UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa)
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas
aeruginosa
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN (S.Ked)
Lintang Suryaning Bhumi
NIM:1111103000053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
iii
Uji Efektivitas Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Laporan Penelitian
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Lintang Suryaning Bhumi
NIM: 1111103000053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan penelitian ini berjudul Uji Efektivitas Ekstrak Jintan Hitam (Nigella
sativa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa yang
diajukan oleh Lintang Suryaning Bhumi (NIM: 1111103000053), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 9 September 2014. Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
v
KATA PENGANTAR
Rasa syukur dan segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
setiap nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
Juga kepada Rasulullah saw. yang menjadi teladan kehidupan, dan syafaatnya
selalu penulis nantikan.
Penulis menyadari, tanpa bimbingan dan segenap bantuan dari berbagai pihak
maka penelitian ini tidak akan pernah selesai. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,
DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes sebagai Dekan dan Pembantu Dekan di
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Pembimbing 1, Ibu Yuliati M.Biomed atas kerja keras dan kesabarannya
dalam membimbing dan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran yang
diberikan kepada penulis selama menjadi pembimbing 1. Sejak penelitian
ini sekedar judul hingga selesai laporan penelitian ini.
3. Pembimbing 2, dr. Lucky Briliantina M.Biomed atas kerja keras dan
kesabarannya dalam membimbing dan meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran yang diberikan kepada penulis selama menjadi pembimbing 2. Sejak
penelitian ini sekedar judul hingga selesai laporan penelitian ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dan drg. Laifa Hendarmin, Ph.D sebagai
penganggung jawab modul riset PSPD 2011 telah membuat kami selalu
bersemangat dan menjadikan skripsi merupakan hal yang menyenangkan.
5. Staff TU FKIK UIN, security, laboran laboratorium mikrobiologi yang
membantu dalam hal administrasi.
6. Sri Budjono, Sudaryah Dwi Hartati, dan dr. Puri Prameshwari yang selalu
memfasilitasi, menyemangati dan mengingatkan setiap langkah pembuatan
penelitian ini serta tak lupa mengiringi doa disepanjang studi penulis.
7. Muhammad Arif Rahman, Maya Damayanti, Fahrul Abdullah Hudri, Niken
vi
Wardhana. Terimakasih untuk perjuangan bersama kita dalam setiap
langkah, kita selalu saling membantu dan mengingatkan dari mulai
penyusunan ide hingga rangkaian proses penelitian ini selesai.
8. Bimo Dwi Pramesta, Hanindyo RB, M.Fahreza Kautsar, Nurul Khafidz S,
Andika Pangestu, dan Dimas Bagus Pamungkas yang membantu saya dalam
menangani masalah, baik materi maupun moral.
9. Teman teman seperjuangan PSPD 2011, untuk kebersamaan yang kita buat
tiap kuliah, diskusi, pleno, kkd, praktikum, ujian, empati, dokmus dan
kunjungan-kunjungan yang sudah kita jalani. Juga riset dan sidang yang
akhirnya kita lalui. Serta koas dan internship yang akan kita hadapi. Semoga
tidak ada kata berhenti untuk kita menjalin kebersamaan.
10. L’arc~en~Ciel, Akimoto Yasushi, dan LDH yang menjadi inspirasi saya dan
menemani saya pada saat mengerjakan riset.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari bentuk yang sempurna.
Segala kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Demikian
laporan ini penulis susun, semoga bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, agama,
dunia dan setelahnya nanti. Amien.
vii ABSTRAK
Lintang Suryaning Bhumi. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Efektivitas Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa.2014
Jintan hitam (Nigella sativa) telah banyak digunakan karena memiliki potensi untuk mengobati berbagai penyakit sejak zaman Nabi Muhammad saw. sampai sekarang. Salah satu potensi yang menjadi perhatian kalangan ilmiah adalah efek antibakteri ekstrak jintan hitam yang mengandung zat aktif seperti
carvacrol, thymoquinone, dan terpinene yang terlarut dalam minyak atsiri, zat tersebut dapat meningkatkan permeabilitas membran bakteri diantaranya adalah
Pseudomonas aeruginosa (P.aeruginosa), kemudian zat aktif tersebut dapat mengganggu metabolisme bakteri dan pertumbuhan bakteri menjadi terhambat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas ekstrak jintan hitam terhadap pertumbuhan bakteri P.aeruginosa dengan metode disc diffusion. Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol jintan hitam dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%, kontrol negatif dengan etanol 96% dan kontrol positif menggunakan gentamisin 10µg. Ditemukan rata-rata zona hambat terbesar pada konsentrasi 100% , yaitu 19 mm dan pada konsentrasi 25% menunjukan rata-rata zona hambat terkecil, yaitu 8 mm. Berdasarkan Greenwood (1995), rata-rata zona hambat konsentrasi 100% masuk kategori ‘sedang’ dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Dari hasil uji statistik didapatkan hasil yang bermakna dengan P=0,000 artinya sebagian besar konsentrasi ekstrak jintan hitam efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri P.aeruginosa.
viii ABSTRACT
Lintang Suryaning Bhumi. Medical Education Study Program. Test of The Efficacy of Black Cumin (Nigella sativa) Extract Against Pseudomonas
aeruginosa. 2014
Black cumin (Nigella sativa) is commonly used since the age of Prophet Muhammad saw. until now because of its potential to cure diseases. One of the main potential of Nigella sativa extract is its antibacterial effect which is the main focus among the scientist. Nigella sativa extract produce essential oil which contains carvacrol, thymoquinone, and terpinene as the active constituents, these active constituents can elevate the bacterial membrane permeability, one of them is Pseudomonas aeruginosa (P.aeruginosa), then it can disturb the metabolism of bacteria and inhibit the bacterial growth. This study is conducted to test the efficacy of Nigella sativa extract against P.aeruginosa with disc diffusion method. This study was using ethanolic extract of Nigella sativa with these following concentration: 25%, 50%, 75%, 100%, ethanol 96% as negative control, and gentamicin 10µg as positive control, 100% concentration showed the biggest zone of inhibition, the average is 19 mm and 25% concentration showed the smallest zone of inhibition, the average is 8 mm. In Greenwood (1995), the average of inhibition zone of 100% concentration is included as ‘moderate’ category that can inhibit the growth of bacteria. Statistical analysis shows a significant result with P=0,000, it means almost all of the concentration of Nigella sativa extract is effective to inhibit P.aeruginosa’s growth
ix
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1. Tujuan Umum ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ... 3
1.4 Manfaat Penelitian... 3
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti ... 3
1.4.2. Manfaat Bagi Institusi ... 3
1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat ... 3
BAB II Tinjauan Pustaka ... 4
2.1 Jintan Hitam (Nigella sativa) ... 4
2.1.1. Morfologi dan Klasifikasi jintan hitam (Nigella sativa) ... 4
2.1.2. Manfaat jintan hitam(Nigella sativa) ... 5
2.2 Pseudomonas aeruginosa (P.aeruginosa) ... 6
2.2.1. Morfologi (P.aeruginosa) ... 6
2.2.2. Patogenesis Pseudomonas aeruginosa (P.aeruginosa) ... 8
2.3 Metode Pengujian antibakteri ... 10
2.4 Mekanisme Kerja Antibakteri... 12
2.5 Kerangka Teori ... 13
2.6 Kerangka Konsep ... 13
2.7 Definisi Operasional ... 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 15
3.1. Desain Penelitian ... 15
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15
x
3.3.1. Bahan yang diuji ... 15
3.3.2. Sampel bakteri ... 15
3.4. Identifikasi Variabel ... 15
3.4.1. Variabel Bebas ... 15
3.4.2. Variabel Terikat ... 15
3.5. Alat dan Bahan Penelitian ... 16
3.5.1. Alat Penelitian ... 16
3.5.2. Bahan Penelitian ... 16
3.6. Alur Penelitian ... 16
3.7. Perhitungan Sampel ... 17
3.8. Cara Kerja Penelitian... 17
3.8.1 Determinasi Jintan Hitam ... 17
3.8.2 Ekstraksi Jintan Hitam ... 17
3.8.3 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Jintan Hitam ... 18
3.8.4 Kultur Bakteri Pseudomonas aeruginosa ... 18
3.8.5 Uji efektivitas Ekstrak Jintan Hitam terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa ... 18
3.9. Analisis Data ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Hasil ... 20
4.1.1. Hasil Ekstraksi Jintan Hitam ... 20
4.1.2. Efek Ekstrak Jintan Hitam terhadap bakteri P.aeruginosa ... 20
4.1.3. Uji Kebermaknaan Konsentrasi ekstrak Jintan Hitam ... 22
xi
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Jintan Hitam ... 4
Gambar 2.2 Pewarnaan Gram bakteri Pseudomonas aeruginosa ... 6
Gambar 4.1 Ekstrak Jintan Hitam ... 20
Grafik 4.1 Hubungan peningkatan konsentrasi dan zona hambat ... 21
Gambar 4.2 Efek Ekstrak Jintan Hitam dalam berbagai konsentrasi terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ... 21
Tabel 2.1 Kategori Efektivitas zat Antibakteri ... 10
Tabel 4.1 Rata-rata zona hambat ekstrak jintan hitam terhadap Pseudomonas aeruginosa ... 22
Tabel 4.2 Hasil analisis uji Multikomparasi ... 22
xii
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Surat Determinasi tanaman Jintan Hitam ... 30
Lampiran 2 Surat ekstrasi Jintan Hitam dengan etanol 96% ... 31
Lampiran 3 Data Uji Statistik ... 32
Lampiran 4 Alat dan Bahan Penelitian ... 34
1 cara ditumbuk kemudian diteteskan bersama minyak. Jintan hitam seperti
dalam hadits Nabi Muhammad saw. dapat menyembuhkan segala penyakit
(1)
. Sekarang jintan hitam sudah banyak digunakan di seluruh belahan dunia
dalam berbagai bentuk sediaan, contohnya berupa kapsul yang didalamnya
mengandung ekstrak jintan hitam. Penggunaan Nigella sativa dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan atau menyehatkan tubuh, tetapi hanya
sedikit pemahaman masyarakat terhadap efek dari ekstrak jintan hitam
(Nigella sativa). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efek dari Nigella sativa. Penelitian-penelitian ini didukung oleh World Health Organization (WHO) terkait kebijakan WHO dalam penggunaan tanaman obat sejak tahun 1970. Dan telah diketahui bahwa jintan hitam memiliki
potensi sebagai antihipertensi, antihistamin, diuretik, dan antibakteri yang
berguna dalam pengobatan terhadap infeksi (2).
Potensi antibakteri yang dimiliki jintan hitam telah menjadi perhatian
dikalangan ilmiah karena peningkatan angka kejadian penyakit akibat
infeksi bakteri di negara berkembang. Salah satunya adalah infeksi saluran
nafas yaitu pneumonia dan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh
bakteri. Berdasarkan masalah ini, WHO mendorong agar ditemukan
antibakteri jenis baru salah satunya dengan penggunaan tanaman obat atau
pendekatan baru untuk mencari penanganan yang efektif terhadap infeksi
bakteri Gram positif dan negatif karena dilaporkan telah banyak terjadi
resistensi antibiotik (2) (3). Untuk itu, telah banyak penelitian tentang efek
antibakterial dari ekstrak Nigella sativa terhadap bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif. Salah satu bakteri patogen yang banyak
2
dan merupakan bakteri ke-4 penyebab infeksi saluran kemih dan dilaporkan
telah mengalami resistensi terhadap antibiotik (3) (4).
Penelitian tentang efek dari pemberian ekstrak Nigella sativa terhadap
pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukan hasil yang
cukup baik. Pada Penelitian Arici (2005), setiap peningkatan jumlah
konsentrasi ekstrak Nigella sativa menunjukan semakin besarnya zona hambat pada koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pada penelitian lain dikatakan bahwa penggunaan ekstrak Nigella sativa pada bakteri Gram positif sama dengan antibiotik aminoglikosida, makrolida, dan tetrasiklin (5).
Pada penelitian Arici (2005), pemberian ekstrak jintan hitam yang
menggunakan pelarut metanol dengan konsentrasi 2% pada Pseudomonas aeruginosa membentuk zona hambat 21 mm. Pada penelitian yang sama ekstrak tersebut dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli (E.coli)
dengan zona hambat 19,5 mm (6). Ekstrak Nigella sativa juga mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif seperti Staphylloccus
aureus yaitu dengan menggunakan pelarut metanol, terbentuk zona hambat sebesar 22 mm (1).
Daya hambat dari ekstrak jintan hitam ini dipengaruhi zat aktifnya yang
terkandung dalam minyak atsiri atau essential oils. Beberapa kandungan yang telah diteliti dan berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri
adalah Thymoquinon dan p-Cymene. Di Indonesia sedikit penelitian yang membahas tentang efek antibakteri Nigella sativa terhadap Pseudomonas aeruginosa dalam berbagai konsentrasi, walaupun sudah banyak rakyat Indonesia yang mengkonsumsi tanaman obat yang disebut sebagai obat
segala penyakit ini.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah:
Bagaimana efek ekstrak Nigella sativa terhadap pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek ekstrak Nigella sativa terhadap
pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui efek konsentrasi ekstrak Nigella sativa
terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa.
Untuk mengkaji hikmah dan manfaat Nigella sativa yang
dianjurkan Rasulullah saw.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi peneliti
Menerapkan dan memanfaatkan ilmu kedokteran dan keislaman
yang telah didapat selama pendidikan.
Menambah pengetahuan tentang daya hambat ekstrak jintan
hitam.
1.4.2 Manfaat bagi institusi
Menambah kepustakaan tentang penelitian terhadap jintan hitam.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
Mengetahui efek dan jumlah kadar dari ekstrak jintan hitam yang
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jintan Hitam (Nigella sativa)
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Jintan Hitam (Nigella sativa)
Tanaman jintan hitam memiliki banyak potensi dalam kehidupan
manusia. Salah satu potensi yang dimiliki adalah efek terapeutik.
Penggunaan tanaman sebagai obat menjadi kebijakan WHO sejak
1970 (2). Jintan hitam dilaporkan memiliki efek antioksidan,
antikanker, antimikroba, dan antiinflamasi (7,8).
Jintan hitam/Black cumin (Nigella sativa) banyak ditemukan di negara Timur Tengah seperti Turki. Tanaman ini merupakan tanaman
asli Eropa Selatan. Tanaman jintan hitam memiliki tinggi kurang lebih
30 cm. Batangnya tegak, kemerahan, lunak, beralur, berbulu kasar,
dan disertai bulu-bulu berkelenjar. Daunnya berbentuk lonjong dengan
panjang 1,5-2 cm. Daunnya tunggal dan runcing pada pangkal dan
ujungnya, tepinya beringgit dan berwarna hijau. Tulang daunnya
menyirip dengan tiga tulang daun yang berbulu. Buah jintan hitam
berbentuk bulat panjang dan berwarna coklat kehitaman.
Bijinya bulat, hitam, kecil, jorong bersudut tiga tidak beraturan,
sedikit berbentuk kerucut, dan panjangny 3 mm (9).
3
Gambar 2.1 Jintan Hitam
5
Rostika (2012), dalam penelitiannya menyatakan klasifikasi dari jintan
hitam adalah sebagai berikut:
Species : Nigella sativa
2.1.2 Manfaat Jintan hitam (Nigella sativa)
Tanaman Nigella sativa merupakan salah satu tanaman yang paling banyak diteliti secara fotokemikal dan farmakologi. Ekstrak Nigella sativa telah banyak digunakan untuk menyembuhkan gangguan atau penyakit gejala abdominal seperti diare, nyeri perut, dan flatulensi.
Penelitian lain menyatakan bahwa tanaman ini memiliki efek anti
inflamasi; antibakteri, antikanker; antiparasit; antijamur; antivirus;
immunopotentiating; antihipertensi; dan lain-lain (2) (10).
Jintan hitam memiliki komposisi yang sangat banyak dan beragam,
secara garis besar, yaitu asam amino, karbohidrat, fixed dan minyak atsiri. Bahan aktif yang terdapat pada jintan hitam salah satunya
adalah thymoquinon (TQ). TQ pada minyak atsiri dianggap sebagai
bahan aktif yang memberi efek farmakologi seperti antiinflamasi,
antibakteri, antikanker, dan lain-lain. Pada minyak atsiri telah
ditemukan mengandung ±54% TQ, dan monoterpenes lainnya seperti
p-cymene dan α-pinene, serta carvacrol. Zat inilah yang banyak diteliti tentang kemampuan antibakteri. Selain itu ditemukan juga
karbonil polimer dari TQ yaitu nigellon yang memiliki efek
antioksidan, antibakteri , dan antitumor (2).
Efek antibakteri dari jintan hitam sudah cukup banyak diteliti.
6
tetrasiklin (5). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan Arici
(2005), setiap peningkatan jumlah konsentrasi ekstrak etanol Nigella sativa menunjukan semakin besarnya zona hambat pada koloni bakteri
Pseudomonas aeruginosa (6).
Selain efek antibiotik atau antibakteri, kandungan aktif dari Nigella sativa yaitu thymoquinone juga banyak diteliti sebagai antimitotik atau antikanker. Dikatakan dalam Hosain et al, Thymoquinone memiliki efek antiproliferatif pada sel derivat dari kanker kolon, ovarium, paru,
dan osteosarkoma (11).
2.2 Pseudomonas aeruginosa (P.aeruginosa)
2.2.1 Morfologi Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri berbentuk batang, yang bersifat Gram negatif, aerob, motil, dan familinya adalah
pseudomonadaceae. Bakteri Gram negatif memiliki struktur
permukaan yang rumit. Lapisan tersebut terdiri dari outer membrane, ruang periplasmic yang mengandung lapisan tipis peptidoglikan dan membran sitoplasma. Hal inilah yang membedakan bakteri Gram
negatif dengan bakteri Gram positif.
Pseudomonas aeruginosa memiliki satu flagel di salah satu kutubnya. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di tanah, air,
Gambar 2.2 pewarnaan Gram bakteri Pseudomonas aeruginosa
7
tanaman, hewan, serta manusia; bakteri tersebut juga terdapat di
lingkungan yang lembap di rumah sakit dan dapat berkolonisasi di
kulit, telinga luar, saluran napas atas, dan usus besar. Ukuran dari
bakteri ini kira-kira 0.6x2 mikrometer. Saat diidentifikasi di bawah
mikroskop dengan pewarnaan Gram, bakteri dapat terlihat tunggal,
berpasangan, atau membentuk rantai pendek (4,12).
Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh di berbagai media, salah satunya nutrient agar. Pada media kultur, kadang-kadang bakteri ini menghasilkan bau seperti anggur (12). Bakteri ini membentuk koloni
bulat halus dengan warna hijau fluorescent. Bakteri Pseudomonas aeruginosa pada umumnya menghasilkan pigmen saat dikultur di media. Bakteri ini menghasilkan salah satu dari tiga pigmen yaitu,
pyocyanin, pyomelanin, dan pyorubin. Pigmen yang dihasilkan bergantung pada strain dari bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pigmen pyocyanin merupakan pigmen yang cukup sering dihasilkan oleh
bakteri ini, pyocyanin memberi warna kebiruan nonfluorescent yang berdifusi pada media kultur. Pigmen pyoverdin memberikan warna kehijauan pada agar. Strain lain dari bakteri ini menghasilkan
pyorubin yang berwarna merah atau pyomelanin yang berwarna hitam (13)
.
Pseudomonas aeruginosa dapat membentuk berbagai tipe koloni. Perbedaan tipe koloni kemungkinan juga dapat mempengaruhi
aktivitas biokimia dan enzimatik, tetapi masih belum jelas apakah
perbedaan tipe koloni merupakan representasi dari perbedaan strain
atau variasi dari strain yang sama. Bakteri ini tumbuh subur pada suhu
37-42oC. Pseudomonas aeruginosa tidak memfermentasikan
karbohidrat dan bersifat oksidase positif.
Pseudomonas aeruginosa juga memiliki pili/fimbrae yang memanjang dari permukaan sel yang berfungsi sebagai alat untuk
menempel pada sel epitel. Bakteri ini memiliki lipopolisakarida dalam
8
2.2.2 Patogenesis Pseudomonas aeruginosa
Infeksi akibat bakteri Pseudomonas aeruginosa paling banyak terjadi di ICU sebuah rumah sakit dibanding unit lain di rumah sakit
yang sama. Reservoir dari infeksi yang paling umum pada rumah sakit
adalah alat-alat untuk pernafasan, cairan pembersih, endoskop,
tanaman, desinfektan, dan kolam fisioterapi (4). Pseudomonas aeruginosa menjadi bakteri patogen hanya jika bakteri ini melekat pada tempat yang kurang perlindungan dari infeksi patogen seperti
luka bakar, kulit yang mengalami kerusakan langsung, dan membran
mukosa. Selain itu, Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan infeksi pada orang yang mengalami immunocompromised atau fungsi protektif dari bakteri flora normal telah terganggu (14). Faktor
predisposisi lain terjadinya infeksi karena Pseudomonas aeruginosa
adalah intubasi endotrakea, pemasangan kateter urin, pemakaian obat
intravena, AIDS, kanker, diabetes mellitus, pemakaian steroid,
pemakaian antibiotik broad-spectrum, dan terpajan lingkungan rumah sakit (4).
Perlekatan bakteri pada epitel yang kurang intak dapat membuat
bakteri berkolonisasi dan berlanjut dengan invasi lokal serta kerusakan
pada jaringan dibawahnya (15). Pseudomonas aeruginosa
menghasilkan sekelompok faktor virulensi seperti alkalin protease,
elastase, fosfolipase C, alginate, lipopolisakarida (endotoksin),
pyocyanin, dan rhamnolipid (16). Faktor virulensi tersebut dikendalikan oleh sistem sinyal kompleks yang dinamakan quorum sensing.
Alginate berfungsi menghambat opsonofagositosis, pembentukan biofilm, dan menghambat transpor mucociliar. Elastase berfungsi merusak jaringan elastis termasuk pembuluh darah. Fosfolipase C
digunakan untuk memecah lemak dan dapat mengakibatkan nekrosis
jaringan. Lipopolisakarida merupakan endotoksin yang dapat dikenali
oleh sistem imun manusia dan dapat menyebabkan demam,
leukositosis atau leukopenia, dan sepsis. Pseudomonas aeruginosa
9
ExoA berfungsi menghambat sisntesis protein. ExoT dan ExoS
berfungsi mengganggu integritas sitoskeleton selular. ExoU
mengakibatkan toksisitas akut. Dan ExoY berfungsi meningkatkan
cAMP intrasel. Melalui faktor virulensi tersebut, bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat berkolonisasi dan merusak sel tubuh manusia. Pada infeksi saluran napas, Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab ke-2 pneumonia. Bakteri ini masuk melalui inhalasi dan melekat pada
epitel saluran napas atas. Kemudian dengan mengacaukan sistem
pertahanan tubuh, bakteri dapat masuk ke paru. Di paru, terjadi
kongesti dan edema di jaringan parenkim paru kemudian terjadi
hepatisasi merah yang ditandai banyaknya sel darah yang keluar ke
jaringan parenkim paru. Selanjutnya, terjadi hepatisasi kelabu yang
ditandai eksudat purulen pada jaringan parenkim paru. Terakhir
adalah fase resolusi yang ditandai dengan resorpsi, fagositosis, atau
pengeluaran eksudat dengan batuk. Dalam hal ini, jaringan paru
mengalami restorasi. Inflamasi fibrinosa dapat melebar dan memasuki
ruang pleura yang dapat mengakibatkan friction rub pada auskultasi (4)
.
Selain itu, bakteri Pseudomonas aeruginosa juga merupakan penyebab ke-4 infeksi saluran kemih. Tanda-tanda klinis infeksi
saluran kemih yang disebabkan bakteri Pseudomonas aeruginosa
tidak berbeda dari infeksi bakteri lain seperti E.coli yang merupakan etiologi paling banyak dari infeksi saluran kemih. Terdapat ciri-ciri
yang tidak biasa dalam infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri
Pseudomonas aeruginosa yaitu ulkus pada pelvis ginjal, ureter, dan kandung kemih. Dan yang kedua adalah ecthyma-like lession pada korteks ginjal yang berkaitan dengan sepsis Pseudomonas aeruginosa.
Beberapa infeksi yang sering disebabkan oleh Pseudomonas
aeruginosa adalah infeksi kulit yang terbakar, infeksi telinga, dan infeksi pada kornea mata. Infeksi yang cukup jarang adalah infeksi
sistem saraf pusat, infeksi pada sendi dan tulang, dan infeksi pada
10
2.3 Metode Pengujian antibakteri
Pengujian antibakteri menurut Clinical and Laboratory Standard
Institute (CLSI) terdapat beberapa pengujian yang dapat diulang dan diproduksi terus menerus yaitu:
1. Disc difusion
Metode disc difusion merujuk kepada difusi agen antibakteri dalam
konsentrasi spesifik dari disc, tablet, atau strip, kedalam media kultur solid yang sudah ditanam benih dengan inokulum pilihan didalam kultur murni
(17)
. Metode ini lebih mudah dan lebih murah. Disc diffusion diukur berdasarkan zona hambat proporsional terhadap kerentanannya terhadap
antibakteri yang terdapat pada disc (3). Hal ini tergantung dari konsentrasi
antibiotik pada disc dan kemampuan antibakteri berdifusi ke dalam agar.
Disc sebaiknya terdistribusi secara merata sehingga zona hambat disekitar
disc antimikroba dan tidak bertumpang tindih ke tingkatan tertentu yang
menyebabkan zona hambat tidak dapat dinilai (3) (17). Untuk menilai
efektivitas suatu zat antibakteri dapat diklasifikan sebagai berikut (18):
Diameter Zona hambat Kategori efektivitas zat antibakteri
>20mm Kuat
16-20mm Sedang
10-15mm Lemah
<10mm Tidak ada
2. Broth dilution
Broth dilution merupakan teknik yang menggunakan suspensi bakteri
yang diuji dengan berbagai macam konsentrasi agen antimikroba pada
media cairan. Pengujian ini dapat digunakan dengan pipa dengan volume
minimum 2 ml (macrodilution) atau dengan plat mikrotitrasi
(microdilution). Kenyatannya hampir semua mikrodilusi panel uji disediakan secara komersil sehingga metode ini kurang fleksibel daripada
disc diffusion atau agar diffusion. Metode ini dinilai dengan menghitung
Tabel 2.1 klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri
11
konsentrasi paling kecil dari antimikroba yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri yang diuji (MIC dalam µg/ml atau mg/l) (3).
3. Agar dilution
Agar dilution melibatkan inkorporasi dari berbagai macam konsentrasi agen antimikroba ke dalam medium agar, biasanya dilusi serial sebanyak
dua kali, diikuti dengan alokasi inokulum bakteri ke permukaan agar.
Hasilnya sering dinyatakan sebagai data yang paling dapat dipercaya untuk
penilaian MIC untuk tes antimikroba atau kombinasi antimikroba (3).
4. Ditch-plate technique
Teknik ini dilakukan dengan membuat potongan membujur pada agar
sehingga berbentuk seperti parit. Untuk itu, teknik ini disebut juga dengan
metode parit yang kemudian parit ini akan diisi dengan agen antibakteri
dan bakteri yang akan diuji digoreskan ke parit (19).
5. E-test
Teknik ini menggunakan strip-strip plastik degan agen antibakteri dengan
konsentrasi tertinggi hingga terendah diletakan pada media agar darah
yang telah ditanami bakteri uji. Kemudian dapat dilihat zona hambat
disekitar strip. Teknik ini digunakan untuk menghitung kadar hambat
minimum dari suatu agen antibakteri.
6. Cup-plate technique
Teknik ini dilakukan dengan membuat sumur/lubang pada media agar
yang telah ditanami bakteri uji yang didalamnya akan dimasukan agen
antibakteri. Prinsip dari teknik ini sama dengan metode disc diffusion (19).
7. Gradient plate technique
Teknik ini dapat dilakukan dengan konsentrasi agen antibakteri yang
bervariasi dari nol hingga maksimal. Pertama, media agar dicairkan dan
ditambahkan zat antibakteri, kemudian dimasukan kedalam cawan petri
dan diletakan dalam posisi miring. Kemudian tuangkan nutrisi diatasnya.
Plate dalam cawan tersebut diinkubasi selamak 24 jam agar agen
antibakteri dapat berdifusi maksimal dan permukaan agar mengering.
Selanjutnya bakteri uji (maksimal 6 jenis) dioleskan ke plate dari
12
maksimal pertumbuhan bakteri yang diuji dan panjang pertumbuhan hasil
goresan yang aktual (19).
2.4 Mekanisme kerja antibakteri
Agen antimikroba diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia dan
mekanisme kerjanya yaitu:
1. Agen yang menghambat pembentukan dinding sel bakteri.
Obat yang temasuk golongan ini adalah golongan beta-laktam, cycloserin,
vancomycin, dan basitrasin (20).
2. Agen yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme
Obat golongan ini mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran
dan berujung kepada kebocoran dari komponen intraselurler bakteri.
Obat yang termasuk golongan ini adalah polymixin, polyene.
3. Agen yang mengganggu fungsi ribosom subunit 30S atau 50S.
Untuk menghambat sintesis protein bakteri secara reversibel, umumnya
bersifat bakteriostatik. Obat yang termasuk golongan ini adalah
kloramfenikol dan tetrasiklin seperti eritromisin, klindamisin.
4. Agen yang berikatan dengan ribosom subunit 30S dan merubah sintesis
protein, umumnya bersifat bakterisidal. Contohnya adalah golongan
aminoglikosida.
5. Agen yang berefek pada metabolisme asam nukleat seperti rifamisin yang
menghambat RNA polimerase dan golongan quinolone yang menghambat
topoisomerase.
6. Agen yang menghambat pembentukan asam folat. Obat yang termasuk
golongan ini adalah antimetabolit yaitu trimetropim dan sulfonamid. Obat
13
2.5 Kerangka Teori (22)
2.6 Kerangka Konsep
Ekstrak Jintan Hitam
Thymoquinone carvacrol
Peningkatan permeabilitas membran bakteri terhadap proton (H+)
Ekstrak Jintan Hitam dalam berbagai
konsentrasi
Menghambat pertumbuhan bakteri
Biakan Pseudomonas aeruginosa
Pertumbuhan bakteri tidak terhambat
terpinene
Penurunan pH intrasel bakteri
Terganggunya sintesis protein dan ATP
Menghambat pertumbuhan bakteri
14
2.7 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Kategori
1 Zona hambat
Penggaris Diameter zona terang (clear
mikropipet Jumlah ekstrak sesuai dengan
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Peneliti menggunakan desain eksperimental dengan teknik disc diffusion
untuk melihat uji efektivitas ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada bulan Februari – Juli 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jintan hitam didapat dari distributor di daerah
Bogor. Determinasi tanaman yang digunakan dalam penelitian dilakukan di
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor pada bulan Februari,
sedangkan proses ekstraksi jintan hitam (Nigella sativa) dilakukan di balai
determinasi lembaga ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.
Selanjutnya Jintan Hitam diekstraksi di balai penelitian tanaman
rempah dan obat (BALITRO) Bogor.
3.3.2 Sampel Bakteri
Bakteri yang diuji yaitu Pseudomonas aeruginosa yang diisolasi pada media nutrien agar dan dilakukan inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37˚C.
3.4 Alat dan Bahan penelitian 3.4.1 Alat Penelitian
Alat penelitian berupa tabung reaksi, mikro pipet, bunsen, korek
api, ose, spatula besi, cawan petri, rak tabung, autoclave, tabung
16
reaksi, baki, swab kapas steril, stop watch, inkubator, penggaris, cakram uji kosong, label, alat tulis, kamera, tisu, pinset, alkohol,
laminar airflow.
3.4.2 Bahan Penelitian
Bahan penelitian berupa ekstrak jintan hitam, media nutrien agar,
Larutan McFarland 0,5%, pelarut etanol 96%, cakram uji, biakan bakteri Pseudomonas aeruginosa, NaCl steril.
3.5 Alur Penelitian Persipan pembiakan kultur bakteri
Pseudomonas aeruginosa
Pembuatan inokulum: 1 ose
Pseudomonas aeruginosa dimasukan
ke dalam larutan NaCl steril
NaCl steril dan Pseudomonas aeruginosa divortex hingga homogen dan distandarisasi menggunakan larutan standarisasi McFarland konsentrasi 0,5
Persiapan nutrien agar: nutrien agar beku dipanaskan kemudian dituang ke
dalam 4 cawan petri
Pembuatan konsentrasi ekstrak Jinten hitam dalam berbagai konsentrasi yaitu
100%, 75%, 50%, 25%
Konsentrasi ektrak kemudian dipindahkan ke cawan petri
Rendam blank disc ke dalam konsentrasi ekstrak dalam cawan petri selama 15-30
menit Disc diletakkan di nutrien agar yang telah terdapat biakan Pseudomonas aeruginosa Simpan di lemari bersuhu 4oC
selama 2 jam hingga mengeras Oleskan inokulum dengan
swab steril
Keluarkan dari lemari
Disc diletakkan di nutrien agar yang telah terdapat biakan Pseudomonas aeruginosa
17
3.6 Perhitungan Sampel
Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus federer (23):
t=jumlah kelompok konsentrasi dan r=jumlah pengulangan
t=6, sehingga r≥4. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, digunakan 4 cawan petri yang didalamnya akan diletakan 6 konsentrasi yaitu konsentrasi 25%,
50%, 75%, 100%, kontrol negatif, dan kontrol positif
3.7 Cara Kerja Penelitian
3.7.1 Determinasi Jintan hitam (Nigella sativa)
Jintan hitam didapat dari distributor jintan hitam sebanyak ±1000
gram. Kemudian dilakukan determinasi di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor untuk memastikan kebenaran
dari tanaman yang digunakan adalah benar biji dari tanaman jintan
hitam.
3.7.2 Ekstraksi Jintan Hitam (Nigella sativa)
Ekstraksi dilakukan di balai penelitian tanaman rempah dan obat
dengan etanol 96%. Jintan hitam yang telah dihaluskan dimesin
grinder. Jintan hitam yang telah dihaluskan direndam dalam pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:5 (1000 gram jintan hitam :
5000 ml etanol 96%). Kemudian jintan hitam dan etanol 96%
dicampur dengan mixer selama 2-3 jam. Campuran ini didiamkan selama 24 jam, kemudian campuran ini disaring dengan alat
penyaring sehingga didapatkan filtrat hasil penyaringan. Kemudian
filtrat dimasukan ke rotatory evaporator. Pada rotatory evaporator, pelarut etanol 96% divakum kemudian didestilasi sehingga akan
menguap. Setelah seluruh pelarut etanol 96% sudah menguap akan
18
3.7.3 Pembuatan konsentrasi Ekstrak Jintan Hitam
Variabel terikat yang digunakan berjumlah enam variabel, yaitu
kontrol negatif berupa disc dengan rendaman etanol, variasi konsentrasi ektrak jinten hitam sebanyak lima yaitu disc dengan masing-masing dengan variasi konsentrasi pada disc 25%, 50%, 75%, 100%, dan yang terakhir adalah kontrol positif dengan disc
berupa antibiotik yang sensitif terhadap bakteri yang diuji yaitu
gentamisin 10 µg. Pembuatan konsentrasi:
Secara berurutan, jumlah zat terlarut tiap konsentrasi sebanyak 250
µL (25%), 500 µL(50%), 750 µL (75%), dan 1000 µL (100%) yang
dilarutkan dalam 1 mL cairan etanol 96%. Konsentrasi diatas
dipilih berdasarkan pada penelitian yang dilakukan Asniyah pada
tahun 2009 (24).
3.7.4 Kultur Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Pembuatan kultur bakteri dilakukan dengan cara menginokulasi 1
ose biakan murni bakteri Pseudomonas aeruginosa ke nutrien agar, kemudian dilakukan inkubasi didalam inkubator selama 24 jam
dengan suhu sebesar 37oC.
3.7.5 Uji efektivitas Ekstrak Jintan Hitam terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa
Suspensi bakteri diambil sebanyak 1 ose kemudian dicampur
kedalam larutan NaCl steril dalam tabung reaksi. Lalu masukan
kedalam vortex untuk proses homogenisasi. Kemudian
distandarisasi dengan larutan McFarland 0,5 agar jumlah bakteri memenuhi kepekaan yaitu 107sel/ml (25). Lalu, larutan yang telah
memenuhi standar dioleskan pada media nutrien agar sebagai
19
nutrien agar, untuk meletakannya, dilakukan didalam laminar air flow agar tetap steril. Kemudian nutrien agar diinkubasi didalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37oC. Pada keesokan harinya
dapat diukur diameter zona terang (zona hambat) dengan
digunakan penggaris.
3.8 Analisis Data
Data hasil penelitian efek ekstrak Nigella sativa pada Pseudomonas aeruginosa dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17.0 untuk melihat apakah ada perbedaan efektifitas yang signifikan dari
masing-masing cakram uji yang mengandung kontrol negatif, berbagai
konsentrasi ekstrak jintan hitam dan kontrol positif dalam menghambat
pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. Data pada penelitian ini berupa variabel numerik lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan sehingga
20
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Ekstraksi Jintan Hitam (Nigella sativa)
Jintan hitam sebanyak ±1000 gram yang dibeli di Bogor, dibawa
ke LIPI Bogor untuk dilakukan determinasi agar membuktikan
bahwa jintan hitam tersebut benar merupakan Nigella sativa.
Selanjutnya, dilakukan ekstraksi Nigella sativa melalui metode maserasi dengan pelarut etanol 96% sehingga didapatkan ekstrak
seberat 39,6 gram. Kemudian ekstrak dipindahkan ke botol-botol
kecil.
4.1.2 Efek Ekstrak Jintan Hitam terhadap bakteri P.aeruginosa
Hasil pengukuran zona hambat pada koloni P.aeruginosa yang telah diberi ekstrak jintan hitam didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Pada konsentrasi 25% didapatkan rata-rata zona hambat 8 mm
dengan standar deviasi 5,41.
2. Pada konsentrasi 50% didapatkan rata-rata zona hambat 13,25
mm dengan standar deviasi 0,50.
3. Pada konsentrasi 75% didapatkan rata-rata zona hambat 14,50
mm dengan standar deviasi 0,57.
Gambar 4.1 Ekstrak Jintan Hitam
21
4. Pada konsentrasi 100% didapatkan rata-rata zona hambat 19 mm
dengan standar deviasi 1,41.
5. Pada kontrol positif dengan menggunakan antibiotik gentamicin
10 µg didapatkan rata-rata 20 mm dengan standar deviasi 0,81.
Berdasarkan CLSI (2013) P.aeruginosa sensitif terhadap
gentamicin 10 µg jika zona hambat >15mm, maka bakteri
P.aeruginosa yang peneliti gunakan sensitif terhadap antibiotik gentamicin 10 µg (3).
Gambar 4.2 Efek ekstrak jintan hitam dalam berbagai konsentrasi terhadap bakteri P.aeruginosa Konsentrasi 100% Kontrol (+)
Konsentrasi 75%
Konsentrasi 50% Konsentrasi 25%
Kontrol (-)
Zo
n
a ha
m
b
at
(m
m
)
22
4.1.3 Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan uji parametrik yaitu one way
ANOVA karena variabel yang digunakan merupakan variabel
numerik tidak berpasangan dan memiliki lebih dari dua kelompok
data. Syarat uji one way ANOVA adalah distribusi data yang normal dan memiliki varians data yang normal. Uji normalitas menunjukan
distribusi data yang normal dan setelah melakukan uji homogenisitas
didapatkan varians data yang normal. Selanjutnya, didapatkan hasil
uji one way ANOVA dengan hasil P=0,000 yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan zona hambat yang signifikan pada sebagian besar
konsentrasi.
Antibiotik gentamicin 10mcg 20mm 19mm 21mm 20mm 20.0000 .81650
Etanol 96% 0mm 0mm 0mm 0mm .0000 .00000
Tabel 4.2 Hasil Perbandingan Setiap Konsentrasi dalam Membentuk Zona Hambat
Tabel 4.1 Rata-rata zona hambat setiap konsentrasi
Konsentrasi
23
Jika pada uji one way ANOVA didapatkan hasil nilai p<0,05 maka selanjutnya dilakukan analisis post hoc, analisis ini dilakukan untuk mengetahui daya hambat tiap kelompok konsentrasi yang
signifikan dalam menghambat pertumbuhan bakteri P.aeruginosa
dengan cara membandingkan setiap kelompok konsentrasi. Pada
Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa seluruh konsentrasi memiliki
perbandingan yang signifikan, kecuali pada konsentrasi 50% dan
75% serta 100% dan gentamicin didapatkan nilai p>0,05 , yaitu
0,059 dan 0,248 yang artinya, konsentrasi tersebut memiliki daya
hambat yang tidak berbeda secara signifikan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri P.aeruginosa.
4.2. Pembahasan
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ekstrak jintan hitam dapat
menghambat pertumbuhan bakteri P.aeruginosa dalam berbagai konsentrasi dan terdapat peningkatan rata-rata zona hambat disetiap konsentrasi.
Rata-rata zona hambat disetiap konsentrasi pada penelitian ini secara berurutan
dari 25%, 50%, 75%, dan 100% adalah 8 mm, 13,25 mm, 14,50 mm, dan 19
mm. Berdasarkan penelitian Asniyah (2009), pada setiap konsentrasi ekstrak
jintan hitam yang diberikan terhadap E.coli terdapat juga peningkatan rata-rata zona hambat (24). Pembuatan konsentrasi yang dilakukan Asniyah
menggunakan minyak kelapa untuk pengenceran sedangkan pada penelitian
ini menggunakan etanol 96%. Rata-rata zona hambat pada penelitian
Asniyah (2009) secara berurutan dari konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan
100% adalah 0 mm, 8,8 mm, 10,05 mm, dan 12,5 mm. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Arici (2005) yang menggunakan ekstrak jintan
hitam dengan metanol absolut, juga didapatkan hal yang sama, pada setiap
peningkatan konsentrasi yaitu 0,5%, 1%, dan 2% terdapat juga peningkatan
rata-rata zona hambat terhadap P.aeruginosa. Rata-rata zona hambat yang terbentuk secara berurutan dari konsentrasi 0,5%, 1%, dan 2% adalah 0 mm,
24
Berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995), dalam menentukan
kemampuan zat antibakteri, ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 100%
masuk dalam kategori sedang. Kemampuan ekstrak jintan hitam dengan
konsentrasi 50% dan 75% masuk dalam kategori lemah. Hasil analisis post hoc antara konsentrasi 50% dan 75% menunjukan nilai yang tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari faktor kemampuan antibakteri yang
dimiliki konsentrasi 50% dan 75% masuk ke dalam kategori yang sama
yaitu kategori lemah. Sedangkan, ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi
25% tidak memiliki efek daya hambat karena diameter zona hambat yang
terbentuk <10 mm, tetapi dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa pada
pengulangan ke-4 tidak tebentuk zona hambat (zona hambat 0 mm). Ada
beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi hal ini, yaitu:
1. Uji antibakteri dipengaruhi berbagai variasi media, ukuran inokulum,
waktu inkubasi, temperatur, dan faktor lingkungan lainnya (27).
2. Ketidaksamaan ketebalan agar. Hal ini mempengaruhi difusi
antimikroba atau aktivitas kerja antimikroba dapat terpengaruh.
3. Pada proses perendaman, disc tidak terendam seluruhnya atau waktu
perendaman yang tidak sama.
Kemampuan ekstrak jintan hitam dalam menghambat pertumbuhan
bakteri dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut dalam jintan hitam, zat
tersebut adalah minyak atsiri. Terdapat beberapa komponen minyak atsiri
yang telah diuji dalam beberapa penelitian dan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri seperti p-Cymene, thymoquinone, pinene, carvacrol, terpinene, dan lain-lain (22) (28). Bakteri yang diberikan perlakuan dengan minyak atsiri menunjukan peningkatan permeabilitas membran sel bakteri
terhadap proton (seperti H+) sehingga dapat mengganggu keseimbangan pH
intraseluler yang mengakibatkan terganggunya sintesis protein dan ATP.
Hal ini merupakan penyebab bakteri tidak dapat tumbuh dan kemudian mati.
Seperti penelitian yang dilakukan Faleiro (2013), pemberian minyak atsiri
25
Kontrol negatif menggunakan etanol 96% sekaligus sebagai pelarut
ekstrak pada penelitian ini menunjukan tidak terbentuknya zona hambat
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap
kemampuan ekstrak jintan hitam untuk membentuk zona hambat pada
koloni P.aeruginosa dan bakteri P.aeruginosa sensitif terhadap ekstrak jintan hitam. Terkait dengan penggunaan etanol 96% yang termasuk dalam
alkohol, telah dinyatakan dalam hadits riwayat Muslim bahwa alkohol yang
bersifat memabukan termasuk khamr dan hukumnya haram jika dikonsumsi.
Walaupun dikonsumsi sedikit saja, khamr tetaplah haram, menurut fatwa
MUI NO.4/2003 bahwa etanol 1% pun termasuk haram (30). Tetapi,
penggunaan alkohol yang sedikit dan dicampur dalam obat yang jumlahnya
banyak menjadi satu mengakibatkan alkohol yang haram menjadi tidak
haram karena proses ini mencampurkan zat yang sifatnya haram atau najis
dengan zat yang suci atau halal yang jumlahnya lebih banyak, proses ini
disebut istihlak.
Pemilihan pelarut etanol ini berdasarkan penelitian Chew K.K (2011)
yang menunjukan setiap peningkatan konsentrasi ekstrak yang
menggunakan pelarut ethanol, maka meningkat juga kandungan phenolic
dari ekstraknya (31). Hal ini terkait kandungan phenolic yang terdapat pada minyak atsiri yaitu thymoquinone, carvacrol, euganol, dan thymol(29) dapat lebih banyak terikat atau terlarut dalam etanol 96%. Seperti yang dinyatakan
pada penelitian Zahra (2011), ternyata zona hambat yang dibentuk dari
ekstrak jintan hitam dengan menggunakan etanol lebih besar daripada
ekstrak jintan hitam yang menggunakan aquades terhadap E.coli(32).
26
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan analisis data statistik didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji one way ANOVA didapatkan nilai p<0,05 maka
sebagian besar konsentrasi ekstrak jintan hitam efektif menghambat
pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
2. Pada penelitian ini, ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 100%,
75%, dan 50% efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa, sedangkan konsentrasi 25% tidak efektif
menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa
berdasarkan klasifikasi Greenwood.
3. Berdasarkan perbandingan antar konsentrasi pada penelitian ini,
konsentrasi 50% dan 75% memiliki daya hambat yang tidak jauh
berbeda. Dan pada konsentrasi 100% dan kontrol positif juga memiliki
daya hambat yang tidak jauh berbeda.
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti menyarankan:
1. Penelitian tentang ekstrak jintan hitam dengan dengan berbagai macam
variasi pelarut dan konsentrasi.
2. Mempelajari tentang efek jintan hitam dengan pelarut etanol alkohol
terkait penggunaanya sebagai obat dan hukum penggunaannya
menurut islam.
27
Daftar Pustaka
1. Khan AU, Ali S. Antibacterial Activity of Nigella sativa and Piper Nigrum. ASIAN JOURNAL OF NATURAL & APPLIED SCIENCES. 2013
December; 2.
2. Muhtasib HG, El-Najjar N, Stock RS. The medicinal potential of black seed (Nigella sativa) and its components. Lead Molecules from Natural Products. 2006.
3. CLINICAL AND LABORATORY STANDARDS INSTITUTE (CLSI). 22.
Performance Standards for antimicrobial Susceptibility Testing; 23rd informational Supplement. 2013.
4. Kasper L, Braunwald E, Fauci As, Hauser SL, Longo L, Jameson JL, editors. Harrison's Principles Of Internal Medicine. 16th ed.: The McGraw Hill Company; 2005.
5. Hannan A, Saleem S. Antibacterial activity of Nigella sativa Against Clinical isolates of Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. J Ayub Med coll. 2008.
6. Arici M, Sagdic O, Gecgel U. Antibacterial effect of Turkish black cumin (Nigella sativaL.) oils. Gasas y Aceites. 2005; 56.
7. Ali O, Basbulbul G, Aydin T. Antimitotic and antibacterial effects of the Nigella sativaL. Seed. Cryologia. 2007; 60.
8. Ali O, Basbulbul G, Aydin T. Antimitotic and antibacterial effects of theNigella sativaL. Seed. Cryologia. 2007; 60.
9. Rostika N. Pengaruh Pemberian ekstrak minyak Jintan hitam (Nigella sativa) Terhadap gambaran Histologi Organ Lambung dan Usus halus Mencit (Mus musculus). Bogor: IPB; 2012.
10. Janfaza S, Janfaza E. The study of pharmacologic and medicinal valuation of thymoquinone of oil of Nigella sativa in the treatment of diseases. Annual Biological Research. 2012.
28
12. Brooks GF, Carroll KC, Brutel JS, Morse SA, editors. Jawetz, Melnick & Adelberg's Medical Microbiology. 25th ed.: The McGraw Hill Company; 201.
13. Haynes WC. Pseudomonas aeruginosa its characterization and identification. J Gen Microbiol. 1951;: p. 939-950.
14. Delaimi MS. Antimicrobial activity of black seed oil & water extracts On multidrug resistant Pseudomonas aeroginosa. J. of university of anbar for pure science. 2012; 6.
15. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunonologi dasar Jakarta: BPFKUI; 2012.
16. Senturk S, Ulusoy S, Yagci A. Quorum sensing and virulence of Pseudomonas aeruginosa during urinary tract infections. 2012.
17. Walker D. Antimicrobial susceptibility testing and interpretation of results. In:Antimicrobial Therapy in Veterinary Medicine. 2007.
18. Greenwood. Antibiotic susceptibility (sensitivity) test, antimicrobial and chemotherapy. 1995.
19. Pratiwi ST. Mikrobiologi Farmasi Jakarta: Airlangga; 2008.
20. Carpenter CF. Daptomycin: another novel agent for treating infections due to drug-resistant gram-positive pathogens. Clin.Infect.Dis. 2004.
21. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed.: The McGraw Hill Company.
22. Burt S. Essential oils: their antibacterial properties and potential applications in foods—a review. 223-253. International Journal of Food Microbiology. 2004; 94: p. 223-253.
23. Federer WY. Experimental Design, Theory and Application. 1963;: p. 544.
24. Asniyah. Efek Antimikroba Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap pertumbuhan Escherichia coli in vitro. Jurnal Biomedika. 2009; 1(1).
25. Hasan NA, Nawahwi MZ, Ab Malek H. Antimicrobial Activity of Nigella
sativaSeed Extract. Sains Malaysiana. 2013; 42: p. 143-147.
29
27. Perilla MJ. Manual for the Laboratory Identification and Antimicrobial Susceptibility Testing of Bacterial Pathogens of Public Health Importance in the Developing World. 2003.
28. Gerige SJ, Rao M. GC-MS Analysis of Nigella sativa Seeds and Antimicrobial Activity of its Volatile Oil. Brazilian Archive Of Biology And Technology. 2009; 52.
29. Faleiro ML, Miguel MG. Use Of Essential oils and Their Components Against MultiDrug Resistant Bacteria. Fighting Multi Drug Resistant Bacteria. 2013.
30. MUI L. General Guidelines Of Halal Assurance System. Jakarta: MUI; 2008.
31. K CK, Z KM, Aida W. Effect of ethanol concentration, extraction time and extraction temperature on the recovery of phenolic compounds and antioxidant capacity of Orthosiphon stamineuse xtracts. International Food Research Journal. 2011; 18(4).
30
31
32
LAMPIRAN 3
(Data uji statistik)
1. Tes normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
normal .185 19 .086 .909 19 .072
a. Lilliefors Significance Correction
2. Hasil uji varian
Test of Homogeneity of Variances
normal
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.202 4 14 .122
3. Hasil Uji one way anova ANOVA
normal
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .182 4 .045 62.825 .000
Within Groups .010 14 .001
Total .192 18
33
34
LAMPIRAN 4 (Alat dan Bahan penelitian)
vortex Laminar airflow cabinet Bunsen. Rak tabung. tabung reaksi.
Tip. Botol flakon. Ose. Pinset.
Disc gentamicin 10 µg dan blank disc
Inkubator. Oven.
Cawan petri mikropipet
Biakan bakteri P.aeruginosa
35
LAMPIRAN 5 (Daftar Riwayat Hidup Penulis)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lintang Suryaning Bhumi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 April 1993
Alamat : Pulo Asem , Rawamangun, Jakarta Timur.
No.Telp : 08151874546
Riwayat Pendidikan
1999-2005 : SD Muhammadyah 24 Jakarta
2005-2008 : SMP Islam Al-Azhar 12 Rawamangun
2008-2011 : SMAN 21 Jakarta