• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Analisis Statistik Infrential

Statistik inferensial adalah teknik analisis data yang digunakan untuk menentukan sejauh mana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari suatu sampel dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keseluruhan. Jadi statistik inferensial membantu peneliti untuk mencari tahu apakah hasil yang diperoleh dari suatu sampel dapat digeneralisasi pada populasi.

4.4.1. Pengujian Asumsi Klasik Persamaan Substuktur Pertama

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistic yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Ada lima uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas.

1). Uji Normalitas Persamaan Substruktur Pertama

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah jika data berdistribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk uji normalitas dalam penelitian ini digunakan uji one sample

Kormogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Uji normalitas dilakukan

dengan bantuan program SPSS yang hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9

Hasil Uji Normalitas Persamaan Substruktur Pertama

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 52

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .98019606

Most Extreme Differences Absolute .169

Positive .142

Negative -.169

sKolmogorov-Smirnov Z 1.220

Asymp. Sig. (2-tailed) .102

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat hasil pengujian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dimana diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal karena nilai asymp.sig lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0,102.

2). Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan linier antara variabel independen dalam model jalur. Syarat yang harus dipenuhi dalam model tidak terdapat multikolinieritas. Pengujian multikolinieritas dalam peneletian tersebut dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor(VIF).

persoalan multikolinieritas (Santoso: 2002). Pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10

Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Substruktur Pertama

Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Kepemimpinan .605 1.652 motivasi kerja .605 1.652

a. Dependent Variable: kepuasan kerja

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat hasil perhitungan nilai Variance

Inflation Factor (VIF) yang menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang

memiliki nilai VIF lebih besar dari 5. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolineritas antar variabel bebas dalam model penelitian tersebut.

3). Uji Heteroskedastisitas Persamaan Substruktur Pertama

Heteroskedastisitas terjadi karena adanya perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Dalam pengujian ini menggunakan diagram pancar residual. Cara pengambilan keputusan yaitu:

a. Jika diagram pancar membentuk pola-pola tertentu yang teratur, maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.

b. Jika diagram pancar tidak membentuk pola atau acak, maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS dengan mengamati pola yang terdapat pada scatterplot yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2

4). Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 4.11

Hasil Pengujian Hipotesis

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 18.248 4.277 4.266 .000 kepemimpinan .259 .128 .204 2.018 .049 motivasi kerja .696 .102 .692 6.845 .000

a. Dependent Variable: kepuasan kerja

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah) Y = 0.204 X1 + 0.692 X2

a). Pengujian Secara Serempak ( Uji F)

Pengujian ini dilakukan dengan menetapkan hipotesis sebagai berikut: H0: b1, b2 = 0, tidak ada hubungan antara variabel kepemimpinan dan motivasi

kerja terhadap variabel kepuasan kerja

Ha: b1, b2 ≠ 0, ada hubungan antara variabel kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap variabel kepuasan kerja

Hasil pengujian dapat dilihat dari angka-angka perhitungan pada Tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12

Nilai Pengujian Secara Serempak (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1049.371 2 524.686 56.417 .000a

Residual 455.706 49 9.300

Total 1505.077 51

a. Predictors: (Constant), motivasi kerja, kepemimpinan b. Dependent Variable: kepuasan kerja

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 56.417 dan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel kepemimpinan dan motivasi kerja berpengaruh secara serempak terhadap variabel kepuasan kerja.

b). Koefisien Determinasi (R2)

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap variabel kepuasan kerja dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13

Nilai Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .835a .697 .685 3.050

a. Predictors: (Constant), motivasi kerja, kepemimpinan b. Dependent Variable: kepuasan kerja

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat besarnya angka R Square (R2) sebesar 0.697. Koefisien Determinasi sebesar 69.7% berarti bahwa pengaruh variabel kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap variabel kepuasan kerja adalah sebesar 69.7%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

c). Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Tabel 4.14

Nilai Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

95.0% Confidence Interval for B

B

Std.

Error Beta

Lower

Bound Upper Bound

(Constant) 18.248 4.277 4.266 .000 9.652 26.843

kepemimpinan .259 .128 .204 2.018 .049 .001 .516

motivasi kerja .696 .102 .692 6.845 .000 .491 .900

a. Dependent Variable: kepuasan kerja

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

(1). Kepemimpinan

Ho : b1 = 0, tidak ada hubungan antara variabel kepemimpinan dengan variabel kepuasan kerja

Ha : b1≠ 0, ada hubungan antara variabel kepemimpinan dengan variabel kepuasan kerja

Berdasarkan Tabel 4.14 diperoleh hasil pengujian hipotesis secara parsial sebagai berikut:

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan terhadap kepuasan kerja diperoleh nilai koefisien sebesar 0,204 dan signifikan (sig=0,049). Hasil ini menunjukkan bahwa jika semakin baik kepemimpinan maka akan meningkatkan kepuasan kerja sebesar 0,204, sehingga Ho ditolak.

(2). Motivasi Kerja

Ho: b1 = 0, tidak ada hubungan antara variabel motivasi kerja dengan variabel kepuasan kerja

Ha:b1≠ 0, ada hubungan antara variabel motivasi kerja dengan variabel kepuasan kerja

Berdasarkan Tabel 4.14 diperoleh hasil pengujian hipotesis secara parsial sebagai berikut:

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja terhadap kepuasan kerja diperoleh nilai koefisien sebesar 0,692 dan tidak signifikan (sig=0,000). Hasil ini menunjukkan bahwa jika semakin bermotivasi karyawan dalam bekerja maka akan berdampak pada peningkatan kepuasan kerja si pegawai tersebut sebesar 0,692, sehingga Ho ditolak.

4.4.2. Pengujian Asumsi Klasik Persamaan Substuktur Kedua 1). Uji Normalitas Persamaan Substruktur Kedua

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah jika data berdistribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk uji normalitas dalam penelitian ini digunakan uji one sample

Kormogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Uji normalitas dilakukan

dengan bantuan program SPSS yang hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 4.15 berikut ini:

Tabel 4.15

Hasil Uji Normalitas Persamaan Substruktur Kedua

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 52

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .97014250

Most Extreme Differences Absolute .122

Positive .098

Negative -.122

Kolmogorov-Smirnov Z .879

Asymp. Sig. (2-tailed) .422

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dilihat hasil pengujian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dimana diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal karena nilai asymp.sig lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0,422.

2). Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan linier antara variabel independen dalam model jalur. Syarat yang harus dipenuhi dalam model tidak terdapat multikolinieritas. Pengujian multikolinieritas dalam peneletian tersebut dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor(VIF).

Apabila nilai VIF lebih besar dari 5 maka variabel indevenden mempunyai persoalan multikolinieritas (Santoso: 2002). Pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.16

Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Substruktur Kedua

Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Kepemimpinan .559 1.790 motivasi kerja .309 3.232 kepuasan kerja .303 3.303

a. Dependent Variable: kinerja pegawai

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat hasil perhitungan nilai Variance

Inflation Factor (VIF) yang menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang

memiliki nilai VIF lebih besar dari 5. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolineritas antar variabel bebas dalam model penelitian tersebut

3). Uji Heteroskedastisitas Persamaan Substruktur Kedua.

Heteroskedastisitas terjadi karena adanya perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Dalam pengujian ini menggunakan diagram pancar residual. Cara pengambilan keputusan yaitu:

a. Jika diagram pancar membentuk pola-pola tertentu yang teratur, maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.

b. Jika diagram pancar tidak membentuk pola atau acak, maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS dengan mengamati pola yang terdapat pada scatterplot yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3

Uji Heteroskedastisitas Persamaan Substruktur Kedua

4). Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 4.17

Hasil Pengujian Hipotesis

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 12.476 3.310 3.769 .000 Kepemimpinan .264 .088 .238 2.992 .004 motivasi kerja .027 .094 .030 .283 .779 kepuasan kerja .625 .094 .715 6.620 .000

a. Dependent Variable: kinerja karyawan

Y = 0.238 X1 + 0.030 X2+ 0.715 X3

a). Pengujian Secara Serempak ( Uji F)

Pengujian ini dilakukan dengan menetapkan hipotesis sebagai berikut: H0: b1, b2 = 0, tidak ada hubungan antara variabel kepemimpinan, motivasi kerja

dan kepuasan kerja terhadap variabel kinerja karyawan.

Ha: b1, b2 ≠ 0, ada hubungan antara variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap variabel kinerja karyawan.

Hasil pengujian dapat dilihat dari angka-angka perhitungan pada Tabel 4.18 berikut ini:

Tabel 4.18

Hasil Pengujian Secara Serempak (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 954.806 3 318.269 78.365 .000a

Residual 194.944 48 4.061

Total 1149.750 51

a. Predictors: (Constant), kepuasan kerja, kepemimpinan, motivasi kerja b. Dependent Variable: kinerja karyawan

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 78.365 dan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan kepuasan kerja berpengaruh secara serempak terhadap variabel kinerja karyawan.

b). Koefisien Determinasi (R-Square)

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap variabel kinerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut:

Tabel 4.19

Nilai Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .911a .830 .820 2.015

a. Predictors: (Constant), kepuasan kerja, kepemimpinan, motivasi kerja b. Dependent Variable: kinerja karyawan

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat besarnya angka R Square (R2) sebesar 0.830. Koefisien Determinasi sebesar 83% berarti bahwa pengaruh variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap variabel kinerja karyawan adalah sebesar 83%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

c). Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Tabel 4.20

Hasil Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. 95.0% Confidence Interval for B

B Std. Error Beta Lower

Bound Upper Bound 1 (Constant) 12.476 3.310 3.769 .000 5.820 19.131 kepemimpinan .264 .088 .238 2.992 .004 .086 .441 motivasi kerja .027 .094 .030 .283 .779 -.162 .215 kepuasan kerja .625 .094 .715 6.620 .000 .435 .815

a. Dependent Variable: kinerja karyawan

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah) (1). Kepemimpinan

Ho: b1 = 0, tidak ada hubungan antara variabel kepemimpinan dengan variabel kinerja karyawan.

Ha:b1 ≠ 0, ada hubungan antara variabel kepemimpinan dengan variabel kinerja karyawan.

Berdasarkan Tabel 4.20 diperoleh hasil pengujian hipotesis secara parsial sebagai berikut:

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan terhadap kinerja karyawan diperoleh nilai koefisien sebesar 0,238 dan signifikan (sig=0,004). Hasil ini menunjukkan bahwa jika semakin baik kepemimpinan maka akan meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,238, sehingga Ho ditolak.

(2). Motivasi Kerja

Ho : b1 = 0, tidak ada hubungan antara variabel motivasi kerja dengan variabel kinerja karyawan

Ha : b1≠ 0, ada hubungan antara variabel motivasi kerja dengan variabel kinerja karyawan

Berdasarkan Tabel 4.20 diperoleh hasil pengujian hipotesis secara parsial sebagai berikut:

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja terhadap kinerja karyawan diperoleh nilai koefisien sebesar 0,030 dan tidak signifikan (sig=0,779). Hasil ini menunjukkan bahwa jika semakin baik motivasi karyawan dalam bekerja maka akan meningkatkan kinerja dari si karyawan sebesar 0,030, sehingga Ho diterima.

(3). Kepuasan Kerja

Ho : b1 = 0, tidak ada hubungan antara variabel kepuasan kerja dengan variabel kinerja karyawan.

Ha : b1≠ 0, ada hubungan antara variabel kepuasan kerja dengan variabel kinerja karyawan.

Berdasarkan Tabel 4.20 diperoleh hasil pengujian hipotesis secara parsial sebagai berikut:

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan diperoleh nilai koefisien sebesar 0,715 dan signifikan (sig=0,000).

Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya maka akan berdampak pada peningkatan kinerja karyawan tersebut tersebut sebesar 0,715, sehingga Ho ditolak.

Dokumen terkait