HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah objek yang diteliti (N) adalah 60 sampel kecuali DPR (Dividen Payout Ratio) yang berjumlah 32 karena tidak semua perusahaan membagikan laba yang didapat sebagai deviden kepada pemegang saham.
Berikut adalah deskripsi hasil analisis:
a. Nilai DER menunjukkan nilai minimum sebesar 0.16 dan maximum sebesar 0.76, dengan standar deviasi 0.13695 dan nilai mean DER sebesar 0.4747 yang menunjukkan bahwa rata-rata kebijakan hutang perusahaan sektor makanan dan minuman memiliki nilai yang lebih tinggi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DER 60 .16 .76 .4747 .13695 ROA 60 .00 .29 .0923 .06217 CR 60 .95 6.33 1.9665 1.12707 DPR 32 13.08 160.21 47.2353 39.34174 SIZE 60 25.24 31.71 28.0250 1.56691 GROWTH 60 -.40 2.05 .2126 .37799 Valid N (listwise) 32
42
dibandingkan dengan rata-rata industri kebijakan hutang menurut Weston dan Brigham sebesar 0.40. Rata-rata kebijakan hutang perusahaan makanan dan minuman lebih besar dari rata-rata industri berarti perusahaan akan menanggung risiko yang lebih besar dari penggunaan hutang karena perusahaan belum bisa mengoptimalkan dana internal
perusahaan.
b. Nilai ROA menunjukkan nilai minimum sebesar 0.00 dan maximum sebesar 0.29, dengan standar deviasi 0.06217 dan nilai mean ROA sebesar 0.0923 yang menunjukkan bahwa rata-rata profitabilitas perusahaan sektor makanan dan minuman memilki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri profitabilitas menurut Weston dan Brigham sebesar 0.15. Rata-rata profitabilitas perusahaan makanan dan minuman lebih rendah dari rata-rata industri menunjukkan selama periode penelitian keuntungan yang di dapat perusahaan rendah.
c. Nilai CR menunjukkan nilai minimum sebesar 0.95 dan maximum sebesar 6.33, dengan standar deviasi 1.12707 dan nilai mean CR sebesar 1.9665 yang menunjukkan bahwa rata-rata likuiditas perusahaan sektor makanan dan minuman memilki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri likuiditas menurut Weston dan Brigham sebesar 2.5. Rata-rata-rata likuiditas perusahaan makanan dan minuman yang lebih rendah dari rata-rata industri menunjukkan kurangnya CR perusahaan. Perusahaan harus
43
lebih meningkatkan nilai CR karena dapat memperlihatkan likuidnya suatu perusahaan dalam membayarkan hutang jangka pendeknya.
d. Nilai DPR menunjukkan nilai minimum sebesar 13.08 dan maximum sebesar 160.21, dengan standar deviasi 39.34174 dan nilai mean DPR sebesar 47.2353 yang menunjukkan bahwa rata-rata kebijakan deviden perusahaan sektor makanan dan minuman memilki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri kebijakan deviden menurut Weston dan Brigham sebesar 0.25. Rata-rata kebijakan deviden perusahaan makanan dan minuman lebih tinggi dari rata-rata industri berarti bahwa selama periode penelitian, perusahaan membayarkan deviden tepat waktu dan nilainya terus bertambah.
e. Nilai SIZE menunjukkan nilai minimum sebesar 25.24 dan maximum sebesar 31.71, dengan standar deviasi 1.56691 dan nilai mean SIZE sebesar 28.0250. Ukuran perusahaan memiliki 3 kategori yaitu perusahaan kecil dengan aset ≤ 200 juta, perusahaan sedang dengan aset 1 milyar – 50 milyar dan perusahaan besar dengan aset ≥ 50 milyar menurut Mas’ud Machfoed. Nilai mean SIZE sebesar Rp. 28.0250 milyar yang artinya rata-rata perusahaan sektor makanan dan minuman merupakan perusahaan sedang.
44
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan uji statistik kolmogorov-smirnov, jika nilai signifikansi > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal dan jika signifikansi < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DER ROA CR DPR SIZE GROWTH
N 60 60 60 32 60 60
Normal Parametersa,,b Mean .4747 .0923 1.9665 47.2353 28.0250 .2126
Std. Deviation .13695 .06217 1.12707 39.34174 1.56691 .37799
Most Extreme Differences Absolute .074 .148 .279 .240 .061 .192
Positive .048 .148 .279 .240 .061 .192
Negative -.074 -.091 -.184 -.193 -.049 -.125
Kolmogorov-Smirnov Z .573 1.147 2.162 1.358 .472 1.489
Asymp. Sig. (2-tailed) .897 .144 .000 .050 .979 .024
a. Test distribution is Normal.
45
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas
Untuk memenuhi uji asumsi klasik, maka data yang tidak normal terlebih dahulu ditransformasi ke logaritma natural. Dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3, setelah dilakukan tranformasi data nilai signifikan variabel CR dan GS menjadi normal. Dapat dijelaskan bahwa model regresi linier berganda tersebut layak dan baik untuk digunakan dalam penelitian ini, karena semua variabel memiliki nilai signifikan > 0.05 yang artinya residual data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya multikolinearitas. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat dari Tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Pada umumnya nilai cutoff yang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DER ROA DPR SIZE LNCR LNGROWTH
N 60 60 32 60 58 49
Normal Parametersa,,b Mean .4747 .0923 47.2353 28.0250 -.7886 -1.6714
Std. Deviation .13695 .06217 39.34174 1.56691 .88864 .97339
Most Extreme Differences Absolute .074 .148 .240 .061 .168 .068
Positive .048 .148 .240 .061 .129 .068
Negative -.074 -.091 -.193 -.049 -.168 -.068
Kolmogorov-Smirnov Z .573 1.147 1.358 .472 1.277 .479
Asymp. Sig. (2-tailed) .897 .144 .050 .979 .077 .976
a. Test distribution is Normal.
46
digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya multikolinearitas adalah nilai Tolerance≤ 0.10 atau sama dengan dengan nilai VIF ≥ 10.
Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Pada tabel 5.3 dapat dilihat hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas, karena seluruh angka Tolerance diatas 0.10 dan
Variance Inflation Factor (VIF) yang dihasilkan memiliki nilai dibawah 10. Deskripsi hasil pengujian pada tabel 5.3 sebagai berikut:
a. Nilai Tolerance ROA sebesar 0.538 (≥ 0.10) dan nilai VIF ROA sebesar 1.875 (≤ 10). Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .122 .486 .250 .805 ROA -.302 .387 -.146 -.781 .444 .538 1.857 DPR -.002 .001 -.378 -2.082 .050 .568 1.760 SIZE .014 .016 .137 .840 .411 .701 1.427 LNCR -.084 .039 -.385 -2.160 .043 .588 1.700 LNGROWTH -.002 .020 -.013 -.090 .929 .838 1.193
47
b. Nilai Tolerance DPR sebesar 0.568 (≥ 0.10) dan nilai VIF DPR sebesar 1.760 (≤ 10).
c. Nilai Tolerance SIZE sebesar 0.701 (≥ 0.10) dan nilai VIF SIZE sebesar 1.427 (≤ 10).
d. Nilai Tolerance Logaritma Natural CR sebesar 0.588 (≥ 0.10) dan nilai VIF Logaritma Natural CR sebesar 1.700 (≤ 10).
e. Nilai Tolerance Logaritma Natural GS sebesar 0.838 (≥ 0.10) dan nilai VIF Logaritma Natural CR sebesar 1.193 (≤ 10).
3. Uji Autokorelasi
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson
(DW).
Tabel 5.5 Hasil Uji Autokorelasi
Pada tabel 5.4 nilai DW didapat sebesar 2.168 dengan jumlah sampel 60 dan jumlah variabel 5 ( N = 60, k = 5 ) dengan tingkat signifikansi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .791a .625 .532 .09628 2.168
a. Predictors: (Constant), LNGROWTH, DPR, LNCR, SIZE, ROA
48
0.05 (5%). Dengan data tersebut maka batas atas (du) berdasarkan tabel DW = 1.767.
Du < DW < 4 – du 1.767 < 2.168 < 2.233
Oleh karena nilai DW sebesar 2.168 lebih besar dari batas atas (du) 1.767 dan kurang dari 4 – 1.767 (4 – du ) maka dapat disimpulkan bahwa nilai DW tersebut berada pada interval tidak ada autokolerasi positif atau negatif. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa model regresi untuk variabel dependen DER terbebas dari masalah autokolerasi.41
4. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan memplotkan grafik antara SRESID dengan ZPRED di mana gangguan heteroskedastisitas akan tampak dengan adanya pola tertentu pada grafik. Berikut adalah uji heteroskedastisias pada model dalam penelitian ini:
41 Ghozali, op.cit, Hlm. 101.
49
Grafik scatterplot di atas memperlihatkan bahwa tidak terdapat pola tertentu pada grafik. Titik pada grafik menyebar secara acak (random) baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
50
D. Koefisien Determinasi ( )
Tabel 5.6 Hasil Uji Adjusted R2
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari variabel independen terhadap variabel dependen dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel dependen bisa
dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel independen. Pada tabel 5.5 dapat terlihat besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0.523 hal ini berarti sebesar 52.3% empat variable independen yaitu Logaritma Natural GS,
Logaritma Natural CR, SIZE, DPR dan ROA dapat menjelaskan variable dependen yaitu DER (Debt Equty Ratio). Sisanya 47.7% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model seperti struktur aktiva dan risiko bisnis.
E. Uji Hipotesis
1. Uji Statistik F (Uji F-test)
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen secara bersama-sama atau simultan.
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .791a .625 .532 .09628 2.168
a. Predictors: (Constant), LNGROWTH, DPR, LNCR, SIZE, ROA
51
Tabel 5.7 Hasil Uji F-test
Dari tabel 5.6 dapat dilihat nilai F-test sebesar 6.677 serta nilai probabilitas sebesar 0.001 < 0.05. Maka dapat dikatakan bahwa permodelan yang digunakan, yaitu variabel independen (ROA, DPE, SIZE, CR dan GS) secara serentak berpengaruh signifikan pada variabel dependen (DER) adalah memenuhi kriteria.
2. Uji Statistik T (uji-T)
Uji signifikansi parameter individual atau disebut juga uji statistik Uji-T bertujuan untuk menguji secara parsial atau individu dari masing-masing variabel independen mempunyai pengaruh signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen.
Berdasarkan dasar signifikansi adalah sebagai berikut:
3) Jika t-statistik signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. 4) Jika t-statistik signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .309 5 .062 6.677 .001a
Residual .185 20 .009
Total .495 25
a. Predictors: (Constant), LNGROWTH, DPR, LNCR, SIZE, ROA
52
Tabel 5.8 Hasil Uji-T
a. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap kebijakan hutang (DER).
Hasil pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar -0.781 serta nilai probabilitas sebesar 0.444 > 0.05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Koefisien korelasi untuk variabel ROA menunjukkan nilai sebesar -0.302. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa profitabiltas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Semakin meningkatnya profitabilitas suatu perusahaan maka tidak akan selalu menurukan kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2012.
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .122 .486 .250 .805 ROA -.302 .387 -.146 -.781 .444 .538 1.857 DPR -.002 .001 -.378 -2.082 .050 .568 1.760 SIZE .014 .016 .137 .840 .411 .701 1.427 LNCR -.084 .039 -.385 -2.160 .043 .588 1.700 LNGROWTH -.002 .020 -.013 -.090 .929 .838 1.193
53
Hasil penelitian ini didukung ini didukung oleh penelitian Dina Hastolana (2013)42 yang menunjukkan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Yeniatie dan Nicken (2010)43 yang menunjukkan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Berdasar hasil penelitian, peningkatan profitabilitas tidak selalu menurunkan hutang perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti memupunyai dana internal yang besar sehingga akan menggunakan dana internal yaitu laba ditahan untuk operasional perusahaan daripada dana eksternal, maka akan mengurangi penggunaan hutang. Sebaliknya perusahaan akan mendapat kemudahan dalam memperoleh kepercayaan kreditur unutk meminjamkan dana karena memiliki profitabilitas yang tinggi artinya perusahaan mampu mendapat keuntungan yang lebih besar dari modal yang ditanamkan pada aktivanya.44
H0: Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
H1: Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
42
Dina Hastalona, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang”, Jurnal Keuangan dan Bisnis, STIE Al Hikmah, Vol. 5, No. 1, Maret 2013.
43Yeniatie dan Nicken Destriana., “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, STIE Trisakti, Vol. 12, No. 1, April 2010, Hlm.1-16.
54
b. Pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) terhadap kebijakan hutang (DER). Hasil pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar -2.028 serta nilai probabilitas sebesar 0.050 > 0.05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Koefisien korelasi untuk variabel DPR menunjukkan nilai sebesar -0.002. Dengan demikan dapat dijelaskan bahwa kebijakan deviden tidak bepengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Semakin besar kebijakan deviden suatu perusahaan maka kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman pada yang terdaftar di BEI periode 2009-2012 tidak selalu meningkat.
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Murni dan Adriana (2007)45 yang menunjukkan hasil yang signifikan antara kebijakan deviden terhadap kebijakan hutang. Bertentangan dengan Inneke dan Supatmi (2008), Abdullah Jabid (2009)46 yang mendapatkan hasil bahwa kebijakan deviden memiliki pengaruh berbeda terhadap kebijakan hutang. Deviden merupakan bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Kebijakan deviden diambil terkait dengan jumlah arus kas dalam 44Hari Kusrini, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Kebiajakan Hutang”, Skripsi, Hlm. 98, 2012.
55
perusahaan. Ketika dana yang didapat akan dibagikan sebagai deviden, maka perusahaan akan cenderung untuk menggunakan hutang. Sebaliknya, jika dana yang didapat tidak dibagikan sebagai deviden maka perusahaan kemungkinan tidak akan menggunakan hutang.
H0: Kebijakan deviden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
H1: Kebijakan deviden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
c. Pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap kebijakan hutang (DER). Hasil pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 0.840 serta nilai probabilitas sebesar 0.411 > 0.05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Koefisien korelasi untuk variabel SIZE menunjukkan nilai sebesar 0.014. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin meningkat kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2012.
45Murni dan Andriana, “Pengaruh Insider Ownership, Institutional Investor, Dividend Payments dan Firm Growth Terhadap Kebijakan Hutang”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1, Februari, 2007.
56
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Heyman et. Al (2007)47 yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Tidak sejalan dengan penelitian Ali (2011)48 dan Nina (2009)49 yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Semakin besar suatu ukuran perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mendapat kemudahan untuk kepasar modal, yang artinya kemampuan perusahaan besar lebih tinggi untuk mendapatkan dana daripada perusahaan kecil. Ukuran besarnya suatu perusahaan ditandai dengan tinggi rendahnya aktivitas operasional perusahaan, semakin tinggi nya aktivitas perusahaan maka perusahaan membutuhkan hutang dari luar untuk mebiayai aktivitas operasional perusahaan.
H0: Ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
H1: Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
d. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap kebijakan hutang (DER).
Hasil pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Hal ini dapat dibuktikan
47Heyman et.al, “The Financial Of Private Held Belgian Firms”, 2007.
57
dengan nilai t hitung sebesar -2.160 serta nilai probabilitas sebesar 0.043 > 0.05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Koefisien korelasi untuk variabel CR menunjukkan nilai sebesar -0.084. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Semakin besar likuiditas suatu perusahaan maka akan menurunkan kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2012.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Paydar dan Bardai (2012)50 yang menunjukkan hasil likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, sementara menurut Sabir dan Malik (2012)51 menunjukkan likuiditas memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Likuiditas dapat mengandung sinyal yang positif dari perusahaan, karena perusahaan mengindikasikan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan mudah dan mengurangi resiko gagal bayar. Berdasarkan hasil penelitian ini semakin tinggi CR maka akan mengurangi kebijakan hutang. Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi tidak menjamin akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya walaupun perusahaan yang lukuid mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dan bisa mendapat kepercayaan investor untuk menerbitkan hutang baru. Hal ini 49 Nina Diah Pithaloka, op.cit.
50Paydar dan Bardai, “Leverage Behavior of Malaysian Mabufacturing Comapnies A Case Observation of The Industrial Sector’s Companies In Brsa Malaysia”, 2012.
58
menunjukkan bahwa aset yang likuid dapat digunakan oleh perusahaan untuk sumber pembiayaan sehingga perusahaan tidak membutuhkan hutang atau pendanaan eksternal atau dapat diakatakan memiliki rasio hutang yang rendah.52
H0: Likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
H1: Likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
e. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan (GS) terhadap kebijakan hutang (DER) Hasil pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar -0.090 serta nilai probabilitas sebesar 0.929 > 0.05 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Koefisien korelasi untuk variabel ROA menunjukkan nilai sebesar -0.002. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa profitabiltas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Semakin meningkatnya profitabilitas suatu perusahaan maka tidak akan selalu menurukan kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2009-2012.
51sabir dan Malik, “Determinants of Capital Structure A Study of Oil and Gas Sector of pakistan”, 2012.
59
Berdasarkan output diatas dihasilkan probabilitas sebesar 0.929 jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansinya yaitu 0.05. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak.
Hasil penelitian ini mendukung Soebiantoro dan Sujoko (2007) yaitu tingkat pertumbuhan terhadap hutang didasarkan pada kenyataan semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin tinggi pula struktur modal perusahaan berupa hutang jangka panjang. Selain itu, Semakin tinggi pertumbuhan pasar maka peluang bisnis perusahaan semakin besar. Semakin stabil juga pertumbuhan penjualannya. Ketika dana internal berupa pendapatan penjualan perusahaan tidak mencukupi, maka perusahaan dapat dengan aman menggunakan hutang karena penjualan yang stabil maka perusahaan akan mampu membayar biaya tetap yang ditimbulkan dari hutang. Tidak signifikannya variabel ini karena ada kemungkinan bahwa Tingkat pertumbuhan juga berbanding lurus dengan pertumbuhan laba, sehingga pertumbuhan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba per lembar saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage. Jika aktiva dan laba meningkat per tahun, maka pembiayaan dengan hutang dan beban tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham. Perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage
dengan adanya kesempatan untuk meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya tinggi. Hal tersebut yang memungkinkan terjadinya ketidakkonsisten yang menyebabkan tidak signifikan hasil penelitian ini.
60
3. Analisi Regresi Linear Berganda
Berdasarkan tabel 5.7 maka bentuk persamaan linear berganda sebagai berikut:
Maka :
.
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta DER sebesar 0.122 artinya jika semua variabel bebas dianggap konstan atau tetap dan tidak mempunyai nilai maka besarnya kebijakan hutang adalah 0.122 atau 12.2%.
2. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien ROA sebesar -0.302 dan nilai t sebesar -0.781 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.444. Koefisien ROA sebesar -0.302 menunjukkan bahwa setiap kenaikan profitabilitas sebesar satu-satuan maka kebijakan hutang akan turun sebesar 0.302 dengan asumsi variabel independen yang lain konstan atau tetap.
3. Kebijakan deviden berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien DPR sebesar 0.002 dan nilai t sebesar 2.082 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.050. Koefisien DPR sebesar -0.002 menunjukkan bahwa setiap kenaikan deviden payment sebesar
satu-DER = ROA + DPR + SIZE + CR + + e
61
satuan maka kebijakan hutang akan tururn sebesar -0.002 dengan asumsi variabel independen yang lain konstan atau tetap.
4. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien SIZE sebesar 0.014 dan nilai t sebesar 0.840 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.411. Koefisien SIZE sebesar 0.014 menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar satu-satuan maka kebijakan hutang akan naik sebesar 0.014 dengan asumsi variabel independen yang lain konstan atau tetap.
5. Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien CR sebesar -0.084 dan nilai t sebesar -2.160 dengan nilai signifikansi sebesar 0.043. Koefisien CR sebesar -0.084 menunjukkan bahwa setiap kenaikan likuiditas sebesar satu persen maka kebijakan hutang akan turun sebesar 0.084 dengan asumsi variabel independen yang lain konstan atau tetap.
6. Pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien CR sebesar -0.002 dan nilai t sebesar -0.090 dengan nilai signifikansi sebesar 0.929. Koefisien CR sebesar -0.002 menunjukkan bahwa setiap kenaikan pertumbuhan penjualan sebesar satu persen maka kebijakan hutang akan turun sebesar 0.002 dengan asumsi variabel independen yang lain konstan atau tetap.
62
BAB VI