijau.
b.Kumpulan pohon-pohon, baik di depan lokasi tapak ataupun di belakang lokasi tapak masih sangat asri dan rindang. c.Deretan pohon kelapa menjadi
landmark pada Jalan Pintu Satu
Senayan.
-
Gambar di atas merupakan pemetaan kawasan
hijau di sekitar lokasi.
-
Cukup banyak vegetasi yang tumbuh di dalam
tapak.
-
Kumpulan vegetasi ini menjadikan kawasan cukup
asri dan rindang.
-
Keberadaan vegetasi ini akan dimanfaatkan untuk
pengembangan kawasan tapak dan sekitarnya.
-
Vegetasi ini pun dapat berfungsi sebagai
buffer
polusi dan kebisingan sekitar.
U
-
Vegetasi di dalam tapak tetap dipertahankan. Tidak
akan dibuang ataupun ditebang.
-
Sekeliling lahan tapak akan ditanami vegetasi dan
menjadi buffer dari keadaan sekitar.
-
Peruntukan lahan : Kut (Karya Umum Taman),
80% lahan diperuntukkan sebagai ruang terbuka
dan hanya 20% lahan yang diperuntukkan untuk
membangun (sesuai ketentuan KDB).
Lokasi Tapak
U
Sekeliling lahan tapak akan ditanami vegetasi dan menjadi buffer dari keadaan sekitar.
U
a
c
b
a
d
b
c
d
A
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-13
Analisis Tapak (Lanjutan-3)
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
-
Utilitas
Utilitas :
Instalasi listrik bawah tanah dan lampu jalan Tiang listrik dan lampu jalan
Saluran air/riol kota
U
-
Instalasi listrik sebagai penyuplai dan pembangkit
listrik ke dalam lokasi tapak.
-
Aliran drainase ditujukan ke dalam saluran air, riol
kota, ataupun ke dalam tanah
U
-
Ruang-ruang utilitas seperti ruang diesel, gardu
listrik, dan sebagainya dibuat di dalam bangunan
untuk penyuplai listrik ke dalam bangunan.
-
Aliran drainase harus dapat mengalir dengan baik
dengan kelandaian tertentu.
U
a b c d a b c d Suplai listrik Aliran drainase Bangunan Suplai listrik Aliran drainaseA
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-14
Analisis Tapak (Lanjutan-4)
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
-
Sirkulasi Kendaraan
Kebisingan :
Lalu lintas kendaraan utama (sirkulasi kendaraan utama) -> three in one, yakni pada saat pagi hari pukul 07.00
sampai 10.00 dan sore hari pukul 16.30 sampai 19.00. Lalu lintas kendaraan yang tidak terlalu padat -> merupakan jalan kolektor yang menghubungkan jalan arteri primer yaitu Jalan Pintu Satu Senayan. Jarang terjadi kemacetan kecuali pada jam-jam masuk dan keluar kantor Lalu lintas kendaraan yang tidak padat
-> jarang dilewati kendaraan, bahkan banyak dijadikan area parkir
Keterangan
:
Sirkulasi utama ke dalam tapak
Sirkulasi pendukung ke dalam tapak
Pertimbangan parkir bersama dengan Gedung KONI menjadi perhatian utama siklus akses kendaraan di dalam tapak. Jika
mengganggu, maka akan diambil kebijakan lain.
Tanggapan pencapaian kendaraan ke dalam tapak :
Kriteria 1 2 3 4 5 6
Aman 2 2 2 2 3 3 Macet 2 3 3 2 1 1 Mudah dilihat 3 2 2 2 1 1 Pencapaian 3 3 2 1 1 1 Kemungkinan tidak cross 3 2 1 1 3 3 Kemungkinan peruntukan Mobil, bus, & motor Mobil & motor Mobil & motor Mobil, motor, & service Mobil, motor, bus, & service Mobil, motor, bus, & service Jumlah 13 12 10 7 9 9 Skala Penilaian 1. Tidak 2. Cukup 3. YaTitik pencapaian kendaraan masuk ke dalam tapak yang terpilih adalah nomor 1, dengan memperhatikan berbagai aspek/kriteria.
Sirkulasi kendaraan padat pada jam three in one, yakni pada saat pagi hari pukul 07.00 sampai 10.00 dan sore hari pukul 16.30 sampai 19.00.
Kepadatan terjadi karena adanya
lampu merah
Parkir bersama dengan
Gedung KONI
Lokasi Tapak
Parkir bersama dengan Gedung KONI (linkage
structural – elemen tambahan) 30 m 50 m 50 m 30 m 30 m 50 m
U
U
U
A
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-15
Analisis Tapak (Lanjutan-5)
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
-
Sirkulasi Pejalan Kaki
Kebisingan :
Sirkulasi pejalan kaki
Lebar pedestrian : 4 meter dan 2 meter.
Pentingnya sirkulasi pejalan kaki untuk pencapaian
mobilitas kegiatan harian dari para atlet.
Keterangan
:
Sirkulasi utama bagi pejalan kaki ke
dalam tapak
Kemungkinan
meet point
antar pejalan
kaki (atlet, pengelola, pengunjung, dsb)
Pejalan kaki dibedakan menjadi atlet, pengunjung
(umum dan khusus), pengelola, dan pelatih
Tanggapan pencapaian dari dalam tapak ke Kawasan
Gelora :
Kriteria 1
2
3
Pencapaian 3 3 2 Kemudahan 3 3 3 Keamanan 3 2 3 Jumlah 9 8 8 Skala Penilaian1. Buruk 2. Cukup 3. Baik
Titik pencapaian dari dalam tapak ke Kawasan Gelora yang terpilih adalah nomor 1 dan 3.
Alasan : atlet memerlukan kecepatan, kemudahan, dan keamanan untuk melangsungkan mobilitas kegiatan mereka. Untuk
mendukung hal tersebut, kemungkinan penggunaan dua akses pencapaian dari dalam tapak ke Kawasan Gelora Bung Karno.
U
Lokasi Tapak Lebar pedestrian 4 meter
Lebar pedestrian 2 meter
Lebar pedestrian 2 meter
U
1
2
3
U
- Mobilitas atlet ke Kawasan Gelora Bung Karno untuk kegiatan pemusatan latihan.
- Rata-rata atlet memilih untuk berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan (bus).
- Linkage structural (elemen sambungan) menjadi solusi untuk menjawab mobilitas atlet tersebut,
1.
Dari Dalam Tapak ke Kawasan Gelora
(Khususnya untuk Atlet dan Pelatih)
A
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-16
Analisis Tapak (Lanjutan-6)
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
U
- Kecenderungan pers/wartawan/reporter untuk bergerak cepat mencari atlet. - Menghindari sirkulasi yang cross dengan para atlet. Akses pejalan kaki
didesain fleksibel.
- Berdasarkan Teori Hamid Shirvani, signage dibutuhkan sebagai penanda elemen perancangan sutau kawasan, contoh penanda antar sirkulasi
2.
Di Dalam Tapak (Khususnya untuk Pengelola
dan Pengunjung)
Kemungkinan Meet Point
- Kecenderungan pers/wartawan/reporter untuk bergerak cepat mencari atlet. Pergerakan pengelola pada pagi hari, siang hari, dan sore hari perlu diwaspdai. - Untuk membedakan sirkulasi antara atlet & pelatih
dengan pengelola & pengunjung diperlukan ruang sirkulasi atau signage yang membedakannya, bisa
dalam hal bentuk, fleksibilitas, dsb.
- Signage bisa saja berupa penggunaan material soft/hard
(contoh perdu 90-100cm, rumput, dsb) pada ruang luar ataupun perbedaan material dan level pada ruang dalam.
A
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-17
Analisis Tapak (Lanjutan-7)
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
-
Matahari dan Arah Angin
Matahari :
- Orientasi sisi memanjang tapak cenderung menghadap utara dan selatan.
- Bangunan-bangunan yang berada pada sisi barat dan timur merupakan bangunan yang memiliki ketinggian relatif menengah dan tinggi. (medium rise - high rise)
- Sebaliknya bangunan-bangunan yang berada pada sisi utara dan selatan merupakan bangunan yang memiliki ketinggian relatif menengah ke bawah. (medium rise – low rise).
- Berdasarkan data dari Badan Klimatologi dan
Geofisika, maka untuk arah secara dominan berada pada jurusan 265° dan dengan kecepatan rata-rata 2.9-5.1 knot (1.45-2.55 m/s) pada ketinggian 10 meter. Data ini berguna sebagai tempat potensi bukaan yang paling potensial pada bangunan.
U
Keterangan
:
Efek besar ketajaman sinar matahari sore.
Efek sinar matahari sore lainnya akibat
pembayangan bangunan sekitar.
Sinar matahari pagi.
Cahaya matahari arah utara dan selatan.
Arah dominan angin.
U
- Unit hunian diusahakan tidak menerima sinar matahari langsung terutama matahari sore.
- Matahari sore diusahakan dapat diredam dengan mendapat pembayangan dari bangunan lainnya di sisi barat lokasi tapak dan pembayangan dari vegetasi sekitar.
- Pembagian ruang berdasarkan analisis matahari dan arah angin menjadi penting untuk kenyamanan atlet di dalam. Ruang-ruang private diusahakan jauh dari sinar
matahari langsung, namun mendapatkan potensi bukaan sesuai arah angin dan ruang-ruang service diletakkan
pada sisi barat.
- Arah dominan angin dari selatan ke utara memiliki hubungan dengan analisis matahari yang tidak bertolak belakang, sehingga desain dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Stadion Utama Bung Karno (Tinggi ± 30 meter)
Masjid
(Bangunan lapis rendah)
Hotel Atlet Century
(Bangunan yang cukup tinggi) Gedung KONI
(Bangunan yang cukup tinggi)
Wisma Serbaguna (Bangunan lapis rendah)
U
Lokasi Tapak
+
A
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-18
Analisis Tapak (Lanjutan-8)
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
-
Kebisingan
Kebisingan :
-
Kebisingan Utama
Kebisingan terbesar karena sirkulasi kendaraan
berlalu lalang dan mobilitas kegiatan utama pada
sekitar jalan utama yaitu Jalan Pintu Satu
Senayan.
-
Kebisingan Kecil
Hampir tidak dirasakan kebisingan yang berarti
dan mempengaruhi lokasi tapak. Jarang dilewati
kendaraan dan banyak
buffer
tanaman yang asri.
U
Keterangan
:
Efek besar berasal dari kebisingan utama.
Efek kecil.
Hampir tidak ditemukan sumber kebisingan yang besar
selain dari jalan utama yaitu Jalan Pintu Satu Senayan.
U
-
Bangunan diusahakan jauh dari sumber kebisingan
utama, jika pun harus dekat diusahakan merupakan
bangunan atau ruang yang bersifat
public
.
-
Unit hunian diusahakan jauh dari sumber
kebisingan utama.
-
Pembagian ruang berdasarkan analisis kebisingan
menjadi penting untuk kenyamanan atlet di dalam.
Ruang-ruang utama dan
private
diusahakan jauh
dari sumber kebisingan langsung.
-
Efektivitas vegetasi untuk meredam kebisingan.
U
Lokasi Tapak
Sumber Kebisingan Utama (Besar)
Kebisingan Kecil
Unit hunian
diusahakan jauh dari sumber kebisingan utama
Vegetasi keliling tapak sebagai buffer terhadap sumber kebisingan
A
A
n
n
a
a
l
l
i
i
s
s
i
i
s
s
T
T
a
a
p
p
a
a
k
k
Tabel IV-19
Analisis Tapak (Lanjutan-9)
Data Kondisi Tapak
Analisis
Tanggapan Rancangan
-
View dari Tapak
View dari tapak :
U
Keterangan
:
9 + Best view
(view terbaik dengan view langsung dan aksis ke a rah Stadion
Utama Gelora Bung Karno dengan penghijauan yang sangat baik, selain itu merupakan arah aktifitas perkotaan).
+ View yang baik
(view baik dengan pemandangan terbuka ke kawasan hijau
serta terlihat aktifitas perkotaan dan lalu lintas).
9 - View yang kurang
(view kurang baik karena tertutup bangunan sekitar).
9 View yang cukup
(view cukup baik dengan pemandangan terbuka ke kawasan
hijau, namun sepi dan jarang terlihat aktifitas yang besar -> cocok untuk santai).
U
-
Orientasi bangunan diutamakan mendapatkan
view
yang terbaik dan menarik.
-
Ruang-ruang
private
dan
public
diutamakan
mendapatkan
view
yang terbaik dan menarik.
U
a
b
c
d
e
f
a d b e c f 9+ + + 9‐ 9‐ 9 9View ke Kawasan Bung Karno Senayan
Unit hunian Ruang-ruang publik