• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis strategi pengelolaan purse seine

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Analisis strategi pengelolaan purse seine

Analisis yang digunakan untuk menentukan strategi pengelolaan perikanan purse seine adalah analisis strengths weaknesses opportunities threats (SWOT). Analisis ini mengambarkan secara jelas faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness),

sedangkan factor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

5.3.1 Faktor internal

Faktor internal berupa kekuatan yang mempengaruhi pengelolaan perikanan purse seine, antara lain:

1) Potensi sumberdaya ikan (SDI) yang cukup besar (S1)

Sumberdaya ikan di perairan Aceh Besar memiliki potensi yang cukup besar yaitu 11.131 ton, dimanfaatkan sebesar 5.072,2 ton per tahun, dan masih punya peluang untuk dimanfaatkan sebanyak 6.074 ton (DKP 2010) (subbab 4.2)

2) Tersedianya ahli pembuat kapal (S2)

Kabupaten Aceh Besar mempunyai ahli pembuat kapal yang bisa membuat pesanan kapal untuk para nelayan, sehingga kapal tidak perlu dipesan dari kabupaten atau propinsi lain (sub-subbab 4.4.1)

3) Kelembagaan adat (panglima laot) (S3)

Peranan lembaga adat dalam usaha perikanan khususnya penangkapan dengan alat tangkap purse seine di Kabupaten Aceh Besar sangatlah penting dan berpengaruh dalam pengelolaan perikanan purse seine (subbab 4.6) 4) Bahan baku untuk armada tersedia (S4)

Bahan baku untuk pembuatan kapal purse seine di Kabupaten Aceh Besar semua didatangkan dari dalam daerah, sehingga harga dan biaya pengangkutan lebih murah (sub-subbab 4.4.1)

Faktor internal berupa kelemahan: 1) Informasi SDI terbatas (W1)

Informasi SDI di perairan Kabupaten Aceh Besar masih sangat terbatas dimana Dinas Kelautan dan Perikanan belum mempunyai alat untuk mendektesi keberadaan fishing groud (subbab 4.5)

2) Masuknya komoditas ikan dari daerah lain (W2)

Market share hasil tangkapan Aceh Besar masih lebih rendah dari hasil tangkapan daerah lain, sehingga harga tidak bisa bersaing (sub-subbab 5.3.2)

3) Data kurang akurat (W3)

Data yang dikumpulkan petugas statistik perikanan Aceh Besar masih belum akurat dikarenakan data hasil tangkapan yang didaratkan di PPI daerah lain tidak pernah dicatat atau dikonformasi lebih jelas (subbab 4.2)

4) Inefisiensi pemanfaatan variable input (W4)

Pemanfaatan variable input masih belum optimal yang pemanfaatan kapasitas penangkapannya tidak optimum erat kaitannya dengan tingkat pemanfaatan variabel input (trip) (subbab 5.1)

5) Manajemen usaha masih bersifat sederhana (W5)

Manajemen usaha perikanan masih dikelola secara sederhana belum secara teratur, sehingga usaha tidak dapat lagi dikembangkan lebih maju bahkan tidak sedikit mengalami kerugian karena salah dalam mengatur dan membuat keputusan-keputusan yang keliru (subbab 4.5)

5.3.2 Faktor eksternal

Faktor eksternal berupa peluang yang mempengaruhi pengelolaan perikanan purse seine, antara lain:

1) Potensi SDI belum dimanfaatkan secara optimal (O1)

Menurut DKP Aceh Besar (2010) potensi SDI sebesar 11.131 ton terdiri dari ikan pelagis diperkirakan 2,0 ton/km2 dan ikan demersal sebesar 3,2 ton/km2. Potensi ikan yang telah dimanfaatkan 5.057,2 ton per tahun, dan peluang untuk dikembangkan sebesar 6.074 ton (subbab 4.2)

2) Peluang pasar yang baik (O2)

Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Lambada lhok langsung dibeli seluruhnya oleh toke bangku dan pedagang pengumpul yang sudah biasa membeli ikan hasil tangkapan purse seine (subbab 4.7)

3) Bantuan dana dari pusat dan daerah (O3)

Pengembangan usaha perikanan purse seine masih bisa berjalan dengan adanya bantuan dari Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah misalnya bantuan alat bantu penangkapan (subbab 4.5)

4) Usaha penangkapan dengan purse seine menguntungkan (O4)

Keutungan yang diperoleh dengan dalam usaha penangkapan dengan alat tangkap purse seine dengan analisis bioekonomi sebesar Rp 16.650.769.129

per tahun dengan jumlah produksi sebesar 3.753,37 ton per tahun (lihat pada subbab 5.3.3)

5) Masih berpotensi penambahan trip (O5)

Peluang penambahan upaya penangkapan relatif masih besar yaitu 3.138 trip per tahun (sub-subbab 5.3.3)

Faktor-faktor eksternal berupa ancaman, antara lain:

1) Armada penangkapan meningkat dari waktu ke waktu tanpa ada batasan (T1). Armada penangkapan terus meningkat tanpa adanya batasan yang jelas oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (subbab 4.3)

2) Potensi terjadinya IUU fishing (T2)

Masih sering terjadinya IUU fishing yang dilakukan oleh nelayan asing tanpa adanya pengawasan yang ketat oleh pihak yang terkait (subbab 4.6)

3) Kurang optimalnya dukungan pemerintah terhadap perikanan (pengawasan) (T3)

Kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menyebabkan terjadinya penangkapan yang tidak terkontrol dan dukungan pemerintah terhadap usaha penangkapan juga masih sangat kurang (subbab 4.6)

4) Lembaga penyediaan modal terbatas (T4)

Usaha perikanan purse seine menghadapi persoalan yang sama dengan daerah lain yaitu kurang adanya lembaga penyedian modal yang mencukupi untuk mengembangkan usaha menjadi lebih baik (subbab 4.5)

5) Kurangnya pengawasan dan sarana pengawasan terhadap perairan (T5)

Kurangnya pengawasan dan sarana pengawas mengakibatkan masuknya nelayan asing dengan menggunakan kapal dan teknologi yang lebih modern, sehingga kemampuan operasi dan hasil tangkapan menjadi lebih baik, sehingga merugikan para nelayan Aceh karena harus bersaing dengan armada yang lebih komplit (subbab 4.6)

Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi, dapat diketahui kondisi perikanan purse seine di Kabupaten Aceh Besar melalui Matrik internal strategic factors analysis summary (IFAS) dan eksternal strategic factors analysis summary (EFAS). Tabel 9 menyajikan matrik internal strategic factors analysis summary (IFAS).

Tabel 9 Matrik IFAS pengelolaan perikanan purse seine Aceh Besar

No Faktor Bobot Rating Bobot*Rating

Kekuatan

1 Potensi SDI 0,22 4 0,87

2 Tersedianya ahli pembuat kapal 0,15 3 0,46

3 Kelembagaan adat 0,09 3 0,26

4 Bahan baku untuk armada tersedia 0,11 2 0,22 Kelemahan

1 Informasi SDI terbatas 0,13 1 0,13

2 Masuknya komoditas ikan dari daerah lain 0,09 2 0,15

3 Data kurang akurat 0,08 3 0,23

4 Inefisiensi pemanfaatan variable input 0,08 2 0,15 5 Manajemen usaha masih bersifat sederhana 0,07 2 0,13

Total 1 2,62 

Berdasarkan Tabel 9 pengelolaan purse seine memiliki banyak kekuatan dibandingkan dengan kelemahan, terlihat dari nilai total > 2,5, artinya pengelolaan purse seine dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Analisis ekternal diperlukan untuk melihat peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meraih keberlanjutan perikanan tangkap serta persiapan menghadapi ancaman yang akan terjadi. Pemberian bobot dan rating dilakukan untuk memperoleh matrik EFAS yang dapat dilhat pada Tabel 8.

Tabel 10 Matrik EFAS pengelolaan perikanan purse seine Aceh Besar

No Faktor Bobot Rating Bobot*Rating

Peluang

1 Potensi SDI belum dimanfaatkan optimal 0,15 4 0,58 2 Potensi pasar domestik dan internasional 0,10 3 0,30 3 Bantuan dana dari pusat dan daerah 0,07 3 0,22 4 Usaha penangkapan purse seine

menguntungkan 0,09 3 0,28

5 Masih berpotensi penambahan trip 0,09 3 0,26 Ancaman

1

Armada penangkapan yang meningkat dari

waktu ke waktu tanpa ada batasan 0,10 1 0,10 2 Potensi terjadinya IUU fishing 0,09 2 0,19 3 Kurang optimalnya dukungan pemerintah 0,10 3 0,31 4 Lembaga penyediaan modal terbatas 0,12 2 0,25 5 Kurangnya pengawasan dan sarana

pengawasan terhadap wilayah perairan 0,07 2 0,14

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa pengelolaan perikanan purse seine memiliki lebih banyak peluang dibandingkan dengan ancaman keberlanjutan perikanan tangkap, terlihat dari total bobot dikali rating yang nilainya > 2,5, artinya pengelolaan perikanan purse seine memiliki peluang untuk dimanfaatkan secara optimal. Perumusan alternatif strategi pengelolaan perikanan purse seine dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Perumusan alternatif strategi pengelolaan perikanan purse seine

Faktor Kunci Internal Faktor Kunci Eksternal Kekuatan (strengths) 1. Potensi SDI 2. Tersedianya ahli pembuat kapal 3. Kelembagaan adat 4. Bahan baku untuk

armada tersedia

Kelemahan (weakness) 1. Informasi SDI terbatas 2. Masuknya komoditas ikan

daerah lain 3. Data kurang akurat 4. Inefisiensi pemanfaatan

variable input

5. Manajemen usaha masih bersifat sederhana

Peluang (opportunity) 1. Potensi SDI belum dimanfaatkan secara optimal

2. Potensi pasar domestik dan internasional 3. Bantuan dana bantuan

dari pusat dan daerah 4. Usaha penangkapan menguntungkan 5. Masih berpontensi penambahan trip Strategi SO 1. Pemanfaatan sumberdaya dengan seksama Strategi WO

1.Perbaikan teknologi dan Manajemen

2.Pemberian kredit lunak

Ancaman (threats) 1. Armada penangkapan

meningkat dari waktu ke waktu tanpa adanya batasan

2. Potensi terjadinya IUU fishing 3. Kurang optimalnya dukungan pemerintah terhadap perikanan 4. Lembaga pemyediaan modal terbatas 5. Kurangnya pengawasan dan sarana pengawasan terhadap wilayah perairan Strategi ST 1. Peningkatan manajemen usaha 2. Penegakan hukum

oleh aparat vang terkait

Stategi WT

1. Peningkatan pengelolaan dan pengawasan sumberdaya perikanan

2. Peningkatan peran lembaga lokal.

Strategi yang diambil adalah memadukan antara keempat komponen diatas (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman), sehingga dapat memberikan jalan keluar dalam menerapkan kebijakan strategi pengelolaan perikanan purse seine di Kabupaten Aceh Besar yang mempunyai beberapa alteratif sesuai dengan fungsi analisis SWOT dimana pengaruh kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman turut serta dalam menentukan kebijakan yang akan diambil nantinya. Strategi yang memadukan antara kekuatan dan peluang adalah melakukan pemanfaatan sumberdaya dengan seksama dan peningkatan produksi perikanan purse seine dengan segala kekuatan dan peluang yang dimiliki.

Pemanfaatan sumberdaya dengan seksama dan peningkatan produksi seperti penggunaan teknologi modern pada unit penangkapan, memperbaiki metode penangkapan sehingga hasil penangkapan bisa meningkat. Peningkatan produksi ikan yang masih dalam batasan potensi lestari dapat dilakukan mengingat besarnya potensi pasar untuk produk perikanan sehingga perlu peningkatan produksi. Dengan adanya usaha untuk memperbaiki sistem dalam usaha penangkapan, baik itu perbaikan pada armada penangkapan dengan menggunakan alat-alat yang modern untuk mengetahui keberadaan ikan dengan alat pendeteksi ikan sehingga tidak terpaku pada tanda-tanda alam dalam mencari kawanan ikan.

Strategi yang memadukan antara kekuatan dengan ancaman adalah peningkatan manajemen usaha dan penegakan hukum oleh aparat terkait, sehingga usaha menjadi lebih maju dan sumberdaya ikan tetap lestari agar dapat terus dimanfaatkan dimasa-masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membatasi armada penangkapan, diharapkan dengan dibatasinya armada atau alat tangkap akan membatasi usaha eksploitasi sumberdaya ikan sehingga sumberdaya tersebut tetap lestari. Hal lain yaitu pemasaran produk perikanan perlu diperluas, bukan hanya untuk pasar lokal tapi juga pasar luar daerah atau negara. Salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan menghasilkan produk ikan yang sesuai dengan standar internasional, selama ini hasil perikanan Indonesia atau Aceh pada khususnya selalu ditolak masuk pasar dunia dikarenakan mutu dan kualitas ikan yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Strategi yang tidak kalah penting adanya penegakan hukum oleh aparat terkait terhadap pelanggaran yang terjadi, baik akibat nelayan lokal maupun nelayan asing. Perairan Aceh selalu didatangi oleh para nelayan asing yang mencari ikan tanpa ada izin, bahkan seringkali disertai dengan tindakan kekerasan seperti perampokan hasil tangkapan dan bahkan juga pengerusakan armada perikanan nelayan. Jika hal ini terus dibiarkan akan membawa pengaruh yang tidak baik bagi para nelayan.

Strategi yang memadukan antara kelemahan dengan peluang adalah peningkatan pengelolaan dan pengawasan sumberdaya perikanan. Sumberdaya ikan sifatnya terbatas walaupun dapat diperbaharui, tetapi tanpa adanya pengelolaan dan pengawasan yang baik akan dapat dipastikan suatu saat ketersediaan sumberdaya tersebut akan habis tanpa bisa diperbaharui lagi. Pengelolaan dan pengawasan sumberdaya perikanan ini dapat berupa pembatasan armada penangkapan, baik dari segi jumlah armada ataupun besarnya armada. Juga bisa dengan adanya larangan melaut bagi para nelayan pada waktu-waktu atau bulan-bulan tertentu atau membuat kawasan konservasi dimana di daerah tersebut merupakan kawasan pengembangbiakan ikan.

Strategi yang terakhir yaitu yang memadukan kelemahan dan ancaman adalah perbaikan pada segala aspek usaha perikanan purse seine. Perbaikan disini adalah perbaikan dari segala segi dan faktor. Baik itu aspek teknologi dan informasi serta peningkatan SDM. Faktor lain dari strategi ini adalah peningkatan peran lembaga lokal dalam hal ini lembaga adat. Selama ini peran lembaga adat khususnya lembaga adat laot sudah sangat bagus.

Strategi kebijakan pengelolaan perikanan purse seine dengan mempertimbangkan sumberdaya ikan yang ada dan jumlah armada tangkap, baik dari segi kapal penangkapan yang lebih baik dan modern, juga peningkatan kemampuan para nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Strategi lain adalah penggunaan teknologi untuk membantu pencarian ikan, sehingga hasil tangkapannya menjadi lebih banyak. Ke depannya penggunaan teknologi sangat dibutuhkan jika ingin mengembangkan usaha perikanan pukat cincin. Strategi kebijakan yang lain perlunya kerjasama dengan bidang pengolahan, sehingga hasil

tangkapan tidak langsung dijual konsumen atau pedagang pengumpul tapi dapat diolah agar mempunyai nilai jual yang lebih baik.

Berdasarkan perhitungan diperoleh skor IFAS sebesar 2,62 dan EFAS sebesar 2,64. Matriks IE menunjukkan gabungan antara nilai IFAS dan EFAS pada pengembangan perikanan purse seine di Aceh Besar. Pada matriks IE, kondisi di lapangan berada pada kolom V (Gambar 19).

Total Rata-rata Tertimbang IFE

Kuat Rata-rata Lemah (3,0-4.0) (2,0-2,99) (1,0-2,99) Tinggi (3,0-4,0) Total Sedang Rata-rata (2,0-2,99) Tertimbang EFE Rendah (1,0-1,99)

Gambar 19 Matriks internal eksternal (IE).

Berdasarkan Gambar 19 dapat diketahui bahwa pengembangan perikanan purse seine berada pada sel lima (V) sehingga strategi terbaik yang sebaiknya dilakukan adalah menjaga dan mempertahankan posisi yang selama ini sudah diraih. Strategi pertumbuhan dapat dilakukan dengan konsentrasi melalui integrasi horizontal untuk mencapai pertumbuhan, hal ini dapat dilakukan untuk mencapai penjualan, asset, profit atau kombinasi ketiganya.

Strategi pertumbuhan yang disarankan dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan sumberdaya dengan seksama, peningkatan manajemen usaha dan peningkatan peran lembaga. Hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini antara lain dengan cara pengaturan jumlah armada, pengaturan jumlah penggunaan trip, penyuluhan mengenai pembukuan dan pengaturan usaha pada nelayan, melengkapi sarana dan prasarana yang belum tersedia serta memfokuskan diri pada pasar tertentu yang menguntungkan agar dapat mengurangi biaya transportasi.

I II III

IV VI

VII VIII IX V

Sedangkan yang termasuk strategi stabilitas adalah perbaikan teknologi dan manajemen; pemberian kredit lunak; penegakan hukum oleh aparat yang terkait serta peningkatan pengelolaan dan pengawasan sumberdaya perikanan. Strategi ini tetap dijalankan untuk menjaga kestabilan kegiatan perikanan purse seine. Hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan strategi ini dengan cara tetap menjaga hukum adat, berkerjasama dengan instansi terkait untuk menjaga dan mengawasi sumberdaya perikanan (AL dan Airud), penggunaan alat bantu untuk mengetahui daerah penangkapan (fish finder, sistem informasi geografis).

6 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait