• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Desain Penelitian

4.1. Hasil Penelitian

4.1.3 Analisis Statistik

4.1.3 Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan uji parametrik yaitu one way

ANOVA karena variabel yang digunakan merupakan variabel numerik tidak berpasangan dan memiliki lebih dari dua kelompok data. Syarat uji one way ANOVA adalah distribusi data yang normal dan memiliki varians data yang normal. Uji normalitas menunjukan distribusi data yang normal dan setelah melakukan uji homogenisitas didapatkan varians data yang normal. Selanjutnya, didapatkan hasil uji one way ANOVA dengan hasil P=0,000 yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan zona hambat yang signifikan pada sebagian besar konsentrasi.

Pengulangan

Mean Std. Deviation

1 2 3 4

Ekstrak jintan hitam 100% 20mm 19mm 20mm 17mm 19.0000 1.41421

Ekstrak jintan hitam 75% 15mm 14mm 15mm 14mm 14.5000 .57735

Ekstrak jintan hitam 50% 13mm 13mm 14mm 13mm 13.2500 .50000

Ekstrak jintan hitam 25% 10mm 12mm 10mm 0mm 8.0000 5.41603

Antibiotik gentamicin 10mcg 20mm 19mm 21mm 20mm 20.0000 .81650

Etanol 96% 0mm 0mm 0mm 0mm .0000 .00000

Konsentrasi Etanol 25% 50% 75% 100% Gentamicin

Etanol 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 25% 0,000 0,00 0,000 0,000 0,000 50% 0000 0,000 0,059 0,000 0,000 75% 0,000 0,000 0,059 0,000 0,000 100% 0,000 0,000 0,000 0,000 0,248 Gentamicin 0,000 0,000 0,000 0,000 0,248

Tabel 4.2 Hasil Perbandingan Setiap Konsentrasi dalam Membentuk Zona Hambat

Tabel 4.1 Rata-rata zona hambat setiap konsentrasi

Konsentrasi

Diameter zona hambat

23

Jika pada uji one way ANOVA didapatkan hasil nilai p<0,05 maka selanjutnya dilakukan analisis post hoc, analisis ini dilakukan untuk mengetahui daya hambat tiap kelompok konsentrasi yang signifikan dalam menghambat pertumbuhan bakteri P.aeruginosa

dengan cara membandingkan setiap kelompok konsentrasi. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa seluruh konsentrasi memiliki perbandingan yang signifikan, kecuali pada konsentrasi 50% dan 75% serta 100% dan gentamicin didapatkan nilai p>0,05 , yaitu 0,059 dan 0,248 yang artinya, konsentrasi tersebut memiliki daya hambat yang tidak berbeda secara signifikan dalam menghambat pertumbuhan bakteri P.aeruginosa.

4.2. Pembahasan

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ekstrak jintan hitam dapat menghambat pertumbuhan bakteri P.aeruginosa dalam berbagai konsentrasi dan terdapat peningkatan rata-rata zona hambat disetiap konsentrasi. Rata-rata zona hambat disetiap konsentrasi pada penelitian ini secara berurutan dari 25%, 50%, 75%, dan 100% adalah 8 mm, 13,25 mm, 14,50 mm, dan 19 mm. Berdasarkan penelitian Asniyah (2009), pada setiap konsentrasi ekstrak jintan hitam yang diberikan terhadap E.coli terdapat juga peningkatan rata-rata zona hambat (24). Pembuatan konsentrasi yang dilakukan Asniyah menggunakan minyak kelapa untuk pengenceran sedangkan pada penelitian ini menggunakan etanol 96%. Rata-rata zona hambat pada penelitian Asniyah (2009) secara berurutan dari konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% adalah 0 mm, 8,8 mm, 10,05 mm, dan 12,5 mm. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arici (2005) yang menggunakan ekstrak jintan hitam dengan metanol absolut, juga didapatkan hal yang sama, pada setiap peningkatan konsentrasi yaitu 0,5%, 1%, dan 2% terdapat juga peningkatan rata-rata zona hambat terhadap P.aeruginosa. Rata-rata zona hambat yang terbentuk secara berurutan dari konsentrasi 0,5%, 1%, dan 2% adalah 0 mm, 16 mm, dan 21 mm (6).

24

Berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995), dalam menentukan kemampuan zat antibakteri, ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 100% masuk dalam kategori sedang. Kemampuan ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 50% dan 75% masuk dalam kategori lemah. Hasil analisis post hoc antara konsentrasi 50% dan 75% menunjukan nilai yang tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari faktor kemampuan antibakteri yang dimiliki konsentrasi 50% dan 75% masuk ke dalam kategori yang sama yaitu kategori lemah. Sedangkan, ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 25% tidak memiliki efek daya hambat karena diameter zona hambat yang terbentuk <10 mm, tetapi dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa pada pengulangan ke-4 tidak tebentuk zona hambat (zona hambat 0 mm). Ada beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi hal ini, yaitu:

1. Uji antibakteri dipengaruhi berbagai variasi media, ukuran inokulum, waktu inkubasi, temperatur, dan faktor lingkungan lainnya (27).

2. Ketidaksamaan ketebalan agar. Hal ini mempengaruhi difusi

antimikroba atau aktivitas kerja antimikroba dapat terpengaruh.

3. Pada proses perendaman, disc tidak terendam seluruhnya atau waktu perendaman yang tidak sama.

Kemampuan ekstrak jintan hitam dalam menghambat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut dalam jintan hitam, zat tersebut adalah minyak atsiri. Terdapat beberapa komponen minyak atsiri yang telah diuji dalam beberapa penelitian dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti p-Cymene, thymoquinone, pinene, carvacrol, terpinene, dan lain-lain (22) (28). Bakteri yang diberikan perlakuan dengan minyak atsiri menunjukan peningkatan permeabilitas membran sel bakteri terhadap proton (seperti H+) sehingga dapat mengganggu keseimbangan pH intraseluler yang mengakibatkan terganggunya sintesis protein dan ATP. Hal ini merupakan penyebab bakteri tidak dapat tumbuh dan kemudian mati. Seperti penelitian yang dilakukan Faleiro (2013), pemberian minyak atsiri terhadap E.coli dan B.cereus mengakibatkan penurunan pH intraseluler dari bakteri tersebut (29).

25

Kontrol negatif menggunakan etanol 96% sekaligus sebagai pelarut ekstrak pada penelitian ini menunjukan tidak terbentuknya zona hambat sehingga dapat disimpulkan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap kemampuan ekstrak jintan hitam untuk membentuk zona hambat pada koloni P.aeruginosa dan bakteri P.aeruginosa sensitif terhadap ekstrak jintan hitam. Terkait dengan penggunaan etanol 96% yang termasuk dalam alkohol, telah dinyatakan dalam hadits riwayat Muslim bahwa alkohol yang bersifat memabukan termasuk khamr dan hukumnya haram jika dikonsumsi. Walaupun dikonsumsi sedikit saja, khamr tetaplah haram, menurut fatwa MUI NO.4/2003 bahwa etanol 1% pun termasuk haram (30). Tetapi, penggunaan alkohol yang sedikit dan dicampur dalam obat yang jumlahnya banyak menjadi satu mengakibatkan alkohol yang haram menjadi tidak haram karena proses ini mencampurkan zat yang sifatnya haram atau najis dengan zat yang suci atau halal yang jumlahnya lebih banyak, proses ini disebut istihlak.

Pemilihan pelarut etanol ini berdasarkan penelitian Chew K.K (2011)

yang menunjukan setiap peningkatan konsentrasi ekstrak yang

menggunakan pelarut ethanol, maka meningkat juga kandungan phenolic

dari ekstraknya (31). Hal ini terkait kandungan phenolic yang terdapat pada minyak atsiri yaitu thymoquinone, carvacrol, euganol, dan thymol(29) dapat lebih banyak terikat atau terlarut dalam etanol 96%. Seperti yang dinyatakan pada penelitian Zahra (2011), ternyata zona hambat yang dibentuk dari ekstrak jintan hitam dengan menggunakan etanol lebih besar daripada ekstrak jintan hitam yang menggunakan aquades terhadap E.coli(32).

26

BAB V

Dokumen terkait