• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Spektrometri Massa

2.4. Analisa Komponen Minyak Atsiri dengan GC-MS

2.4.2 Analisis Spektrometri Massa

Spektrometer massa adalah suatu alat berfungsi untuk mendeteksi masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas yang terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi dan sistem molekul. Prinsip spektrometri massa (MS) ialah senyawa organik (sampel) ditembak dengan berkas elektron dan menghasilkan ion bermuatan positif yang mempunyai energi yang tinggi karena lepasnya elektron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion positif yang lebih kecil (ion fragmen). Spektrum massa merupakan grafik antara limpahan relatif lawan perbandingan massa/muatan (m/z). Terpisah fragmen ion positif didasarkan pada massanya. Kejadian tersederhana adalah tercampaknya satu elektron dari molekul dalam fasa gas oleh sebuah elektron dalam berkas elektron dan membentuk suatu kation radikal (M+

) M + e → M+

+ 2e

Satu proses yang disebabkan oleh tabrakan elektron pada kamar pengion spektrometer massa adalah ionisasi dari molekul yang berupa uap dengan kehilangan satu elektron dan terbentuk ion molekul bermuatan positif, karena molekul senyawa organik mempunyai elektron berjumlah genap maka proses pelepasan satu elektron menghasilkan ion radikal yang mengandung satu elektron tidak berpasangan.

M M+

Proses lain molekul yang berupa uap tersebut menangkap sebuah elektron membentuk ion radikal bermuatan negatif dengan kemudian terjadi jauh lebih kecil (10-2) dari pada ion radikal bermuatan positif (Sudjadi, 1983).

Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam intrument GC-MS adalah hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan

-1e

untuk spektra MS bias diperoleh informasi mengenai massa molekul relatif dari sampel tersebut (Skoog, 1991).

2.5 Pestisida

Secara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetis, sebagai berikut : 1. Pencemaran air dan tanah yang akhirnya akan kembali lagi kepada manusia

dan makhluk hidup lainnya dalam bentuk makanan dan minuman yang tercemar

2. Matinya musuh alami dari organisme pengganggu tanman 3. Kemungkinan terjadinya serangan hama sekunder

4. Kematian organisme yang menguntungkan, seperti lebah yang sangat berperan dalam penyerbukan bunga

5. Timbulnya kekebalan OPT terhadap pestisida sintetis

Kelemahan pestisida sintetis seperti yang dikemukakan di atas membuat para ilmuwan khawatir pestisida sintetis tidak lagi mampu menanggulangi masalah hama dan penyakit tanaman, tetapi justru mendatangkan malapetaka bagi umat manusia.

Karena itu, berbagai penelitian, dari yang sederhana hingga yang rumit seperti rekayasa genetika mulai dikembangkan untuk mencari sumber – sumber yang lebih aman untuk manusia dan lingkungan. Sumber – sumber tersebut tersedia di alam dalam jumlah yang sangat besar. Pestisida alami yang berasal dari bahan – bahan yang terdapat di alam tersebut diekstraksi, diproses, atau dibuat menjadi konsentrat dengan tidak mengubah struktur kimianya. Berbeda dengan pestisida sintetis yang umumnya bersumber dari bahan dasar minyak bumi yang diubah struktur kimianya untuk memperoleh sifat – sifat tertentu sesuai dengan keinginan.

Pestisida alami yang kini dikenal dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, sebagai berikut :

1. Pestisida botani (botanical pesticides) yang berasal dari ekstrak tanaman.

Seperti diketahui, berbagai jenis tanaman memproduksi senyawa kimia untuk melindungi dirinya dari serangan OPT. Senyawa inilah yang kemudian diambil dan dipakai untuk melindungi tanaman lain.

2. Pestisida biologis (biological pesticide) yang mengandung mikroorganisme pengganggu OPT, seperti bakteri patogenik, virus dan jamur.

Mikroorganisme ini secara alami memang merupakan musuh OPT, yang kemudian dikembangbiakkan untuk keperluan perlindungan tanaman. Proses manufacture dari organisme ini telah memungkinkan petani memakainya

Pestisida berbahan dasar mineral anorganik yang terdapat pada kulit bumi.

Biasanya bahan mineral ini berbentuk kristal, tidak mudah menguap, dan bersifat stabil secara kimia, seperti belerang dan kapur. Minyak bumi atau minyak nabati dan sabun pun dapat dipakai untuk mengendalikan OPT. Pada pertanian organik, minyak dan sabun sangat lazim dipakai (Novizan,2002) Macam – macam pestisida diantaranya:

- Fungisida = Pengendali cendawan

- Insektisida = pengendali insecta/serangga dewasa - Herbisida = pengendali gulma

- Nematisida = pengendali nematoda

- Akarisida = pengendali pengendali tungau

- Ovasida = pengendali telur serangga dan telur tungau - Bakterisida = pengendali bakteri

- Larvasida = pengendali larva - Rodentisida = pengendali tikus - Avisida = pengendali burung

- Mollussida = pengendali bekicot (Djafaruddin, 2008)

2.5.1. Fungisida

Fungisida (fungicide), berasal dari kata bahasa Yunani : ―fungus‖ = cendawan, dan ―caedo‖ = membunuh. Fungisida dlam arti yang luas didefenisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan, tepatnya mengendalikan cendawan/fungi. Senyawa – senyawa yang menghambat pertumbuhan tanpa membunuh tersebut lebih tepat dikatakan ―fungistatik‖. Ada beberapa tipe fungisida, diantaranya:

- Proteksi (protective), yaitu tipe yang memberikan perlindungan terhadap infeksi pada tempat dimana ia dipakai, atau dapat juga bereaksi, dimana infeksi belum terjadi (protectant)

- Eradikasi (eradicant), yaitu tipe yang mengobati atau menyembuhkan infeksi, yang telah terjadi serta memusnahkan patogen pada tempat dimana ia dipakai

- Sistemik (sistemic), yaitu tipe yang dapat mencegah perkembangan penyakit di tempat – tempat atau bagian – bagian di sleuruh tubuh tanaman yang berasal dari mana atau pada tempat di mana ia dipakai.

Sifat – sifat fungisida, yaitu :

- Fungisidal, berarti fungisida itu membunuh cendawan (fungi)

- Fungistatik, berarti tidak membunuh cendawan tersebut, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya atau memperlambat pertumbuhannya

- Genestatik berarti mencegah sporulasi atau pembentukan spora dari cendawan tersebut. Oleh karena itu fungisida yang genestatik dapat pula disebut ―eradicant‖.

Sebaiknya atau yang ideal, fungisida mempunyai sifat – sifat sebagai berikut : - Dapat meracun patogen (toksid yang tinggi)

- Tidak merusak tanaman (fitotoksid)

- Tidak meracun manusia (tidak toksid pada manusia) - Tidak meracun ternak (tidak toksid pada ternak) - Murah dan mudah didapat

- Tidak mudah terbakar - Tahan disimpan lama - Tidak merusak alat – alat

- Mudah dibuat dan mudah pemakaiannya - Dapat merata dan melekat kuat

- Dapat aktif dalam waktu yang lama setelah dipakai

Tetapi boleh dikatakan belum ada fungisida yang ideal, yang memenuhi semua syarat – syarat tersebut diatas. Fungisida yang sudah umum dipakai hanya mempunyai sebagian dari syarat – syarat dan sifat sifat baik tersebut (Djafaruddin, 2008).

BAB 3

Dokumen terkait