• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.10. Analisis statistik

5.10.1. Tingkat keparahan berdasarkan umur

Tingkat keparahan penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan umur dapat dilihat pada table berikut:

Tabel.5.9. Proporsi umur penderita DBD rawat inap berdasarkan tingkat keparahan di RSUD Lubuk pakam tahun 2011.

Umur (tahun) Tingkat keparahan

Ringan (derajat I dan II)

Berat (derajat III dan IV)

n % n % < 15 50 36,2 1 0,7 ≥ 15 87 63,1 0 0 Total 137 99,3 1 0,7 Χ2 = 1,718 df= 1 p= 0,370

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui proporsi tingkat keparahan berat lebih besar pada umur < 15 tahun (0,7%) dari pada umur ≥ 15 tahun (0%) dan proporsi tingkat keparahan ringan lebih besar pada umur ≥ 15 tahun (63,1%) dari pada umur < 15 tahun (98%).

Analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel yang nilai expected count kurang dari 5 sehingga menggunakan uji Exact Fisher. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p=0,370 yang berarti p>0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan antara proporsi tingkat keparahan berdasarkan umur.

5.10.2. Lama rawatan rata-rata (hari) berdasarkan sumber biaya

Lama rawatan rata-rata penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada table berikut:

Tabel.5.10. Proporsi lama rawatan rata-rata (hari) penderita DBD rawat inap berdasarkan sumber biaya di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 Sumber biaya Lama rawatan rata-rata (hari)

n Mean SD

Biaya sendiri 52 3,67 1,746

Bukan biaya sendiri 86 4,77 1,858

t= -3,429 df= 136 p= 0.001

Uji Kolmogorov-smirnov dengn p=0,003 menunjukkan bahwa data lama rawatan rata-rata berdistribusi normal, sehingga uji t dapat digunakan. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh p=0,001 yang berarti p<0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

5.10.3. Lama rawatan rata-rata (hari) berdasarkan jumlah trombosit

Lama rawatan rata-rata penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan jumlah trombosit dapat dilihat pada table berikut:

Tabel.5.11. Proporsi lama rawatan rata-rata (hari) penderita DBD rawat inap berdasarkan jumlah trombosit di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 Jumlah trombosit Lama rawatan rata-rata (hari)

n Mean SD

100.000/µl 96 4,38 1,825

>100.000/µl – 150.000/µl 42 4,31 2,042

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh p=0,852 yang berarti p>0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan jumlah trombosit.

5.10.4. Lama rawatan rata-rata (hari) berdasarkan persentase hematokrit

Lama rawatan rata-rata penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan persentase hematokrit dapat dilihat pada table berikut:

Tabel.5.12. Proporsi lama rawatan rata-rata (hari) penderita DBD rawat inap berdasarkan persentase hematokrit di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Persentase hematokrit Lama rawatan rata-rata (hari)

n Mean SD

≤ 40% 79 4,57 2,074

>40% 59 4,07 1,574

t= 1,554 df= 136 p= 0,123

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh p=0,852 yang berarti p>0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan persentase hematokrit. 5.10.5. Lama rawatan rata-rata (hari) berdasarkan tingkat keparahan

Lama rawatan rata-rata penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan tingkat keparahan dapat dilihat pada table berikut:

Tabel.5.13. Proporsi lama rawatan rata-rata (hari) penderita DBD rawat inap berdasarkan tingkat keparahan di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 Tingkat keparahan Lama rawatan rata-rata (hari)

n Mean SD

Ringan (derajat I dan II) 137 4,34 0,161

Berat (derajat III dan IV) 1 6,00 -

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh p=0,383 yang berarti p>0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan.

5.10.6. Lama rawatan rata-rata (hari) berdasarkan keadaan sewaktu pulang Lama rawatan rata-rata (hari) penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada table berikut:

Tabel.5.14. Proporsi lama rawatan rata-rata (hari) penderita DBD rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Keadaan sewaktu pulang Lama rawatan rata-rata (hari)

n Mean SD

Pulang berobat jalan (PBJ) 121 4,53 0,165

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

17 3,12 0,428

t= 2,969 df= 136 p= 0,004

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh p=0,004 yang berarti p<0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

5.10.7. Tingkat keparahan berdasarkan keadaan sewaktu pulang

Tingkat keparahan penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada table berikut:

Tabel.5.15. Tingkat keparahan penderita DBD rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Keadaan sewaktu pulang Tingkat keparahan Total

Ringan (derajat I dan II)

Berat (derajat III dan IV)

n % n % n %

Pulang berobat jalan (PBJ) 120 99,2 1 0,8 121 100

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 17 100 - 0 17 100

X2= 0,142 df= 1 p= 1,000

Berdasarkan Tabel 5.18 dapat diketahui tingkat keparahan berat (derajat III dan IV) lebih besar pada pulang berobat jalan (0,8%) dari pada pulang atas permintaan sendiri (0%).

Analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel yang nilai expected count kurang dari 5 sehingga menggunakan uji Exact Fisher. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p=1,000 yang berarti p>0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan antara proporsi tingkat keparahan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

5.10.8. Sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang

Sumber biaya penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada table berikut:

Tabel.5.16. Sumber biaya penderita DBD rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Keadaan sewaktu pulang Sumber biaya Total

Biaya sendiri Bukan biaya sendiri

n % N % n %

Pulang berobat jalan (PBJ) 45 37,2 76 62,8 121 100

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 7 41,2 10 58,8 17 100

X2= 0,101 df= 1 p= 0,751

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p=0,751 yang berarti p>0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

5.10.9. Jumlah trombosit berdasarkan keadaan sewaktu pulang

Jumlah trombosit penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada table berikut: Tabel.5.17. Jumlah trombosit penderita DBD rawat inap berdasarkan keadaan

sewaktu pulang di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Keadaan sewaktu pulang Jumlah trombosit Total

≤100.000/µl >100.000/µl-150.000/µl

n % n % n %

Pulang berobat jalan (PBJ) 83 68,6 38 31,4 121 100

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

13 76,5 4 23,5 17 100

X2=0,437 df= 1 p= 0,509

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p=0,509 yang berarti p>0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jumlah trombosit berdasarkan keadaan sewaktu pulang

5.10.10. Persentase hematokrit berdasarkan keadaan sewaktu pulang

Persentase hematokrit penderita DBD rawat inap di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada table berikut: Tabel.5.18. Persentase hematokrit penderita DBD rawat inap berdasarkan

keadaan sewaktu pulang di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Keadaan sewaktu pulang Persentase hematokrit Total

≤40% >40%

n % N % n %

Pulang berobat jalan ( PBJ) 67 55,4 54 44,6 121 100

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 12 70,6 5 29,4 17 100

X2= 1,410 df= 1 p= 0,235

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p=0,235 yang berarti p>0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi persentase hematokrit berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Sosiodemografi

6.1.1. Proporsi penderita berdasarkan umur

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6.1. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan umur di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Berdasarkan Gambar 6.1. dapat diketahui proporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan umur adalah umur 11-19 tahun (26%). Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD di Indonesia terbanyak pada kelompok umur 4-5 tahun, kelompok resiko tinggi DBD meliputi anak berumur 5-9 tahun.31

26.8 22.5 15.9 13 10.1 5.8 4.3 1.4 0 5 10 15 20 25 30 11-19 tahun 2-10 tahun 20-28 tahun 29-37 tahun 38-46 tahun 47-55 tahun 56-64 tahun ≥ 65 tahun P ro p o rs i Umur

Di kabupaten Tranggalek sampai dengan November 2004 jumlah penderita DBD tertinggi pada umur 5-9 tahun. Pada umur 5-6 tahun anak mulai masuk TK dan pada usai 7-9 tahun anak duduk di bangku SD. Dari data ini tidak menutup kemungkinan penularanya terjadi bukan pada rumah mereka, tapi pada sekolah anak-anak tersebut.46 Dari gambar 6.1 di atas penderita DBD juga dijumpai pada umur ≥ 65 tahun, kelompok umur ini pada umumnya lebih lama beraktivitas di dalam rumah, nyamuk pembawa virus dengue yang gemar hidup di dalam rumah adalah Aedes aegypti berbeda dengan nyamuk Aedes albopictus yang gemar tinggal disekitar rumah.44

Hasil penelitian Safinah (2004) dengan desain case series menemukan proporsi umur terbanyak ≥ 15 tahun (54%), 28

hasil yang sama juga di dapat pada penelitian Sondang (2006) dengan desain case series menemukan proporsi umur terbanyak ≥ 15 tahun (52,1%).45

6.1.2. Proporsi penderita berdasarkan jenis kelamin

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6.2. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan jenis kelamin di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Berdasarkan Gambar 6.2 dapat diketahui proporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan (50,7%). Pada umumnya anak laki-laki lebih rentan terhadap infeksi dari pada anak perempuan. Hal ini disebabkan karena produksi imunoglobin dan anti bodi yang dikelola secara genetika dan hormonal pada anak perempuan lebih efisien dibandingkan pada anak laki-laki, sampai sekarang belum ada yang dapat memberikan jawaban yang tuntas mengenai perbedaan jenis kelamin pada penderita DBD.47

Hasil penelitian Safinah(2004) dengan desain case series menemukan proporsi tertinggi penderita DBD berjenis kelamin perempuan (53,2),28 berbeda dengan hasil penelitian Sondang (2006) dengan desain case series menemukan proporsi penderita tertinggi berjenis kelamin laki-laki (53,1%).45

50.7% 49.3%

6.1.3. Proporsi penderita berdasarkan agama

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan agama dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6.3. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan agama di RSUD Lubuk pakam tahun 2011.

Berdasarkan Gambar 6.3. diketahui proporsi tertinggi penderita DBD adalah agama Islam (74,6%), Hal ini bukan berarti bahwa agama Islam merupakan risiko tinggi terjadinya DBD, tetapi kemungkinan disebabkan lebih banyak penderita yang datang untuk berobat ke rumah sakit tersebut adalah yang beragama Islam.

Hasil penelitian Puteri (2007) dengan desain case series menemukan proporsi penderita terbanyak beragama Islam (94,5%),41 hasil yang sama juga didapat pada penelitian Vivijulia (2010) dengan desain case series menemukan proporsi penderita terbanyak beragama Islam (86,8%).42

74.6% 25.4%

6.1.4. Proporsi penderita berdasarkan pendidikan

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6.4. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan pendidikan di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Berdasarkan Gambar 6.4. diketahui proporsi tertinggi penderita DBD adalah berpendidikan SLTA (37,7%). Hal ini dapat dikaitkan dengan pekerjaan penderita lebih banyak adalah pelajar/mahasiswa.

Hasil penelitian Puteri (2007) dengan desain case series menemukan proporsi penderita tertinggi berpendidikan SLTA (30%),41 berbeda dengan hasil penelitian Vivijulia (2010) dengan desain case series menemukan proporsi penderita tertinggi berpendidikan SD (46,9%).42

6.1.5. Proporsi penderita berdasarkan pekerjaan

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut: 37.7% 23.9% 23.9% 9.4% 5.1%

Gambar 6.5. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan pekerjaan di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Berdasarkan Gambar 6.5. diketahui proporsi tertinggi penderita DBD adalah sebagai pelajar / mahasiswa (43,5%). Hal ini terkait dengan kebiasaan nyamuk Aedes aegypti menggigit pada pagi dan sore hari sewaktu pelajar/mahasiswa beraktivitas di luar rumah dan kurangnya pemantauan jentik di sekolah-sekolah atau tempat umum.

Hasil penelitian Puteri (2007) dengan desain case series menemukan proporsi pekerjaan penderita terbanyak adalah pelajar (47,9%),41 hasil yang sama juga didapat pada penelitian Vivijulia (2010) dengan desain case series menemukan proporsi pekerjaan penderita terbanyak adalah pelajar/mahasiswa (27,9%).42

6.1.6. Proporsi penderita berdasarkan tempat tinggal

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada gambar berikut:

43.5 15.2 14.5 10.9 9.4 6.5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P ro p o rs i Pekerjaan

Gambar 6.6. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan tempat tinggal di RSUD Lubuk pakam tahun 2011

Berdasarkan Gambar 6.6. diketahui proporsi tertinggi pederita DBD berasal dari luar Lubuk pakam (51,4%).

RSUD Lubuk pakam merupakan rumah sakit pemerintah yang mempunyai wilayah kerja efektif di 14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang, sehingga memungkinkan penderita yang datang ke rumah sakit ini lebih banyak dari luar kecamatan Lubuk Pakam. Hal ini bukan berarti masyarakat yang berasal luar Lubuk Pakam merupakan faktor risiko terhadap terjadinya DBD, tetapi kemungkinan karena lebih banyak penderita yang datang berobat ke rumah sakit tersebut adalah masyarakat yang bertempat tinggal di luar Lubuk Pakam.

Dokumen terkait